Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya


perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan
muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus, misscarriage, early pregnancy
loss. Perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua terutama
setelah melewati trimester III disebut perdarahan antepartum.

Perdarahan pada kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan


pertimbangan masing-masing, tetapi setiap kali kita melihat terjadinya
perdarahan pada kehamilan kita harus selalu berfikir tentang akibat dari
perdarahan ini yang menyebabkan kegagalan kelangsungan kehamilan itu
sendiri. Dikenal beberapa batasan tentang peristiwa yang ditandai dengan
perdarahan pada kehamilan muda, salah satunya adalah abortus.

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum


janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus disebabkan oleh
beberapa faktor baik dari ibu maupun dari janin, oleh sebab itu kita sebagai
tenaga kesehatan harus memberikan wawasan pada ibu hamil untuk selalu
memeriksakan kehamilannya dan waspada terhadap komplikasi yang terjadi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Abortus?
2. Apa saja jenis-jenis dari Abortus?

1
3. Apa factor yang menyebabkan terjadinya Abortus?

C. Tujuan
Diharapkan agar mahasiswa mampu menguraikan dan menguasai materi tentang
asuhan kebidanan kegawatdaruratan pada kasus Abortus.

2
BAB II
TINJAUAN ISI

A. Definisi Abortus

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)


pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup diluar kandungan (Prawiroharjo, 2006). Abortus
adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya kurang dari 20
minggu. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya amenore, tanda-tanda
kehamilan, perdarahan hebat per vagina, pengeluaran jaringan plasenta dan
kemungkinan kematian janin.

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya


kurang dari 20 minggu. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya amenore,
tanda-tanda kehamilan, perdarahan hebat per vagina, pengeluaran jaringan
plasenta dan kemungkinan kematian janin.Pada abortus septik, perdarahan per
vagina yang banyak atau sedang, demam (menggigil), kemungkinan gejala iritasi
peritoneum, dan kemungkinan syok.

Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan


istilah “abortus” berarti mengeluarkan hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel
sperma) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Ini adalah suatu proses
pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh
(www.aborsi.rg). Menurut buku ilmu kebidanan, istilah abortus dipakai untuk
menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan.

3
Selain itu aborsi dapat juga didefinisikan sebagai pengakhiran kehamilan
sebelum fetus mencapai waktunya dan biasanya terjadi sebelum kehamilan
mencapai umur 20-24 minggu. Abortus didefinisikan sebagai keluarnya janin
sebelum mencapai viabilitas. Karena definisi viabilitas berbeda-beda diberbagai
negara, WHO merekomendasikan bahwa janin viabel apabila masa gestasi telah
mencapai 22 minggu atau lebih, atau apabila berat janin 500 gr atau lebih.
Abortus adalah suatu usaha mengakhiri kehamilan dengan dengan mengeluarkan
hasil pembuahan secara paksa sebelum janin mampu bertahan hidup jika
dilahirkan.

B. Etiologi

Penyebab abortus ( early pregnancy loss ) bervariasi dan sering


diperdebatkan. umumnya lebih dari satu penyebab. Penyebab terbanyak
diantaranya adalah sebagai berikut.

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum


menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu.
Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan
kromoson/genetik, lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak
bagus atau kurang sempurna dan pengaruh zat zat yang berbahaya bagi janin
seperti radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus.

Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan


pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah
tinggi yang menahun. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita
oleh sang ibu seperti radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi
virus toxoplasma. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan
pada mulut rahim, kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke

4
belakang (secara umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan
bawaan pada rahim.

Hal-hal yang dapat menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut :

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi


Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin
atau cacat, kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada
hamil muda. Factor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan
antara lain :

a. Kelainan kromosom
Kelainan yang paling sering ditemukan pada abortus spontan adalah
trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan seks
b. Lingkungan kurang sempurna
Lingkungan endometrium disekitar tempat implantasi kurang sempurna
sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu
c. Pengaruh dari luar
Radiasi, virus, obat-obatan dapat mempengaruhi hasil konsepsi maupun
lingkungan hidupnya didalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan
pengaruh teratogen.
d. Kelainan pada plasenta
Oksigenisasi plasenta yang terganggu menyebabkan gangguan
pertumbuhan janin dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak
kehamilan muda.
e. Penyakit ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus, malaria dan pielonefritis
dapat menyebabkan abortus.
f. Kelainan traktus genitalis

5
Retroversio uteri, miomata uteri atau kelainan bawaan dapat
menyebabkan abortus. Sebab lain abortus dalam trimester ke 2 adalah
servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan
serviks, dilatasi serviks berlebihan, atau robekan servik luas yang tidak
dijahit. Trauma baik yang disengaja maupun tidak disengaja.

C. Mekanisme Abortus

Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau


seluruh bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua.
Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut
menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses abortus.

1. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu:


Embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan
villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto , meskipun sebagian dari
hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis.
Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.
2. Pada kehamilan 8 – 14 minggu:
Mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban
lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta
masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam
kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini
sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak.
3. Pada kehamilan minggu ke 14 – 22:
Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta
beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam
uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi
perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu
banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari penjelasan diatas jelas bahwa

6
abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas
beragam.
4. Patofisiology
Pada abortus terjadi perdarahan desidualis, Pelepasan embrio parsial atau
komplit akibat perdarahan kecil didalam desidua. Ketika terjadi kegagalan
fungsi plasenta, uterus mulai berkontraksi sehingga proses abortus mulai.
Jika terjadi sebelum minggu kedelapan, embrio defektif yang tertutup vilidan
desidua cenderung dikeluarkan dalam gumpalan yang disebut blighted ovum,
walaupun sedikit konsepsi dapat tertahan dalam uterus maupun serviks.
Perdarahan uterus terjadi sewaktu proses pengeluaran, antara minggu
kedelapan dan ke empat belas, mekanisme diatas dapat terjadi. Atau
membran ketuban dapat ruptur sehingga mengeluarkan janin yang cacat,
tetapi gagal mengeluarkan plasenta. Plasenta ini dapat menonjol di osteum
serviks eksterna. Atau tetap melekat pada dinding uterus. Abortus ini diikuti
oleh perdarahan yang banyak. Antara minggu ke14 dan 22 janin biasanya
dikeluarkan dengan diikuti plasenta beberapa saat kemudian. Plasenta lebih
jarang tertahan. Biasanya perdarahan tidak berat, tetapi rasa nyeri dapat
hebat, sehingga menyerupai persalinan kecil.

D. Macam-Macam Abortus
1. Aborsi Spontan
Apabila abortus terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus, disebabkan oleh sebab- sebab alami.
2. Abortus iminens (keguguran mengancam)
abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk
mempertahankannya, pada abortus ini terdapat nyeri akibat kram pada
abdomen bawah atau nyeri pada punggung bawah, tetapi bisa juga tidak.
3. Abortus incipiens

7
Abortus ini sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi.abortus ini terjadi
ketika ada pembukaan serviks atau ketuban pecah disertai perdarahan dan
nyeri pada bagian abdomen bawah atau pada punggung.
4. Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap)
Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian ( biasanya
jaringan plasenta) masih tertinggal dalam raahim, yang akan menyebabkan
perdarahan yang bertambah parah atau infeksi, terutama jika aborsi terjadi
pada trimester ke II
5. Abortus kompletus
Keguguran lengkap
6. Missed abortus ( keguguran tertunda )
Keadaan dimana janin telah mati selama 22 minggu tetapi tertahan didalam
rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
7. Abortus Habitualis
Keguguran berulang ulang, terjadi pada wanita yang telah mengalami abortus
lebihdari tiga kali.
8. Abortus infeksiosus dan abortus septic
Abortus yang disertai infeksi pada genetalia, sedang abortus septik adalah
abortus infeksius berat disertai penyebaran kuman atau toksin kedalam
peredaran darah atau peritonium.
9. Aborsi Buatan (Provokatus)
Pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan mencapai 28 minggu
sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu
maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak)
10. Abortus provocatus therapeuticus
Pengguguran kehamilan, biasanya dengan alat-alat dengan alasan bahwa
kehamilan membahayakan, membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu
menderita penyakit berat.

8
11. Abortus provocatus criminalis
Pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang syah dan dilarang oleh
hukum.

E. Tanda dan gejala


1. Abortus Imminens
a) Perdarahan pervaginam
b) Mulas sedikit atau tidak ada keluhan
c) Ostium uteri masih tertutup
d) Besar uterus sesuai umur kehamilan
e) Tes urin masih positif

2. Abortus Insipiens
a) Perdarahan pervaginam dan semakin bertambah sesuai dengan
pembukaanserviks
b) Serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, tetapi hasil
konsepsi masih dalam kavum ueri
c) Mulas karena kontraksi yang sering dan kuat
d) Besar uterus sesuai dengan umur kehamilan
e) Tes urin masih positif

3. Abortus Inkompletus
a) Perdarahan biasanya masih terjadi jumlah nyapun bisa banyak atau
sedikit tergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan
sebagian plasental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus
b) Kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uerti
atau menonjol pada ostium uteri eksternum.
c) Besar uterus sudah lebih kecil dari umur kehamilan dan kantong gestasi
sudah sulit dikenali, di kavum ueri tampak massa hiperekoik yang
bentuknya tidak beraturan.

9
4. Abortus Kompletus
a) Biasa tidak ada keluhan .
Biasa diawali dngan abortus iminens yang kemudian merasa sembuh, tapi
pertumbuhan terhenti.
b) Pada pemeriksaan USG akan didapatka uterus yang mengecil , kantong
gestasi yang mengecil, dan bentuknya tidak beraturan disertai gambaran
fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan.
c) Pemeriksaan tes urine biasa hasil negatif setelah satu minggu dari
terhentinya kehamilan.

5. Missed Abortion
a) Perdarahan sedikit
b) Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri, ostium uteri telah
menutup
c) Besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan
d) Pemeriksaan tes urine biasanya masih positif 7 – 10 hari setelah abortus.

6. Abortus Infeksiosus/ Sepsis


a) Panas tinggi
b) Tampak sakit dan lelah.
c) Takikardi
d) Perdarahan pervaginam yang berbau
e) Uterus yang membesar dan lembut, serta nyeri tekan
f) Pemeriksaan laboratorium didapatkan tanda infeksi dan leukositosis

10
F. Penanganan Abortus
1. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik mungkin akan didapatkan keadaan umum pasien yang
tampak lemah, kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun,
denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau mungkin
meningkat.
Pada pemeriksaan ginekologi, saat inspeksi vulva akan ditemukan perdarahan
pervaginam disertai dengan ada atau tidaknya jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup. Pada
colok vagina ditemukan porsio mungkin masih terbuka atau kemungkinan
juga sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar
uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan

2. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Tes urine untuk mengetahui kehamilan
b. Pemeriksaan Dopler untuk mengetahui denyut jantung janin
c. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mengetahui keadaan janin
d. Pemeriksaan Hb
e. Pemeriksaan fibrinogen pada missed abortion

3. Diagnosis/criteria diagnosis
Diagnosa abortus dapat ditegakkan apabila seorang wanita usia produktif
mengeluh mengalami perdarahan pervaginam setelah mengalami terlambat
haid, terdapat rasa nyeri, ditemukan tes kehamilan yang positif, adanya
pembukaan cerviks atau ada jaringan dalam kavum uteri atau vagina
(Wiknjosastro, 1991).

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)


pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup diluar kandungan (Prawiroharjo, 2006). Abortus
adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya kurang dari 20
minggu. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.

Kelainan inilah yang paling umum menyebabkan abortus pada kehamilan


sebelum umur kehamilan 8 minggu. Mekanisme awal terjadinya abortus adalah
lepasnya sebagian atau seluruh bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal
pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan
subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali
proses abortus.

12
DAFTAR PUSTAKA

Lisnawati, Lilis. 2013. Asuhan Kebidanan Terkini Kegawatdaruratan Maternal dan


Neonatal. Jakarta : TIM

Rukiyah, Ai yeyeh.2010. Asuhan Kebidanan IV Patologi Kebidanan. Jakarta : TIM

Arafahrasyid. 2013/05/kegawatdaruratan-maternal-dan-neonatal.html diakses tanggal


20 Maret 2015

13

Anda mungkin juga menyukai