Anda di halaman 1dari 33

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Pengertian
Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran
hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup
di luar rahim, jika beratnya kurang dari 500 g, atau usia kehamilan kurang dari 28
minggu karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama
kehamilan yang mengalami abortus, hampir selalu didahului dengan matinya janin
dalam rahim. Manuaba, 2007:683).
Abortus Imminens ialah terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan atau tanpa kontraksi uterus yang nyata dengan hasil
konsepsi dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi servik uteri (Sarwono, 1996, hal.
261). Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman
terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan
masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. (Syaifudin. Bari Abdul, 2000)
Abortus imminen adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20
minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat (Mansjoer, Arif M,
1999). Abortus imminen adalah pengeluaran secret pervaginam yang tampak pada
paruh pertama kehamilan (William Obstetri, 1990).

B. Etiologi
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian
mudigah. Sebaliknya, pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan
dalam keadaan masih hidup. Hal-hal yang menyebabkan abortus dapat dibagi
sebagai berikut.
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau
cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil
mudah. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah
sebagai berikut:
a. Kelainan kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan
ialah trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
b. Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan di endometrium di sekitar
tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan
pada hasil konsepsi terganggu.
c. Pengaruh dari luar. Radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam
uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
2. Kelainan pada plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenisasi
plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena
hipertensi menahun.
3. Penyakit ibu
Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis,
malaria, dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus, atau
plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan
kematian janin, dan kemudian terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan,
laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun seperti brusellosis,
mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis juga dapat menyebabkan abortus
walaupun lebih jarang.
4. Kelainan traktus genitalis
Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat
menyebabkan abortus. Tetapi, harus diingat bahwa hanya retroversio uteri
gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan penting.
Sebab lain abortus dalam trimester ke-2 ialah servik inkompeten yang dapat
disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan,
konisasi, amputasi, atau robekan serviks luas yang tidak dijahit.
5. Kelainan endokrin (hyperthiroid, diabetes melitus, kekurangan progesteran)
6. Trauma
7. Gangguan nutrisi
8. Stress psikologis

C. Manifestasi Klinis

Biasanya, tetapi tidak selalu, pertama-tama akan terjadi perdarahan, yang


setelah beberapa jam sampai beberapa hari akan diikuti oleh kram abdomen.
Nyeri pada abortus dapat terletak di sebelah anterior dan berirama seperti nyeri
pada persalinan biasa; serangan nyeri tersebut bisa berupa nyeri pinggang bawah
yang persisten disertai perasan tekanan pada pangggul; atau nyeri tersebut bisa
berupa nyeri tumpul atau rasa pegal di garis tengah pada daerah suprasimpisis
yang disertai dengan nyeri tekan di daerah uterus. Bagaimanapun bentuk nyeri
yang terjadi, kelangsungan kehamilan dengan perdarahan dan rasa nyeri
memperlihatkan prognosis yang jelek. Meskipun demikian, pada sebagian wanita
yang menderita nyeri dan terancam mengalami abortus, perdarahan bisa berhenti,
rasa nyeri menghilang dan kehamilan yang normal terjadi.
Pada mulanya perdarahan hanya sedikit kemudian berulang dan bertambah
banyak. Kadang-kadang perdarahan berulang dapat berlangsung berhari-hari atau
beberapa minggu bahkan berbulan lamanya. Warna darah lebih banyak merah
segar, kecuali telah bercampur dengan darah tua sehingga warnanya kecoklatan.
Tanda-tanda kehamilan muda tetap ada. Rasa nyeri pada suprasimfisis atau
pinggang mulanya belum ada atau ringan saja.
Tanda dan gejala pada abortus Imminen:
1. Terdapat keterlambatan datang bulan
2. Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules
3. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan
terjadi kontraksi otot Rahim
4. Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis
servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot Rahim
5. Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif.
D. Patofisiologi  

Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian


diikuti oleh nekrosis jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing
dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya
dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus
desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang
dapat menyebabkan perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya
yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu
kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan
lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur.

E. Klasifikasi
Klasifikasi abortus digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Abortus spontaneous yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-
faktor mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis
abortus spontaneus meliputi:
a. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus,
dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan
apabila terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang
pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai
beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin
terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri
punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau
rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis. Kadang-
kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu.
b. Abortus insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat
tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi
lebih sering dan kual perdarahan bertambah.
c. Abortus inkompletus
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya
atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan
yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih
lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan
hipovolemia berat.
d. Abortus kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada
penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan
uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil
konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah
keluar dengan lengkap.
e. Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh
ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul
dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih
bundar, dengan dinding menipis. Pada pemeriksaan ditemukan serviks
membesar dan di atas ostium uteri eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri
atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan
hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
f. Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi
janin yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone
progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens
mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.
g. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi
kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu

2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat) yaitu menghentikan


kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya
dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum
mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun
terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup. Abortus ini
terbagi menjadi dua yaitu :
a. Abortus medisinalis (abortus therepeutika)
adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu ( berdasarkan indikasi medis).
Biasanya perlu mendapat persetujuan dua sampai tiga tim dokter ahli
b. Abortus kriminalis
adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan – tindakan yang tidak legal
atau tidak berdasarkan indikasi medis.

F. Komplikasi
i. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusidarah .Kematian karena perdarahan
dapat terjadi apabila pertolongan tedak segera diberikan pada waktunya.
ii. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamat-amati dengan
teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomie, dan
tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu
histerektomie. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam
menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas;mungkin
pula terjadi perlukaan pada kandung kencing atau usus. Dengan adanya dugaan
atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomie harus segera dilakukan untuk
menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan
seperlunya guna mengatasi komplikasi.
iii. Infeksi 
Abortus Infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada genetalia.
Diagnosis ditentukan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan tanda
infeksi alat genital, seperti panas, takikardia, perdarahan pervaginam yang
berbau, uterus yang membesar, lembek, serta nyeri tekan, dan leukositosis.
iv. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik), dan karena
infeksi berat (syok Endoseptik).

G. Pemeriksaan Diagnostic
i. Pemeriksaan penunjang
a. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah
mati
b. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
c. pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion
ii. Data laboratorium
a. Tes urine
b. hemoglobin dan hematocrit : hemoglobin terjadi Penurunan (< 10 mg%) dan
hematokrit terjadi Penurunan (< 35 mg%)
c. menghitung trombosit
d. kultur darah dan urine

H. Penatalaksanaan
Penanganan abortus imminens terdiri atas:
1. Istirahat-baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsang mekanik.
2. Tentang pemberian hormon progesteron pada abortus imminens belum ada
persesuaian faham. Sebagian besar ahli tidak menyetujuinya, dan mereka yang
menyetujui menyatakan bahwa harus ditentukan dahulu adanya kekurangan
hormon progesteron. Apabila dipikirkan bahwa sebagian besar abortus
didahului oleh kematian sel hasil konsepsi dan kematian ini dapat disebabkan
oleh banyak faktor, maka pemberian hormon progesteron memang tidak
banyak manfaatnya.
3. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih
hidup.
4. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan preparat
hematinik misalnya sulfas ferosus 600 / 1.000 mg
5. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
6. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk
mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat
7. Bila perdarahan
a. Berhenti: lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila
terjadi perdarahan lagi.
b. Berlangsung lama: nilai kembali kondisi janin. Konfirmasikan kemungkinan
adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola).
I. Pathway

Gangguan Gangguan Gangguan faal


Infeksi akut Trauma
endokrin Gizi/Anemia organ

Abortus (mati janin


<20 minggu)

Abortus Retensi Janin Abortus Resiko


Abortus Spontan
Infeksiosa (missed abortion) tinggi

Abortus Perdarahan, bercak ada


Imminens ancaman kehamilan

Kurang
Perdarahan Nyeri abdomen
pengetahuan

Nyeri akut ansietas


Shock

Risiko infeksi

Kekurangan
volume cairan
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Data yang perlu dikaji oleh perawat adalah :
a. Data dasar yang meliputi :
- Aspek biologi
- Aspek psikologis
- Aspek sosial kultural
- Aspek spritual
b. Data fokus yaitu : data yang sesuai dengan kondisi pasien saat ini yang
meliputi :
- Riwayat kehamilan
- Riwayat sebelumnya, penggunaan kontrasepsi dan jenisnya, riwayat
kehamilan sebelumnya, lahir hidup atau lahir mati, riwayat haid yang
meliputi siklus haid, lama haid dan akhir hair
- Pengkajian fisik meliputi :
 Usia kehamilan saat ini, adanya tanda – tanda awal kehamilan
 Perhatian pendarahan yang terjadi
 Adanya infeksi
 Rasa nyeri pada saat terjadi pendarahan
 Ada riwayat masalah pengobatan
 Aktivitas yang dilakukan selama kehamilan
- Masalah psikologis
- Adanya dukungan dari keluarga
- Pemeriksaan LAB : pemeriksaan test kehamilan, Hb, Ht Leukosit.
- Pemeriksaan USG untuk mengetahui pertubuhan janin
- Monitor denyut jantung janin dan tinggi fundus uteri.

B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


a. Nyeri akut berhubungan dengan adanya kontraksi uterus dalam kehamilan
muda
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya pendarahan
c. Ansietas berhubungan dengan kemungkinan akan kehilangan janin
d. Risiko Infeksi b.d perdarahan, dan kondisi vulva lembab
e. Defisiensi pengetahuan sebab – sebab terjadinya keguguran berhubungan
dengan kurang informasi.
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan dan Tujuan Intervensi Rasional
.
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya Pain Management Pain Management
kontraksi uterus dalam kehamilan muda
1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Untuk memberikan tindakan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
komprehensif termasuk lokasi, keperawatan yang sesuai
selama 2 jam diharapkan nyeri akan
karakteristik, durasi, frekuensi,
berkurang
kualitas dan faktor presipitasi,.
NOC:
2. Kaji kontraksi uterus dan 2. Untuk mengetahui kemajuan
1. Pain level
ketidaknyamanan (awitan, persalinan dan ketidaknyamanan yang
2. Pain control
frekuensi, durasi, intensitas, dan dirasakan ibu
3. Comfort level
gambaran ketidaknyamanan) 3. Respon dari nyeri yang dirasakan ibu.
Kriteria Hasil:
3. Observasi reaksi nonverbal dari
1. Mampu mengontrol nyeri
reaksi ketidaknyamanan 4. Dapat mengurangi faktor yang
2. Menyatakan rasa nyaman
4. Kontrol lingkungan yang dapat memperparah tingkat nyeri
3. Mengungkapkan penurunan nyeri
mempengaruhi nyeri seperti suhu 5. Membantu mengurangi nyeri
4. Menggunakan tehnik yang tepat untuk
ruangan, pencahayaan, dan
mempertahankan kontrol nyeri.
kebisingan 6. Untuk diberikan tindakan selanjutnya
dalam mengatasi nyeri yang tidak
5. Kurangi faktor presipitasi nyeri berhasil tersebut
6. Kolaborasikan dengan dokter jika Analgesic administration
ada keluhan dan tindakan 1. Verifikasi dalam pemberian obat,
penanganan nyeri yang tidak menghindari kesalahan dalam
berhasil pemberian obat

Analgesic administration
2. Menurunkan tingkat nyeri dengan
1. Cek instruksi dokter tentang jenis teknik farmakologi
obat, dosis dan frekuensi
3. Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi

2. Kolaborasi dengan dokter peningkatan kehilangan cairan

pemberian obat analgesik pada mengakibatkan hipotensi dan takikardi

klien
3. Monitor tanda-tanda vital sebelum
dan sesudah diberikan analgesik

2. Kekurangan volume cairan berhubungan NIC :


dengan adanya pendarahan Fluid Management 1. mengetahui keadaan umum pasien
NOC: Fluid Balance, Hydration, Intake 1. Monitor vital sign 2. mengetahui perkembangan
Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 2. Monitor status hydrasi rehidrasi
jam, masalah teratasi dengan kriteria hasil: (kelembaban membrane mukosa, 3. rehidrasi optimal evaluasi intervensi
 Mempertahankan urin output dalam nadi adekuat, tekanan darah 4. mengurangi risiko kekurangan
batas normal sesuai dengan usia, dan ortostatik), jika diperlukan voume cairan semakin bertambah
BB, 3. Monitor masukan makanan/ cairan 5. mengurangi risiko kekurangan
 TD, nadi, suhu tubuh dalam batas dan hitung intake kalori harian voume cairan semakin bertambah
normal 4. Kolaborasi pemberian cairan IV 6. mengurangi risiko kekurangan
 Tidak ada tanda dehidrasi 5. Dorong masukan oral voume cairan semakin bertambah

 Elastisitas turgor kulit baik. Membrane 6. Berikan penggantian nasogastric 7. mengurangi risiko kekurangan

mukosa lembab, tidak ada rasa haus sesuai output voume cairan semakin bertambah

tambahan. 7. Atur kemungkinan transfusi 8. mengurangi risiko kekurangan


8. Persiapan untuk transfuse voume cairan semakin bertambah

Hypovolemia Management 1. mengetahui perkembangan rehidrasi


1. Monitor intake dan output cairan 2. mencegah infeksi dan
2. Pelihara IV line mempertahankan input cairan yang
3. Monitor adanya kelebihan cairan adekuat
4. Monitor BB 3. mencegah masuknya cairan berlebihan
5. Monitor tingkat HB dan hemtokrit 4. mengetahui BB dan membandingkan
6. Pasang urin kateter jika diperlukan BB pasien sebelum dan sesudah
7. Kolaborasikan pemberian diuretic diberikan intervensi
sesuai interuksi 5. memonitor status kebutuhan cairan
pasien
6. mengetahui jumlah output cairan
7. membantu mempermudah output
cairan, menjaga keseimbangan cairan

3. Ansietas berhubungan dengan NIC:


kemungkinan akan kehilangan janin Anxiety Reduction
NOC: 9. Kaji, sifat, sumber dan manifestasi 1. mengidentifikasi perhatian pada bagian
Anxiety self-control, anxiety level, coping. kecemasan. khusus dan menentukan arah dan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 10. Berikan informasi tentang kemungkinan pilihan/ intervensi.
selama (1x30 menit) Ansietas klien teratasi penyimpangan genetic khusus, 2. dapat menghilangkan ansietas
dengan kriteria hasil : resiko yang dalam reproduksi dan berkenaan dengan ketidaktahuan dan
1. Klien mampu mengidentifikasi ketersediaan tindakan/pilihan membantu keluarga mengenai stress,
dan mengungkapkan gejala cemas diagnosa membuat keputusan, dan beradaptasi
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan 11. Kembangkan sikap berbagi rasa secara positif terhadap pilihan.
dan menunjukkan tekhnik untuk secara terus menerus. 3. kesempatan bagi klien untuk mencari
mengontrol cemas 12. Berikan bimbingan antisipasi pemecahan situasi.
3. Vital sign dalam batas normal dalam hal perubahan 4. dapat menghilangkan kecemasan/
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, fisik/psikologis. depresi pada pasangan.
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya
kecemasan

4. Risiko Infeksi f.r perdarahan, dan kondisi NIC: 


vulva lembab 1. Kaji kondisi keluaran/dischart 1. Perubahan yang terjadi pada dishart
NOC: yang keluar ; jumlah, warna, dan dikaji setiap saat dischart keluar.
1. Imune Status bau Adanya warna yang lebih gelap disertai
2. Knowledge: Infection Control 2. Terangkan pada klien pentingnya bau tidak enak mungkin merupakan
3. Risk Control perawatan vulva selama masa tanda infeksi
perdarahan 2. Infeksi dapat timbul akibat kurangnya
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
3. Lakukan perawatan vulva kebersihan genital yang lebih luar
selama 4 jam diharapkan diharapkan tidak
4. Amati luka dari tanda infeksi 3. Inkubasi kuman pada area genital yang
terjadi infeksi
(flebitis) relatif cepat dapat menyebabkan
Kriteria Hasil 5. Anjurkan pada ps untuk infeksi.
1. Tidak ditemukan tanda-tanda adanya melaporkan dan mengenali 4. Daerah ini merupakan port de entry
infeksi. tanda-tanda infeksi kuman Penanda proses infeksi
2. Jumlah Leukosit dalam batas normal 6. Anjurkan pada suami untuk
tidak melakukan hubungan
5. Mencegah infeksi
senggama se;ama masa
perdarahan 6. Pengertian pada keluarga sangat penting
artinya untuk kebaikan ibu; senggama
dalam kondisi perdarahan dapat
Infection Control
memperburuk kondisi system reproduksi
1. monitor tanda dan gejala infeksi
ibu dan sekaligus meningkatkan resiko
2. Pantau hasil laboratorium
infeksi pada pasangan.
3. Amati faktor-faktor yang bisa
1. Proteksi diri dari infeksi
meningkatkan infeksi
2. Mengetahui hasil laboratorium status
4. monitor Vital Sign
imunitas terhadap kemungkinan infeksi
5. Kontrol infeksi
3. Mencegah infeksi sekunder
6. Ajarkan tehnik mencuci tangan
4. Mengetahui keadaan umum pasien
7. Ajarkan tanda-tanda infeksi
5. Meningkatkan daya tahan tubuh
8. Batasi pengunjung
6. Mencegah terjadinya perpindahan
9. Cuci tangan sebelum dan
infeksi
7. membantu proteksi infeksi
8. Mencegah terjadinya infeksi
sesudah merawat ps 9. Mencegah terjadinya infeksi
10. Tingkatkan masukan gizi yang 10. Meningkatkan asupan nutrisi pasien
cukup agar meningkatkan status imunisasi
11. Anjurkan istirahat cukup 11. Meningkatkan relaksasi
12. Pastikan penanganan aseptic 12. Mencegah terjadinya infeksi melalui
daerah IV IV
13. Berikan PEN-KES tentang risk 13. Meningkatkan pengetahuan pasien
infeksi terhadap risiko infeksi

4. Defisiensi pengetahuan sebab – sebab NIC: teaching disease process 1. Untuk mengetahui pengetahuan pasien
terjadinya keguguran berhubungan dengan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya
kurang informasi. 2. Jelaskan pada pasien tentang 2. Agar pasien mengetahui sebab adanya
Setelah di berikan asuhan keperawatan penyebab dari gangguan kehamilan, gangguan dari kehamilan
selama 1×1 jam diharapkan terjadi misalnya adanya penyakit ibu, 3. Untuk mengetahui perkembangan
peningkatan pengetahuan pasien dan kelainan traktur genitalis, trauma, kehamilan pasien
keluarga dengan kriteria hasil : gizi
3. Anjurkan untuk memeriksakan
Knowledge : disease process, health
kehamilan secara teratur
behavior

1. Pasien/Keluarga dapat
menyebutkan penyebab abortus
2. Pasien/keluarga dapat
menyebutkan kembali tanda gejala
abortus
3. Pasien/keluarga dapat
menyebutkan kembali efek
samping abortus
4. Pasien/keluarga dapat
menyebutkan kembali penanganan
terhadap efek samping yang timbul
akibat abortus
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GINEKOLOGI

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. DATA UMUM
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
1) Nama : Ny. M
2) Umur : 39 tahun
3) Jenis kelamin : Perempuan
4) Agama : Islam
5) Pendidikan : S1
6) Pekerjaan : Swasta
7) Suku Bangsa : Buton / Indonesia
8) Alamat : Desa Kaofe Kec. Kadatua
9) Diagnose medis : Abortus Imminens
10) Tanggal dan jam masuk RS : 09-01-2020, jam 06:30 WITA
11) Tanggal Pengkajian : 09-01-2020 jam 08.30
b. Identitas Penanggung jawab
1) Nama : Tn. H
2) Umur : 45 tahun
3) Jenis kelamin : Laki - laki
4) Agama : Islam
5) Pendidikan : S1
6) Pekerjaan : Swasta
7) Suku dangsa : Buton/ Indonesia
8) Hubungan dengan klien : Suami
2. Status Kesehatan saat ini
Keluhan utama : Keluar darah dari jalan lahir.
Alasan masuk rumah sakit : Klien mengeluh keluar darah bercak-bercak dari
jalan lahir setelah melakukan aktifitas, berwarna merah jambu, selain itu klien
mengeluh nafsu makan berkurang merasa lemas dan pusing , kadang merasa
mual dan mntah dan nyeri di bagian bawah perut, kemudian jam 06:30 sampai
di bawa ke RS jam 06:45 ditangani di IGD.
3. Riwayat kesehatan lalu
Penyakit yang pernah dialami : Klien mengatakan tidak pernah mengalami sakit
tyfus dan anemia,
Kecelakaan : Klien mengatakan belum pernah mengalami kecelakaan yang
serius hingga di bawa dan di rawat di RS
Pernah dirawat : Klien mengatakan pernah di rawat di RS waktu melahirkan
anak yang pertama dan kedua
Alergi : Klien mengatakan tidak ada alergi terhadap obat-obatan, namun ada
alergi terhadap makanan, seperti teri dan sejenis ikan laut
Imunisasi : Klien mengatakan mendapatkan imunisasi lengkap (TT 1, TT 2)
4. Riwayat obstetrik masa lalu
Riwayat obstetrik masa lalu G3P2A0

Jumlah Gangguan Proses Tempat Masalah Masalah Masalah Keadaan


Umur
anak kehamilan persalinan persalinan persalinan nifas/ laktasi bayi anak
1 Mual – mual Normal 4 tahun Puskesmas Tidak ada Tidak ada Tidak Sehat
selama 3 Kadatua masalah masalah ada
bulan masalah
2 Nafsu makan Normal 2 tahun Puskesmas Tidak ada Tidak ada Tidak Sehat
berkurang Kadatua masalah masalah ada
masalah
3 Hamil ini Abortus 12 RSUD - - - -
imminens minggu Baubau

5. Keluarga berencana
Klien mengatakan tidak pernah menggunakan KB

6. Genogram
a) Susunan keluarga

Keterangan :
: Laki - Laki

: Perempuan

: Risiko Keguguran/abortus
b) Penyakit yang pernah diderita anggota keluarga : Klien mengatakan dalam
anggota keluarganya tidak yang menderita penyakit hipertensi, tyfus, anemia
berat.
c) Penyakit yang sedang diderita keluarga : Klien mengatakan keluarganya
dalam kondisi yang sehat.
7. Riwayat kesehatan lingkungan
Kebersihan rumah dan lingkungan : Klien mengatakan selalu menjaga
kebersihan rumah dan lingkungan sekitarnya. Untuk pencahayaan rumah cukup,
fentilasi rumah juga cukup.

II. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a) Persepsi klien tentang kesehatan diri : Klien mengatakan kesehatan sangat
penting bagi dirinya, karena apabila sakit klien tidak dapat beraktifitas
dengan maksimal.
b) Pengetahuan dan persepsi klien tentang penyakit dan perawatannya : Klien
mengatakan kurang paham kenapa kehamilannya saat ini keguguran, klien
berfikir ini merupakan cobaan dari Allah Swt yang menguji kesabaran dan
keihklasan klien.
c) Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan : Klien
mengatakan ingin selalu menjaga kesehatannya dengan mengatur pola makan
dengan menu sehat menurut klien.
d) Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan : Klien mengatakan saat
sakit klien hanya membeli obat-obatan dari warung, kadang di perikasakan di
puskesmas terdekat.
e) Faktor sosiol ekonomi : Klien mengatakan penghasilan suaminya dapat
mencukupi kebutuhan dalam kesehariannya.
2. Pola nutrisi dan metabolic
a) Pola makan :
Sebelum sakit : KLien makan 3x sehari, dengan porsi (nasi, lauk, dan sayur)
Selama sakit : Klien makan 3 x sehari menu dari rumah sakit dan hanya
menghabiskan 2-3 sendok.
b) Pola minum :
Sebelum sakit : Klien minum ± 1500cc dalam sehari, air putih terkadang the
hangat.
Selama sakit : Klien minum ± 1-2 gelas dalam sehari yang jenisnya air putih,
dan teh.
3. Pala eliminasi
a) BAB
Sebelum sakit : Klien BAB 1x/sehari, berwarna kuning, konsistensi lembek
Selama sakit : Klien mengatakan selama di rawat belum BAB dalam 1 hari
b) Eliminasi BAK
Sebelum sakit : Klien BAK 3-4x/hari
Selama sakit : Klien BAK 1-2x/hari
4. Pola aktifitas dan latihan
Pekerjaan klien hanya sebagai ibu rumah tangga yang hanya beraktifitas
dilingkungan rumah dan dalam rumah seperti masak, mencuci baju, bersih-besih
rumah dan disekitar lingkungan.
5. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : Klien istirahat tidur ± 7-8 jam pada malam hari, 2-3 jam pada
siang hari.
Selama sakit : Klien istirahat tidur ± 5-6 jam pada malam hari, 1-2 jam pada
siang hari.
6. Pola kognitif perceptual sensori
Penglihatan, pendengaran, dan kemampuan klien masih dalam batas normal.
Kemampuan. Klien merasa lemas dan nyeri sedang didareh uterus
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
Klien ingin segera sembuh dari sakitnya, Klien berharap untuk hamil yang
berikutnya tidak akan mengalami hal lagi seperti saat ini.
8. Pola mekanisme koping
Klien selalu meminta pendapat dari suami apabila ada masalah baik dalam
keluarga maupun di luar keluarga (masyarakat). Apabila ada masalah klien
selalu berusaha menyelesaikan masalahnya dengan kepala dingin, sabar dan
berusaha untuk ikhlas. Klien berharap selama di rawat di RS Roemani ini dapat
secepatnya sembuh.
9. Pola seksual-Reproduksi
Klien seorang perempuan dan mengerti tentang fungsi seksualnya
10. Pola Peran-Berhubungan dengan orang lain
Klien mampu berkomunikasi dan bersosialisai dengan warga setempat ataupun
orang lain, klien dapat berkomunikasi dengan baik tidakada masalah dalam
dalam peran kesehariannya di masyarakat sekitarnya
11. Pola Nilai Kepercayaan
Klien menjalankan ibadah sebagai umat muslim seperti solat 5 waktu walaupun
kadang ada solat solat yang tertinggal dank lien slalu berdoa kepada yang maha
pencipta untuk selalu diberi kesehatan jasmani maupun rohani, klien percaya
yang memberi sehat dan sakit adalah Allah SWT.
III. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : Composmentis
2. Penampilan : Lemah, dan agak pucat
3. Vital sign : TD: 110/70 mmHg, N : 90 x/ menit, RR : 18 x/menit, T: 37,0’ C.
4. Kepala : bentuk mesosecphal, rambut berwarna hitam, tidak ada ketombe
dan tidak rontok.
5. Mata : penglihatan normal, ukuran pupil 2mm, reflek cahaya baik, konjungtiva
anemis, sklera tidak ikterik.
6. Hidung : bentuk simetris, tidak ada secret, tidak ada sinus, tidak ada nafas
cuping hidung, tidak terpasang oksigen.
7. Telinga : bentuk simetris, pendengaran masih normal, tidak ada serumen
8. Mulut dan Tenggorokan : tidak ada kesulitan menelan dan tidak mengalami
gangguan bicara, gigi warna putih tidak terpasang gigi palsu, tidak ada karies
gigi, membran mukosa kering, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
9. Dada
Paru-paru :
Inspeksi : bentuk simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Terdengar bunyi vesikuler
10. Abdomen
Inspeksi : sedikit buncit
Auskultrasi : peristaltic usus 15x/menit
Perkusi : pekak
Palpasi : nyeri tekan di mons pubis
11. Genetalia : terdapat perdarahan
12. Ekstremitas atas dan bawah
tidak ada oedem. Capillary revil kurang dari 2 detik. Tangan kiri terpasang
infuse RL 20 tpm.
13. Kulit
warna sawo matang, kelembaban kulit kering, turgor kulit jelek ,kebersihan
terjaga.
14. Data Penunjang
Pemeriksaan laboratorium tanggal 09/01/2020

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


Leukosit 7,63 10’3/UL 3,6-11
Hemoglobin 10,80 g/dl 11,7-15,5
Trombosit 217 10’3/UL 150-440
Hematokrit 47 % 33-45

Glukosa Sewaktu
- 88 mg/dl < 125

Sero-Imun
- HBsAg Non reaktif (-)

Terapy

Infuse RL 20 tpm
histolam 2x1 tablet
asam folat 2x 600 mikro gram
premaston 2x 5mg

B. ANALISA DATA
Tanggal Data Fokus Diagnosa Keperawatan
09/01/2020 DS : klien mengatakan keluar darah dari jalan rahim Kekurangan volume cairan
klien mengatakan sering haus berhubungan dengan
kehilangan cairan
DO : Klien tampak lemah dan agak pucat, turgor kulit (perdarahan)
jelek, kelembaban kulit kering, mukosa bibir kering,
TD: 110/70 mmHg, N : 90 x/ menit, t: 37,0’ C.
± 15 cc
09/01/2020 DS : klien mengatakan nyeri pada bagaian bawah perut Nyeri berhubungan dengan
P : Saat gerak kontraksi uterus
Q : Seperti di remes - remes
R : Bagian bawah perut
S : 5 (sedang)
T : kurang lebih 5 menit
DO : klien tampak meringis menahan nyeri
09/01/2020 DS : klien mengatakan lemas dan cepat lelah saat Intoleransi aktifitas
beraktifitas berhubungan dengan
kelemahan umum
DO : pasien tampak menahan kesakitan, terpasang infus
RL 20 tpm TD: 100/70 mmHg, RR : 16x/mnt

C. INTERVENSI

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
1. Kekurangan Setelah dilakukan tindakan - Kaji K.U dan TTV
volume cairan keperawatan selama 3x24 jam -Kaji perdarahan
berhubungan volume cairan klien terpenuhi -Anjurkan klien untuk banyak
dengan minum
kehilangan -Kolaborasi dengan tim medis
cairan dalam pemberian obat Kaji nyeri
(perdarahan) -Ciptakan lingkungan nyaman
-Ajarkan tehnik distraksi dan
relaksasi
-Kolaborasi dengan tim medis
Nyeri Setelah dilakukan tindakan - Kaji nyeri
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam -Ciptakan lingkungan nyaman
dengan di harapakan dengan kh; -Ajarkan tehnik distraksi dan
kontraksi uterus -klien dapat berkurang relaksasi
nyerimya Setelah dilakukan -Kolaborasi dengan tim medis
tindakan keperawatan selama
3x24 jam volume cairan klien
terpenuhi

Intoleransi Setelah dilakukan tindakan -Anjurkan klien untuk tirah baring


aktifitas keperawatan selama 3x24 jam -Bantu klien dalam beraktifitas
berhubungan klien dapat beraktifitas seperti -Identifikasi aktifitas yang masih
dengan semula dengan kh ; dapat dilakukan klien
kelemahan - klien dapat melakukan
umum aktifitas secara mandiri
-tidak ada kelelahan
- HR dalam batasan
normal80-100 x/menit

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Hari 1

No. Tanggal/ Implementasi Jam Evaluasi Ttd


DX jam
1. Kamis 1. Mengkaji K.U dan TTV 14.00 S:
09/01/2020
Hasil : KU lemah, TD : Klien mengatakan
Jam 08:40
110/70, N:80x/mnt, badannya terasa lemas dan
Jam 08:50 RR:16x/mnt, S:37,0 c, keluar darah dari jalan
2. Mengkaji pendarahannya rahim cukup banyak
Jam 09:00 Hasil : Perdarahan 15 cc O:
3. Menganjurkan klien untuk Klien tampak lemah dan
banyak minum agak pucat TD : 110/70,
Hasil : klien mengikuti N:80x/mnt, RR:16x/mnt,
Jam 09:10 anjuran yang di berikan S:37,0 c,
4. Mengkolaborasi dengan Perdarahan 15 cc
dokter dalam pemberian A : masalah belum teratasi
Cairan dan obat obatan P : lanjutkan intervensi
Hasil : Infuse RL 20 tpm
histolam 2x1 tablet,
asam folat 2x 600 mikro
gram, premaston 2x 5mg

2 Kamis 1. Mengkaji skala nyeri 14.00 S : Klien mengatakan


09/01/2020 Hasil : klien mengatakan nyeri pada bagian bawah
Jam 09:20 nyeri di bagian bawah perut
perut, klien tampak P : Saat gerak
meringis kesakitan skala Q : seperti di remas -
Jam 09:30 nyeri 5 (sedang) remas
2. Menganjurkan klien untuk R : Bagian bawah perut
istirahat total S : 5 (sedang)
Hasil : klien mengikuti T : kurang lebih 5 menit
Jam 09:40 anjuran yang diberikan Klien mau melakukan
3. Mengajarkan klien untuk nafas dalam
relaksasi napas dalam O : klien masih tampak
Hasil : Klien mau meringis kesakitan dan
melakukan nafas dalam, lemah
klien mengatakan paham Klien tampak rileks
apa yang telah di ajarkan A : masalah teratasi
Jam 09:50 perawat sebagian
4. Mengatur posisi yang P : lanjutkan intervensi
nyaman
Hasil : posisi semi fowler
3. Kamis 1. Mengkaji K.U klien S:
09/01/2020 Hasil : klien masih tampak
14.00 klien mengatakan lemas
Jam 10:10 lemah dan pusing
dan cepat lelah saat
2. menganjurkan klien untuk
beraktifitas
Jam 10:15 tirah baring
Hasil : klien mengikuti
anjuran yang diberikan dan
O:
bersedia untuk di lakukan
tirah baring - pasien tampak lemah
3. Membantu klien dalam
dan pusing
Jam 10:20 beraktifitas
Hasil : klien tampak di - klien tampak di bantu
bantu beraktivitas
beraktivitas
4. mengidentifikasi aktifitas
- klien tidak bisa
Jam 10:40 yang masih dapat dilakukan
melakukan aktifitas
klien
mandiri
Hasil : klien tidak bisa
A : masalah belum teratasi
melakukan aktifitas mandiri
P : lanjutkan intervensi
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Hari 2

No. Tanggal/ Implementasi Jam Evaluasi Ttd


DX jam
1. Jum’at 1. Mengkaji K.U dan TTV 14.00 S:
10/01/2020
Hasil : KU lemah, TD : Klien mengatakan
Jam 08:40
110/80, N:80x/mnt, badannya terasa sudah
Jam 08:50 RR:16x/mnt, S:36,0 c, tidak lemas dan keluar
2. Mengkaji pendarahannya darah lagi dari jalan
Jam 09:00 Hasil : tidak ada perdarahan rahimnya.
3. Menganjurkan klien untuk O:
banyak minum Klien tampak sudah tidak
Hasil : klien mengikuti pucat , TD : 110/80,
Jam 09:10 anjuran yang di berikan N:80x/mnt, RR:20x/mnt,
4. Mengkolaborasi dengan S:36’c,
dokter dalam pemberian Perdarahan tidak ada
Cairan dan obat obatan A : masalah teratasi
Hasil : Infuse RL 20 tpm P : intervensi di hentikan
histolam 2x1 tablet,
asam folat 2x 600 mikro
gram, premaston 2x 5mg

2 Jum’at 1. Mengkaji skala nyeri 14.00 S:


10/01/2020 Hasil : klien mengatakan Klien mengatakan tidak
Jam 09:20 tidak nyeri lagi di bagian nyeri lagi pada bagian
bawah perutnya, klien bawah perutnya
tampa baik O:
2. Menganjurkan klien untuk klien tampak tenang dan
Jam 09:30 istirahat total rileks
Hasil : klien mengikuti
anjuran yang diberikan A : masalah teratasi
3. Mengajarkan klien untuk P : Intervensi dihentikan
Jam 09:40 relaksasi napas dalam
Hasil : Klien mau
melakukan nafas dalam,
klien mengatakan paham
apa yang telah di ajarkan
perawat
4. Mengatur posisi yang
Jam 09:50 nyaman
Hasil : posisi semi fowler
3. Jum’at 1. Mengkaji K.U klien 14.00 S:
10/01/2020 Hasil : klien masih tampak
klien mengatakan tidak
Jam 10:10 lemah dan pusing
lemas dan cepat lelah lagi
2. menganjurkan klien untuk saat beraktifitas
tirah baring
Jam 10:15
Hasil : klien mengikuti
anjuran yang diberikan dan O:
bersedia untuk di lakukan
- pasien tampak baik
tirah baring
3. Membantu klien dalam - klien sudah bisa
beraktifitas
Jam 10:20 melakukan aktifitas
Hasil : klien tampak di
bantu beraktivitas mandiri
4. mengidentifikasi aktifitas
A : masalah teratasi
yang masih dapat dilakukan
Jam 10:40 P : intervensi dihentikan
klien
Hasil : klien tidak bisa
melakukan aktifitas mandiri

DAFTAR PUSTAKA

1. Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.


2. Herdman, T.H. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi &
Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC.
3. Jhonson, Marion dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise,
Misouri: Mosby, Inc.
4. McCloskey, Joanne C, 2008. Nursing Intervention Classification (NIC). St.
Louise, Misouri: Mosby, Inc.
5. Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
6. Affandi B, Adriaansz G, Gunardi ER, Koesno H. Buku panduan praktis
kontrasepsi pelayanan kontrasepsi. Edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka
7. Sarwono Prawirohardjo; 2011. American Diabetes Association. Standards of
medical care in diabetes. Diabetes Care 2011: 34(1); S11-61.
8. American Heart Association. Part 5: Adult Basic Life Support: 2010 American
Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care Science. Circulation 2010;122:S685-S705.
9. American Heart Association. Part 12: Cardiac Arrest in Special Situations: 2010
American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care Science. Circulation 2010;122:S829-S861.

Anda mungkin juga menyukai