Anda di halaman 1dari 25

PERTEMUAN 3

Deteksi Dini Pada Perdarahan Kehamilan


Muda

Perdarahan pada Kehamilan Muda:


I. Abortus
1. Pengertian abortus

a. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500gram.

b. Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup
swendiri diluar uterus. Belum sanggup diartikan apabila afetus itu terletaknya antara 400 –
1000 gram, atau kehamilan kurang dari 28 minggu(Eastman).

c. Abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilann 28 minggu.,
yaitu fetus belum viable by law(jeffcoat)

d. Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16, dimana proses plasentase
belum selesai(holmer)

e. Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar tanpa
mempersoalkan penyebab. Bayi baru hidup didunia luar bila berat badannya telah
mencapai > 500 gram atau umur kehamilan > 20 minggu

f. Keguguranadalahdikeluarkannyahasilkonsepsisebelummampuhidupdi luar kandungan


dengan berat badan kurang dari 1000 gr atau umul hamil kurang dari 28 minggu
(Manuaba,1998:214).

g. Berakhirnya masa kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar


(BagianObgynUnpad,1999).Anakbarumungkinhidupdidunialuarkalau beratnya telah
mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.
Pengeluaranatauekstraksijaninatauembrioyangberbobot500gramatau kurang dari ibunya
yang kira – kira berumur 20 sampai 22 minggu kehamilan (Hacker and Moore,2001)

1
Data untuk abortus
1) Data subjectif
 Ada tanda kehamilan
 Perdarahan pervaginam
 Nyeri ringan sampai berat
 Keluar jaringan, darah stolsel
 Perdarahan pada waktu - waktu tertentu misal : postcoital
 adakah riwayat PMS, PID, pemakaian IUD
2) Data objectif
 KU normal atau tergantung jumlah perdarahan (Tensi ↓, N.↑ )
 Denyut jantung janin (-)
 Nyeri pada saat di palpasi (bedakan dengan KET)
2. Etiologi

Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :

1) Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum
usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini

adalah

a) Kelainan romosom, terutama trisomi autosom dan monosomiX

b) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurangsempurna

c) Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol.

2) Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensimenahun

3) Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis

4) Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua)
retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus

5) Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomiX

6) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurangsempurna

7) Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol.

8) Faktor eksternal,seperti radiasi danobat-obatan

2
9) Kelainan telur

Kelainan telur menyebabkan kelainan pertumbuhan yang sedinikian rupa hingga janin
tidak mungkin hidup terus, misalnya karena faktor endogen seperti kelainan chromosom
(trisomi dan polyploidi).

10) Penyakit ibu

Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus, yaitu:

a) Infeksi akut yang berat: pneumonia, thypus dapat mneyebabkan abortus dan
partusprematurus.

b) Kelainan endokrin, misalnya kekurangan progesteron atau disfungsi kelenjargondok.

c) Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan langsung padaibu.

d) Gizi ibu yang kurangbaik.

11) Kelainan alatkandungan:

a) Hypoplasia uteri.

b) Tumor uterus

c) Cerviks yang pendek

d) Retroflexio uteriincarcerata

e) Kelainanendometrium

12) Faktor psikologisibu.

13) Faktorsuami

Terdapat kelainan bentuk anomali kromosom pada kedua orang tua serta faktor
imunologik yang dapat memungkinkan hospes (ibu) mempertahankan produk asing secara
antigenetik (janin) tanpa terjadi penolakan.

14) Faktor lingkungan

Paparan dari lingkungan seperti kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol serta
paparan faktor eksogen seperti virus, radiasi, zat kimia, memperbesar peluang terjadinya
abortus.

3
3. manifestasi klinis
1) Terlambat haid atau amenore kurang dari 20minggu.
2) Pada pemeriksaan fisik: Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
ataumeningkat.
3) Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasilkonsepsi
4) Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus
5) Pemeriksaanginekologi:
a) Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam ada/tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau
busuk darivulva
b) Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak
jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk darioostium.
c) Colok vagina: porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam
kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil
dariusiakehamilan,tidaknyerisaatporsiodogoyang,tidaknyeripada perabaan adneksa, kavum
Douglasi, tidak menonjol dan tidaknyeri.

4. Klasifikasi
Macam macam Abortus yaitu
1. Keguguran mengancam (Imminens)
 Perdarahan pervaginam sedikit
 Hasil konsepsi masih di dalam uterus
 Tidak ada pembukaan ostium uteri internum (OUI)
 Nyeri memilin
 Uterus sesuai dengan usia kehamilan
 Tes hamil (+)
2. Keguguran tidak dapat dicegah (Incipient)
 Perdarahan >> kadang bergumpal
 Hasil konsepsi masih di dalam uterus
 Terdapat pembukaan servik
 Uterus sesuai dengan usia kehamilan
 Mules/nyeri sering dan kuat

3. Keguguran tidak lengkap (Inkomplit)

4
 Pengeluaran sebagian hasil konsepsi
 Masih ada sisa di dalam uterus
 Terdapat pembukaan ostium uteri internum (OUI) dan teraba sisa
 Perdarahan >>> / tidak berhenti jika hasil konsepsi belum keluar semua
 Bisa sampai syok bila perdarahan sangat banyak
4. Keguguran lengkap (Komplit)
 Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan
 Ostium sudah menutup
 Perdarahan sedikit
 Uerus lebih kecil
5. MissedAbortion,
KematianJanin Sebelum 20Minggu, Tetapi TidakDikeluarkan Selama 8 Minggu AtauLebih
5. Patofisiolo

Abortus biasanya disertai dengan perdarahan didalam desidua basalis dan perubahan
nekrotik di dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan tempat perdarahan. Ovum yang
terlepas sebagian atau seluruhnya dan mungkin menjadi benda asing di dalam uterus sehingga
merangsangkontraksi uterus dan mengakibatkan pengeluaranjanin.
Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan
kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi
dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih
dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.
Padakehamilanlebihdari14minggujanindikeluarkanterlebihdahuludaripada plasenta hasil
konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas
bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus,
maserasi atau fetus papiraseus.
6. Diagnosis
1) Anamnesis: perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidak gejala/keluhan lain, cari faktor
risiko/predisposisi. Riwayat penyakit umum dan riwayat obstetri/ginekologi.
2) Prinsip: wanita usia reproduktif dengan perdarahan per vaginam abnormal HARUS selalu
dipertimbangkan kemungkinan adanyakehamilan.
3) Pemeriksaan fisis umum: keadaan umum, tanda vital, sistematik. JIKA keadaan umum buruk
lakukan resusitasi danstabilisasi

5
4) Pemeriksaan ginekologi: ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika memungkinkan, cari sumber
perdarahan: apakah dari dinding vagina, atau dari jaringan serviks, atau darah mengalir keluar
dariostium
5) Jika diperlukan, ambil darah/cairan/jaringan untuk pemeriksaan penunjang (ambil sediaan
SEBELUM pemeriksaan vaginaltouche)
6) Pemeriksaan vaginal touche: hati-hati. Bimanual tentukan besar dan letak uterus.Tentukan juga
apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan ke dalam ostium dengan MUDAH/lunak, atau
tidak (melihat ada tidaknya dilatasi serviks).Jangan dipaksa.Adneksa dan parametrium
diperiksa, ada tidaknya masa atau tanda akutlainnya.
7. Prognosis
Dengan pengecualian serviks inkompeten, angka kesembuhan setelah tiga kali abortus spontan
berkisar antara 70 sampai 85 persen, tanpa memperhatikan terapi apa yang diberikan, kecuali bila
diterapi dengan suatu abortifasien. Dengan kata lain, angka kegagalan lebih tinggi, tetapi tidak jauh
lebih tinggi daripada yang diperkirakan pada kehamilan keseluruhan.
Tidak didapatkan bukti bahwa wanita yang mengalami abortus spontan habitualis mempunyai resiko
lebih tinggi untuk memperoleh anak yang abnormal, bila akhirnya dia hamil sampai aterm
8. Penanganan

Pemeriksaan lanjut untuk mencari penyebab abortus. Perhatikan juga involusi uterus dan
kadar B-hCG 1-2 bulan kemudian. Pasien dianjurkan jangan hamil dulu selama 3 bulan
kemudian (jika perlu, anjurkan pemakaian kontrasepsi kondom atau pil).
Proses Abortus dapat dibagi atas 4 tahap:
1. Abortus Iminens
Penatalaksanaan:
a) Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik
berkurang.

b) Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap
empat jam bila pasien panas

c) Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati.
Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.

d) Berikan obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan preparat


hematinik misalnya sulfas ferosus 600 – 1.000 mg

6
e) Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C

f) Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah
infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.

2. Abortus Insipiens
Penatalaksanaan:
a) Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan
selama 36 jam dengan diberikan morfin

b) Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani
dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum cunam abortus, disusul dengan
kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.

c) Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam deksrtose
5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai
terjadi abortus komplit.

3. Abortus Inkomplit
Penatalaksanaan:
a) Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer
laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah

b) Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin
0,2 mg intramuscular

c) Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara manual.

d) Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.

4. Abortus Komplit
Penatalaksanaan:
a) Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 – 5 hari

b) Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah

c) Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi

d) Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.

5. Abortus Abortion

7
Penatalaksaan:
a) Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam
ovum lalu dengan kuret tajam

b) Bila kadar finrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum
atau ketika mengeluarkan konsepsi

c) Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang
laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dalatator Hegar
kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.

d) Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg lalu infus


oksitosin 10 IU dalam dektrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan
naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU
dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat satu
hari.

Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan
menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.
6. Abortus Septik
Penanggulangan infeksi:
a) Obat pilihn pertama: penisilin prokain 800.000 IU intramuskular tiap 12 jam
ditambah kloramfenikol 1 gr peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam Obat
pilihan kedua: ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam ditambah
metronidazol 5000 mg tiap 6 jam
Obat pilihan lainnya: ampisilin dan kloramfenikol, penisilin, dan metronidazol,
ampisilin dan gentamisin, penisilin dan gentamisin.
b) Tingkatkan asupan cairan
c) Bila perdarahan banyak , lakukan transfusi darah
d) Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat lagi
bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.

II. Data Mola Hydatidosa


1. Pengertianmolahidatidosa
Hamil anggur atau Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang

8
terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan “bakal janin”, sehingga terbentuk jaringan
permukaan membran (vili) mirip gerombolan buah anggur.Tumor jinak mirip anggur tersebut
asalnya dari trofoblas, yakni sel bagian tepi ovum atau sel telur, yang telah dibuahi, yang
nantinya melekat di dinding rahim dan menjadi plasenta (tembuni) serta membran yang
memberi makan hasil pembuahan.
Hamil anggur (mola hidatidosa) adalah kehamilan abnormal yang
disebabkanoleh sel dari plasenta (sel trofoblas) yang tumbuh secara berlebihan. Umumnya
pada hamil anggur ini, tidak ditemukan unsur janin yang tumbuh dan berkembang seperti
umumnya ditemukan pada kehamilan normal. Jadi dengan kata lain, bukan jabang bayi yang
tumbuh tetapi hanya jaringan. Tetapi kadang-kadang ditemukan juga janin yang tumbuh pada
hamil anggur dan ini dikenal dengan nama hamil anggur parsialis.
Hamil anggur banyak ditemukan pada perempuan yang berusia muda dan pada
kehamilan pertama.Kenapadisebutdenganhamilanggurkarenabentukjaringankehamilan
yangbulat-bulatmenggelembungsepertibuahanggur.Bulataniniberisicairan
dengandindingyangtipis(miripdengananggur).Jaringangelembungtersebut
tidakmemilikipembuluhdarahdenganbagianselplasentayangtumbuhsecara berlebihan.dengan
ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal
akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran
yang diberikan adalah sebagai segugus buahanggur
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar HCG (dengan pemeriksaanGM
titrasi) atau dapat dilihat dari hasil laboratorium beta sub unit HGG padaibu hamil
tinggi.Pemeriksaan USG kandungan akan terlihat
keadaankehamilanyangkosongtanpaadajanindantampakgambaranseperti badaisalju dalam
bahasa medis di sebut ”Snow storm”.
Hamil anggur atau Molahidatidosa hanya dapat dialami oleh wanita yang
pernahmelakukanhubungansuamiistri.Jaditidakbenarbahwahamilanggurbisaterjadibegitu saja
tanpa ada pertemuan sel sperma dan sel telur melaluihubunganseksual. Mola Hidatidosa
ditandai oleh kelainan vili korialis, yang terdiri dari proliferasi trofoblastik dangan derajat yang
bervariasi dan edema sroma vilus. Mola biasanya menempati kavum uteri, tetapi kadang-
kadang tumor ini ditemukan dalam tuba falopii dan bahkan dalam ovarium. Perkembangan
penyakit trofoblastik ini amat menarik, dan ada tidaknya jaringan janin telah digunakan untuk
menggolongkannya menjadi bentuk mola yang komplet (klasik) dan parsial (inkomplet).
Data subyektif

9
 Amenorea
 Nyeri Perut
Data obyektif
 Terdengar DJJ
 HCg >>> utama setealah hari ke 100
 USG. gambaran badai salju (snow flake pattern)
 Perdarahan Pervaginam
 Uterus lebih besar/ tidak sesuai dengan usia kehamilan
 Tidak teraba bagian anak
2. Etiologi
Mola hidatifosa berasal dari plasenta dan/atau jaringan janin sehingga hanya mungkin
terjadi pada awal kehamilan. Massa biasanya terdiri dari bahan- bahan plasenta yang tumbuh
tak terkendali. Sering tidak ditemukan janin sama sekali. Penyebab terjadinya mola belum
sepenuhnya dimengerti.Penyebab yang paling mungkin adalah kelainan pada sel telur, rahim
dan/atau kekurangan gizi. Penyebab pasti belum diketahui, tetapi diduga pencetusnya antara
lain kekurangan gizi dan gangguan peredaran darah rahim.
Hingga sekarang faktor penyebab langsung kejadian hamil anggur ini masih belum
diketahui secara pasti. Seringkali ditemukan pada masyarakat dengan kondisi sosial ekononi
yang rendah, kurang gisi, ibu yang sering hamil dan gangguan peredaran darah dalam rahim.

1. ada buah kehamilan (agenesis) atau ada perubahan (degenerasi) sistem aliran darah
terhadap buah kehamilan, pada usia kehamilan 3-4 minggu.
2. Aliran darah yang terus berlangsung tanpa bakal janin, sehingga terjadi peningkatan
produksi cairan sel trofoblas.
3. Kelainan substansi kromosom (kromatin) seks.
4. Walaupun penyakit ini sudah dikenal sejak abad ke-6, tetapi sampai sekarang belum
diketahui dengan pasti penyebabnya.
3. manifestasi klinis
Mola hidatidosa adalah tumor plasenta yang terbentuk saat telah terjadi kehamilan. Untuk

beberapa alas an yang belum jelas, embrio mati dalam uterus, tetapi plasenta tetap berkembang.

Pada tahap awal penyakit, manifestasi yang terjadi sulit dibedakan dengan manifestasi yang

terjadi pada kehamilan normal. Abnormalitas genetik yang terjadi pada saat pembuahan tampak

10
menjadi penyebab penyakit tersebut Gambaran klinis pada kehamilan akan terlihat normal

awalnya, walaupun pada sekitar sepertiga sampai setengah wanita yang mengalami mola

komplit, uterus akan membesar lebih dari massa gestasi yang

diperkirakan. Perdarahan merupakan gejala yang umum terjadi dan dapat bervariasi dari

perdarahan bercak-bercak merah kecoklatan sampai perdarahan hebat berwarna merah segar.

Muntah yang berlebihan dan parah akan muncul pada tahap awal. Denyut jantung janin tidak

terdengar walaupun terdapat tanda-tanda kehamilan yang lain. Preeklampsia dapat terjadi sebelum

gestasi minggu yang ke-20. Wanita yang mengalami mola hidatidosa sebagian biasanya memiliki

diagnosis klinis aborsi spontan missed abortion. Vesikel akan terlihat pada rabas vagina saat

terjadinya abortus

Kadar β – hCG darah atau urine akan sangat positif (sangat meningkat saat dibandingkan

dengan kadarnya pada kehamilan yang normal). Pada kehamilan mola, kadar β – hCG serum

masih sangat tinggi dalam seratus hari setelah menstruasi terakhir, ketika kadarnya seharusnya

telah mengalami penurunan. Walaupun demikian, nilai ini juga harus dievaluasi dengan cermat,

karena kadar yang sangat tinggi juga dapat dikaitkan dengan gestasi multipel dengan lebih dari

satu plasenta. Kadar hCG awal mungkin relatif pada pasien yang mengalami mola sebagian

daripada pasien yang mengalami mola komplit

4. Klasifikasi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi:
a) Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin
b) Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.
Berdasarkan gambaran hitologi, mola hidatidosa dibagi atasmola komplit dan mola
parsial.
1) Mola hidatidosa klasik/komplet: tidak terdapat janin atau bagian tubuh janin. Ciri
histologik, ada gambaran proliferasi trofoblas, degenerasi hidropik villi chorialis dan
berkurangnya vaskularisasi/kapiler dalam stroma. Sering disertai pembentukan kista
lutein (25-30%).

11
2) Mola hidatidosa parsial/inkomplet: terdapat janin atau bagian tubuh janin. Ciri
histologik, terdapat jaringan plasenta yang sehat dan fetus. Gambaran edema villi
hanya fokal dan proliferasi trofoblas hanya ringan dan terbatas pada lapisan
sinsitiotrofoblas. Perkembangan janin terhambat akibat kelainan kromosom dan
umumnya mati pada trimester pertama.
3) Mola Hidatidosa Komplet (klasik)

Vili korialis berubah menjadi kumpulan gelembung yang jernih. Gelembung-


gelembung atau vesikula ini bervariasi ukurannya mulai dari yang mudah terlihat
sampai beberapa cm, dan bergantung dalam beberapa kelompok

tangkai yang tipis. Massa tersebut dapat tumbuh cukup besar sehingga memenuhi
uterus, yang besarnya bisa mencapai ukuran uterus kehamilan normal lanjut.
Berbagai penelitian sitogenetik terhadap kehamilan mola komplet, menemukan
komposisi kromosom yang paling sering (tidak selalu) 46XX, dengan kromosom
sepenuhnya berasal dari ayah.
Fenomena ini disebut sebagai androgenesis yang khas ovum dibuahi oleh sebuah
sperma haploid yang kemudian mengadakan duplikasi kromosomnya sendiri setelah
miosis. Kromosom ovum biasa tidak terlihat atau tampak tidak aktif. Tetapi semua
mola hidatidosa komplet tidak begitu khas dan kadang-kadang pola kromosom pada
mola komplet biSA 46XY. Dalam keadaan ini dua sperma membuahi satu ovum
yang tidak mengandung kromosom. Variasi lainnya juga pernah dikemukakan
misalnya 45X. jadi mola hidatidosa yang secara morfologis komplet dapat terjadi
akibat beberapa pola kromosom.
5. Mola Hidatidosa Parsial (inkomplet)

Kalau perubahan hidatidosa bersifat fokal serta belum begitu jauh dan masih terdapat
janin atau sedikitnya kantong amnion, keadaan ini digolongkan sebagai mola
hidatidosa parsial. Pada sebagian vili yang biasanya avaskuler terjadi pembengkakan
hidatidisa yang berjalan lambat, sementara vili lainnya yang vaskular dengan
sirkulasi darah fetus plasenta yang masih berfungsi tidak mengalami perubahan.
Hyperplasia trofoblastik yang terjadi, lebih bersifat fokal dari pada generalisata.
Katiotipe secara khas berupa triploid, yang bias 69XXY atau 69XYY dengan satu
komplemen maternal tapi biasanya dengan dua komplemen haploid paternal. Janin
secara khas menunjukkan stigmata triploidi yang mencakup malformasi congenital

12
multiple dan retardasi pertumbuhan.
6. Patofisiolo
Jonjot-jonjot korion tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan kista-kista
kecil seperti anggur. Biasanya didalamnya tidak berisi embrio. Secara histopatologik kadang-
kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi
kehamilan ganda mola adalah satu janin tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola hidatidosa.
Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari satu
cm. mola parsialis adalah bila dijumpai janin dan gelembung-gelembung mola. Beberapa teori
untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast :
1. Teori missed abortion.
Mudigah mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah darah
sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah
gelembung-gelembung.
2. Teori neoplasma dari Park.
Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi
reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.
3. Studi dari Hertig
Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata- mata akibat
akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada
minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak
adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama
pembentukan cairan. Suatu agenesis yang lengkap atau degenerasi dini dari sistem pada
kehamilan minggu ke 3–5.

a) Adanya sirkulasi yang terus menerus tanpa adanya fetus


menyebabkan sel trofoblas memproduksi cairan

b) Adanya kelainan pada kromatin seks

c) Degenerasi hidropik dari villi

d) Proliferasi sel trofoblas


7. Diagnosis
Kita harus mempertimbangkan kemungkinan data-data tentang menstruasi atau uterus
hamil yang lebih lanjut membesar akibat mioma, hidramnion, atau terutama akibat janin
lebih dari satu.

13
1. Ultrasonografi
Ketapatan diagnostic yang terbesar diperoleh dari gambaran USG yang khas pada
mola hidatidosa keamanan dan ketepatan pada pemeriksaan sonografi membuat
pemeriksaan ini menjadi prosedur pilihan. Tetapi kita harus ingat bahwa beberapa
stuktur lainnya dapat memperlihatkan gambaran yang serupa dengan gambaran
mola hidatidosa, termasuk mioma uteri dengan kehamilan dini dan kehamilan
dengan janin lebih dari satu. Tinjauan cermat mengenai riwayat penyakit bersama
hasil evaluasi pemeriksaan USG yang cermat dan kalau perlu diulang satu atau dua
minggu kemudian, harus bias menghindari diagnose mola hidatidosa lewat USG
yang keliru ketika kehamilan sebenarnya normal.
2. Amniografi
Penggunaan bahan radiopak yang dimasukkan kedalam uterus secara
transabdominal akan memberikan gambaran radiografik khas pada mola hidatidosa.
Cavum uteri ditembus dengan jarum untuk amniosintesis. 20ml hypaque
disuntikkan segera dan 5 hingga 10 menit kemudian difoto anteroposterior. Pola
sinar x seperti sarang tawon, khas ditimbulkan oleh bahan kontraks yang
mengelilingi gelembung-gelembung corion. Pada kehamilan normal terdapat sedikit
resiko abortus akibat penyuntikan bahan kontraks hipertonik intra amnion. Dengan
semakin banyaknya sarana USG yang tersedia, teknik pemeriksaan amniografi
sudah jarang dipakai lagi.
3. Pengukuran kadar corionic gonadotropin
Pengukuran kadar corionic gonadotropin kadang-kadang digunakan untuk membuat
diagnose jika metode pengukuran secara kuantitatif yang andal telah tersedia, dan
variasinya cukup besar pada sekresi gonadotropin dalam kehamilan normal sudah
dipahami khusus kenaikan kadar gonadotropin yang kadang-kadang menyertai
kehamilan dengan janin lebih dari satu.
4. Uji Sonde
Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis
servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik
sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison).
8. Prognosis
Faktor resiko lainnya yang diketahui adalah status sosio ekonomi rendah, keguguran
sebelumnya, neoplasma trofoblastik gestasional sebelumnya, dan usia yang sangat ekstrim pada

14
masa subur. Efek usia yang sangat jelas terlihat adalah pada wanita yang berusia lebih dari 45 tahun,
ketika frekuensi lesi yang terjadi adalah 10 kali lipat dari pada lesi yang dapat terjadi pada wanita
yang berusia diantara 20-40 tahun
Faktor lain yang mempengaruhi wanita untuk kehamilan mola yaitu berkaitan
dengan genetika dan riwayat reproduksi. Berikut faktor resiko untuk kehamilan mola
hidatidosa menurut Fauziyah, 2012 :
1) Etnis Asia
Ada insiden yang lebih tinggi untuk angka kejadian kehamilan mola hidatidosa di
kawasan Asia. Perempuan dari etnis Asia beresiko dua kali lipat lebih tinggi dari pada
wanita non-etnis Asia.
2) Riwayat kehamilan mola hidatidosa sebelumnya
3) Wanita yang pernah mengalami kehamilan mola hidatidosa memiliki resiko 2 kali lipat
dibandingkan dengan yang belum pernah mengalami kehamilan mola hidatidosa.
4) Riwayat genetik
Terdapat penelitian yang membuktikan bahwa kehamilan mola hidatidosa memiliki
penyebab genetik terkait dengan mutasi gen pada kromosom 19. Faktor makanan
Asupan rendah karotene dan rendah lemak hewani dikaitkan dengan peningkatan
resiko kehamilan mola hidatidosa sempurna, termasuk juga kekurangan vitamin A.
9. Penanganan
Beberapa ibu hamil dengan kasus kehamilan Molahidatidosa ini ada yang mendapat
terapi pengobatan juga dengan pil setelah kuretase. Namun demikian pada ibu hamil
dengan keadaan Molahidatidosa harus berupaya teratur kontril agar tidak berkembang
menjadi penyakit kanker atau sel sel jinak berubah ganas. Beberapa efek samping yang
dapat timbul pada pemberian obat minum Metotreksat profilaksis adalah sariawan,
mual, muntah diare, kulit kemerahan juga kerontokan rambut, kadar Hb menurun. Oleh
karena itu paling penting kontrol secara teratur.
Pengobatan hamil anggur dilakukan dengan jalan kuret hisap yaitu melakukan
kuret sambil menghisap jaringan. Tindakan ini cukup dilakukan satu kali dan dilakukan
dengan sangat cepat sehingga seluruh jaringan dapat dikeluarkan dan komplikasi
terjadinya pendarahan dapat dikurangi.
Pada dasarnya mola (hamil anggur) adalah tumor jinak, namun dapat berkembang
menjadi ganas, kemungkinan menjadi ganas sekitar 20%.

15
Prinsip penatalaksanaan adalah: Pengeluaran mola (evakuasi). Pada wanita subur dan
masih menginginkan anak, dapat dilakukan kuret atau kuret hisap. Kuret ulangan
dilakukan sekitar seminggu setelah kuret pertama, untuk memastikan bahwa rahim
benar-benar sudah bersih. Sedangkan bagi wanita usia lanjut atau yang sudah tidak
menginginkan tambahan anak, dilakukan pengangkatan rahim (histerektomi)
Follow up, yakni pengawasan lanjutan untuk monitor dan evaluasi pasca evakuasi.
Langkah pengawasan dilakukan secara klinis, laboratorium dan radiologis. Pengawasan
lanjutan dengan pemeriksaan kadar HCG. Pemeriksaan ini dilakukan 1 minggu sekali
sampai kadar HCG menjadi negatif. Setelah itu masih diperiksa sampai tiga minggu
berturut-turut kadar HCG tetap negatif. Selanjutnya masih diperiksa setidaknya sebulan
sekali selama 6 bulan. Jika ternyata pemeriksaan HCG tidak sesuai harapan, atau
dengan kata lain kadarnya tetap atau malah naik, perlu diberikan obat kemoterapi.
Cara pengawasan lain dengan pemeriksaan radiologis, dilakukan 6 bulan sekali. Bagi
perempuan yang masih ingin punya anak, pengobatan dilakukan dengan membersihkan
rahim (kuret) secara berulang-ulang sampai benar-benar bersih. Jika tidak, maka dapat
dilakukan pengangkatan rahim.
Gejalanya terjadi seperti wanita hamil pada umumnya yaitu mual-mual, muntah dan
gejala kehamilan lainnya. Tetapi pada hamil anggur ini penderita muntah secara
berlebihan, denyut nadi cepat, jantung berdebar-debar. Juga terjadinya pendarahan (ini
sering kali dialami oleh penderita hamil anggur) dan pembesaran kandungan yang
sangat cepat (yang sering disamakan dengan gejala ibu yang hamil anak kembar).
Karena itu untuk mencegah hamil anggur tersebut, ibu hamil yang menderita gejala-
gejala seperti yang disebutkan di atas harus cepat-cepat memeriksakan diri secara
mendalam agar diketahui apakah memang menderita hamil anggur atau tidak. Selain
itu untuk mendiagnosa hamil anggur perlu dilakukan dengan pemeriksaan USG
(ultrasonografi) karena gejala hamil anggur baru timbul setelah kehamilan cukup besar

III. Kehamilan Ektopik Terganggu (Ket)


1. Pengertian KET

Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, “ectopic”, dengan akar kata dari bahasa Yunani,
“topos” yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar tempat yang
semestinya”. Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar kavum uteri.

16
Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi
wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.

Jika terjadi perdarahan pada kehamilan kurang dari 22 minggu, kondisi ini berkaitan dengan
kehamilan ektopik terganggu (KET) yang terjadi karena sel telur yang sudah dibuahi dalam
perjalanan menuju endometrium tersendat sehingga embrio sudah berkembang sebelum
mencapai kavum uteri dan akibatnya akan tumbuh di luar rongga rahim. Bila tempat nidasi
tersebut tidak dapat menyesuaikan diri dengan besarnya buah kehamilan, akan terjadi ruptura
dan menjadi kehamilan ektopik yang terganggu (KET).

Tanda adanya kehamilan ektopik :


1. Kehamilan Ektopik
a) Gejala kehamilan awal (flek atau perdarahan yang ireguler, mual, pembesaran payudara,
perubahan warna pada vagina dan serviks, perlukaan serviks, pembesaran uterus, frekuensi
buang air kecil yang meningkat
b) Nyeri pada abdomen dan pelvis
2. Kehamilan Ektopik Terganggu (Ket)
c) Sakit perut mendadak yang mula-mula terdapat pada satu sisi kemudian menjalar ke bagian
tengah atau ke seluruh perut sehingga menekan diafragma
d) Nyeri bahu iritasi saraf frenikus)
e) Darah intraperitoneal meningkat timbul nyeri dan terjadi defence muskuler dan nyeri lepas.
f) Bila terjadi hematoke retrouterina dapat menimbulkan nyeri defekasi dan selanjutnya diikuti
dengan syok (Hipotensi dan hipovolemia)
g) Serviks tertutup
h) Perdarahan dari uterus tidak banyak dan berwarna merah tua
i) Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan USG

17
Data Subyektif
 Terlambat haid
 Nyeri perut bagian bawah dan bahu
 Perdarahan pervaginam setelah terasa nyeri perut.
Data Obyektif Pemeriksaan Ginekologi :
 Adanya tanda kehamilan muda
 Nyeri goyang
 Uterus agak membesar
 Ada tumor disamping uterus
 Cavum deuglas menonjol dan nyeri raba
 Pemeriksaan umum : - Suhu > 38 C - Tampak kesakitan, pucat - Tensi ↓, Nadi ↑ kecil

2. Etiologi

Semua faktor yang menghambat migrasi embrio ke kavum uteri menyebabkan seorang ibu
semakin rentan untuk menderita kehamilan ektopik, yaitu:
1. Faktor dalam lumen tuba:
a) Endosalpingitis, menyebabkan terjadinya penyempitan lumen tuba
b) Hipoplasia uteri, dengan lumen tuba menyempit dan berkelok-kelok
c) Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna
2. Faktor pada dinding tuba:
a) Endometriosis, sehingga memudahkan terjadinya implantasi di tuba
b) Divertikel tuba kongenital, menyebabkan retensi ovum.
3. Faktor di luar dinding tuba:
a) Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba
b) Tumor yang menekan dinding tuba
c) Pelvic Inflammatory Disease (PID)
B.
1. Faktor lain:
a) Hamil saat berusia lebih dari 35 tahun
b) Fertilisasi in vitro
c) Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
d) Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
e) Infertilitas
f) Mioma uteri

18
g) Hidrosalping (Rachimhadhi, 2005).

3. manifestasi klinis
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada

tidaknya ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea, dan

perdarahan per vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif, yang

datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus selalu

dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik.

Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan

vasomotor berupa vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue,

nyeri abdomen bagian bawah,dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi

diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa kram yang berat

dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran uterus,

atau massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik harus

dibedakan dengan appendisitis, salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau folikel

ovarium. Pada pemeriksaan vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan, kavum

Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan.

Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri di perut

bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak sesuai

dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi sukar

diraba karena lembek.

Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba dengan

intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam keadaan

syok.

Perdarahan per vagina menunjukkan terjadi kematian janin. Amenorrhea juga

19
merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun sebagian pasien tidak

mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.

4. Klasifikasi
Klasifikasi kehamilan ektopik berdasarkan tempat terjadinya implantasi dari kehamilan ektopik,
dapat dibedakan menurut
1) Kehamilan tuba adalah kehamilan ektopik pada setiap bagian dari tuba fallopi. Sebagian besar
kehamilan ektopik berlokasi di tuba (95%).18 Konseptus dapat berimplantasi pada ampulla
(55%), isthmus (25%), fimbrial (17%), atau pun pada interstisial (2%) dari tuba.13 Tuba
fallopi mempunyai kemampuan untuk berkembang yang terbatas, sehingga sebagian besar
akan pecah (ruptura) pada umur kehamilan 35-40 hari
2) Kehamilan ovarial merupakan bentuk yang jarang (0,5%) dari seluruh kehamilan ektopik
dimana sel telur yang dibuahi bernidasi di ovarium.20 Meskipun daya akomodasi ovarium
terhadap kehamilan lebih besar daripada daya akomodasi tuba, kehamilan ovarium umumnya
mengalami ruptur pada tahap awal
3) Kehamilan servikal adalah bentuk dari kehamilan ektopik yang jarang sekali terjadi.20 Nidasi
terjadi dalam selaput lendir serviks. Dengan tumbuhnya telur, serviks mengembang.
Kehamilan serviks jarang melewati usia gestasi 20 minggu sehingga umumnya hasil konsepsi
masih kecil dan dievakuasi dengan kuretase
4) Kehamilan Abdominal Kehamilan ini terjadi satu dalam 15.000 kehamilan, atau kurang dari
0,1% dari seluruh kehamilan ektopik.
ada 2 macam :
a) Primer , dimana telur dari awal mengadakan implantasi dalam rongga perut.
b) Sekunder, yaitu pembentukan zigot terjadi ditempat yang lain misalnya di dalam saluran
telur atau ovarium yang selanjutnya berpindah ke dalam rongga abdomen oleh karena
terlepas dari tempat asalnya. Hampir semua kasus kehamilan abdominal merupakan
kehamilan ektopik sekunder akibat ruptur atau aborsi kehamilan tuba atau ovarium ke
dalam rongga abdomen Walaupun ada kalanya kehamilan abdominal mencapai umur
cukup bulan, hal ini jarang terjadi, yang lazim ialah bahwa janin mati sebelum tercapai
maturitas (bulan ke 5 atau ke 6) karena pengambilan makanan kurang sempurna
5) Kehamilan Heterotopik adalah kehamilan ektopik yang dapat terjadi bersama dengan
kehamilan intrauterin.23 Kehamilan heterotipik ini sangat langka, terjadi satu dalam 17.000-
30.000 kehamilan ektopi

20
Kehamilan heterotopik dapat di bedakan atas :
a) Kehamilan kombinasi (Combined Ectopik Pregnancy) yaitu kehamilan yang dapat
berlangsung dalam waktu yang sama dengan kehamilan intrautrin normal.
b) Kehamilan ektopik rangkap (Compound Ectopic Pregnancy) yaitu terjadinya kehamilan
intrauterin setelah lebih dahulu terjadi kehmilan ektopik yang telah mati atau pun ruptur
dan kehmilan intrauterin yang terjadi kemudian berkembang seperti biasa
6) Kehamilan interstisial yaitu implantasi telur terjadi dalam pars interstitialis tuba.Kehamilan ini
juga disebut sebagai kehamilan kornual (kahamilan intrauteri, tetapi implantasi plasentanya di
daerah kornu, yang kaya akan pembuluh darah). Karena lapisan myometrium di sini lebih
tebal maka ruptur terjadi lebih lambat kira-kira pada bulan ke 3 atau ke 4. Kehamilan
interstisial merupakan penyebab kematian utama dari kehamilan ektopik yang pecah
7) Kehamilan intraligamenter Kehamilan intraligamenter berasal dari kehamilan ektopik dalam
tuba yang pecah. Konseptus yang terjatuh ke dalam ruangan ekstra peritoneal ini apabila
lapisan korionnya melekat dengan baik dan memperoleh vaskularisasi di situ fetusnya dapat
hidup dan berkembang dan tumbuh membesar. Dengan demikian proses kehamilan ini serupa
dengan kehmilan abdominal sekunder karena keduanya berasal dari kehamilan ektopik dalam
tuba yang pecah.
8) Kehamilan tubouteina merupakan kehamilan yang semula mengadakan implantasi pada tuba
pars interstitialis, kemudian mengadakan ekstensi secara perlahan-lahan ke dalam kavum uter
9) Kehamilan tuboabdominal berasal dari tuba, dimana zigot yang semula megadakan implantasi
di sekitar bagian fimbriae tuba, secara beangsur mengadakan ekstensi ke kavum peritonea
10) Kehamilan tuboovarial digunakan bila kantung janin sebagian melekat pada tuba dan sebagian
pada jaringan ovarium
5. Patofisiolo

Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampulla tuba (lokasi tersering),
isthmus, fimbriae, pars interstitialis, kornu uteri, ovarium, rongga abdomen, serviks dan
ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada sel kolumnar tuba maupun secara
interkolumnar.

Pada keadaan yang pertama, zigot melekat pada ujung atau sisi jonjot endosalping yang
relatif sedikit mendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian diresorbsi.Pada
implantasi interkolumnar, zigot menempel di antara dua jonjot. Zigot yang telah bernidasi
kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai desidua, yang disebut

21
pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus endosalping dan mencapai lapisan
miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah ditempat tersebut. Selanjutnya, hasil
konsepsi berkembang, dan perkembangannya tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
tempat implantasi, ketebalan tempat implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi
trofoblas.
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi
dalam perjalanannya menuju kavum uteri.Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak
dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan
akibat dari hal ini:
1. Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan keujung distal
(fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla,
darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak
begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari
distensi berlebihan tuba.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba. Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum
berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara
spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi
perdarahan dalam rongga perut, kadang- kadang sedikit hingga banyak, sampai
menimbulkan syok dan kematian
6. Diagnosis
1. Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada
perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah. Berat atau ringannya nyeri
tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.

2. Pemeriksaan fisik
a) Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.

b) Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas dingin,
adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan
nyeri lepas dinding abdomen.

c) Pemeriksaan ginekologis

Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.

22
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium: Hb, Leukosit, urine B-Hcg (+).
Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.

b) USG :
1) Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
2) Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
3) Adanya massa komplek di rongga panggul
4) Kuldosentesis: suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas
ada darah.
5) Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
6) Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar
uterus
7) Prognosis
kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diagnosis, diagnosis yang terlambat,
atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat
mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat
menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan kematian.

Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan, infeksi, kerusakan
organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar). Selain itu ada juga
komplikasi terkait tindakan anestesi.

8) Penanganan
Seorang pasien yang terdiagnosis dengan kehamilan tuba dan masih dalam kondisi baik
dan tenang, memiliki 2 pilihan, yaitu penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan bedah.

1. Penatalaksanaan Medis

Pada penatalaksanaan medis digunakan zat-zat yang dapat merusak integritas


jaringan dan sel hasil konsepsi. Tindakan konservativ medik dilakukan dengan pemberian
methotrexate. Methotrexate adalah obat sitotoksik yang sering digunakan untuk terapi
keganasan, termasuk penyakit trofoblastik ganas. Pada penyakit trofoblastik, methotrexate
akan merusak sel-sel trofoblas, dan bila diberikan pada pasien dengan kehamilan ektopik,
methotrexate diharapkan dapat merusak sel-sel trofoblas sehingga menyebabkan terminasi
kehamilan tersebut.
Methotrexate dapat diberikan dalam dosis tunggal maupun dosis multipel. Dosis

23
tunggal yang diberikan adalah 50 mg/m2 (intramuskular), sedangkan dosis multipel yang
diberikan adalah sebesar 1 mg/kg (intramuskular) pada hari pertama, ke-3, 5, dan hari ke-7.
Pada terapi dengan dosis multipel leukovorin ditambahkan ke dalam regimen pengobatan
dengan dosis 0.1 mg/kg (intramuskular), dan diberikan pada hari ke-2, 4, 6 dan 8. Terapi
methotrexate dosis multipel tampaknya memberikan efek negatif pada patensi tuba
dibandingkan dengan terapi methotrexate dosis tunggal 9. Methotrexate dapat pula
diberikan melalui injeksi per laparoskopi tepat ke dalam massa hasil konsepsi. Terapi
methotrexate dosis tunggal adalah modalitas terapeutik paling ekonomis untuk kehamilan
ektopik yang belum terganggu.

2. Penatalaksanaan Bedah

Penatalaksanaan bedah dapat dikerjakan pada pasien-pasien dengan kehamilan tuba


yang belum terganggu maupun yang sudah terganggu. Tentu saja pada kehamilan ektopik
terganggu, pembedahan harus dilakukan secepat mungkin.

3. Laparatomi

Laparatomi dengan insisi median lebih menguntungkan daripada insisi melintang


Pfannenstiel terutama dalam keadaan gawat, lebih-lebih bila disertai perlekatan dan
sebagainya. Anestesia umum yang diberikan hendaknya tidak menimbulkan depresi,
melainkan dianjutkan memakai stimulant general anesthesia. Hindari pemakaian block
anesthesia dan thiopental. Laparotomi perlu dikerjakan dengan cepat terlebih bila
menghadapi penderita yang masih dalam keadaan syok oleh perdarahan yang masih
berlangsung. Setelah insisi segera lakukan eksplorasi ke dalam rogga abdomen ke arah
rongga panggul dengan cepat dan hati-hati untuk mendapatkan lokasi ruptur. Darah dan
bekuan darah yang telah membanjiri rongga perut dikeluarkan dengan alat penghisap
sehingga lapangan operasi

terlihat jelas dan pengamatan dapat dilakukan dengan seksama. Secepatnya bagian yang
robek diklem untuk mencapai keadaan hemostasis dengan segera.

4. Salpingostomi

Salpingostomi adalah suatu prosedur untuk mengangkat hasil konsepsi yang


berdiameter kurang dari 2 cm dan berlokasi di sepertiga distal tuba fallopii. Pada prosedur
ini dibuat insisi linear sepanjang 10-15 mm pada tuba tepat di atas hasil konsepsi, di
perbatasan antimesenterik. Setelah insisi hasil konsepsi segera terekspos dan kemudian

24
dikeluarkan dengan hati-hati. Perdarahan yang terjadi umumnya sedikit dan dapat
dikendalikan dengan elektrokauter. Insisi kemudian dibiarkan terbuka (tidak dijahit
kembali) untuk sembuh per sekundam. Prosedur ini dapat dilakukan dengan laparotomi
maupun laparoskopi. Metode per laparoskopi saat ini menjadi gold standard untuk
kehamilan tuba yang belum terganggu.
 Tahap-Tahap Penatalaksanaan Kehamilan Ektopik
1. Setelah diagnosis ditegakkan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif
gawat darurat.
2. Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan tindakan
operatif karena sumber perdarahan harus segera dihentikan.
3. Upaya stabilisasi harus dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan
larutan kritaloid NS atau RL (500 ml dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2
jam pertama (termasuk selama tindakan berlangsung).
4. Bila darah pengganti belum tersedia, berikan autotransfussion berikut ini:
a) Pastikan darah yang dihisap dar rongga abdomen telah melalui alat penghisap
dan wadah penampung yang steril.
b) Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan masukkan ke dalam
kantong darah (blood bag). Bila kantong darah tidak tersedia, masukkan
dalam botol bekas cairan infuse (yang baru terpakai dan bersih) dengan
diberikan larutan Sodium sitrat 10 ml untuk setiap 90 ml darah.
c) Transfusikan darah melalui slang transfuse yang yang mempunyai saringan
pada bagian tabung tetesan.

25

Anda mungkin juga menyukai