Anda di halaman 1dari 12

berbagi ilmu kebidanan

Jumat, 20 April 2012


ABORTUS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
Kematian maternal merupakan masalah besar, khusunya dinegara yang sedang berkembang
sekitar 98 – 99 % kematian maternal terjadi dinegara berkembang, sedangkan dinegara maju
hanya sekitar 1 – 2 %. Sebenarnya sebagian besar kematian tersebut masih dapat dicegah apabila
dapat diberikan pertolongan pertama yang adekuat (Manuaba,2007)
Menurut laporan WHO tahun 1996, terjadi kematian maternal sekitar 586.000 orang/tahun,
sedangkan kematian perinatal adalah sekitar sepuluh juta. Sekitar 98-99% kematian terjadi
dinegara berkembang (573.000 orang). Sekitar sepertiga kematian terjadi akibat pertolongan
gugur kandung tidak aman dan tidak bersih (191.100 orang). Penyebab utama masih tetap trias
penyebab kematian berupa pendarahan 60% (343.000 orang), infeksi 25% (143.250 orang),
gestosis. Penyebab lain hanya menimbulkan kematian pada 5% kematian maternal/perinatal.
Lamanya kehamilan yang normal adalah 40 minggu dihitung dari haid pertama yang terakir.
Kadang-kadang kehamilan berakir sebelum waktunya dan ada kalanya melebihi waktu normal.
Abortus atau keguguran adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat bertahan hidu,
yaitu sebelum kehamilan berusia 22 minggu atau berat janin belum mencapai 500 gram. Abortus
biasanya ditandai dengan terjadinya pendarahan pada wanita yang sedang hamil, dengan adanya
peralatan USG, sekarang dapat diketahui bahwa abortus dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yang
pertama yaitu abortus akibat kegagalan perkembangan janin dimana gambaran USG menunjukan
kantong kehamilan yang kosong, sedangkan jenis yang kedua adalah abortus karena kematian
janin, dimana janin tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti denyut jantung atau
pergerakan yang sesuai dengan usia kehamilan (obstetric patologi FK UNPAD)
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1.       Defenisi abortus


Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan
dengan berat badan kurang dari 1000gr atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu (manuaba
1998:214).
Abortus adalah berakirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) atau sebelum
kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar
kandungan (sarwono, 2006)
Abortus adalah terhentinya,proses kehamilan yang berlangsung sebelum mencapai umur
28 minggu atau berat janin sekitar 500 gram.
2.2.      Etiologi
            Beberapa faktor yang dapat menyebabkan abortus antara lain :
a)      Faktor janin
Faktor kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah gangguan pertumbuhan zigot,
embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada trimester
pertama, yaitu :
1.      Kelainan telur, telur kosong (blinghted ovum), kerusakan embrio atau kelainan kromoson
2.      Embrio dengan kelainan lokal
3.      Abnormalitas pembentukan plasenta (hipoiplast trofoblas)
b)      Faktor ibu
1.      Faktor kekebalan (imunologi) misalnya pada penyakit lupus.
2.      Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman, toksoplasma, herpes dan
klamidia
3.      Kelemahan otot leher rahim
4.      Kelainan bentuk rahim
c)      Faktor bapak
Kelainan kromoson dan infeksi sperma diduga dapat menyebabkan abortus
d)     Faktor genetik
1.      Kelainan kromoson
Kelainan kromoson yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi, monosomi,
triploid / tetraploid
2.      Abortus dua kali karena kelainan kromoson terjadi 80 %
3.      Sindrom ehlers-danlos
Suatu keadaan membran endometrium sangat rapuh sehingga mudah rupture atau pecah ( ruptur
membran abortus spontan )
1.      Faktor endokrin berpotensi menyebabkan aborsi pada sekitar 10-20% kasus
2.      Insufisiensi fase luteal ( fungsi corpus luteum yang abnormal dengan tidak cukupnya produksi
progesteron )
e)      Faktor infeksi
Infeksi termasuk infeksi yang disebabkan oleh TORCH (toksoplasma, rubella, cytomegalovirus)
dan malaria
f)       Faktor anatomi uterus
1.      Submukosa mioma uteri
2.      Kelainan congenital uterus seperti, septum, uterus arkuatus yang berat, terdapat prolip uteri
3.      Serviks inkompeten

2.3.            Patologi abortus


Pada permulaan terjadi pendarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan
sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena dianggap benda
asing, maka uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada kehamilan dibawah 8 minggu,
hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili korealis belum menembus desidua terlalu
dalam, sedangkan pada kehamilan 8 – 14 minggu, telah masuk agak dalam, sehingga sebagian
keluar dan sebagian lagi akan tertinggal, karna itu akan banyak terjadi pendarahan. Pendarahan
jumlahnya tidak banyak jika plasenta terlepas segera dan terlepas dengan lengkap
(Sarwono,2008)

2.4.            Jenis-jenis abortus


1.      Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis,
semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
2.      Abortus buatan
Adalah tindakan abortus yang sengaja dilakukan untuk menghilangkan kehamilan sebelum umur
28 minggu atau berat janin 500 gram.
a.       Abortus provokator medisinalis.
Abortus yang dilakukan atas dasar indikasi vital ibu hamil, jika diteruskan, kehamilannya akan
lebih membahayakan jiwa sehingga terpaksa dilakukan abortus buatan
b.      Abortus provokatus kriminalis
Abortus yang dilakukan pada kehamilan yang tidak diinginkan, diantaranya akibat perbuatan
yang tidak bertanggung jawab.

2.5.            Abortus secara klinis


1.      Abortus imminens
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum
20 minggu, dimana hasil konsepsi masih didalam uterus dan tanpa dilatasi servik. Dalam hal ini
keluarnya fetus masih bisa dicegah dengan memberikan obat-obatan hormonal dan
antispasmodika serta istirahat.
Ciri-ciri
a.       Terasa nyeri/kram pada abdomen ringan
b.      Disertai perdarahan ringan, encer.
c.       Pemeriksaan dalam :
-          Ø tertutup
-          Hegar positif
-          Piskacek positif
-          Chadwieck postif
d.      Tes kehamilan positif

2.      Abortus insipiens


Terjadi pendarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dimana hasil konsepsinya masih
berada dalam kavum uteri. Kondisi ini menunjukakan proses abortus sedang berlangsung dan
akan berlanjut menjadi abortus inkomplit ataukomplit, dengan tanda-tanda perdarahan sedang
hingga banyak, kdang-kadang keluar gumpalan darah, servik terbuka, uterus sesuai usia
kehamilan, kram nyeri perut bagian bawah karena kontraksi rahim kuat, akibat kontraksi uterus
jadi pembukaan, belum terjadi ekspulsi hasil konsepsi.

Ciri-ciri :
a.       Terasa nyeri, kram berat
b.      Perdarahan banyak bahkan disertai gumpalan
c.       Pemeriksaan dalam
-          Pembukaan sudah ada
-          Ketuban menonjol
-          Terasa kontraksi uterus berlanjut
d.      Tes hamil mungkin masih positif

3.      Abortus inkomplet


Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum
uteri melalui kanalis.

Ciri-ciri :
a.       Sudah terjadi abortus dengan mengeluarkan jaringan tetapi sebagian masih berada didalam
uterus
b.      Merupakan ancaman terjadi perdarahan
c.       Pemeriksaan dalam :
-          Pembukaan masih ada, mungkin teraba jaringan sisa
-          Perdarahan mungkin makin bertambah, setelah pemeriksaan dalam
d.      Tes kehamilan mungkin masih positif, tetapi hamil tidak dapat dipertahankan

4.      Abortus komplit


Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh dari hasil konsepsi telah dikeluarkan dari
kavum uteri, ditandai dengan perdarahan barcak hingga sedang, servik terbuka/tertutup. Uterus
lebih kecil dari usia gestasi, sedikit atau tanpa nyeri perut bawah dari riwayat hasil konsepsi.

Ciri-ciri :
a.       Perdarahan sudah minimal
b.      Jaringan sudah ekpulsi total
c.       Besarnya uterus mendekati normal
d.      Pemeriksaan dalam :
-          Pembukaan masih ada, jarinagn kosong
-          Perdarahan minimal

2.6.            Diagnosis abortus


a.       Abortus imminens
Diagnosis abortus imminens ditentuka karena adanya perdarahn melalui ostium uteri
eksternum, disertai sedikit mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuanya
kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Pada beberapa wanita hamil
dapat timbul perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang jika terjadi pembuahan.
Hal ini disebabkan oleh penembusan villi koriales kedalam desidua, pada saat implantasi ovum.
Perdarahn implantasi biasanya sedikit, darah bewarna merah, dan cepat berhenti, serta tidak
disertai rasa mulas.
Pemeriksaan penunjang yang dapat menegakkan diagnosis abortus imminens salah satunya
adalah dengan pemeriksaan USG. Pada saat USG dapat ditemukan buah kehamilan masih utuh.
Diagnosis meragukan jika kantong kehamialn masih utuh, tetapi pulsasi jantung janin belum
jelas

b.      Abortus insipiens


Diagnosis abortus insipiens ditentukan karena adanya perdarahan melalui ostium uteri
eksternum, disertai mules atau adanya kontraksi uterus. Pada pemeriksaan dalam, ostium
terbuka, buah kehamilan masih didalam uterus, serta ketuban masih utuh dan dapat menonjol.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu biasanya perdarahan tidak banyak dan bahaya perforasi
pada kerokan akan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian
infus oksitosin

c.       Abortus inkomplit


Diagnosis abortus inkomplit ditentukan karena adanya perdarahan melalui ostium uteri
eksternum, disertai mules atau adanya kontraksi uterus. Apabila adanya perdarahan banyak dapat
menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan.
Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum
uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.
Abortus inkomplit sering berhubungan dengan aborsi yang tidak aman, oleh karena itu periksa
tanda-tanda infeksi atau sepsis
d.      Abortus komplit
Pada abortus komplit ditemukan adanya perdarahan yang sedikit, ostium uteri telah menutup,
dan uterus telah mengicil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa
dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap

2.7.            Komplikasi
Komplikasi yang paling berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi dan syok.
a.       Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu
pemberian transfisi darah. Kematian karena pendarahan dapat terjadi apabila pertolongan telah
diberikan pada waktunya.

b.      Perforasi
Perforasi kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hipertrofleksi. Jika terjadi
peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jiak ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan
laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi.

c.       Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adexa dapat terjadi dalam setiap aborus, tetapi biasanya didapatkan
pada abirtus inkomplit yang berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman (unsafe
abrotion)

d.      Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat
(syok endoseptik)

2.8.            Dampak psikologi pada ibu


Selain resiko secara fisik, wanita yang mengalami abortus juga akan mengalami resiko
psikologis seperti adanya konflik dalam pengambilan keputusan sehingga kesulitan membuat
keputusan, merasa ditekan dan difaksa, merasa tidak kuasa memutuskan (merasa berhak
memilih).
Oleh karena itu WHO pada tahun 1970, menyebutkan bahwa wanita yang melakukan aborsi
legal cenderung akan mengalami resiko tinggi gangguan kejiwaan paska aborsi merupakan
masalah kejiwaan yang terjadi karena adanya sikap mendua dalam melakukan aborsi tetai,
terlanjut dilakukan sehingga akan menggunakan dua mekanisme pertahankan kejiwaan, yaitu
represi dan denial (pengingkaran diri)
Sehingga wanita yang mengalami post abortion sundrome akan mengalami perasaan bersalah,
merasa harga diri rendah, insomnia dan mimpi-mimpi dan disertai mimpi buruk, sering
melakukan kilas baik, adanya sikap permusuhan dan pengarahan kesalahan pada pria, menjerit,
berputus asa dan depresi adanya usaha-usaha bunuh diri.
2.9.            Penatalaksanaan abortus
1.      Abortus imminens
a.       Istirahat baring
Tidur terbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan karena cara ini menyebabkan
bertambahnya aliran darah keuterus dan berkurangnya rangsangan mekanik
b.      Periksa denyut nadi dan suhu badan 2x sehari bila pasien tidak panas dan tiap 4 jam bila pasien
panas.
c.       Tes kehamilan dapat dilakukan dan pemeriksaan USG untuk menetukan lebih pasti apakah janin
masih hidup
d.      Pemberian obat penenang
e.       Diet tinggi protein dan viramin C
f.       Bersihakn vulva minimal 2x sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi terutama
saat masih menhgeluarkan cairan coklat
PRINSIP
Perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 12 minggu :
a.       Jangan langsung di curate
b.      Tentukan dulu janin mati atau hidup
c.       Jangan terpengaruh hanay hasil B-HSG yang positif, karena meskipun janin sudah mati, B-HCG
mungkin masih tinggi, bisa bertahan sampai 2 bulan setelah kematian janin

2.      Abortus insipiens


a.       Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36
jam dengan diberi morfin
b.      Pada kehamilan kurang darin 12 minggu, yang biasanya disertai perdaraha, tangani dengan
pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan korekan
memakai kuret tajam. Suntikka ergometrin 0,5 mg IM.
c.       Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam deksrtose 5 % 500 ml
dimulai 8 tetes/menit dan naikkan sesuia kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
d.      Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara
manual
PRINSIP
Perdarahan pervaginaman pada kehamilan kurang dari 12 minggu :
a.       Jangan langsung di curate
b.      Tentukan dulu janin mati atau hidup
c.       Jangan terpengaruh hanay hasil B-HSG yang positif, karena meskipun janin sudah mati, B-HCG
mungkin masih tinggi, bisa bertahan sampai 2 bulan setelah kematian janin

3.      Abortus inkomplit


a.       Bila disertai syok karena pendarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan
selekas mungkin ditransfusi darah
b.      Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg
secara IM
c.       Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara
manual
d.      Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi

4.      Abortus komplit


a.       Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3-5 hari
b.      Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah
c.       Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
d.      Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.

BAB III
PENUTUP

1.1              Kesimpulan
            Abortus atau keguguran adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat bertahan
hidu, yaitu sebelum kehamilan berusia 22 minggu atau berat janin belum mencapai 500 gram.
Abortus biasanya ditandai dengan terjadinya pendarahan pada wanita yang sedang hamil, dengan
adanya peralatan USG, sekarang dapat diketahui bahwa abortus dapat dibedakan menjadi 2 jenis,
yang pertama yaitu abortus akibat kegagalan perkembangan janin dimana gambaran USG
menunjukan kantong kehamilan yang kosong, sedangkan jenis yang kedua adalah abortus karena
kematian janin, dimana janin tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti denyut jantung
atau pergerakan yang sesuai dengan usia kehamilan (obstetric patologi FK UNPAD)
                  Abortus dibagi menjadi 2 macam yaitu abortus spontan dan abortus buatan. Abortus
menurut klinisnya terbagi menjadi abortus immines. Abortus insipient, abortus komplit dan
abortus inkomplit. Abortus mempunyai berbagai macam penyebab dan juga ada komplikasinya.
Menajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di gunakan sebagai metode
untuk mengorganisasikan pikiran serta tindakan berdasarkan teori ilmiah.Penemuan –penemuan
ketrampilan dalam rangkaian tahapan untuk mengambil keputusan yang berfokus pada
klien .Asuhan kebidanan ini adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada pasien
pelaksanaannya dilakukan dengan cara bertahap dan sistematis melalui suatu proses yang disebut
manajemen kebidanan menurut Varney.
1.2              Saran
Dengan adanya manajemen kebidanan diharapkan mahasiswa dapat menerapkan asuhan
yang diberikan sesuai dengan standar profesi

DAFTAR PUSTAKA

Obstertri patologi, fakultas kedokteran universitas padjadjaran bandung


Pengantar kuliah obstetric,Jakarta:2007
Sarwono, ilmu kandungan, yayasan pustaka. Jakarta : 2008

Diposkan oleh dewi-berbagiilmukebidanan.blogspot.com di 08.23


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog
 ▼  2012 (5)
o ►  Mei (1)

o ▼  April (4)

 ABORTUS
 PELECEHAN SEKSUAL
 GIZI PADA IBU NIFAS
 Anemia postpartum

Mengenai Saya

dewi-berbagiilmukebidanan.blogspot.com
Lihat profil lengkapku

Template Ethereal. Gambar template oleh tjasam. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai