Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup diluar
kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin
yng dilahirkan dengan berat badan dibawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan
sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20
minggu. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan. Abortus buatan ialah
pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan. Abortus terapeutik ialah abortus
buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus
buatan banyak tidak dilaporkan, keculi apabila terjadi komplikasi; juga karena sebagian abortus
spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik tidak diperlukan dan
kejadian ini dianggap sebagai haid terlambat. Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar
10-15% (Wiknjosastro, 2008).
Lebih dari 80% abortus terjadi pada 12 minggu pertama, dan setelah itu angka ini cepat
menurun. Kelainan kromosom merupakan penyebab lainnya, paling sedikit separuh dari kasus
abortus ini, dan insidenya setelah itu juga menurun. Resiko abortus spontan meningkat seiring
dengan paritas serta usia ibu dan ayah. Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat
dari 12% pada wanita berusia kurang dari 20 tahun menjadi 26% pada mereka yang usianya
lebih dari 40 tahun. Untuk usia ayah yang sama, peningkatan adalah dari 12% sampai 20%.
Akhirnya, isidensi abortus meningkat apabila wanita yang bersagkutan hamil dalam 3 bulan
setelah melahirkan bayi aterm (Cunningham, 2006).
Kurang lebih 10 sampai 15% kehamilan yang telah didiagnosis secara klinis berakhir dengan
keguguran. Alasan utama terjadinya keguguran pada awal kehamilan ialah kelainan genetik,
yang mencapai 75% hingga 90% total keguguran. Alasan lain terjadinya Abortus spontan adalah
kadar progesteron yang tidak normal, kelainan pada kelenjar tiroid, diabetes yang tidak
terkontrol, kelainan pada rahim, infeksi, dan penyakit autonium lain (Varney, 2007).
A. Pengertian
Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup di luar
rahim, jika beratnya kurang dari 500 g, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu
karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan yang
mengalami abortus, hampir selalu didahului dengan matinya janin dalam rahim
(Manuaba, 2007:683).
Abortus imminens adalah abortus tingkat permulaan dan ancaman terjadinya
abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi
masih baik dalam kandungan ( Sarwono, 2008:467).
Abortus imminens adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman t
erhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih
mungkin berlanjut atau dipertahankan. (Syaifudin. Bari Abdul, 2001:147)
B. Klasifikasi Abortus
Menurut Winkjosastro (2005:305-308) klasisikasi abortus dibagi
1. Abortus spontan
Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan, dalam
hal ini dibedakan sebagai berikut:
Abortus imminens,
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 28
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya
dilatasi servik.
Abortus Insipiens
Terjadi perdarahan pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu dan
disertai mulas yang sering dan kuat. Pada abortus jenis ini terjadi
pembukaan atau dilatasi serviks tetapi hasil konsepsi masih di dalam
rahim.
Abortus Inkomplet
Terjadi pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 28 minggu, sementara sebagian masih berada di dalam rahim. Terjadi
dilatasi serviks atau pembukaan, jaringan janin dapat diraba dalam rongga
uterus atau sudah menonjol dari os uteri eksternum. Perdarahan tidak akan
mengalami perdarahan dan masih ada sisa jaringan yang tertinggal, harus
dikeluarkan dengan cara dikuret.
Abortus Servikalis
Pengeluaran hasil konsepsi terhalang oleh os uteri eksternum yang tidak
membuka, sehingga mengumpul di dalam kanalis servikalis (rongga
serviks) dan uterus membesar, berbentuk bundar, dan dindingnya menipis.
2. Abortus provokatus
Abortus provokatus
merupakan
jenis
abortus
yang
sengaja
3. Abortus Buatan
Tindakan pengosongan rahim pada kehamilan kurang dan 28 minggu
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara yang tepat untuk menangani suatu
kasus pada suatu keadaan tertentu sangat bergantung pada keadaan penderita;
tuanya
kehamilan; fasilitas
yang
operator.
C. Etiologi
dan
sebagainya
dapat
korealis belum menembus desidua terlalu dalam; sedangkan pada kehamilan 8-14
minggu, telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan
tertinggal, karena itu akan banyak terjadi perdarahan (Sinopsis Obstetri Jilid I, 2002).
Patofisiologis terjadina keguguran, mlai dari terlepasnya sebagian atau seluruh
jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga jann kekurangan nutrisi dan
O2. Bagian yang terlepasdi anggap benda asing, sehingga rahim berusaha untuk
mengeluarkan dengan kontraksi.Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya
atau sebagian masih tertinggal, yang menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena itu,
keguguran memberikan gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi
perdarahan, dan di sertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
Berntuk perdarahn bervariasi, di antarnya :
Sedikit-sedikit dan berlangsung lama
Sekaligus dalam jumlah yang besar dapat di sertai gumpalan
Akibat perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun;
dapat
menimbulkan syok.
E. Prognosis
Menurut winkjosastro (2005:306) macam dan lamanya kehamilan menentukan prognosa
kelangsungan kehamilan. Perdarahan kurang baik bila perdarahan berlangsung lama ,
mules-mules yang disertai pendataran dan pembukaan servik.
F. Diagnosa
Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh
tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat, sering terdapat pula
rasa mules. Kecurigaan tersebut diperkuat dengan ditentukannya kehamilan muda pada
pemeriksaan bimanual dan dengan tes kehamilan secara biologis atau imunologik
bilamana hal itu dikerjakan harus diperhatikan macam dan banyaknya perdarahan,
pembukaan servik dan adanya jaringan dalam kavum uteri atau vagina.
1. Abortus Spontan
a. Abortus imminens
Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi
perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama
sekali, terus membesar sebesar tuanya kehamilan, servik belum membuka, dan tes
kehamilan positif. Abortus imminens dapat disertai nyeri akibat kram tetapi bisa
juga tidak.
b. Abortus insipiens
Rasa mules sering dan kuat, perdarahan bertambah. Pada trimester pertama
kehamilan, tidak ditemukan perdarahan atau nyeri berlebihan, tanda-tanda vital
dalam batas normal, tidak mengalami distres emosional yang berat, dan kadar
hertokrit mencapai 30%.
c. Abortus inkomplit
Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba
dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri
eksternum. Perdarahan mulai sebagai bercak dan berlanjut menjadi perdarahan
hebat, atau dapat mulai sebagai perdarahan hebat. Kram biasanya ada, dan ibu
melihat keluarnya jaringan. Ibu melihat pecah ketuban nyata bila usia gestasi
adalah 12 minggu atau lebih.
d. Abortus komplit
Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup dan
uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil
konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semua sudah keluar dengan
lengkap.
2. Abortus Infeksiosa
Ditemukannya servik membesar dan diatas ostium uteri eksternum teraba jaringan.
3. Missed Abortion (Retensi Janin Mati)
Dahulu diagnosis biasanya tidak dapat ditentukan dalam satu kali pemeriksaan
melainkan memerlukan waktu pengamatan untuk menilai tanda-tanda tidak
tumbuhnya malahan mengecilnya uterus. Missed abortion biasanya didahului oleh
tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara spontan atau setelah
pengobatan. Bercak mungkin ada, kurang pertumbuhan uteri dalam pemeriksaan,
tidak ada gerakan jantung janin, terlihat pada ultrasuara atau ada jaringan janin tanpa
tanda viabilitas.
4. Abortus Habitualis
H. Komplikasi
Menurut Cunningham (2005), komplikasi abortus imminens adalah sebagai berikut :
1) Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi
dan jka perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi
apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2) Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti.
Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas
dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi. Perforasi
uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalaan
gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukaan
kandung kemih atau usus. Degan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cidera,
untuk selanjutnya mengambil tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.
3) Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi
biasanya ditemukan pada abortus inkomletus dan lebih sering pada abortus buatan
yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis. Umumnya pada abortus infeksius
infeksi terbatas pada desidua.
4) Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena
infeksi berat (syok endoseptik)