Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEHAMILAN DENGAN IUFD (INTRA UTERINE FETAL DEATH)

OLEH :
RACHEL WIDYA DWILARASATI
P1337420920014

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2021
A. KONSEP DASAR IUFD
1. DEFINISI
Kematian janin dalam kandungan adalah kematian janin ketika masing-
masing berada dalam rahim yang beratnya 500 gram dan usia kehamilan 20
minggu atau lebih (Achadiat, 2016).
Kematian janin dalam kandungan adalah kematian hasil konsepsi sebelum
dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya
kehamilan. Kematian dinilai dengan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari
ibunya janin tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan,
seperti denyut jantung, pulsasi tali pusat, atau kontraksi otot (Monintja, 2016)
Sedangkan menurut WHO, kematian janin adalah kematian janin pada waktu
lahir dengan berat badan <1000 gram.

2. KLASIFIKASI
Menurut Wiknjosastro (2016) dalam buku Ilmu Kebidanan, kematian janin
dapat dibagi dalam 4 golongan yaitu :
a. Golongan I : Kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu
penuh.
b. Golongan II : Kematian sesudah ibu hamil 20 hingga 28 minggu.
c. Golongan III : Kematian sesudah masa kehamilan lebih 28 minggu (late
foetal death)
d. Golongan IV : Kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga
golongan di atas.
3. ETIOLOGI
Penyebab kematian janin dalam rahim yaitu :
a. 50 % kematian janin bersifat idiopatik (tidak diketahui penyebabnya)
b. Faktor maternal :
1) Usia
2) Paritas
3) Anemia
4) Pre eklampsi dan eklampsi
5) Diabetes mellitus
6) Infeksi dalam kehamilan
c. Faktor fetal :
1) Hamil kembar
2) Hamil tumbuh terlambat
3) Kelainan congenital
4) Kelainan genetik
5) Infeksi
d. Komplikasi plasenta :
1) Plasenta previa
2) Abruption plasenta
e. Penentuan kariotipe janin harus dipertimbangkan dalam semua kasus
kematian janin untuk mengidentifikasi abnormalitas kromosom,
khususnya dalam kasus ditemukannya abnormalitas struktural janin
f. Perdarahan janin – ibu (aliran sel darah merah transplasental dari janin
menuju ibu)
g. Sindrom antibodi antifosfolipid
h. Infeksi intra- amnion
i. Trauma saat hamil yang menyebabkan solusio plasenta
4. PATOFISIOLOGI
Janin bisa juga mati dalam kandungan (IUFD) karena beberapa faktor antara
lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal tersebut menjadi bahaya
karena suplay makanan yang dikonsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan
janin. Serta anemia, karena anemia disebabkan kekurangan Fe maka dampak
pada janin adalah infersebel. Kerja organ-organ maupun aliran darah janin
tidak seimbang dengan pertumbuhan janin.

5. MANIFESTASI KLINIS
a. DJJ tidak terdengar (Syok, uterus tegang atau kaku, gawat janin atau Djj
tidak terdengar
b. Uterus tidak membesar, fundus uteri turun
c. Pergerakan anak tidak teraba lagi oleh pemeriksaan
d. Palpasi anak tidak jelas
e. Reaksi biologis menjadi negative, setelah anak mati kurang lebih 10 hari
f. Pada rongen dapat dilihat adanya
1) Tulang-tulang tengkorak tutup menutupi.
2) Tulang punggung janin sangat melengkung.
3) Hiperekstensi kepala tulang leher janin
4) Adanya gelembung-gelembung gas pada badan janin bila janin yang
mati tertahan 5 minggu atau lebih, kemungkinan hypofibrinogemenia
25 5 (Wiknjosastro (2016)

6. KOMPLIKASI
a. Trauma emosional yang cukup berat terjadi bila waktu antara kematian
janin dan persalinan cukup lama
b. Dapat terjadi infeki bila ketuban pecah
c. Dapat terjadi koagulasi bila kematian janin berlangsung lebih dari 2
minggu
d. Kematian janin dalam kandungan 3 – 4 minggu , biasanya tidak
membahayakan ibu
Setelah lewat 4 minggu makan kemungkinan terjadinya kelainan darah
(hipofibrinogenemia) akan lebih besar. Kematian janin akan menyebabkan
desidua plasenta menjadi rusak menghasilkan tromboplastin masuk
kedalam peredaran darah ibu, pembekuan intravaskuler yang dimulai dari
endotel pembuluh darah oleh trombosit terjadilah pembekuan darah yang
meluas menjadi disseminated intravascular coagulation
hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen < 100 mg%)

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan USG
1) Tidak ditemukan DJJ maupun gerakan janin, seringkali dijumpai
tulang-tulang letaknya tidak teratur, khususnya tulang tengkotak sering
dijumpai overlapping ,cairan ketuban berkurang
2) Tanda spalding menunjukkan adanya tulang tengkorak yang saling
tumpang tindih (overlapping) karena otak bayi yang sudah mencair,
hal ini terjadi setelah bayi meninggal beberapa hari dalam kandungan
3) Tanda nojosk menunjukkan tulang belakang janin yang saling
melintang (hiperpleksi)
4) Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah
b. Pemeriksaan darah lengkap, jika dimungkinkan kadar fibrinogen
8. PENATALAKSANAAN IUFD
Jika diagnosis kematian telah ditegakkan :
a. Segera beri informasi pada ibu dan keluarga dan diskusikan kemungkinan
penyebab dan rencana penatalaksanaannya. Rekomendasi untuk segara di
intervensi
b. Lakukan pemeriksaan tanda vital ibu, pemeriksaan darah perifer, fungsi
pembekuan, dan gula darah
c. Berikan dukungan mental emosional pada ibu dan keluarga
Janin yang mati dalam rahim sebaiknya segera dikeluarkan secara :
a. Lahir spontan : 75 % akan lahir spontan dalam 2 minggu
b. Persalinan anjuran :
1) Dilatasi serviks dengan batang laminaria. Setelah dipang 12 – 24 jam
kemungkinan dilepas dan dilanjutkan dengan infus oksitosin sampai
terjadi pengeluaran janin dan plasenta
2) Dilatasi serviks dengan keteter folley
Untuk umur kehamilan > 24 minggu
a) Kateter folley no 18 dimasukkan dalam kanalis servikalis diluar
kantong amnion
b) Diisi 50 ml aquades steril
c) Ujung kateter diikat dengan tali, kemudian lewat kontrol, ujung
tali diberi beban sebesar 500 gram
d) Dilanjutkan infus oksitosin 10 u dalam dexstrose 5 5 500 ml, mulai
8 tetes/ menit dinaikan 4 tetes tiap 30 menit sampai his adekuat
3) Infus oksitosin
a) Keberhasilan sangat tergantung dengan kematangan serviks, dinilai
dengan bishop score, bila nilai 5 akan lebih berhasil
b) Dipakai oksitosin 5 – 10 u dalam dekstrose 5 % 500 ml mulai 8
tetes/ menit dinaikan 4 tetes tiap 15 sampai his adekuat

4) Induksi prostaglandin
a) Dosis : Pg- E 2 dberikan dalam bentuk suppositoria 20 mg ,
diulang 4-5 jam, Pg-E 2 diberikan dalam bentuk suntikan IM 400
mg. Pg-E 2,5 mg/ml dalam larutan NaCL 0,9 %, dimulai 0,625
mg/ml dalam infus
b) Kontra indikasi : asama, alergi dan penyakit kardivaskuler
9. PATHWAY Faktor Maternal Faktor Janin
Faktor Plasenta (bisa karena trauma)

Autoantibodi Malformasi Infeksi janin


HT, DM (HT Gestasional, SLE DM rubella parovirus
Pre Eklampsi, eklampsi) kongintal mayor
Plasenta terlepas Infark
Makrosomia dari perlekatan plasenta
Hiperkoagulasi sebelum bayi lahir
Vasospasme PD autoimun Kerja organ Gangguan
UK bayi besar vital terganggu pertumbuhan
janin Perdarahan
Perfusi darah ke Obstruksi Kerusakan
janin menurun kerusakan organ plasenta
terkadang anemia Ibu sulit Perfusi darah janin
melahirkan Kegagalan menurun
perkembangan jantung,
Gawat janin
defek SSP, ikterus
Trauma lahir
Plasenta previa

Keluarga terutama ibu


mengetahui kematian Kematian Janin Dalam Kandungan Risiko gangguan hub. ibu
janinnya dan janin

Berduka Keluarga tidak tahu penyebab Risiko HDR


Ibu mengetahui kematian janinnya
Situasional
mungkin merasa kehilangan
Dukacita Defisit pengetahuan
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Data subjektif
1) Biodata klien mulai dari nama, nomer RM, tanggal lahir, agama, status ,
pendidikan, pekerjaan dan alamat
2) Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
3) Keluhan utama klien
4) Riwayat kehamilan sekarang
5) Riwayat kehamilan yang lalu
6) Riwayat psikososial dan ekonomi
7) Pola aktivitas

b. Data objektif
1) Keadaan umum
2) Antropometri
3) Tanda-tanda vital
4) Pemeriksaan fisik
5) Data penunjang

2. DIAGNOSA
a. Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan adanya kontraksi uterus
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan nyeri
c. Kecemasan berhubungan dengan kehilangan orang yang dicintai
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak
mengetahui sumber-sumber informasi
e. Berduka berhubungan dengan kehilangan perinatal
3. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan Hasil (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1 Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi Ansitas (1.09314) Reduksi Ansitas (1.09314)
berhubungan (L.09093)  Observasi  Observasi
dengan Setelah dilakukan 1. Pantau perubahan tanda-tanda vital 1. Perubahan tanda-tanda vital dapat
ancaman tindakan asuhan dan kondisi yang menunjukkan digunakan sebagai indikator
terhadap keperawatan 1x 2 jam
peningkatan kecemasan klien terjadinya ansietas pada klien
kematian janin diharapkan kecemasan
(D. 0080) klien menurun atau klien  Terapeutik  Terapeutik
dapat tenang dengan 2. Berikan informasi serta bimbingan 2. Mempersiapkan klien menghadapi
kriteria hasil : antisipasi tentang segala bentuk segala kemungkinan, krisis
1. Menyingkirkan tanda kemungkinan yang akan terjadi di perkembangan dan/ atau situasional
kecemasan masa yang akan datang 3. Teknik menenangkan diri dapat
2. Tidak terdapat 3. Ajarkan teknik relaksasi diri dan digunakan untuk meredakan
perilaku gelisah pengendalian perasaan negatif atas kecemasan pada klien yang
3. Frekuensi segala hal yang dirasakan klien mengalami distress akut
pernapasan menurun 4. Tingkatkan koping individu klien 4. Membantu klien untuk beradaptasi
4. Frekuensi nadi 5. Berikan dukungan emosi pada klien dengan persepsi stresor, perubahan
menurun atau ancaman yang menghambar
5. Pucat menurun pemenuhan tuntuutan dan peran hidup
5. Memberikan dukungan emosi untuk
menenangkan klien dan menciptakan
penerimaan serta batuan dukungan
selama masa stress

 Kolaborasi
 Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian obat anti 6. Agen farmakologi dapat digunakan
depresan apabila klien benar-benar sebagai salah satu pilihan untuk
tidak mampu mengendalikan diri meredakan kecemasan pada klien

2 Berduka Tingkat berduka (L. Dukungan Proses Berduka (1.09274) Dukungan Proses Berduka (1.09274)
berhubungan 09094)  Observasi  Observasi
dengan Setelah dilakukan 1. Identifikasi proses berduka yang 1. Proses berduka adalah respon
kehilangan tindakan asuhan dialami alami tubuh ketika seseorang
perinatal keperawatan 1 x 2 jam ,
2. Identifikasi keterikatan pada kehilangan sesuatu yang penting
(D.0081) maka masalah berduka
dapat teratasi dengan benda yang hilang atau orang dalam hidupnya. Kondisi ini
kriteria hasil : yang meninggal menimbulkan berbagai emosi,
1. Verbalisasi seperti sedih dan kesepian
menerima kehilangan 2. Untuk mengetahui hubungan dari
(membaik) klien dengan benda atau orang
2. Verbalisasi perasaan yang hilang/ meninggal tersebut
sedih (membaik) apakah sangat berarti atau tidak
3. Verbalisasi perasaan bagi kelangsungan hidup dari
bersalah atau klien
menyalahkan orang
lain (menurun)  Terapeutik  Terapeutik
4. Menangis (menurun) 3. Motivasi agar mau 3. Perasaan kehilangan adalah suatu
5. Pola tidur (membaik) mengungkapkan perasaan keadaan individu yang berpisah
kehilangan dengan sesuatu yang sebelumnya
4. Motivasi untuk menguatkan ada, kemudian menjadi tidak ada,
dukungan keluarga atau orang baik terjadi sebagian atau
terdekat keseluruhan
5. Diskusikan strategi koping yang 4. Dukungan keluarga/ orang
dapat digunakan terdekat adalah suatu bentuk
hubungan interpersonal yang
melindungi seseorang dari efek
stress yang buruk juga sikap,
tindakan penerimaan keluarga
terhadap anggota keluarganya,
berupa dukungan informasional,
dukungan penilaian, dukungan
instrumental dan dukungan
emosional
5. Strategi koping adalah sikap,
tindakan penerimaan keluarga
terhadap anggota keluarganya,
berupa dukungan informasional,
dukungan penilaian, dukungan
instrumental, dan dkungan
emosional
 Edukasi
6. Proses berduka yaitu
 Edukasi
(penyangkalan (denial), marah
6. Ajarkan melewati proses
(anger), menawar (bargaining),
berduka secara bertahap
depresi (depression), dan
penerimaan (acceptance)
DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, Abdul Bari. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Cunningham, F. Gary (et,al). 2016. Obstetri Williams. Jakarta : EGC

L., K Varney , helen. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. “Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia Edisi I”. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. “Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Edisi I Cetakan III”. Jakarta : PPN

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. “Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia Edisi I Cetakan II”. Jakarta : PPNI

Anda mungkin juga menyukai