Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 2 , Hal 13-18, Agustus 2020 e-ISSN 2548-7051

Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL YANG


BERHUBUNGAN DENGAN POLA MAKAN IBU MENYUSUI
Anita Rahmawati, Charisma Suciara*)
Program Studi Pendidikan Ners, STIKES Patria Husada Blitar
Jl.Soedanco Supriyadi no.168 Blitar, Indonesia

Abstrak
Kebutuhan nutrisi ibu menyusui lebih besar dibandingkan ibu hamil atau ibu tidak
menyusui tetapi tidak semua ibu menyusui telah menerapkan pola makan yang baik
karena dipengaruhi banyak faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor
internal dan eksternal yang berhubungan dengan pola makan ibu menyusui. Desain
penelitian cross sectional dengan populasi berjumlah 178 ibu menyusui di Pustu desa
Sepanjang Gondanglegi Kabupaten Malang. Sampel sebanyak 33 diambil dengan
purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis bivariat
menggunakan uji chi-square dengan α=0,05. Hasil penelitian menunjukkan faktor
internal yang berhubungan signifikan dengan pola makan adalah pengetahuan ibu
(p=0,023), sedangkan faktor eksternalnya budaya berpantang makan (p=0,001) dan
informasi nutrisi laktasi (p=0,008). Faktor internal yang tidak menunjukkan hubungan
signifikan yaitu usia ibu (p=0,206), pendidikan ibu (p=0,143), pekerjaan ibu (p=0,574),
urutan bayi (p=0,934) dan faktor eksternal sosial ekonomi/pendapatan (p=0,557).
Pengetahuan nutrisi laktasi terbentuk dari informasi yang pernah diperoleh ibu dan
akan diterapkan dalam pola makannya karena semua ibu pasti mengingikan bayinya
tumbuh sehat. Diharapkan ibu menyusui mencari informasi untuk meningkatkan
pengetahuan tentang nutrisi masa menyusui.
.
Kata kunci: faktor internal;faktor eksternal; ibu menyusui; pola makan

Abstract
Internal And External Factors Releated to Dietary Habit of Breastfeeding Mother.
The nutritional demand of breastfeeding mothers are greater than pregnant woman or
non breastfeeding mothers, but not all breastfeeding mother have good dietary habit
because they are influenced by many factors. This study aim to determine the internal
and external factors associated with dietary habit of breastfeeding mothers. A cross
sectional study with a population of 178 breastfeeding mothers in Pustu Sepanjang
Village, Gondanglegi, Malang. The research Sample of 33 mothers by purposive
sampling. Data collection used questionnaire and analysis using chi-square test with
α=0,05. The results was internal factors of maternal knowledge have significantly
related to the diet (p=0,023), while external factors were eating abstinence culture
(p=0,001) and lactation nutritional information (p=0,008). Internal factors didn’t show a
significant relationship was maternal age (p=0,206), maternal education (p=0,143),
maternal occupation (p=0,574), infant order (p=0,934) and socioeconomic external
factor (p=0,557). Lactation nutrition knowledge was formed from information. Mothers
will adopt a diet according to her knowledge because all mothers would want their
babies to grow up healthy. Breastfeeding mothers are expected to find information to
increase their knowledge.

Keywords: internal factors, external factors, dietary habit, breastfeeding mother

13
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 2 , Hal 13-18 , Agustus 2020 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

Pendahuluan kualitas ASI yang baik bagi bayi (Proverawati,


Pola makan merupakan tingkah laku atau 2010).
kebiasaan dalam memenuhi kebutuhan makanan Berbagai faktor berpengaruh dalam
yang menggambarkan konsumsi makan harian pembentukan pola makan ibu menyusui baik
meliputi jenis, jumlah dan frekuensi makan. faktor internal dari dalam diri ibu sendiri maupun
Makanan yang dikonsumsi ibu pada masa faktor dari luar diri ibu (faktor eksternal). Menurut
menyusui harus memenuhi kebutuhan untuk Sulistyoningsih (2011) faktor-faktor yang
dirinya sendiri dan untuk pertumbuhan serta mempengaruhi terbentuknya pola makan meliputi
perkembangan bayinya sehingga kebutuhan faktor ekonomi, faktor sosial budaya, agama,
nutrisi ibu meningkat saat masa menyusui, pendidikan dan lingkungan. Sedangkan hasil
menurut rekomendasi komisi ahli FAO/WHO penelitian Nadimin et al. (2010) menunjukkan
asupan makanan selama menyusui berkisar hubungan yang signifikan antara pengetahuan
antara 1.800 kalori hingga 2.700 kalori atau dengan status gizi ibu menyusui. Semakin baik
1800-2000 gr (Andriani & Wirjatmadi, 2014). pengetahuan gizi yang dimiliki ibu menyusui
Pola makan yang sehat adalah makanan maka semakin baik pula status gizinya.
yang dikonsumsi mengandung jumlah kalori zat- Pengetahuan tentang nutrisi pada masa laktasi
zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan seperti akan membuat ibu mampu melakukan
karbohidrat, protein, vitamin, mineral, serat dan pengaturan jumlah, jenis dan jadwal makanan
air. Pola makan juga harus diatur secara rasional. dengan baik
Ibu yang sebelum menyusui makan tiga kali
sehari, selama menyusui frekuensi makan harus Metode
ditambah. Selain memperlancar produksi ASI, Rancangan dalam penelitian ini
juga untuk mempercepat proses pemulihan menggunakan desain cross sectional dengan
kesehatan ibu setelah persalinan (Krisnatuti & populasi adalah ibu menyusui yang terdaftar di
Hastoro, 2000). Pustu Desa Sepanjang Gondanglegi Kabupaten
Pola makan ibu dalam masa menyusui Malang berjumlah 178 ibu menyusui yang
berkaitan dengan produksi ASI. Komponen- tersebar dalam 6 posyandu balita. Sampel
komponen di dalam ASI diambil dari tubuh ibu berjumlah 33 ibu menyusui yang diambil
sehingga kecukupan nutrisi yang dikonsumsi ibu menggunakan tehnik purposive Sampling dengan
ikut menentukan keoptimalan pengeluaran kriteria inklusi sebagai berikut: Ibu menyusui
hormon prolaktin dan kerja kelenjar yang yang datang ke posyandu saat penelitian
berperan dalam produksi ASI. Oleh karena itu, berlangsung, menyusui hanya 1 bayi saja,
pola makan ibu dalam masa menyusui secara menyusui eksklusif, umur bayi <6 bulan, ibu
tidak langsung akan menentukan status gizi bayi. dalam kondisi sehat, tidak memiliki penyakit
Apabila ibu menyusui memiliki pola makan yang penyerta, bisa membaca dan menulis, dan
baik maka semakin baik pula status gizi ibu bersedia menjadi responden.
menyusui dan juga status gizi bayi Pengumpulan data dilakukan saat jadwal
(Manggabarani et al, 2018). kunjungan posyandu balita menggunakan
Penerapan pola makan yang baik sangat kuesioner berisi pertanyaan tentang faktor
penting untuk diperhatikan oleh ibu menyusui, internal (usia, pendidikan, pekerjaan, status bayi
namun kenyataannya pola makan ibu menyusui yang sedang disusui, pengetahuan tentang
tidak semuanya baik, penelitian terhadap ibu nutrisi masa laktasi), faktor eksternal (budaya
menyusui di Lowokwaru, Malang menunjukkan berpantang makanan, status sosial ekonomi,
75 % mempunyai pola makan baik, dan 25 % paparan informasi) dan pertanyaan pola makan
pola makan cukup (Imasrani, et al., 2016). Masih ibu yang dikembangkan oleh peneliti
ada ibu kurang memperhatikan asupan gizi pada berdasarkan modifikasi dari buku sumber
makanan yang mereka konsumsi saat menyusui, Ramayulis & Marbun (2010). Kuesioner
atau kurang mengatur pola makannya, bahkan pengetahuan nutrisi masa laktasi berupa 22
masih ada ibu menyusui yang mempercayai dan pernyataan dengan pilihan jawaban benar dan
menerapkan budaya yang tidak benar dalam salah yang berisi mengenai pengertian dan
pemenuhan nutrisi ibu menyusui seperti manfaat nutrisi masa laktasi, karakteristik dan
menjalankan pantangan-pantangan dalam kebutuhan zat gizi ibu menyusui, dampak
mengkonsumsi makanan saat menyusui yang kekurangan nutrisi ibu menyusui serta pantangan
akhirnya membentuk pola makan yang kurang ibu menyusui. Kuesioner pola makan ibu
baik. Pantangan-pantangan yang masih banyak menyusui terdiri dari 17 pertanyaan dengan
diterapkan ibu menyusui diantaranya tidak pilihan jawaban sering, kadang-kadang, jarang
mengkonsumsi ikan, ayam dan telur, padahal dan tidak pernah yang berisi pertanyaan
makanan tersebut bermanfaat dalam proses mengenai jumlah makanan yang dikonsumsi ibu
recovery ibu postpartum dan pembentukan selama 24 jam, jenis makanan dan jadwal makan

14
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 2 , Hal 13-18, Agustus 2020 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

ibu menyusui. Analisa data menggunakan uji chi- Kurang 1 3,0 0 0 0 0


square dengan α= 0,05. total 19 57,5 11 33,4 3 9,1

Hasil Tabel 5. Tabulasi Silang Pola Makan dan


Pengetahuan Ibu Menyusui di Pustu Desa
Faktor Internal Yang Berhubungan
Sepanjang Gondanglegi Kabupaten Malang,
Dengan Pola Makan Ibu Menyusui Desember 2017
Faktor internal adalah faktor yang dibentuk Pola Pengetahuan Ibu
dari dalam diri ibu sendiri. Dalam penelitian ini, Makan baik cukup kurang
faktor internal yang diteliti meliputi usia, F % f % f %
pendidikan, pekerjaan, urutan bayi yang disusui
Baik 6 18,2 8 24,2 0 0
dan pengetahuan ibu. Masing-masing faktor
Cukup 3 9,1 14 42,5 0 0
internal tersebut jika dihubungkan dengan pola
Kurang 0 0 1 3,0 1 3,0
makan ibu terlihat sebagai berikut:
Total 9 27,3 23 69,7 1 3,0
Berdasarkan tabel di atas, ibu menyusui
Tabel 1. Tabulasi Silang Pola Makan dan Usia
yang mempunyai pola makan baik paling banyak
Ibu Menyusui di Pustu Desa Sepanjang
pada ibu yang berusia 21-30 tahun, mempunyai
Gondanglegi Kabupaten Malang, Desember
pendidikan terakhir Perguruan Tinggi, bekerja
2017
sebagai ibu rumah tangga dan menyusui bayi
Usia
Pola yang merupakan anak pertama. Tetapi ada ibu
≤ 20 21-30 >30
Makan yang mempunyai pola makan kurang juga
F % f % f % bekerja sebagai ibu rumah tangga dan menyusui
Baik 1 3,0 9 27,3 4 12,1 anak pertama namun berpendidikan SD dan
Cukup 5 15,2 8 24,3 5 15,2 berusia ≤ 20 tahun. Sedangkan berdasarkan data
Kurang 1 3,0 0 0 0 0 pengetahuan terlihat bahwa tidak ada ibu yang
total 7 21,2 17 51,6 9 27,3 mempunyai pengetahuan kurang dan
mempunyai pola makan baik dan sebaliknya
Tabel 2. Tabulasi Silang Pola Makan dan semua ibu yang mempunyai pola makan kurang,
Pendidikan Ibu Menyusui di Pustu Desa mempunyai pengetahuan yang kurang.
Sepanjang Gondanglegi Kabupaten Malang,
Desember 2017 Tabel 6. Analisis Faktor Internal Yang
Pendidikan Berhubungan dengan Pola Makan Ibu Menyusui
Pola
SD-SMP SMA PT di Pustu Desa Sepanjang Gondanglegi
Makan
f % f % f % Kabupaten Malang, Desember 2017
Baik 6 18,2 2 6,1 6 18,2 Faktor yang Berhubungan p-
Cukup 13 39,3 2 6,1 3 9,1 R
dengan Pola makan value
Kurang 1 3,0 0 0 0 0 Usia ibu 0,206 0,226
total 20 60,5 4 12,2 9 27,3 Pendidikan ibu 0,143 0,260
Pekerjaan ibu 0,574 0,180
Tabel 3. Tabulasi Silang Pola Makan dan Urutan bayi 0,934 -0,015
Pekerjaan Ibu Menyusui di Pustu Desa Pengetahuan ibu 0,023 0,394
Sepanjang Gondanglegi Kabupaten Malang,
Desember 2017 Tabel 6 menunjukkan hasil uji statistik
Pola Pekerjaan hubungan pola makan dengan faktor internal.
Makan swasta IRT total Dari perbandingan masing-masing nilai p
f % f % f % terhadap α = 0,05 dapat diketahui hanya Faktor
Baik 5 15,2 9 27,3 14 42,4 internal pengetahuan ibu menyusui tentang
Cukup 4 12,1 14 42,4 18 54,7 nutrisi laktasi yang berhubungan dengan pola
Kurang 0 0 1 3,0 1 3,0 makan (p<0,05) sedangkan faktor internal yang
total 9 27,3 24 72,7 33 100 lain seperti usia, pendidikan, pekerjaan dan
urutan bayi tidak berhubungan dengan pola
Tabel 4. Tabulasi Silang Pola Makan dan Urutan makan (p>0,05). Hubungan pengetahuan dan
Bayi yang Disusui Ibu Menyusui di Pustu Desa pola makan merupakan hubungan searah artinya
Sepanjang Gondanglegi Kabupaten Malang, semakin baik pengetahuan, pola makan juga
Desember 2017 semakin baik.
Urutan Bayi
Pola
1 2 >2
Makan
f % f % f %
Baik 8 24,2 5 15,2 1 3,0
Cukup 10 30,3 6 18,2 2 6,1

15
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 2 , Hal 13-18, Agustus 2020 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

Faktor Eksternal Yang Berhubungan Tabel 10. Analisis Faktor Eksternal Yang
Dengan Pola Makan Ibu Menyusui Berhubungan dengan Pola Makan Ibu Menyusui
di Pustu Desa Sepanjang Gondanglegi
Tabel 7. Tabulasi Silang Pola Makan dan Kabupaten Malang, Desember 2017
Budaya Berpantang Makanan Ibu Menyusui di Faktor yang Berhubungan p-
R
Pustu Desa Sepanjang Gondanglegi Kabupaten dengan Pola makan value
Malang, Desember 2017 Budaya berpantang 0,001 -
Budaya Berpantang Makanan makanan 0,553
Pola Sosial ekonomi 0,557 0,106
Ya Tidak
Makan (pendapatan)
f % f %
Informasi nutrisi laktasi 0,008 0,477
Baik 0 0 14 42,4
Cukup 11 33,4 7 21,3
Faktor eksternal yang berhubungan
Kurang 1 3,0 0 0
dengan pola makan ibu menyusui yaitu budaya
Total 12 36,4 21 63,7
berpantang makanan dan informasi nutrisi laktasi,
sedangkan sosial ekonomi (pendapatan keluarga)
Tabel 8. Tabulasi Silang Pola Makan dan sosial
adalah faktor eksternal yang tidak berhubungan
ekonomi Ibu Menyusui di Pustu Desa Sepanjang
dengan pola makan ibu menyusui.
Gondanglegi Kabupaten Malang, Desember
2017
Pembahasan
Sosial ekonomi/pendapatan Dari kelima faktor internal yang diteliti,
Pola
< Rp ≥ Rp empat faktor yaitu usia, pendidikan, pekerjaan,
Makan
2.368.510 2.368.510 dan urutan bayi yang disusui tidak ada hubungan
F % f % signifikan dengan pola makan, terlihat dari nilai
Baik 10 30,3 4 12,2 p > α (α=0,05). Meskipun demikian, hasil tabulasi
Cukup 10 30,3 8 24,2 silang pada tabel 1 menunjukkan bahwa ibu
Kurang 1 3,0 0 0 menyusui yang mempunyai pola makan baik dan
Total 21 63,6 12 36,4 cukup paling banyak berusia 21-30 tahun.
Menurut Sloane & Benedict (2009), usia ideal
Tabel 9. Tabulasi Silang Pola Makan dan untuk hamil dan mempunyai anak pertama
informasi nutrisi laktasi Ibu Menyusui di Pustu adalah usia 20-30 tahun karena pada rentang
Desa Sepanjang Gondanglegi Kabupaten usia tersebut seorang wanita telah mempunyai
Malang, Desember 2017 kondisi psikologis yang siap dan fisik paling
Pola Informasi nutrisi laktasi optimal serta kerentanan terhadap resiko
Makan pernah Tidak pernah penyakit, kehamilan dan persalinan paling
f % f % rendah. Namun sesuai dengan hasil penelitian
Baik 14 42,4 0 0 pada tabel 3, usia tidak menjadi faktor internal
Cukup 11 33,3 7 21,3 yang berhubungan signifikan dengan pola makan
Kurang 1 0 1 3,0 (p=0,206). Hal ini dapat dijelaskan karena
total 26 75,7 8 24,3 banyak faktor lain yang mempengaruhi seperti 5
ibu yang berusia ≤ 20 tahun dalam penelitian ini
Berdasarkan tabel diatas, semua ibu yang telah mendapatkan informasi tentang nutrisi
mempunyai pola makan baik tidak berpantang laktasi sehingga sudah mampu membentuk pola
makanan dan yang berpantang makanan makan yang baik atau cukup.
mempunyai pola cukup dan kurang. Status sosial Demikian juga pada faktor pendidikan,
ekonomi ibu menyusui yang dilihat dari jumlah hanya ibu yang berpendidikan terakhir SD yang
pendapatan per bulan berdasarkan nilai upah memiliki pola makan kurang. Tetapi ada 19 ibu
minimum regional (UMR) kabupaten Malang menyusui yang berpendidikan rendah (SD atau
tahun 2017 menunjukkan ibu dengan SMP) justru memiliki pola makan baik. Hal ini
pendapatan dibawah atau sama dengan UMR tidak sesuai dengan yang dikemukakan oleh
ada yang mempunyai pola makan kurang Sulistyoningsih (2011) dimana faktor-faktor yang
sedangkan yang mempunyai pendapatan diatas membentuk pola makan diantaranya adalah
UMR tidak ada yang mempunyai pola makan pendidikan. Dalam penelitian ini, pendidikan tidak
kurang. Sedangkan ibu menyusui yang pernah berhubungan secara signifikan dengan pola
mendapat informasi tentang nutrisi laktasi makan (p=0,143) karena meskipun secara teori
mempunyai pola makan baik dan cukup, tingkat pendidikan berperan dalam pembentukan
sebaliknya ibu menyusui yang tidak pernah pengetahuan seseorang dan pengetahuan
mendapat informasi nutrisi laktasi mempunyai berperan dalam pembentukan pola makan
pola makan cukup dan kurang. namun pengetahuan juga dipengaruhi oleh
pengalaman. 6 ibu yang berpendidikan SD dan

16
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 2 , Hal 13-18, Agustus 2020 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

mempunyai pola makan baik, semuanya pasti menghendaki bayi yang disusui mendapat
menyusui bayi bukan sebagai anak pertama ASI yang cukup dan dapat tumbuh dengan baik.
artinya ibu sebelumnya telah mempunyai Ibu yang paham dengan kebutuhan nutrisi saat
pengalaman menyusui dan pengaturan pola menyusui tentunya akan berupaya untuk
makan selama menyusui. memenuhi kebutuhan nutrisinya baik itu jumlah,
Pekerjaan ibu dalam penelitian ini jenis maupun jadwal makan sehingga akan
mayoritas sebagai ibu rumah tangga (IRT). membentuk pola makan yang baik.
Menurut Wawan & Dewi (2010), dalam Tabel 10 menunjukkan faktor eksternal
lingkungan pekerjaan memungkinkan seseorang yang diteliti dalam penelitian ini meliputi
mendapatkan informasi sehingga pekerjaan penerapan budaya berpantang makanan, status
menjadi faktor yang mempengaruhi pengetahuan sosial ekonomi dan pernah tidaknya mendapat
seseorang. Ibu rumah tangga hanya akan informasi tentang nutrisi masa laktasi. Dari ketiga
mendapat informasi seputar dari lingkungan faktor eksternal tersebut, hanya faktor status
tempat tinggalnya sehingga akan cenderung sosial ekonomi yang tidak ada hubungan dengan
menerapkan pola makan sesuai pola makan (p=0,557). Status sosial ekonomi
kebiasaan/budaya masyarakat dilingkungannya ditentukan berdasarkan jumlah pendapatan
termasuk dalam penerapan budaya berpantang keluarga setiap bulan dibandingkan dengan UMR
makanan atau “tarak”. Dalam penelitian ini kabupaten Blitar tahun 2017, dimana jumlah
meskipun hanya ibu rumah tangga yang pendapatan keluarga ≤ UMR (Rp 2.368.510)
mempunyai pola makan kurang tetapi ada 23 ibu dikategorikan dalam status sosial ekonomi
rumah tangga yang mempunyai pola makan baik kurang dan >UMR (Rp 2.368.510) masuk dalam
atau cukup. Perkembangan tehnologi saat ini status sosial ekonomi tinggi. Tabulasi silang
memungkinkan ibu rumah tangga bisa antara status sosial ekonomi dengan pola makan
mendapatkan informasi apapun, dimanapun dan pada tabel 2 menunjukkan justru lebih banyak ibu
kapanpun sehingga berdasarkan tabel 9, antara dengan status ekonomi kurang memiliki pola
pekerjaan dan pola makan tidak terdapat makan baik dan cukup tetapi hanya pada ibu
hubungan yang signifikan (p=0,574). dengan status sosial ekonomi kurang yang
Urutan anak yang disusui dapat memiliki pola makan kurang. Penelitian ini
mencerminkan pengalaman ibu dalam menyusui. menunjukkan status sosial ekonomi tidak menjadi
Semakin banyak anak, semakin banyak penghalang ibu untuk memperhatikan pola
pengalaman dan informasi tentang nutrisi masa makannya. Ibu menyusui dalam penelitian ini
laktasi yang diterima ibu dan akhirnya akan tinggal di wilayah relatif pedesaan sehingga
membentuk pengetahuan ibu menyusui, namun dengan pendapatan di bawah UMR tetap mampu
dalam penelitian ini menunjukkan tidak ada memenuhi variasi jenis makanan terutama sayur
hubungan signifikan antara urutan anak yang dan buah dengan memanfaatkan lingkungan
disusui dengan pola makan dengan nilai p=0,934 pekarangan dan perkebunan di sekitar rumah.
(tabel 9). Meskipun belum mempunyai Faktor eksternal yang lain yaitu
pengalaman, akses informasi sangat mudah berpantang makanan menunjukkan hubungan
didapatkan pada era sekarang ini terlebih lagi ibu yang signifikan berlawanan arah dengan pola
menyusui dengan 1 atau 2 anak umumnya masih makan artinya semakin melakukan pantangan
berusia muda dan lebih mengenal media sosial makanan, pola makan semakin kurang. Dengan
untuk mendapatkan informasi dengan mudah. menerapkan budaya berpantang makanan berarti
Berdasarkan tabel 3, Faktor internal ibu menghindari atau memiliki pantangan
pengetahuan ibu menyusui berhubungan terhadap makanan tertentu. Biasanya jenis
signifikan dengan pola makan (p= 0,023). Pola makanan yang dijadikan pantangan sewaktu
makan disini meliputi jenis, jadwal dan jumlah. masa menyusui atau setelah melahirkan adalah
Kebutuhan nutrisi untuk ibu menyusui berbeda jenis makanan yang mengandung protein tinggi
dengan ibu saat tidak hamil maupun saat hamil. seperti ikan, telur, ayam, seafood, sayur dan
Kuantitas makanan untuk ibu menyusui buah yang mengandung banyak air. Masyarakat
dibutuhkan lebih banyak dibandingkan saat ibu yang menerapkan budaya berpantang makanan
hamil. Begitu juga dengan jenis makanan ibu (“tarak”) percaya makanan-makanan tersebut
menyusui membutuhkan kadar kalsium dan flour dapat menghambat pengeringan luka setelah
tinggi untuk pembentukan ASI. Ibu menyusui melahirkan dan juga dianggap mengganggu
juga dianjurkan untuk mencukupi kebutuhan kualitas ASI. Beberapa ibu menyusui dilarang
cairan lebih banyak yaitu 2-2,5 liter air sehari untuk mengkonsumsi ikan laut karena dianggap
mengingat 88 gr % kadar ASI berupa air. menyebabkan ASI menjadi amis dan dapat
Makanan tambahan sangat diperlukan ibu memicu alergi bayi (Atikah & Erna, 2016).
menyusui untuk mempertahankan kuantitas dan Kebudayaan masyarakat setempat
kualitas ASI sesuai dengan kebutuhan bayi mempengaruhi perilaku ibu untuk ikut serta
(Simanjuntak & Sudaryati, 2010). Semua ibu menerapkan budaya tersebut. Budaya

17
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 2 , Hal 13-18, Agustus 2020 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

berpantang makanan akan mempengaruhi ibu Daftar Pustaka


dalam menentukan jenis makanan yang Andriani, M. & Wirjatmadi, B. (2014). Peranan
dikonsumsi, membatasi pemilihan variasi jenis Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta:
makanan sehingga membentuk pola makan. Kencana Prenadamedia Group.
Faktor eksternal lain yang berhubungan Atikah, P. & Erna, K. (2011). Ilmu Gizi untuk
signifikan dengan pola makan dalam penelitian Keperawatan dan Gizi Kesehatan.
ini adalah faktor pernah tidaknya ibu menyusui Yogyakarta: Mulia Medika.
memperoleh informasi tentang nutrisi masa Imasrani, I.Y., N.W.Utami & Susmini. (2016).
laktasi (p=0,008). Antara Informasi nutrisi laktasi Kaitan Pola Makan Seimbang Dengan
dengan pola makan terdapat hubungan yang Produksi ASI Ibu Menyusui. Jurnal Care,
signifikan searah artinya semakin banyak 4(3), 1-7.
mendapat informasi tentang nutrisi laktasi, maka Krisnatuti & Hastoro. (2000). Menu Sehat untuk
pola makan akan semakin baik. Kebutuhan Ibu Hamil dan Menyusui. Jakarta: Puspa
nutrisi pada masa menyusui berbeda dengan Suara.
saat hamil maupun tidak hamil baik jumlah, jenis Manggabarani, S., A.J. Hadi, I.Said dan S.Bunga.
maupun jadwal makan. Jika ibu menyusui belum (2018). Hubungan Status Gizi, Pola
pernah mendapat informasi atau tidak paham Makan, Pantangan Makanan dengan
akan hal tersebut, besar kemungkinan ibu tidak Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu
memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan Menyusui di Kota Makassar. Jurnal
meningkatkan jumlah, jenis maupun jadwal Dunia Gizi, 1(1), 1-9.
makan. Dalam penelitian ini, dari 25 ibu yang Nadimin, A.Baharuddin, & A.Zakaria. (2010).
pernah mendapatkan informasi menyusui laktasi, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
14 ibu mempunyai pola makan baik dan 11 ibu Status Gizi Ibu Menyusui Wilayah Kerja
mempunyai pola makan cukup. Tidak ada ibu Puskesmas Moncobalang Kabupaten
yang pernah mendapatkan informasi nutrisi Gowa. Jurnal Kesehatan Media Gizi
laktasi mempunyai pola makan kurang. Pangan, 4(1), 52-57.
Sebaliknya semua ibu yang tidak pernah Proverawati, A. & Asfuah, S. (2010). Buku ajar
mendapatkan informasi nutrisi laktasi tidak ada Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
yang mempunyai pola makan baik. Medika.
Ramayulis, R. & Marbun, M. (2010). Menu dan
Simpulan dan Saran Resep untuk Ibu Menyusui. Jakarta:
Simpulan Penebar Plus.
Faktor internal yang berhubungan Simanjuntak, D. & E. Sudaryati. 2005. Gizi Pada
signifikan dengan pola makan adalah Ibu Hamil Dan Menyusui, 9(2), 78-82.
pengetahuan, sedangkan faktor internal lain Sloane & Benedict. (2009). Petunjuk lengkap
seperti usia, pekerjaan, pendidikan, urutan bayi kehamilan. Alih Bahasa, Anton Adiwiyoto.
yang disusui tidak berhubungan signifikan Jakarta: PustakaMina.
dengan pola makan. Faktor eksternal budaya Sulistyoningsih. (2011). Gizi untuk Kesehatan Ibu
berpantang makanan dan informasi nutrisi laktasi dan Anak. Jogjakarta: Graha Ilmu.
berhubungan signifikan dengan pola makan Wawan, A. & Dewi, M. (2010). Teori dan
sementara faktor eksternal status sosial ekonomi Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
tidak ada hubungan signifikan dengan pola Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha
makan. Medika.
Saran
Ibu menyusui diharapkan agar
meningkatkan pengetahuan tentang nutrisi masa
laktasi (menyusui) dengan meningkatkan akses
informasi dari berbagai media, juga disarankan
meninjau kembali penerapan budaya pantangan
makanan yang benar dan salah. Perawat atau
pemegang program gizi di puskesmas agar lebih
meningkatkan pengetahuan nutrisi laktasi ibu
menyusui dengan lebih sering memberikan
penyuluhan tentang nutrisi masa laktasi mulai
saat kelas ibu hamil atau saat posyandu balita
juga mengidentifikasi dan memperbaiki budaya
berpantang makanan yang tidak sesuai dengan
kesehatan tetapi masih diterapkan oleh ibu
menyusui.

18

Anda mungkin juga menyukai