Anda di halaman 1dari 13

DASAR ABORTUS

I. Definisi
1. Abortus ialah kegagalan kehamilan sebelum berumur 28 mg atau berat
janin kurang dari 1000 gram (Manuaba, 2001).
2. Abortus ialah pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500
gram atau kurang dari 28 minggu atau berat janin 1000 gram (Prof. Dr. Ida
Bagus Gde Manuaba, SpOG, 2004).
3. Abortus ialah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia
luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya (Prof. Sulaiman Sastrawinata dkk,
2005).

II. Penyebab Abortus


Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahuai secara pasti
tetapi terdapat beberapa faktor sebagai berikut:
1. Faktor telur (ovum) atau spermatozoa yang kurang baik atau kurang
sempurna. Keduanya pembawa tanda, yang ketika mencari pasangan
terjadi penyimpangan sehingga menyebabkan pertumbuhan tidak
sempurna sehingga tidak mampu tumbuh sampai cukup umur.
2. Faktor ketidak suburan lapisan dinding rahim endometrium yang
disebabkan kekurangan gizi
3. Kehamilan jarak pendek
4. Penyakit sistemik yang terjadi pada ibu seperti penyakit jantung, paru,
ginjal, tekanan darah tinggi, hati, dan penyakit kelenjar dengan gangguan
hormon pada ibu.
(Manuaba Ida Ayu Chandranita,
2009).

III. Patofisiologi
Pada permulaan abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis
diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya sehingga menjadi benda asing
dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya.
Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian
masih tertinggal, yang menyababkan berbagai penyulit. Oleh karena itu
keguguran memberikan gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim,
terjadi pedarahan, dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil
konsepsi.
Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya:
1. Sedikit-sedikit dan berlangsung lama
2. Sekaligus dalam jumlah yang besar dapat disertai gumpalan
3. Akibat perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun, dapat
menimbukan syok, nadi meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis
dan daerah ujung (akral) dingin.
Bentuk pengeluaran hasil konsepsi:
4. Umur hamil dibawah 14 minggu dimana plasenta belum terbentuk
sempurna, dikeluarkan seluruh atau sebagian dari hasil konsepsi
5. Diatas 16 minggu, dengan pembentukan plasenta sempurna dapat didahului
dengan ketuban pecah diikuti pengeluaran hasil konsepsi, dan dilanjutkan
dengan pengeluaran plasenta, berdasaekan proses persalinannya dahulu
disebutkan persalinan immaturus
6. Hasil konsepsi tidak dikeluarkan lebih dari 6 minggu sehingga terjadi
ancaman dalam bentuk gangguan pembekuan darah.
(Manuaba, Ida Bagus Gde, 2001).

IV. Jenis-jenis Abortus


1. Abortus Imminent
Terjadi perdarahan bercak yang menunjukan ancaman terhadap
kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih
mungkin berlanjut atau dipertahankan.
2. Abortus Insipien
Perdarahan ringan hingga sendang pada kehamilan muda dimana hasil
konsepsi masih berada pada kavum uteri.
3. Abortus Inkomplet
Pedarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah
keluar.
4. Abortus Komplit
Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah
dikeluarkan dari kavum uteri.
5. Abortus Infeksiosa
Abortus infeksiosa adalah abortus yang disrai komplikasi infeksi. Adanya
penyebaran kuman atau toksin ke dalam sirkulasi dan kavum peritoneum
dapat menimbulkan septicemia.
6. Retensi Janin Mati
Perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi
yang telah mati hingga 8 minggu atau lebih
7. Abortus Resiko Tinggi
Upaya untuk terminasi kehailan muda dimana pelaksana tindakan tersebut
tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga
dapat membahayakan kesehatan jiwa pasien.

V. Komplikasi Abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus sebagai berikut:
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada
waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamat-
amati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya perlu segera dilakukan
laparatomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka
perforasi atau perlu histerektomi.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi
biasanya ditemukan pada abortus inkomplete dan lebih sering pada abortus
buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis.
4. Syok
Syok pada abortus biasa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat (syok endoseptik).
VI. Tanda Dan Gejala
1. Terlambat haid kurang dari 20 mg
2. Pada pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal / menurun, denyut nadi normal atau cepat
dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
3. Pendarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan konsepsi
4. Rasa mules atau keram perut di daerah simpisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontrksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi
a) Inspeksi vulva: pendarahan pervaginam, ada/tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva
b) Inspekulo : pendarahan dari kavum uteri, ostium uteru
terbuka/tertutup, ada/tidak jaringan-jaringan keluar dari ostium,
ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium
c) Colok vagina
Portio masih terbuka/tertutup, teraba/tidak jaringan pada kavum uteri,
besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri
saat portio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum
douglasi tidak menonjol/tidak nyeri.

VII. Diagnosis
Dugaan keguguran diperlukan beberapa kriteria sbb:
1. Terlambat datang bulan
2. Terjadi pendarahan
3. Disertai sakit perut
4. Dapat diikuti oleh pengeluaran hasil
konsepsi
5. Pemeriksaan hasil tes kehamilan +/-
Hasil pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan fisik bervariasi tergantung jumlah perdarahan
2. Pemeriksaan fundus uteri
6. Tinggi dan besarnya tetap sesuai
dengan umur kehamilan
7. Tinggi dan besarnya sudah mengecil
8. Fundus uteri tidak teraba di atas
simpisis

3. Pemeriksaan dalam
9. Cervix utri masih tertutup
10. Cervix sudah membuka dan dapat
teraba ketuban dan hasil konsepsi dalam kavum uteri atau pada kanalis
cervikalis
11. Besarnya rahim telah mengecil
12. Konstitensi lunak.
Abortus Insipiens
A. Definisi
Abortus insipien adalah pengeluaran sebagian kecil hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus(Sarwono, 2002).
Abortus insipiens adalah keguguran ditandai dengan dikeluarkannya
sebagian hasil konsepsi dari uterus sehingga sisanya memberi gejala klinis.
B. Etiologi
Penyebab abortus insipiens adalah antara lain:
1. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin
dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan.
Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena:
a. Faktor kromosom
Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom termasuk
kromosom seks.
b. Faktor lingkungan endometrium
a. Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi
hasil konsepsi
b. Gizi ibu berkurang karena anemia atau terlalu pendek jarak
kehamilan
c. Pengaruh luar
a. Infeksi endometrium, endometrium belum siap menerima hasil
konsepsi
b. Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
pertumbuhan konsepsi terganganggu.
2. Kelainan pada plesenta
a. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta
tidak dapat berfungsi
b. Gangguan pembuluh darah plasenta, peredaran pada DM
c. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah ke plasenta
sehingga terjadi abortus

3. Penyakit ibu
Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin
dalam kandungan melalui plasenta:
a. Penyakit infeksi seperti pnumonio, tifus abdominalis, malaria, sifilis
b. Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O2 menuju
sirkulasi uterus plasenta
c. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit
hati, penyakit diabetes militus
d. Kelainan yang terdapat dalam rahim
Rahim merupakan tembat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaa
abnormal dalam bentuk mioma uteri bekas operasi serviks.
C. Patofisiologi
Patofisiologi terjadi abortus melalui dari terlepasnya
sebagian/seluruhnya jaringan plaenta. Yang menyebabkan perdarahan
sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2. Pengeluaran tersebut dapat terjadi
spontan seluruhnya/sebagian masih tertinggal yang menyebabkan berbagai
penyakit oleh karena itu keguguran memberikan gejala umum sakit perut
karena kontraksi rahim. Terjadinya perdarahan dan disertai pengeluaran
selurh/sebagian hasil konsepsi.
a. Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya:
1. Sedikit-sedikit dan berlangsung lama
2. Sekaligus dalam jumlah yang besar dapt disertai gumpalan
3. Akibat perdarahan tidak menumbuhkangangguan apapun tapi dapat
menimbulkan shock, nadi meningkat, tekanan darah menurn, anemia
b. Bentuk pengeluaran hasil konsepsi bervarisi:
1. Bentuk kehamilan dibawah 14 minggu dimana plasenta terbentuk
sempurna dikeluarkan/sebagian hasil konsepsi.
2. Hasil konsepsi tidak dikeluarkan lebih dari 6 minggu sehingga terjadi
ancaman baru dalam bentuk gangguan pembukaan darah(Sarwono,
2002).

D. Pathway

E. Gejala Abortus Insipiens


1. Nyeri abdomen
Nyeri kram supra pubik terjadi akibat kontraksi uterus dalam usaha
mengeluarkan isi uterus. Mula-mula nyeri cenderung ringan dan secara
bertahap menjadi lebih hebat.
2. Perdarahan pervaginam
Perdarahn pervaginam merupakan gejala yang paling khas dari abortus
incomplete. Jumlah perdarahan cenderung lebih banyak dari pada darah
haid masa perdarahan mungkin hebat dan bahkan cukup berlebihan untuk
menyebabkan syok hipovolomik.
Selama jaringan plasenta masih tetap melekat sebagian pada dinding
uterus, maka kontraksi miometrium terganggu. Pembuluh darah didalam
segmen telanjang pada tempat plasenta berdarah hebat pasien dapat
mengeluarkan banyak bekuan darah atau janin yang dapat dikenal
sebagai jarinagan plasenta.
3. Haid
Biasanya pasien melewatkan 2 siklus haid, kerena abortus
incompletecenderung terjadi kira-kira 10 minggu setelah mulainya siklus
haid terakhir.
4. Gejala kehamilan
Banyak pasien yang sadar akan kehilangan, kehamilan, gejala kehamilan
subjektif. Gejala ini mungkin menendakan kematian janin intra uterine
yang mendahului abortus incomplete.
F. Gejala Klinik Yang Mungkin Terjadi
1. Gejala klinis abortus insipiens
a. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
b. Perdarahan mendadak, banyak menimbulkan keadaan gawat
c. Terjadi infeksi dengan ditandaia suhu tinggi
d. Dapat terjadi degenerasi ganas
2. Pada pemeriksaan dijumpai gambaran
i. Kanalis
servikalis terbuka
ii. Dapat diraba
jaringan dalam rahim atau di kanalis servikalis
iii. Kanalis
servikalis tertutup dengan perdarahan berlangsung terus
iv. Dengan
pemeriksaan sonde perdarahan bartahan
3. Pada pemeriksaan umum
a. Suhu badan normal, kecuali ada infeksi, penyerta nadi, tekanan darah,
respirasi normal, kecuali abortus terinfeksi atau hipovolemia akibat
perdarahan berlebihan
b. Abdomen masanya lunak dan tidak nyeri tekan
c. Pelvis: pada pemeriksaaan spekulum sering vagina banyak
mengandung bekuan dan serviks tampak mendatar dan dilatasi jaringan
plasenta dapat terlihat di osteum uteri atau vagina
d. Vagina: serviks lunak, dilatasi dan mendatar jaringan plasenta atau
bekuan darah, uterus membesar dan lunak
e. Test laboratorium
Hitung sel darah lengkap dengan apusan darah, hitung leukosit biasanya
dalam batas norma, kecuali ada infeksi penyerta. Apusan darah,
hemoglobin, nilai hemotokrit menunjukan perdarahan sebelumnya atau
anemia terlebih dahulu.
G. Penilaian Klinis Abortus Insipiens
a) Tentukan besar uterus (taksirusia gestasi), kenali dan atasi setiap
komplikasi dan atasi setiap komplikasi (perdarahan hebat, syok,
infeksi/sepsis).
b) Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai perdarahan
hingga ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau cunam
ovum. Setelah itu evaluasi perdarahan:
1. Bila perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau
misoprostal 400mg per oral.
2. Bila perdarahan terus baerlangsung, evaluasi sisa hasil konsepsi
dengan AVM atau D & K (pilihan tergantung dari usia gestas
pembukaan serviks dan keberadaaan bagian-bagian janin).
c) Bila tak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika profilaksis (ampisilin
500mg oral atau dosisilin 100mg).
d) Bila terjadi infeksi, beri ampisilin 1 g dan metronidasol 500 mg setiap 2
jam.
e) Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gastasi dibawah 16 minggu, segera
lakukan evaluasi lakukan evalusi dengan AVM.
f) Bila pasien nampak anemik, berikan sulfas ferosus 600 mg perhari
selama 2 minggu (anemi sedang) atau transfer darah (anemia berat).
(Sarwono, 2001).
g) Bila disertai syok karena perdarahan, berikan cairan infus NaCI fisiologi
atau RL dan secepat mungkin ditranfusi darah.
h) Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikan
ergometrin 0,2 mg IM.
i) Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
j) Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
Penanganan keguguran tidak lengkap (Abortus Incomplete):
1. Dalam keadaan gawat karena kekurangan darah dapat dipasang infus
atau tranfusi darah untuk memulihkan keadaan umum.
2. Diikuti kerokan
a. Langsung pada umur hamil kurang dari 14 minggu
b. Dengan indikasi pada umur hamil diatas 14 minggu
3. Pengobatan
a. Berikan Uteritonika
b. Antibiotika untuk menghindari infeksi.
4. Penanganan Curretase
Set alat-alat curretase pada abortus incomplete:
Nama alat Jumlah Nama Alat Jumlah
- Clemek 1 - Sagestam (Gentamisin 2 ml) 1
- Softek 1 - JMS (Scalp Rein Infusion Set) 1
- Kapas alkohol 1 - Kom dialasi kresek 1
- Plester dan guting 1 - Bak berisi larutan klorin 1
plester
- Spuit 3cc 3 - Tampon
- Spuit 5 cc 2 - Tenakulum 1
- Aquabides 1 - Sonde Uteri 1
- KTM (Ketamin 100mg) 1 - Sendok kuret (no 1,2,3) 3
inj
- Sedacum (Midazolam 1 - Cucing betadin 1
1mg, IM/IV)
- Bledstop 1 - Kasa depres
(Methylergometrin 1ml) inj
- Alas bokong 1 - Hanscoon steril untuk dokter 1 psg
- Oksigen - Hanscoon kanan steril untuk 1
asisten
- Infus set - Torniquet 1
- cucing saflon 1
Cara Curretase:
1. Pasien dalam posisi litotomi
2. Kosongkan kandung kemih
3. Suntikan volium 10 mg dan atropin sulfat 0,25 mg IV
4. Tindakan A dan antiseptik genetalia eksterna, vagina dan serviks
5. Pasang spekulum vagina, selanjutnya serviks dipresentasikan dengan
tenakulum menjepit dinding dengan porsio dengan arah jarum jam
10/11, angkat spekulum depan dan pekulum belakang dipegang oleh
seorang asisten
6. Masukan sonde uteri dangan hati-hati untuk menentukan besar dan arah
uterus
7. Keluarkan jaringan dengan curam abortus,dilanjutkan dengan curret
tumpul scara sistematis, menurut putaran jarum jam, usahakan seluruh
cavum uteri dikerok
8. Setelah diyakini tidak ada perdarahan, tindakan dihentikan.
9. Awasi tanda-tanda vital 15-30 menit pasca tindakan
10. Membersihkan pasien dan alat-alat.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, 2000. “Ilmu Kandungan dan keluarga Berencanaa Untuk Pendidikan


Bidan”.EGC, Jakarta.

Prawirahardjo Sarwono, 2004. “Ilmu Kandungan”. YBPSP, Jakarta.

Prawirahardjo Sarwono, 2003. “Ilmu Kebidanan”. YBPSP, Jakarta.

Prawirahardjo Sarwono, 2001. “Ilmu Kandungan”. YBPSP, Jakarta.

Prawirahardjo Sarwono, 2002. “Ilmu Kandungan”.YBPSP, Jakarta.

Taher Ben Ziah, 2000. “Kapital Selekta Kedokteran Obsterti Ginekologi”.EGC,


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai