Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS

I. KONSEP ABORTUS
1. Pengertian Abortus
Abortus adalah terancamnya atau keluarnya buah kehamilan baik
sebagian ataupun keseluruhan pada umur kehamilan lewat dari 20 minggu.
Kematian janin dalam rahim disebut Intra Uterine Fetal Death (IUFD), yakni
kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau pada
trimester kedua dan atau yang beratnya 500 gram. Jika terjadi pada trimester
pertama disebut keguguran atau abortus (Setiawati, 2013:189-190).
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan akibat faktor tertentu
atau sebelum kehamilan tersebut berusia 20 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup diluar kandungan (Yulaikha Lily, 2015: 72).

2. Etiologi
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti,
tetapi terdapat beberapa faktor sebagai berikut:
Ada beberapa faktor-faktor penyebab abortus adalah :
1) Faktor pertumbuhan hasil konsespi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian
janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan.
Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :
a. Faktor kromosom. Gangguan terjadi sejak semula pertemuan
kromosom termasuk kromosom seks.
b. Faktor lingkungan endometrium
a) Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi
hasil konsepsi.
b) Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu
pendek.
c. Pengaruh luar.
a) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil
konsepsi.

1
b) Hasil konsepsi berpengaruh oleh obat dan radiasi
menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi terganggu
2) Kelainan pada plasenta
a. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta
tidak dapat berfungsi. Gangguan pembuluh dara plasenta
diantaranya diabetes mellitus.
b. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran dara plasenta
sehingga menimbulkan keguguran.
3) Penyakit ibu.
Penyakit ibu yang dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan
janin dalam kandungan melalui plasenta antara lain :
a. Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria
dan sifilis
b. Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan gangguan peredaran
O2 menuju sirkulasi retroplasenter.
c. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal.
Penyakit hati, dan penyakit diabetes mellitus kelainan yang
terdapat dalam rahim. Rahim merupakan tempat tumbuh
kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk
mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus, retroplefsia uteri,
serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (kolisasi,
amputasi, serviks), robekan serviks postpartum (Manuaba, Ida
Ayu Candranita dkk, 2013 :288-289).

3. Tanda dan Gejala


1) Abortus Imminen
a. Terlambat datang bulan
b. Terdapat perdarahan, disertai rasa sakit perut dan mules
c. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur
kehamilan dan terjadi kontraksi rahim
d. Hasil pemeriksaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis
servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan
kontraksi atot rahim
e. Hasil test kehamilan masih positif

2
2) Abortus Insipiens
a. Perdarahn lebih banyak
b. Perut mules atau sakit lebih hebat
c. Pada pemeriksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis
servikalis terbuka dan jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba.
3) Abortus inkomplit
a. Perdarahan memanjang sampai terjadi keadaan anemis
b. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
c. Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi
d. Dapat terjadi degenerasi ganas ( kario karsinoma )
4) Abortus kompletus
a. Uterus telah mengecil
b. Perdarahan sedikit
c. Canalis servikalis telah menutup
5) Missed Abortion
a. Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air
ketuban dan maserasi janin
b. Payudara mengecil kembali

4. Manifestasi Klinis
1) Terlambat haid atau amenorhoe kurang dari 20 minggu
2) Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah, kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal
atau cepat dan kecil,suhu badan normal atau meningkat
3) Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan
hasil konsepsi
4) Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simphisis, sering nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus

5. Klasifikasi
Abortus dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
1) abortus spontan
merupakan±20 % dari semua abortus. Abortus spontan adalah setiap
kehamilan yang berakhir secara spontan sebelum janin dapat bertahan.

3
WHO mendefinisikan sebagai embrio atau janin seberat 500 gram atau
kurang, yang biasanya sesuai dengan usia janin (usia kehamilan) dari 20
hingga 22 minggu atau kurang. Abortus spontan terjadi pada sekitar
15%-20% dari seluruh kehamilan yang diakui, dan biasanya terjadi
sebelum usia kehamilan memasuki minggu ke-13 (Fauziyah, 2012: 37).
Gejala abortus spontan adalah kram dan pengeluaran darah dari jalan
lahir adalah gejala yang paling umum terjadi pada abortus spontan.
Kram dan pendarahan vagina yang mungkin tejadi sangat ringan,
sedang, atau bahkan berat. Tidak ada pola tertentu untuk berapa lama
gejala akan berlangsung. Selain itu gejala lain yang menyertai abortus
spontan yaitu nyeri perut bagian bawah, nyeri pada punggung,
pembukaan leher rahim dan pengeluaran janin dari dalam rahim.
Berdasarkan gambaran klinisnya, abortus dibagi menjadi:
a. Abortus Imminiens (keguguran mengancam).
ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk
mempertahankannya. Pada abortus ini terjadinya pendarahan uterus
pada kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu, janin masih
dalam uterus, tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya terjadi
pendarahan melalui ostium uteri eksternum disertai mual, uterus
membesar sebesar tuanya kehamilan. Serviks belum membuka, dan
tes kehamilan positif.
b. Abortus incipiens (keguguran berlangsung).
Abortus ini sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi. Pada
abortus ini peristiwa peradangan uterus pada kehamilan sebelum usia
kehamilan minggu dengan adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya rasa
mulas menjadi lebih sering dan kuat, pendarahan bertambah
c. Abortus incompletes (keguguran tidak lengkap).
Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian
(biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal di dalam rahim. Pada
abortus ini pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada
pemeriksaan vaginal, servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba
dalam kavun uteri atau kadang-kadang sudah

4
menonjol dari ostium uteri eksternum. Pendarahan tidak akan
berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan, dapat menyebabkan syok.

d. Abortus Komplit ( keguguran lengkap )


Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan lengkap. Pada
abortus ini, ditemukan pendarahan sedikit, ostium uteri telah
menutup, uterus sudah mengecil dan tidak memerlukan pengobatan
khusus, apabila penderita anemia perlu diberi sulfat ferrosus atau
transfusi (Fauziyah, 2012: 42-45).
e. Missed Abortion (keguguran tertunda)
ialah keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke-22. Pada
abortus ini, apabila buah kehamilan yang tertahan dalam rahim
selama 8 minggu atau lebih. Sekitar kematian janin kadang-kadang
ada perdarahan sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus
imminiens (Sulistyawati, 2013:123).
f. Abortus habitualis (keguguran berulang-ulang),
ialah abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi:
sekurang-kurangnya 3X berturut-turut
g. Abortus infeksiosus, abortus septik
Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada alat
genetalia. Abortus septik ialah abortus yang disertai penyebaran
infeksi pada peredaran darah tubuh (Sarwono, 2014: 467-473).

2) Abortus Provocatus (disengaja, digugurkan): 80 % dari semua abortus


dibagi atas 2 yaitu:
a. Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus.
Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus ialah
pengguguran kehamilan biasanya dengan alat-alat dengan alasan
bahwa kehamilan membahayakan membawa maut bagi ibu,
misalnya karena ibu berpenyakit beratmisalnya: penyakit
jantung, hypertensi essentialis, carcinoma dari serviks.2
b. abortus provokatus criminalis
Abortus buatan kriminal (abortus propocatus criminalis) adalah
pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh

5
orang yang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum
(Feryanto,2014: 41).
abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan
tanpa alasan medis yang sah dan dilarang oleh hukum. Abortus
provokatus dapat dilakukan dengan pemberian prostaglanding
atau curettage dengan penyedotan (Vacum) atau dengan sendok
kuret (Pudiastusi, 2012: 41-42).

6. Patofisiologi
Pada awal abortus, terjadi pendarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosi jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya sehingga merupakan benda asing
dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya.Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi
itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena vili korialis belum menembus
desidua secara mendalam.
Pada kehamilan antara 8 dan 14 minggu, vili korinalis menembus
desidua lebih dalam dan umumnya plasenta tidak dilepaskan dengan
sempurna sehingga dapat menyebabkan banyak pendarahan. Pada kehamilan
14 minggu ke atas, umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah
adalah janin, disusul setelah beberapa waktu kemudian adalah plasenta.
Pendarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap.
Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur
(Yulaikha, 2015:75).

7. Pathway

6
Faktor pertumbuhan hasil konsespi Kelainan plasenta, Penyakit ibu,
Gangguan Endometrium endometrium infeksi plasenta, pneumonia, tifus
kromoso belum siap tidak siap gangguan pembuluh abdominalis, malaria,
m seks menerima menerima darah, diabetes sifilis, anemia,
implantasi hasil mellitus kelainan
hasil konsepsi.
konsepsi, gizi Pengaruh
kurang, obat dan Plasenta tidak dapat
anemia, jarak radiasi yg berfungsi
kehamilan menyebabkan
terlalu pertumbuhan
pendek hasil
konsepsi
terganggu

Kegagalan invasi sel tropoblast ke arteri spiralis

Arteri spinalsi tdk dapat melebar dg sempurna

Penurunan aliran dlm arteri spinalis dan penurunan O2 dalam placenta

Merangsang terjadinya kerusakan pd endotel pembuluh darah

Disfungsi endotel ( kerusakan pd permukaan endotel pembuluh darah )

Gangguan metabolisme prostaglandin Risiko Infeksi

Agregasi platelet & vasokontriksi pembuluh darah


Terjadi Perlukaan
Terjadi peningkatan tekanan pd pembuluh darah

Robekan pd desidua basalis


Indikasi dilakukan nya
Cuterase
Perdarahan dlm decidua basalis
Risiko Syok
Nekrosis sebagian jaringan
Proses inflamasi Sebagian hasil
Hasil konsepsi sebagian terlepas konsepsi tertinggal
didalam uterus
Dianggap benda asing didalam uterus
Hipertermia
Peningkatan kontraksi uterus untuk mengeluarkan benda asing
Risiko Perdarahan
Dilatasi serviks
Nyeri Melahirkan
Ostium internum servik terbuka

Pengeluaran hasil konsepsi ( abortus ) Keletihan


Penurunan jumlah
eritrosit yg mengikat O2 perdarahan

Penurunan Jumlah Hb Anemia

7
8. Pemeriksaan Penunjang
1. Anamnesa
1) Usia kehamilan ibu (kurang dari 20 minggu).
2) Adanya kram perut atau mules daerah atas sympisis, nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus.
3) Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya
jaringan hasil konsepsi.
2. Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik di dapat:
1) Biasanya keadaan umum (KU) tampak lemah.
2) Tekanan darah normal atau menurun
3) Denyut nadi normal, cepat atau kecil dan lambat.
4) Suhu badan normal atau meningkat.
5) Pembesaran uterus sesuai atau lebih kecil dar]i usia kehamilan
3. Pemeriksaan ginekologi
Hasil pemeriksaan ginekologi didapat:
Inspeksi vulva untuk menilai perdarahan pervaginam dengan atau
tanpa jaringan hasil konsepsi.
1) Pemeriksaan pembukaan serviks
2) Inspekulo menilai ada/tidaknya perdarahan dari cavum uteri,
ostium uteri terbuka atau tertutu, ada atau tidaknya jaringan di
ostium.
3) Vagina Toucher (VT) menilai portio masih terbuka atau sudah
tertutup teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, tidak nyeri
adneksa, kavum doglas tidak nyeri.

4. Pemeriksaan penunjang dengan ultrasonografi (USG) oleh dokter (Irianti,


2014: 76-77).

9. Penatalaksanaan
Abortus memiliki penanganan secara umum sesuai klasifikasinya, antara
lain:
1) Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk
tanda-tanda vital (nadi, tekann darah, pernapasan, suhu).
2) Pemeriksaan tanda-tanda syok (akral dingin,pucat, takikardi, tekanan

8
sistolik <90 mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal
syok. Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap fikirkan kemungkinan
tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu
karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat.
3) Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan
komplikasi, berikut kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam
untuk jam:
a. Ampisilin 2 g lV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam.
b. Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
c. Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
4) Segerah rujuk ibu ke rumah sakit.
5) Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan
emosional dan kongseling kontrasepsi pasca keguguran.
6) Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus (WHO, 2013:84).
a. Abortus imminiens adalah Penangananya:
a) Berbaring, cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah
ke uterus dan sehingga rangsang mekanik berkurang
b) Pemberian hormon progesteron
c) Pemeriksa ultrasonografi (USG).

b. Abortus Insipiens :
a) pengeluaran janin dengan kuret vakum atau cunan ovum
b) disusul dengan kerokan
c) Pada kehamilan lebih dari 12 minggu maka sebaiknya proses
abortus dipercepat dengan pemberian infus oksitosin.
d) bila sisa plasenta tertinggal sebaiknya dilakukan pengeluaran
secara digital karena bahaya peforasi pada kerokan lebih
besar
c. Abortus inkomplit
a) Penanganan syok
b) Infus Oksitosik (oksitosin 10 IU/500ml larutan dekstrosa 5%
dalam larutan RL IV dengan kecepatan kira-kira 125 ml/jam)
akan membuat uterus berkontraksi, membatasi perdarahan,
membantu pengeluaran bekuan darah atau jaringan dan

9
mengurangi kemungkinan perforasi uterus selama dilatasi
dan kuretase.
c) Tranfusi bila perlu
d) Kerokan
e) Ergometrin IM
d. Abortus komplit dan abortus tertunda (missed Abortion)
Penganan terbaru missed abortion adalah induksi persalinan
dengan supositoria prostaglandin E2, jika perlu dengan oksitosin
IV (C.Benson, 2013: 302)

10. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada abortus yang di sebabkan oleh abortus
kriminalis dan abortus spontan adalah sebagai berikut:

1) Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa


hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian
karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak di berikan
pada waktunya.
2) Infeksi kadang-kadang sampai terjadi sepsis, infeksi dari tuba dapat
menimbulkan kemandulan
3) Faal ginjal rusak disebabkan karena infeksi dan syok. Pada pasien
dengan abortus diurese selalu harus diperhatikan. Pengobatan ialah
dengan pembatasan cairan dengan pengobatan infeksi.
4) Syok bakteril: terjadi syok yang berat rupa-rupanya oleh toksin-toksin.
Pengobatannya ialah dengan pemberian antibiotika, cairan,
corticosteroid dan heparin.
5) Perforasi: ini terjadi karena curratage atau karena abortus kriminalis
(Pudiastuti,2012: 49-50).

10
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ABORTUS
I. PENGKAJIAN
Langkah ini mengumpulkan semua informasi yang akurat, lengkap dari
semua sumber yang berkaitan kondisi klien. Untuk memperoleh data
dilakukan dengan cara anamnesa: (Jannah, 2012: 195).
1. Biodata
Adalah identitas untuk mengetahui status klien secara lengkap
sehingga sesuai dengan sasaran. Identitas meliputi:
1) Nama: untuk mengetahui dan mengenal pasien
2) Umur: untuk mengetahui faktor resiko dan tingkat kesuburan.
3) Agama: untuk mengetahui kepercayaan yang dianut oleh pasien
4) Suku bangsa: dikaji untuk mengetahui lebih jauh tentang sosial
budaya pasien.
5) Pendidikan: untuk mengetahui tingkat pendidikan yang nantinya
penting dalam pemberia KIE (kongseling informasi dan edukasi).
6) Pekerjaan: untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi keluarga.
7) Alamat: dikaji untuk mengetahui keadaan sosial dan budaya di
lingkungan tempat tinggal budaya.
2. Keluhan Utama /Alasan Masuk Rumah Sakit
Untuk mengetahui alasan yang membuat pasien datang yang
berhubungan dengan abortus inkomplit.
Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan denga masa
kehamilan misalnya ada pengeluaran darah dari jalan lahir, pada kasus
abortus biasa terjadi yaitu pengeluaran darah dari jalan lahir, badan
terasa lemas, nyeri perut dan penglihatan berkunang-kunang. (Irianti
Bayu, 2014: 77)
3. Riwayat kebidanan sekarang
Untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu selama hamil ada atau
tidaknya penyakit serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi
penyakit tersebut..
a. Riwayat Antenatal / Kehamilan
a) Hari pertama, haid terakhir serta kapan taksiran
persalinannya.

11
b) Keluhan-keluhan selama kehamilan
c) Dimana ibu biasa memeriksakan kehamilaannya.
d) Selama hamil berapa kali ibu peiksa kehamilan
e) Penyuluhan yang pernah ibu dapat selama kehamilan
berapa minggu.
f) Imunisasi TT: sudah/belum imunisasi, berapa kali telah
dilakukan imunisasi TT selama hamil
b. Riwayat Intranatal
Pada saat terjadi perdarahan, tindakan yang dilakukan baik oleh
klien maupun pertolongan dari petugas kesehatan
c. Riwayat Post Natal
Kaji keadaan ibu setelah tindakan kuretase
4. Riwayat Kebidanan Masa Lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat
atau penyakit akut, kronis seperti jantung, DM, hipertensi, asma yang
dapat mempengaruhi pada masa nifas ini. selain itu didukung dengan
data yang meliputi :
a. Riwayat haid
Ibu mengetahui menarche, siklus haid, lamanya, jumlah darah
yang dikeluarkan dan pernahkah disminorhea
b. Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinannya, lama perkawinan, sah
atau tidak, sudah berapakali menikah dan berapa jumlah anaknya.
c. Riwayt Kehamilan,Persalinan Dan Nifas BBL
Untuk mengetahui jumlah kehamilan dan kelahiran, riwayat
persalinan yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat kelahiran,
lamanya melahirkan dan cara melahirkan. Riwayat kelahiran
anak mencakup berat badan bayi sewaktu lahir, adakah kelainan
bawaan bayi, jenis kelamin bayi, keadaan bayi hidup/mati saat
dilahirkan.

Riwaya Kehamilan Persalinan Nifas BBL


t
Anak
Ke

12
d. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah dikuret dan
beralih kontrasepsi apa.
e. Kelainan sistem reproduksi
5. Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang
menderita penyakit menurun seperti asma, hepatitis dan DM serta
penyakit menular seperti TBC dan hepatitis.
6. Riwayat psikososial dan status spiritual
Kaji tingkat kecemasan klien tentang sakit yang dialami saat ini,
riwayat soial dan aspek spiritual klien
7. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Pola nutrisi : kaji pola kebiasaan klien dalam pemenuhan nutrisi,
kaji adanya keluhan mual, muntah ataupun anoreksia
2) Pola eliminasi BAB dan BAK : kaji adanya keluhan sembelit atau
sering kencing
3) Pola kebersihan diri ; kaji bagaimana klien dalam perawatan diri
4) Pola aktivitas, latihan dan bermain ; kaji pola aktivitas klien,
adanya riwayat pekerjaan yang berat
5) Pola istirahat tidur ; kaji pola istirahat tidur klien meliputi durasi
dan kualitas tidur
8. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan umum ibu
apakah baik, sedang, buruk. Keadaan ibu setelah dilakukan
kuretase, adalah sedang. Berdasarkan tanda-tanda pasien post
kuret yaitu adanya ibu merasakan nyeri danada darah keluar
dari jalan lahir dan ibu merasa lemas.
b) Kesadaran: untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu apakah
komposmentis, apatis, samnolen atau koma.
2) Tanda-tanda vital

13
a) Tekanan darah: untuk mengetahui atau mengukur batas
normal tekanan darah antara sistolik 90-130 mmHg,
diastolik 70-90 mmHg. Sedangkan tekanan darah pada
diagnosa abortus normal atau menurun
b) Suhu: untuk mengetahui suhu basal pada ibu, suhu badan
yang normal 36,50c -37,50c.sedangkan pada kasus
abortus suhu badan normal atau meningkat.
c) Nadi: untuk mengetahui denyut nadi pasien. Berdasarkan
kasus abortus denyut nadi normal, cepat, kecil dan lambat
d) Respirasi: untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang
dihitung dalam menit. Sedangkan respirasi pada ibu
abortus cenderung lebih lambat.

Pada abortus inkomplit, kuman dapat berimigrasi pada


daerah abdomen hingga menyebabkan infeksi dalam
rahim, syok dan perdarahan jika kontraksi dan sisah hasil
konsepsi belum keluar semua. Tanda-tanda infeksi pada
ibu post kuret yaitu suhu tubuh meningkat, nadi cepat dan
nyeri perut bagian bawah.

e) Tinggi badan: untuk mengetahui tinggi badan pasien.


f) Lingkar lengan atas: untuk mengetahui status gizi atas
pasien. Pada kasus post kuret dengan dengan riwayat
abortus inkomplit, pengeluaran darah dari jalan lahir
merupakan salah satu terjadinya abortus inkomplit.
3) Pemeriksaan cepalo caudal
a. Kepal dan rambut
untuk mengetahui kebersihan rambutnya, kondisi kulit kepala
bersih, rontok atau tidak.
Wajah: pucat atau tidak, ada oedema atau tidak dan ada
cloasma gravidarum atau tidak.
b. Hidung
Kaji adanya kelainan bentuk, adanya nafas cuping hidung,
adanya nyeri tekan pada hidung, fungsi penciuman
c. Telinga

14
Kaji kesimetrisan bentuk telinga, adanya cerumen, nyeri
tekan dan fungsi pendengaran
d. Mata
Pada pasien dengan abortus umumnya kongjungtiva pucat.
Hal ini trjadi karena perdarahan yang dialami oleh pasien
sehingga menyebabkan anemia
e. Mulut,gigi,lidah dan tonsil
Mulut dan gigi: untuk mengetahui keadaan mulut bersih atau
tidak, gusi ada stomatitis atau tidak, ada caries pada gigi atau
tidak
f. Leher dan tenggorokan
untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar tyroid atau
kelenjar gondok
g. Dada / thorax ( paru, jantung )
Dada: untuk mengetahui ada benjolan pada payudara atau
tidak, ada nyeri tekan atau tidak, ada kelainan bentuk atau
tidak
h. Payudara
Amati bentuk kedua payudara, simetris atau tidak, adanya
lesi atau kelainan bentuk. putting susu menonjol
i. Pemeriksaan abdomen
untuk mengetahui ada bekas luka operasi atau tidak. Pada
kasus abortus pembesaran uterus sesuai atau lebih kecil dari
usia kehamilan, keadaan kontraksi uterus, timggi fundus uteri
berapa jari dibawah pusat.

9. Ekstremitas, kuku dan kekuatan otot


Lingkar lengan atas: untuk mengetahui status gizi atas pasien.
Ekstremitas untuk mengetahui ada tidaknya varices
10. Genitalia dan anus
Genetalia: untuk menilai perdarahan pervaginam dengan atau tanpa
jaringan hasil konsepsi. pemeriksaan pembukaan serviks, inspekulo
menilai ada/tidaknya perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka
atau tertutup, ada atau tidaknya jaringan di ostium.

15
Vagina toucher (VT) menilai portio masih terbuka atau sudah tertutup,
teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, tidak nyeri adneksa,
kavum doglas tidak nyeri (Husin Farid, 2014: 77).
Anus: untuk mengetahui apakah ada hemorrhoid
11. Pemeriksaan neurologi
Kaji status neurologi klien mulai dari N. I sampai N. XII
12. Pemeriksaan penunjang
1) pemeriksaan laboratorium (hemoglobin, golongan darah, protein
urin, glukosa urine),
2) pemeriksaan USG (Jannah Nurul, 2012: 203
13. Penatalaksanaan
1) Menghentikan perdarahan
manajemen syok, identifikasi lokasi perdarahan, evakuasi atau
pengososngan uterus, pemeriksaan produk konsepsi, perbaikan
laserasi saluran genetal atau serviks, manejemen perforasi uterus
dan rujukan transfer atau pemindahan.
2) Mencegah terjadinya syok
penangan syok dengan cara: tindakan universal, oksigen, cairan,
obat, identifikasi penyebab syok dan atasi sesuai penyebabnya.
3) Kuretase
4) Mencegah terjadinya infeksi

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri melahirkan berhubungan dengan dilatasi servik
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang bervariasi dari
menyenangkan sampai tidak menyenangkan yang berhubungan
dengan persalinan
Penyebab : Dilatasi servisk, pengeluaran janin ( hasil konsepsi )
Gejala dan tanda mayor :
1) Subyektif :

- Mengeluh nyeri - Mual


- Perineum merasa - Nafsu makan menurun /
tertekan meningkat

16
2) Obyektif :

- Ekpresi wajah meringis - TD meningkat


- Berposisi meringankan - Gelisah
nyeri - Nadi meningkat
- Uterus teraba - Sulit tidur
membulat - Muntah
- Fokus pada diri sendiri
- Fungsi berkemih berubah

Kondisi klinis terkait : proses persalinan


( D.0079. SDKI. 2017 : 176)

2. Risiko Syok berhubungan dengan perdarahan


Definisi : berisiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke
jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi selular yang
mengancam jiwa
Faktor risiko : kekurangan volume cairan
Kondisi klinis terkait : trauma /perdarahan
(D.0039. SDKI. 2017 : 92)

3. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif


Definisi : berisiko mengalami peningkatan terserang organisme
patogenik
Faktor risiko : efek prosedur invasif ( curetase )
Kondisi klinis terkait : tindakan invasif
(0142. SDKI. 2017 : 304)

4. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi


Definisi : suhu tubuh meningkat diatas rentang normal
Penyebab : proses penyakit ( infeksi )
Gejala dan tanda mayor : suhu tubuh diatas nilai normal, kulit merah,
kejang, takikardia
Kondisi klinis terkait : proses infeksi, trauma
(D.0130.SDKi.2017 : 284 )

17
5. Risiko perdarahan berhubungan dengan sebagian hasil konsepsi
tertinggal didalam uterus
Definisi :berisiko mengalami kehilangan darah baik internal ( terjadi
di dalam tubuh ) maupun eksternal ( terjadi hingga keluar
tubuh ).
Faktor risiko : komplikasi pasca partum ( retensio plasenta, retensi
hasil konsepsi ), trauma, tindakan pembedahan ( curetase ).
Kondisi klinis terkait : Retensi plasenta, tindakan pembedahan
( curetase ) ( D. 0149. SDKI .2017 : 42 )

6. Keletihan berhubungan dengan anemia


Definisi :Penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih
dengan istirahat .
Penyebab : kondisi fisiologis ( anemia ).
Gejala dan tanda mayor :

Subyektif Obyektif
- Merasa energi tidak pulih - Tidak mampu mempertahankan
walaupun telah tidur aktivitas rutin
- Merasa kurang tenaga - Tampak lesu
- Mengeluh lelah - Kebutuhan istirahat meningkat

Kondisi klinis terkait : Anemia


( D. 0057. SDKI .2017 : 130 )

III. KRITERIA HASIL


1. Nyeri melahirkan berhubungan dengan dilatasi servik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan nyeri melahirkan dapat ditoleransi
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang Berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional dengan
omset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat dan konstan
Ekspektasi : menurun
Kriteria hasil :

menurun Cukup sedang Cukup meningkat

18
menurun meningkat
Kemampuan 1 2 3 4 5
menuntaskan
aktifitas
meningkat Cukup sedang Cukup menurun
meningkat menurun
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
Meringis 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Anoreksia 1 2 3 4 5
Ketegangan otot 1 2 3 4 5
Muntah 1 2 3 4 5
mual 1 2 3 4 5
memburu Cukup sedang Cukup membaik
k memburu membaik
k
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Pola nafas 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Fungsi berkemih 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5
( L.08066. SLKI, 2019 : 145 )

2. Risiko syok berhubungan dengan perdarahan


a. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan cairan klien
terpenuhi dalam waktu 1x 24 jam (Wilkinson, 2016:178)
b. Definisi : ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh, yang
dapat mengakibatkan disfungsi selular yang mengancam jiwa
c. Ekspektasi : meningkat
d. Kriteria hasil :
e. menurun Cukup sedang Cukup meningkat
menurun meningkat
Kekuatan nadi 1 2 3 4 5
Output urine 1 2 3 4 5
Tingkat kesadaran 1 2 3 4 5
Saturasi oksigen 1 2 3 4 5
meningkat Cukup sedang Cukup menurun
meningkat menurun
Akral dingin 1 2 3 4 5
Pucat 1 2 3 4 5
Haus 1 2 3 4 5
Konfusi 1 2 3 4 5
Letargi 1 2 3 4 5
Asidosi metabolik 1 2 3 4 5
memburu Cukup sedang Cukup membaik
k memburu membaik
k
MAP 1 2 3 4 5

19
TD sistolik 1 2 3 4 5
TD diastolik 1 2 3 4 5
Tekanan nadi 1 2 3 4 5
Pengisisan kapiler 1 2 3 4 5
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Frekuensi nafas 1 2 3 4 5
( L.08066. SLKI, 2019 : 148 )

3. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan tidak terjadi infeksi
Definisi : derajat infeksi berdasarkan observasi atau sumber informasi
Ekspektasi : Menurun
Kriteria Hasil :

menurun Cukup sedang Cukup meningkat


menurun meningkat
Kebersihan tangan 1 2 3 4 5
Kebersihan badan 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
meningkat Cukup sedang Cukup menurun
meningkat menurun
Demam 1 2 3 4 5
Kemerahan 1 2 3 4 5
Nyeri 1 2 3 4 5
Bengkak 1 2 3 4 5
Vesikel 1 2 3 4 5
Cairan berbau busuk 1 2 3 4 5
Sputum berwarna hijau 1 2 3 4 5
Periode malaise 1 2 3 4 5
Letargi 1 2 3 4 5
Periode menggigil 1 2 3 4 5
memburuk Cukup sedang Cukup membaik
memburuk membaik
Kadar sel darah putih 1 2 3 4 5
Kultur darah 1 2 3 4 5
Kultur urine 1 2 3 4 5
Kultur area luka 1 2 3 4 5
Kultur feses 1 2 3 4 5
Kadar sel darah putih 1 2 3 4 5
( L.14137. SIKI.2019 : 139)

4. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi


Definisi : pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang
normal
Ekspektasi : membaik
Kriteria hasil :

20
Menu Cukup sedang Cukup meningkat
-run menurun meningkat
Menggigil 1 2 3 4 5
Kulit merah 1 2 3 4 5
Pucat 1 2 3 4 5
Takikardia 1 2 3 4 5
Takipnea 1 2 3 4 5
Sianosis 1 2 3 4 5
hipoksia 1 2 3 4 5
Mem Cukup sedang Cukup membaik
bu- Membu- membaik
ruk ruk
Suhu tubuh 1 2 3 4 5
Suhu kulit 1 2 3 4 5

( L.14134 . SLKI, 2019 : 129 )

5. Risiko perdarahan berhubungan dengan sebagian hasil konsepsi


tertinggal didalam uterus
Definisi : kehilangan darah baik internal ( terjadi di dalam tubuh )
maupun eksternal ( terjadi hingga keluar tubuh )
Ekspektasi :
Kriteria hasil :

menurun Cukup sedang Cukup meningkat


menurun meningkat
Kelembaban membran 1 2 3 4 5
mukosa
Kelembaban kulit 1 2 3 4 5
kognitif 1 2 3 4 5
meningkat Cukup sedang Cukup menurun
meningkat menurun
Pemerahan anus 1 2 3 4 5
Distensi abdomen 1 2 3 4 5
Perdarahan pervaginam 1 2 3 4 5
Perdarahan pasca
operasi 1 2 3 4 5
memburuk Cukup sedang Cukup membaik
memburuk membaik
Hemoglobin 1 2 3 4 5
Hematokrit 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Denyut nadi apikal 1 2 3 4 5
Suhu tubuh 1 2 3 4 5
((L.02017. SIKI.2019 : 147 )

6. Keletihan berhubungan dengan anemia

21
Definisi : kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih dengan
istirahat
Ekspektasi : menurun
Kriteria hasil :

( L.05046.SIKI. 2019 : 141)

IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Nyeri melahirkan berhubungan dengan dilatasi serviks
Definisi : mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat dan konstan
Tindakan keperawatan :
a. Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi respon nyeri nyeri non verbal

22
d) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
e) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
f) Monitor efek samping penggunaan analgetik
b. Teraupetik
a) Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyerimisalnya dengan tehnik imajinasi terbimbing
b) Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
c) Fasilitas istirahat dan tidur
d) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
c. Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
c) Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
( I.08238 . SIKI, 2018 : 201-202 )

2. Risiko syok berhubungan dengan perdarahan


Definisi : mengumpulkan dan menganalisis data terkait pengaturan
keseimbangan cairan
Tindakan keperawatan :
Observasi
1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia ( misal : frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, turgor kulit menurun, haus,
volume urin menurun )
2) Monitor intake dan output cairan
3) Monitor tekanan darah
4) Monitor waktu pengisisan kapiler
Teraupetik :
1) Atur interval waktu pemantauan sesuai kondisi klien
2) Dokumentasi hasil pemantauan

23
Edukasi :
1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2) Informasikan hasil pemantauan jika perlu
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis ( mis : NaCl, RL )
2) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis ( mis : Glukosa 25 %,
NaCl 0,4 % )
3) Kolaborasi pemberian cairan koloid ( mis : albumin, plasmanate )
4) Kolaborasi pemberian produk darah
( I. 03116. SIKI, 2018 : 238-239 )

3. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif


Definisi : mengidentifikasi dan menurunkan risiko terserang
organisme patogenik
Tindakan :
Observasi
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
- Atasi jumlah pengunjung
- Berikan perawatan kulit pada area luka
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan
- Pertahankan tehnik aseptik pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara cuci tangan yang benar
- Ajarkan vulva hygiene
- Anjurkan untuk mengganti pembalut sesring mungkin
- Anjurkan untuk meningkatkan asupan nutrisi dan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antibiotik jika perlu
(SIKI. 2018 : 278 )

4. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi)

24
Definisi : mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suku tubuh
akibat disfungsi termoregulasi
Tindakan Keperawatan :
Observasi
a. Identifikasi penyebab hipertermia
b. Monitor suhu tubuh
c. Monitor kadar elektrolit
d. Monitor haluaran urin
e. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik :
a. Sediakan lingkungan yang dingin
b. Longgarkan atau lepaskan pakaian
c. Basahi atau kipasi permukaan tubuh
d. Berikan cairan oral
e. Ganti linen setiap hari atau lebih sering
f. Lakukan pendinginan ekternal ( mis : selimut hipotermia atau
kompres dingin pada leher, dahi dada, abdomen )
g. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi :
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena jika perlu
( I.15506. SIKI . 2018 :181 - 182 )

5. Risiko perdarahan berhubungan dengan sebagian hasil konsepsi


tertinggal didalam uterus
Definisi : mengidentifikasi dan menurunkan risiko atau komplikasi
stimulus yang menyebabkan perdarahan atau risisko
perdarahan
Tindakan :
Observasi
- Monitor tanda dan gejala perdarahan
- Monitor nilai HB dan HT sebelum dan setelah kehilangan
darah

25
- Monitor TTV ortostatik
- Montor koagulasi
Teraupetik
- Pertahankan bedrest selama perdarahan
- Batasi tindakan invasif jika perlu
- Hindari pengukuran suhu rektal
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
- Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari
konstipasi
- Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
- Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan jika perlu
- Kolaborasi pemberian produk darah jika perlu
- Kolaborasi pemberian pelunak tinja jika perlu
(I.02067. SIKI. 2018 : 283-284)

6. Keletihan berhubungan dengan anemia


Definisi : mengajarkan pengaturan aktivitas dan istirahat
Tindakan :
Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Teraupetik
- Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat
- Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
bertanya
Edukasi
- Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas ringan
- Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan

26
(I.12362. SIKI. 2018 : 50 )

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad. (2008) Obstetri Patologi, Elstar


Offset, Bandung
JNPKKR-POGI (2000), Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Manuaba, Ida Ayu candra nita,Dkk. (2013). Penatalaksanaan Pada Pasien
Dengan Abortus. Buku ajar kebidanan. Jakarta : Gramedia

Nugroho Taufan.(2011).Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak,Bedah, Penyakit


Dalam Yogyakarta : Nuha Medika
Prawirohardjo, Sarwono.(2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta :Pt Bina Pustaka
Protap Pelayanan Kebidanan RSUD Dr. Sutomo Surabaya, Surabaya
Setiawati. ( 2013 ). Asuhan keperawatan maternal. Buku Ajar. Jakarta : EGC
Sukarni Icemi.(2013).Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Yogyakarta: Nuha
Medika
Tim Pokja SIKI PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Tindakan Keperawatan. Jakarta selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SDKI PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Indicator Diagnostik. Jakarta selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta selatan : DPP PPNI
Wilkinson dan Ahern, 2011 .Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Ed.9, Jakarta:
EGC
Wong,Dona L& Perry, Shanon W (1998) Maternal Child Nursing Care, Mosby
Year Book Co., Philadelphia
Yulaikha lily. ( 2015 ). Obstetri gynekologi. Buku ajar kebidanan. FKUI.

27
28
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
ABORTUS INKOMPLITUS

I. PENGKAJIAN
Langkah ini mengumpulkan semua informasi yang akurat, lengkap dari
semua sumber yang berkaitan kondisi klien. Untuk memperoleh data
dilakukan dengan cara anamnesa: (Jannah, 2012: 195).
1. Biodata
Adalah identitas untuk mengetahui status klien secara lengkap
sehingga sesuai dengan sasaran. Identitas meliputi:
1) Nama: untuk mengetahui dan mengenal pasien
2) Umur: untuk mengetahui faktor resiko dan tingkat kesuburan.
3) Agama: untuk mengetahui kepercayaan yang dianut oleh pasien
4) Suku bangsa: dikaji untuk mengetahui lebih jauh tentang sosial
budaya pasien.
5) Pendidikan: untuk mengetahui tingkat pendidikan yang nantinya
penting dalam pemberia KIE (kongseling informasi dan edukasi).
6) Pekerjaan: untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi keluarga.
7) Alamat: dikaji untuk mengetahui keadaan sosial dan budaya di
lingkungan tempat tinggal budaya.

2. Data subjektif
Adalah data yang di dapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi data klien. Data tersebut tidak dapat di tentukan oleh
petugas kesehatan secara independen tapi melalui suatu interaksi atau
komunikasi.

3. Alasan masuk
Untuk mengetahui alasan yang membuat pasien datang yang
berhubungan dengan abortus inkomplit.
Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan denga masa
kehamilan misalnya ada pengeluaran darah dari jalan lahir, pada kasus

29
abortus biasa terjadi yaitu pengeluaran darah dari jalan lahir, badan
terasa lemas, nyeri perut dan penglihatan berkunang-kunang. (Irianti
Bayu, 2014: 77)
4. Riwayat penyakit
1) Riwayat penyakit sekarangData ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat penyakit yang diderita pada saat ini
yang ada hubungannya dengan keadaanya sekarang.
2) Riwayat kesehatan yang laluData ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti
jantung, DM, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada
masa nifas ini.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada
yang menderita penyakit menurun seperti asma, hepatitis dan DM
serta penyakit menular seperti TBC dan hepatitis.
4) Riwayat menstruasi
Ibu mengetahui menarche, siklus haid, lamanya, jumlah darah
yang dikeluarkan dan pernahkah disminorhea.
5) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinannya, lama perkawinan, sah
atau tidak, sudah berapakali menikah dan berapa jumlah anaknya.
6) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui jumlah kehamilan dan kelahiran, riwayat
persalinan yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat kelahiran,
lamanya melahirkan dan cara melahirkan. Riwayat kelahiran anak
mencakup berat badan bayi sewaktu lahir, adakah kelainan bawaan
bayi, jenis kelamin bayi, keadaan bayi hidup/mati saat dilahirkan.
7) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah dikuret dan
beralih kontrasepsi apa.
8) Riwayat kehamilan sekarang

30
Untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu selama hamil ada atau
tidaknya penyakit serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi
penyakit tersebut.
a. Hari pertama, haid terakhir serta kapan taksiran
persalinannya.
b. Keluhan-keluhan pada trimester l, ll, lll
c. Dimana ibu biasa memeriksakan kehamilaannya.
d. Selama hamil berapa kali ibu peiksa kehamilan
e. Penyuluhan yang pernah ibu dapat selama kehamilan berapa
minggu.
f. Imunisasi TT: sudah/belum imunisasi, berapa kalitelah
dilakukan imunisasi TT selama hamil.

2. Data obyektif
Adalah menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
pasien yang meliputi:
1) Pemeriksaan fisik
a. Status generalis
c) Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan umum ibu
apakah baik, sedang, buruk. Keadaan ibu setelah dilakukan
kuretase, adalah sedang. Berdasarkan tanda-tanda pasien
post kuret yaitu adanya ibu merasakan nyeri danada darah
keluar dari jalan lahir dan ibu merasa lemas.
d) Kesadaran: untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu
apakah komposmentis, apatis, samnolen atau koma.
a. Tanda vital
g) Tekanan darah: untuk mengetahui atau mengukur batas
normal tekanan darah antara sistolik 90-130 mmHg,
diastolik 70-90 mmHg. Sedangkan tekanan darah pada
diagnosa abortus normal atau menurun
h) Suhu: untuk mengetahui suhu basal pada ibu, suhu badan
yang normal 36,50c -37,50c.sedangkan pada kasus abortus
suhu badan normal atau meningkat.

31
i) Nadi: untuk mengetahui denyut nadi pasien. Berdasarkan
kasus abortus denyut nadi normal, cepat, kecil dan lambat
j) Respirasi: untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang
dihitung dalam menit. Sedangkan respirasi pada ibu abortus
cenderung lebih lambat.
Pada abortus inkomplit, kuman dapat berimigrasi pada daerah
abdomen hingga menyebabkan infeksi dalam rahim, syok dan
perdarahan jika kontraksi dan sisah hasil konsepsi belum keluar
semua. Tanda-tanda infeksi pada ibu post kuret yaitu suhu tubuh
meningkat, nadi cepat dan nyeri perut bagian bawah.

c. Tinggi badan: untuk mengetahui tinggi badan pasien.


d. Lingkar lengan atas: untuk mengetahui status gizi atas pasien.
Pada kasus post kuret dengan dengan riwayat abortus inkomplit,
pengeluaran darah dari jalan lahir merupakan salah satu
terjadinya abortus inkomplit.
5) Inspeksi
Pemeriksaan klien dengan melihat ujung rambut sampai dengan ujung
kaki.
(a) Rambut: untuk mengetahui kebersihan rambutnya, kondisi kulit
kepala bersih, rontok atau tidak.
(b) Wajah: untuk mengetahui keadaan wajah pucat atau tidak, ada
oedema atau tidak dan ada kloasma gravidarum atau tidak.
(c) Mata: kongjungtiva pucat atau tidak, sklera putih atau tidak dan
mata cekung atau tidak.
(d) Mulut dan gigi: untuk mengetahui keadaan mulut bersih atau tidak,
gusi ada stomatitis atau tidak, ada caries pada gigi atau tidak.
(e) Abdomen: untuk mengetahui ada bekas luka operasi atau tidak.
Pada kasus abortus pembesaran uterus sesuai atau lebih kecil dari
usia kehamilan.
(f) Vulva: untuk menilai perdarahan pervaginam dengan atau tanpa
jaringan hasil konsepsi.
(g) Anus: untuk mengetahui apakah ada hemorrhoid.

32
6) Palpasi
Yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara meraba.
a) untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar tyroid atau kelenjar
gondok.
b) Dada: untuk mengetahui ada benjolan pada payudara atau
tidak, ada nyeri tekan atau tidak, ada kelainan bentuk atau
tidak, putting susu menonjol.
c) Abdomen: untuk mengetahui keadaan kontraksi uterus, timggi
fundus uteri berapa jari dibawah pusat.
d) Genetalia: pemeriksaan pembukaan serviks, inspekulo menilai
ada/tidaknya perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka
atau tertutup, ada atau tidaknya jaringan di ostium. Vagina
toucher (VT) menilai portio masih terbuka atau sudah tertutup,
teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, tidak nyeri
adneksa, kavum doglas tidak nyeri (Husin Farid, 2014: 77).
e) Ekstremitas untuk mengetahui ada tidaknya varices
3. Data penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung pencegahan
diagnosa seperti pemeriksaan laboratorium (hemoglobin, golongan
darah, protein urin, glukosa urine), pemeriksaan USG (Jannah Nurul,
2012: 203)

b. Langkah ll Interpretasi data: identifikasi masalah atau diagnosa.


Pemeriksaan fisik, meliputi: keadaan umum klien, tanta-tanda vital dan
pemeriksaan fisik dilakukan secara inspeksi, palpasi dan dilakukan
pemeriksaan penunjang bila perlu. Klien yang mengalami abortus
inkomplit biasanya menunjukkan klien pucat, nyeri perut yang hebat
dan perdarahan. Tahap ini merupakan langkah yang menentukan
langkah berikutnya. Kelengkapan data yang sesuai dengan kasus yang
dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak
dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus
komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan
sehingga dapat menggambarkan kondisi atau masukan klien yang
sebenarnya.

33
1. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan yang disimpulkan oleh bidan (Jannah, 2012: 204).
Diagnos pada kasus ini ditegakkan Ny.xPxAx umur x tahun hamil denan
abortus inkomplit post kuretase hari keberapa.51
Dasar:
a) Data subyektif
1) Ibu mengatakan keadaan setelah kuretase
2) Ibu mengatakan merasa cemas dan rasa tidak nyaman setelah kuretase.
b) Data objektif
1) Keadaan umum
Keadaan umum ibu setelah dilakukan tindakan kuretase, adalah
sedang
2) Kesadaran ibu setelah dilakukan tindakan kuretase adalah sedang.
3) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah Ibu hamil dengan abortus inkomplit post
kuretase tekanan darahnya teratur atau tidak. Tekanan darah
ibu post kuretase 90/70 mmHg- 130/90 mmHg.
b) Suhu
Ibu hamil dengan abortus inkomplit post kuretse suhu
tubuhnya normal atau tidak. Suhu pada ibu post kuretase
adalah 36,50c- 37,50c.52
c) Nadi
Ibu hamil dengan abortus inkomplit post kuretase nadinya
normal atau tidak. Nadi pada ibu post kuretase adalah 50-90
x/menit.
d) Respirasi
Ibu hamil dengan abortus inkomplit post kuretase
respirasinya cenderung lebih cepat atau lambat. Respirasi ibu
pada ibu post kuretase 16-24 x/menit.
4) Tinggi fundus uteri pada ibu post kuretase
5) Pemeriksaan hemoglobin perlu dilakukan karena biasanya setelah
melakukan kuretase terjadi penurunan hemoglobin.

34
TINJAUAN KHUSUS TENTANG ABORTUS INKOMPLIT

1. Pengertian Abortus Inkomplit


Abortus inkomplit (keguguran tidak lengkap) adalah pengeluaran
sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal, servikalis terbuka dan
jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol
dari ostium uteri eksternum. Pendarahan tidak akan berhenti sebelum sisa
janin dikeluarkan, dapat menyebabkan syok (Irianti, 2012: 43).
2. Tanda-tanda Abortus Inkomplit
1) Setelah tejadi abortus dengan pengeluaran jaringan, pendarahan
berlangsung terus.
2) Sering cervix tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang
dianggap corpus allieum, maka uterus akan berusaha mengeluarkannya
dengan mengadakan kontraksi. Tetapi kalau keadaan ini dibiarkan lama
cerviksakan menutup kembali (Pudiastuti, 2012: 45).

3. Diagnosis
1) Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
2) Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat.
3) Terjadi infeksi ditandai suhu tinggi.
4) Dapat terjadi degenerasi ganas.
5) Pada pemeriksaan dijumpai gambaran:
a. Kanalis servikalis terbuka
b. Dapat diraba jaringan dalam rahim.
c. Lakukan pemeriksaan bimanual: ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan,
penipisan serviks, serta kondisi ketuban
d. Jika hasil pemeriksaan negatif, lakukan pemeriksaan denyut jantung
janin untuk menentukan kelangsungan hidup janin dan tenangkan
keadaan ibu.

35
e. Jika perdarahan terus berlanjut, khususnya jika ditemui uterus lebih
besar dari yang harusnya mungkin menunjukkan kehamilan ganda
atau molahidatidosa.
f. Jika perdarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal seperti biasa dan
lakukan penilaian jika terjadi perdarahan lagi.
g. Konsultasi dan rujuk ke dokter spesialis jika terjadi perdarahan
hebat, kram meningkat atau hasil pemeriksaan menunjukkan hasil
abnormal (Yulaikhah, 2015:79-80).

4. Penanganan Abortus Inkomplit


Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ngot Thi Nuh Nguyen, 2013
adalah 300 terdaftar antara bulan September 2009 dan Mei 2010. Hampir
semua Peserta (96,3%) berhasil menyelesaikan pemeriksaan dengan
menggunakan dosis tunggal misoprostol 400 mcg. Mayoritas wanita
(87,2%) menemukan efek samping yang bisa ditoleransi atau mudah
ditolerir. Sebagian besar wanita (84,3%) merasa puas atau sangat puas.
Dengan perlakuan yang mereka terima: hanya satu yang tidak puas (0.3%).
Penelitian ini mengkonfirmasikan bahwa 400 mcg sublingual
misoprostol efektif mengevakuasi uterus untuk sebagian besar. Wanita
mengalami aborsi tidak lengkap. Tingginya tingkat kepuasan dan
tolerabilitas efek samping juga membuktikan kemudahan penggunaan
metode ini. Dari data tersebut dan diberikan consensus Internasional seputar
keefektifan misoprostol untuk perawatan aborsi yang tidak lengkap,
tampaknya tepat waktu penggunaan obat untuk indikasi ini diperluas secara
luas baik di seluruh Vietnam maupun dimanapun akses terhadap perawatan
aborsi terbatas (Ngot Thi Nuh Nguyen dkk, 2013: 1)
Abortus Inkomplit harus segera dibersihkan dengan curettage atau
secara digital. Selama masih ada sisa-sisa plasenta akan terus terjadi
pendarahan (Pudiastuti,2012: 48).
1. penanganan
1) Terapi abortus dengan curetase
2) Perawatan pasca tindakan
3) Pemantauan pasca abortus
2. Penanganan

36
1) Lakukan kongseling.
2) Jika perdarahan ringan atau sedang dan usia kehamilan kurang dari
16 minggu, gunakan jari atau forsep cincin untuk mengeluarkan
hasil konsepsi yang mencuap dari serviks.
3) Jika perdarahan berat atau usia kehamilan kurang dari 16 minggu,
lakukan evaluasi isi uterus. Aspirasi vacuum manual (AVM)
adalah metode yang dianjurkan. Kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan bila AVM tidak tersedia. Jika evaluasi tidak dapat
segerah dilakukan, berikan ergometri 0,2 mg IM (dapat di ulang 15
menit kemudian bila perlu).
4) Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU
oksitosin dalam satu liter NaCl 0,9% atau ringer laktat dengan
kecepatan 40 tetes/menit untuk membantu pengeluaran hasil
konsepsi.
5) Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit selama
2 jam. Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
6) Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopis dan kirimkan
untuk pemeriksaan patologi kelaboratorium.
7) Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut
abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa
kadar hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan baik dan
kadar hb>8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang (WHO, 2013: 87).

4. Komplikasi abortus inkomplit


1) Perdarahan
2) Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabil pertolongan tidak diberikan pada
waktunya.
3) Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus pada
posisi hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadi perforasi,
laparatomi harus segerah di lakukan untuk menentukan luasnya
perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukaan alat-alat lain.

37
4) Infeksi
Infeksi dalam uterus dan sekitarnya dapat terjadi disetiap abortus, tetapi
biasanya ditemukan pada abortus inkomplit dan lebih sering pada
abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan
antisepsis.
5) Syok
Syok pada abortus biasa terjadi karena perdarahan dan karena infeksi berat.
6) Kematian
Abortus berkontribusi terhadap kematian ibu sekitar 15%.Data tersebut sering
kali tersembunyi di balik data kematian ibu akibat perdarahan. Data
lapangan menunjukkan bahwa sekitar 60% -70% kematian ibu
disebabkan oleh perdarahan , dan sekitar 60% kematian akibat
perdarahan tersebut, atau sekitar 35-40% dari seluruh kematian ibu,
disebabkan oleh perdarahan postpartum. Sekitar 15-20% kematian
disebabkan oleh perdarahan (Irianti, 2014:77-78)

2. Masalah

38
Masalah adalah problem yang dialami ibu tetapi tidak termasuk
kedalam kategori standar nomenklatur diagnosa kebidanan, misalnya
rasa cemas, dan problem ekonomi.Masalah memerlukan penanganan
yang dituangkan kedalam rencana asuhan.
3. Kebutuhan
Kebutuhan adalah suatu yang diperlukan untuk meningkatkan
kesehatan klien, misalnya pendidikan kesehatan, dan promosi
kesehatan.

c. Langkah III (Identifikasi diagnosa/masalah potensial)


Identifikasi diagnosa/masalah potensial adalah mengidentifikasi
masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhakan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan
sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosa/ masalah potensial terjadi. Diagnosa yang mungkinterjadi
adalah syok dan perdarahan.

d. Langkah IV (Identifikasi tindakan segera/ Kolaborasi)


Tindakan segera terahadap kondisi yang diperkirakan akan
membahayakan klien. Oleh karena itu, bidan harus bertindak segera
untuk menyelamatkan jiwa ibu dan anak.Tindakan ini dilaksanankan
secara kolaborasi dan rujukan sesuai dengan kondisi klien. Faktor yang
berperang terhadap komplikasi abortus inkomplit post kuretase adalah
dalam proses pemberian layanan asuhan pasca abortus, harus diingat
bahwa pasien ini membutuhkan kongseling, perhatian, pemahaman,
serta empati selama pemberian asuhan.
Dalam memberikan asuhan pasca abortus hal yang pertama kali harus
dilakukan adalah mengatasi situasi segera, yaitu perdarahan dan syok.
Setelah kondisi ibu stabil, hal selanjutnya yang sama pentingnya
adalah memberikan asuhan tindak lanjut yang penting, meliputi
peredaan nyeri, dukungan psikologis, kongseling pasca abortus dan
pemeriksaan lebih lanjut yang mungkin diperlukan (WHO, 2012: 95).
Pada pasien abortus dengan abortus inkomplit dapat di berikan
penangan syok dengan cara: tindakan universal, oksigen, cairan, obat,

39
identifikasi penyebab syok dan atasi sesuai penyebabnya. Selanjutnya
adalah penenganan perdarahan melibatkan langkah-langkah berikut
manajemen syok, identifikasi lokasi perdarahan, evakuasi atau
pengososngan uterus, pemeriksaan produk konsepsi, perbaikan laserasi
saluran genetal atau serviks, manejemen perforasi uterus dan rujukan
transfer atau pemindahan.

e. Langkah V (Rencana Asuhan yang menyeluruh)


Pada langkah ini direncana untuk pemecahan masalah dibagi menjadi
tujuan, rencana pelaksanaan dan evaluasi. Rencana ini disusun
berdasarkan kondisi klien (diagnosa, masalah dan diagnosa potensial)
berkaitan dengan semua aspek asuhan kebidanan.
Rencana dibuat harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan
pengetahuan dan teori yang up to date serta evidance terkini serta
sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.

f. Langkah VI (Pelaksanaan Asuhan )


Kegiatan yang dilakukan bidan di komunitas adalah mencakup rencana
pelaksanaan yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Pemberian asuhan dapat dilakukan oleh bidan, klien/ keluarga, atau
tim kesehatan lainnya namun tanggung jawab utama tetap pada bidan
untuk mengarahkan pelaksanaannya. Asuhan yang dilakukan secara
efisien yaitu hemat waktu, hemat biaya, dan mutu meningkat.
g. Langkah VII (Evaluasi Hasil Asuhan)
Pada langkah ini,Kegiatan evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi
keefektifan asuhan kebidana yang diberikan.Hasil evaluasi dapat
menjadi data dasar untuk menegakkan diagnosa dan rencana
selanjutnya.Yang di evaluasi adalah apakah diagnosa sesuai, rencana
asuhan efektif, masalah teratasi, masalah telah berkurang, timbul
masalah baru, dan kebutuhan telah terpenuhi. Evaluasi asuhan
kebidanan pada abortus inkomplit post kuretase antara lain keadaan
umum baik dan tanda-tanda vital normal, tidak ada tanda-tanda syok
dan perdarahan pada jalan lahir (Jannah Nurul, 2012: 185- 211).

40

Anda mungkin juga menyukai