Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MATERNITAS
ABORTUS

OLEH :
EKA YUNIATI

PROFESI NERS ALIH JENJANG

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2024
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Oleh : Eka Yuniati

Judul :

Telah disetujui dalam rangka Praktik Stase Keperawatan Maternitas Mahasiswa Profesi Ners
Alih Jenjang Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo pada tanggal di Ruang
RSU Muhammadiyah Ponorogo.

Penyusun

Eka Yuniati

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi


ABORTUS

A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Abortus atau miscarriage adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup
di luar kandungan dengan berat badan sekitar 500 gram atau kurang dari 1000 gram,
terhentinya proses kehamilan sebelum usia kehamilan kurang 28 minggu. Abortus
adalah komplikasi umum kehamilan dan salah satu penyebab kematian ibu dan janin
(Tuzzahro, 2021). Abortus adalah terhentinya kehamilan sebelum minggu ke 20
(dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir). (Desmansyah, 2021).
Abortus atau keguguran adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat
bertahan hidup, yaitu sebelum kehamilan berusia 22 minggu atau berat janin belum
mencapai 500 gram (Arofah & Rapida, 2021).
2. Jenis – jenis Abortus
Abortus dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Abortus Spontan
Abortus spontan berlangsung secara alami dan paling sering disebabkan oleh
adanya gangguan pada janin. Gejala abortuis spontan adalah kram dan
pengeluaran darah dari jalan lahir. Kram dan perdarahan vagina yang
mungkinterjadi sangat ringan, sedang atau bahkan berat. Tidak ada pola tertentu
untuk berapa lama gejala akan berlangsung. Selain itu gejala yang menyertai
abortus yaitu nyeri perut bagian bawah, nyeri pada punggung, pembukaan leher
rahim dan pengeluaran janin dsari dalam rahim.
Ada lima jenis aborsi spontan, antara lain :
1) Abortus komplit (Abortus Lengkap)
Yaitu fenomena keguguran ketika seluruh hasil pembuahan atau konsepsi
keluar dari rahim pada kehamilan kurang dari 20 minggu. Tandanya adalah
keluarnya darah dalam bentuk gumpalan.
2) Abortus inkomplit (Abortus Bersisa)
Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus dimana
pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba
jaringan dalam kavum uteri eksternum. Untuk memastikannya, harus
dilakukan pemeriksaan oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan,
karena biasanya butuh tindakan lebih lanjut seperti kuret atau pemberian
obat.
3) Abortus imminens (Abortus Mengancam)
Abortus belum terjadi sehingga kehamilan dapat dipertahankan dengan cara :
tirah baring, tidak berhubungan badan, evaluasi secara berkala dengan USG
untuk melihat perkembangan janin.
4) Abortus missed abortion
Keadaan dimana janin telah meninggal dalam kandungan dan hasil konsepsi
seluruhnya masih berada dalam rahim.
5) Abortus habitualis
Jenis keguguran ini sering disebut dengan abortus berulang, yang mana
penderita mengalami keguguran tiga kali berturut – turut.
b. Abortus Provokatus
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat – obatan maupun alat
– alat.
Abortus ini terbagi menjadi :
1) Abortus Medisinalis
Adalah abortus yang terjadi karena tindakan, dengan alasan jika kehamilan
dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu ( berdasarkan indikasi medis).
2) Abortus Kriminalis
Adalah abortus yang terjadi karena tindakan – tindakan yang tidak ilegal atau
tidak berdasarkan indikasi medis.
3. Etiologi
a. Umur
Umur ibu dikatakan beresiko tinggi apabila ibu hamil berada dibawah 20 tahun
karena alat reproduksi wanita belum matang dan beresiko pula apabila umur di
atas 35 tahun karena fungsi organ reproduksi sudah mulai menurun.
b. Paritas
Semakin tinggi paritasnya maka semakin pendek jarak kelahiran. Paritas yang
lebih tinggi, besar kemungkinan bayinya akan lahir sebelum waktunya (prematur)
dengan berat badan rendah, abortus dan kemungkinan akan meninggal sebelum
berusia 1 tahun.
c. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima
informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin
banyak, sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah,
maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan
informasi tentang kehamilan dan kejadian abortus yang dapat terjadi.
d. Status Gizi
Ibu dengan status gizi baik tidak akan mengalami kejadian abortus dikarenakan
gizi yang diperoleh janin melalui ibu telah menunjang untuk kesejahteraan janin
dan status gizi yang penting diperhatikan pada masa kehamilan karena
berpengaruh terhadap status kesehatan ibu selama hamil serta pertumbuhan dan
perkembangan janin.
e. Penyakit ibu
Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam
kandungan melalui plasenta.
1. Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria dan sifilis.
2. Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan gangguan peredaran O2 menuju
sirkulasi retroplasenter.
3. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati dan
penyakit diabetes mellitus kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim
merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal
dalam bentuk mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus, retroplesia uteri,
servik inkompeten, bekas operasi pada serviks (kolisasi, amputasi, serviks),
robekan serviks postpartum.
f. Riwayat Abortus
Setelah 1 kali abortus spontan memiliki 15% untuk mengalami keguguran lagi,
sedangkan bila pernah 2 kali resikonya meningkat 25%. Beberapa studi
mengatakan bahwa resiko abortus setelah 3 abortus berurutan adalah 30 – 45%
(Khasanah & Nur, 2020).
4. Tanda dan Gejala
a. Perdarahan
b. Perut mulas
c. Nyeri
d. Lemas
e. Pusing
5. Patofisiologi dan Pathway
Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis, kemudian diikuti
oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi
terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus.
Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya
karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Sedangkan pada
kehamilan 8 – 14 minggu villi koriales sudah menembus desidua lebih dalam,
sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan
banyak perdarahan. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat
terjadi proses mumifikasi, dimana janin mengering dan cairan amnion menjadi
berkuraang, sehingga janin gepeng dan pada tindak lanjut menjadi sangat tipis seperti
kertas. Pada kemungkinan yang lain pada janin mati tidak lekas dikeluarkan akan
terjadi kulit terlepas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan
dan seluruh tubuh janin berwarna kemerah – merahan.
6. Manifestasi Klinis
Ada beberapa manifestasi klinis pada abortus, yaitu :
a. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
b. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah, kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil,
suhu badan normal atau meningkat.
c. Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi
d. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus
e. Pemeriksaan ginekologi :
1) Inspeksi vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
2) Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan
atau jaringan berbau busuk dari ostium
3) Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyari
4) Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif
(Harsismanto, 2019).
7. Penatalaksaan Medik
a) Trimester pertama dengan sedikit perdarahan, tanpa disertai kram :
1. Tirah baring untuk meningkatkan aliran darah ke rahim dan mengurangi
rangsangan mekanis, terutama bagi yang pernah abortus sampai perdarahan
benar - benar berhenti.
2. Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual, tidak melakukan irigasi
atau memasukkan sesuatu ke dalam vagina
3. Tidak melakukan aktivitas seksual yang menimbulkan orgasme
b) Pemeriksaan pada hari berikutnya di rumah sakit
1. Evaluasi tanda - tanda vital
2. Pemeriksaan selanjutnya dengan spekulum : merupakan skrining vaginitis
dan servisistis ; observasi pembukaan serviks, tonjolan kantong ketuban,
bekuan darah, atau bagian - bagian janin
3. Pemeriksaan bimanual : ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan, effacement,
serta kondisi ketuban
c) Jika pemeriksaan negatif dapat dilakukan pemeriksaan USG untuk menentukan
kelangsungan hidup janin, tanggal kelahiran dan jika mungkin untuk
menenangkan wanita
d) Jika pemeriksaan fisik dan USG negatif, tenangkan ibu, kaji ulang gejala
bahaya dan pertahankan nilai normal
e) Konsultasikan ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram meningkat atau
hasil pemeriksaan fisik dan USG menunjukkan hasil abnormal
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 - 3 minggu setelah
abortus
b. Pemeriksaan doopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion
9. Pencegahan
Ada beberapa pencegahan abortus, yaitu :
a) Memberikan edukasi seks di kalangan remaja. Hal ini dikarenakan masih
banyaknya para remaja kita yang mempelajari fungsi reproduksi para sudut
“kenikmatan’ nya saja tanpa memandang efek - efek negatif di kemudian hari.
b) Menanamkan kembali nilai - nilai moral sosial dan juga keagamaan akan
penting dan mulianya untuk menjaga kehormatan diri. Kebanyakan, para
remaja ini karena memang semenjak kecil sudah dijauhkan oleh norma - norma
yang mengatur hubungan antar laki - laki dan perampuan sedangkan media
gencar mempromosikan tayangan - tayangan yang berbau seksualitas dengan
mengedepankan nafsu semata. Ditambah lagi akses pornografi yang dapat
dengan mudah didapatkan melalui internet via komputer maupun handphone.
c) Menguatkan kembali kontrol sosial di masyarakat. Tidak dipungkiri yang
menjadikan remaja bebas melakukan apa saja adalah karena semakin
melemahnya kontrol sosial dari lingkungan keluarga maupun masyarakat.
d) Para pelaku yang telah melakukan aborsi juga tak dapat dipandang sebelah
mata. Mereka mempunyai hak untuk dapat kita tolong karena bisa saja hal telah
lakukan tersebut adalah suatu kekhilafan yang tak ingin diulanginya lagi. Maka,
bagi para penyandang PAS, dapat kita tolong dengan memberikan pelayanan
konseling serta dukungan sosial untuk dapat bangkit kembali menjalani
kehidupan secara normal dengan diiringi taubat yang sebenar - benarnya (taubat
nasukha). (Alfiyah, 2020).
10. Komplikasi
Abortus dapat mengakibatkan komplikasi yang serius, antara lain :
a) Perdarahan
Pada abortus komplit perdarahan akan terjadi banyak dan akan mengakibatkan
kematian. Sedangkan pada abortus inkomplit, perdarahan akan terjadi secara
terus menerus sehingga dapat menyebabkan gangguan koagulasi (Disminated
Intravascular Coagulation) yang pada akhirnya akan menyebabkan anemia dan
kematian. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika terjadi perdarahan,
yaitu :
1. Perhatikan banyaknya perdarahan, warna, intensitas, segar dengan atau
tanpa bekuan.
2. Darah membasahi pakaian, kain atau selimut
3. Pucat (konjungtiva, palpebra, tangan dan bibir)
4. Pusing, kesadaran menurun
b) Infeksi
Dampak pada perdarahan yang dapat mengakibatkan volume darah berkurang,
pasien menjadi anemia dan daya tahan tubuh menurun mengakibatkan kuman
mudah masuk dan berkembang.
Beberapa tanda jika terjadi infeksi, yaitu :
1. Demam tinggi (>38℃) menggigil, berkeringat
2. Sekret vagina bau
3. Kaku dan tegang pada dinding perut bawah
4. Cairan mukopurulen melalui ostium serviks
5. Nyeri goyang serviks
c) Perforasi akibat kuretase
Dampak kuretase akan menyebabkan perforasi pada dinding uterus yang
mengakibatkan gangguan pada kehamilan berkurang.
d) Syok
Terjadi akibat hemoragik, syok hipovolemik dan infeksi berat
1. Nadi cepat lelah
2. Turunnya tekanan darah (sistolik <90 mmHg dan diastolik <60 mmHg)
3. Pucat terutama palpebra, telapak tangan dan bibir
4. Berkeringat banyak, gelisah, apatis atau kehilangan kesadaran
5. Pernafasan cepat (>30 x/menit)
e) Ketidakberdayaan
Perasaan sedih akibat kehilangan calon bayi menyebabkan pasien merasa tidak
berdaya terutama kondisi ini akan sangat berat bila kondisi pasien untuk
melahirkan sangat terbatas misalnya pasien terlambat menikah atau sulit
mempunyai anak. (Pratiwi, 2017).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai