PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Abortus?
2. Apa saja jenis-jenis dari Abortus?
1
3. Apa factor yang menyebabkan terjadinya Abortus?
C. Tujuan
Diharapkan agar mahasiswa mampu menguraikan dan menguasai materi tentang
asuhan kebidanan kegawatdaruratan pada kasus Abortus.
2
BAB II
TINJAUAN ISI
A. Definisi Abortus
3
Selain itu aborsi dapat juga didefinisikan sebagai pengakhiran kehamilan
sebelum fetus mencapai waktunya dan biasanya terjadi sebelum kehamilan
mencapai umur 20-24 minggu. Abortus didefinisikan sebagai keluarnya janin
sebelum mencapai viabilitas. Karena definisi viabilitas berbeda-beda diberbagai
negara, WHO merekomendasikan bahwa janin viabel apabila masa gestasi telah
mencapai 22 minggu atau lebih, atau apabila berat janin 500 gr atau lebih.
Abortus adalah suatu usaha mengakhiri kehamilan dengan dengan mengeluarkan
hasil pembuahan secara paksa sebelum janin mampu bertahan hidup jika
dilahirkan.
B. Etiologi
4
belakang (secara umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan
bawaan pada rahim.
a. Kelainan kromosom
Kelainan yang paling sering ditemukan pada abortus spontan adalah
trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan seks
b. Lingkungan kurang sempurna
Lingkungan endometrium disekitar tempat implantasi kurang sempurna
sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu
c. Pengaruh dari luar
Radiasi, virus, obat-obatan dapat mempengaruhi hasil konsepsi maupun
lingkungan hidupnya didalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan
pengaruh teratogen.
d. Kelainan pada plasenta
Oksigenisasi plasenta yang terganggu menyebabkan gangguan
pertumbuhan janin dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak
kehamilan muda.
e. Penyakit ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus, malaria dan pielonefritis
dapat menyebabkan abortus.
f. Kelainan traktus genitalis
5
Retroversio uteri, miomata uteri atau kelainan bawaan dapat
menyebabkan abortus. Sebab lain abortus dalam trimester ke 2 adalah
servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan
serviks, dilatasi serviks berlebihan, atau robekan servik luas yang tidak
dijahit. Trauma baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
C. Mekanisme Abortus
6
abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas
beragam.
4. Patofisiology
Pada abortus terjadi perdarahan desidualis, Pelepasan embrio parsial atau
komplit akibat perdarahan kecil didalam desidua. Ketika terjadi kegagalan
fungsi plasenta, uterus mulai berkontraksi sehingga proses abortus mulai.
Jika terjadi sebelum minggu kedelapan, embrio defektif yang tertutup vilidan
desidua cenderung dikeluarkan dalam gumpalan yang disebut blighted ovum,
walaupun sedikit konsepsi dapat tertahan dalam uterus maupun serviks.
Perdarahan uterus terjadi sewaktu proses pengeluaran, antara minggu
kedelapan dan ke empat belas, mekanisme diatas dapat terjadi. Atau
membran ketuban dapat ruptur sehingga mengeluarkan janin yang cacat,
tetapi gagal mengeluarkan plasenta. Plasenta ini dapat menonjol di osteum
serviks eksterna. Atau tetap melekat pada dinding uterus. Abortus ini diikuti
oleh perdarahan yang banyak. Antara minggu ke14 dan 22 janin biasanya
dikeluarkan dengan diikuti plasenta beberapa saat kemudian. Plasenta lebih
jarang tertahan. Biasanya perdarahan tidak berat, tetapi rasa nyeri dapat
hebat, sehingga menyerupai persalinan kecil.
D. Macam-Macam Abortus
1. Aborsi Spontan
Apabila abortus terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus, disebabkan oleh sebab- sebab alami.
2. Abortus iminens (keguguran mengancam)
abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk
mempertahankannya, pada abortus ini terdapat nyeri akibat kram pada
abdomen bawah atau nyeri pada punggung bawah, tetapi bisa juga tidak.
3. Abortus incipiens
7
Abortus ini sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi.abortus ini terjadi
ketika ada pembukaan serviks atau ketuban pecah disertai perdarahan dan
nyeri pada bagian abdomen bawah atau pada punggung.
4. Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap)
Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian ( biasanya
jaringan plasenta) masih tertinggal dalam raahim, yang akan menyebabkan
perdarahan yang bertambah parah atau infeksi, terutama jika aborsi terjadi
pada trimester ke II
5. Abortus kompletus
Keguguran lengkap
6. Missed abortus ( keguguran tertunda )
Keadaan dimana janin telah mati selama 22 minggu tetapi tertahan didalam
rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
7. Abortus Habitualis
Keguguran berulang ulang, terjadi pada wanita yang telah mengalami abortus
lebihdari tiga kali.
8. Abortus infeksiosus dan abortus septic
Abortus yang disertai infeksi pada genetalia, sedang abortus septik adalah
abortus infeksius berat disertai penyebaran kuman atau toksin kedalam
peredaran darah atau peritonium.
9. Aborsi Buatan (Provokatus)
Pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan mencapai 28 minggu
sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu
maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak)
10. Abortus provocatus therapeuticus
Pengguguran kehamilan, biasanya dengan alat-alat dengan alasan bahwa
kehamilan membahayakan, membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu
menderita penyakit berat.
8
11. Abortus provocatus criminalis
Pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang syah dan dilarang oleh
hukum.
2. Abortus Insipiens
a) Perdarahan pervaginam dan semakin bertambah sesuai dengan
pembukaanserviks
b) Serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, tetapi hasil
konsepsi masih dalam kavum ueri
c) Mulas karena kontraksi yang sering dan kuat
d) Besar uterus sesuai dengan umur kehamilan
e) Tes urin masih positif
3. Abortus Inkompletus
a) Perdarahan biasanya masih terjadi jumlah nyapun bisa banyak atau
sedikit tergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan
sebagian plasental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus
b) Kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uerti
atau menonjol pada ostium uteri eksternum.
c) Besar uterus sudah lebih kecil dari umur kehamilan dan kantong gestasi
sudah sulit dikenali, di kavum ueri tampak massa hiperekoik yang
bentuknya tidak beraturan.
9
4. Abortus Kompletus
a) Biasa tidak ada keluhan .
Biasa diawali dngan abortus iminens yang kemudian merasa sembuh, tapi
pertumbuhan terhenti.
b) Pada pemeriksaan USG akan didapatka uterus yang mengecil , kantong
gestasi yang mengecil, dan bentuknya tidak beraturan disertai gambaran
fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan.
c) Pemeriksaan tes urine biasa hasil negatif setelah satu minggu dari
terhentinya kehamilan.
5. Missed Abortion
a) Perdarahan sedikit
b) Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri, ostium uteri telah
menutup
c) Besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan
d) Pemeriksaan tes urine biasanya masih positif 7 – 10 hari setelah abortus.
10
F. Penanganan Abortus
1. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik mungkin akan didapatkan keadaan umum pasien yang
tampak lemah, kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun,
denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau mungkin
meningkat.
Pada pemeriksaan ginekologi, saat inspeksi vulva akan ditemukan perdarahan
pervaginam disertai dengan ada atau tidaknya jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup. Pada
colok vagina ditemukan porsio mungkin masih terbuka atau kemungkinan
juga sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar
uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan
2. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Tes urine untuk mengetahui kehamilan
b. Pemeriksaan Dopler untuk mengetahui denyut jantung janin
c. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mengetahui keadaan janin
d. Pemeriksaan Hb
e. Pemeriksaan fibrinogen pada missed abortion
3. Diagnosis/criteria diagnosis
Diagnosa abortus dapat ditegakkan apabila seorang wanita usia produktif
mengeluh mengalami perdarahan pervaginam setelah mengalami terlambat
haid, terdapat rasa nyeri, ditemukan tes kehamilan yang positif, adanya
pembukaan cerviks atau ada jaringan dalam kavum uteri atau vagina
(Wiknjosastro, 1991).
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
13