OLEH :
RACHEL WIDYA DWILARASATI
P1337420920014
2) Faktor Ibu
a) CPD (Chepalo Pelvic Disproportion)
b) Panggul sempit
c) KPD (Ketuban Pecah Diri)
d) Hambatan lahir (tumor)
e) Partus lama (Prologed Labor)
f) PE(Pre Eklamsia)
g) Hipertensi
h) Plasenta previa
i) Bekas sectio caesarea
j) Asma
k) Haimoroid
KONSTIPASI Nifas
Prolaktin meningkat
Adekuat Tidak adekuat Penambahan anggota
baru
PERUBAHAN POLA
PERAN
Lochea Perdarahan Isapan bayi
Oksitosin meningkat
Hipovolemik Anemia
Ejeksi ASI
RISIKO HbO2
KETIDAKSEIMBANGAN menurun
CAIRAN
Adekuat Tidak adekuat
Kurang pengetahuan
perawatan payudara
Suplai O2 ke jaringan Kelelahan
menurun
MENYUSUI TIDAK
EFEKTIF
INTOLERANSI
Nekrose AKTIVITAS
6. KOMPLIKASI PASCA POST SECTIO CAESAREA
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi sectio caesarea antara
lain :
a. Infeksi puerperal (Nifas)
Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan
perut sedikit kembung
Berat , peritonealis, sepsis, dan usus paristaltik
b. Perdarahan
Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbukaa
Perdarahan pada plasenta bed
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
peritonealisasi terlalu tinggi
d. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Elektro Ensefalo Dipakai untuk membantu menetspkan jenis dan fokus
Gram (EEG) dari kejang
b. Pemindaian CT Menggunakan kajian sinar-X yang lebih sensitif dari
biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan
jaringan
c. Magneti Resonance Menghasilkan bayangan dengan menggunakan
Imaging (MRI) lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna
untuk memperlihatkan daerah-daerah otak yang tidak
jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT
d. Pemindaian Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan
Positron Emission membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan
Tomography (PET) metabolik atau aliran darah dalam otak
e. Uji laboratorium Pungsi lumbal : menganalisis cairan
serebrovaskuler
Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit
dan hematokrit
Panel elektrolit
Skrining toksik dari serum dan urin
GDA
Kadar kalsium darah
Kadar natrium darah
Kadar magnesium darah
8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis post sectio caesarea yaitu :
a. Perawatan awal
1) Tetakkan klien dalam posisi pemulihan
2) Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam
pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat
kesadaran tiap 15 menit sampai sadar
3) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
4) Tranfusi jika ada indikasi syok hemorarge
5) Jika tanda vital dan hemotokrit turun walau diberikan transfusi,
segera kembalikan ke kamar bedah kemungkinan terjadi
perdarahan pasca bedah
b. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama pasien puasa pasca operasi, maka pemberian
cairan perintravena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit
agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ
tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10 %, garam
fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung
kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai
kebutuhan.
c. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah pasien flaktus
lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 –
10 jam setelah operasi, berupa air putih dan air teh
d. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan pasien sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar
3) Hari kedua post operasi, pasien dapat didudukkan selama 5 menit
dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskan
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke 3 sampai hari ke 5 pasca
operasi
e. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada pasien, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 – 48 jam/ lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan pasien.
f. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibotik sangat berbeda-beda
setiap institusi
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a) Supositoria : Ketopropen sup 2 x / 24 jam
b) Oral : Tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c) Injeksi : penitidine 90 – 75 mg diberikan setiap 6
jam bila perlu
3) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum pasien dapat
diberikan caboransia seperti neurobion I Vit. C
4) Perawatan luka
a) Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan
tidak terlalu banyak jangan mengganti pembalut
b) Jika pembalut agak kendor, jangan ganti pembalut, tapi beri
plaster untuk mengencangkan
c) Ganti pembalut untuk mengencangkan
d) Ganti pembalut dengan cara steril
e) Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
f) Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat
jahitan kulit dilakukan pada hari kelima pasca SC
5) Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi, dan pernafasan
4. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah keluarnya
cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis
dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes
atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak
akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi
bila duduk/berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam, bercak
vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda infeksi yang terjadi.
5. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada KPD meliputi mudah terjadinya
infeksi intra uterin, partus prematur, dan prolaps bagian janin terutama
tali pusat (Manuaba, 2009). Terdapat tiga komplikasi utama yang
terjadi pada KPD yaitu peningkatan morbiditas neonatal oleh karena
prematuritas, komplikasi selama persalinan dan kelahiran, dan resiko
infeksi baik pada ibu maupun janin. Risiko infeksi karena ketuban
yang utuh merupakan penghalang penyebab infeksi (Prawirohardjo,
2017).
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Lab
1) Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna,
konsentrasi, bau, dan pHnya. Cairan yang keluar dari vagina ini
ada kemungkinan air ketuban , urine atau secret vagina
2) Secret ibu hamil pH: 4-5 dengan kertas nitrazin tidak berubah
warna tetap kuning
3) Tes lakmus (nitrazin) jika kertas lakmus merah berubah menjadi
biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7
-7,5, darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif
palsu
4) Mikroskopik (tes pakis) dengan meneteskan air ketuban pada gelas
objek dan dibiarkan kering
b. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat jumlah cairan
ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan
ketuban yang sedikit.
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya
maturitas paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan
perkembangan paru yang sehat
b. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi
peicu sepsis, meningitis janin, dan persalinan prematuritas
c. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan
diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan
kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin
Kehamilan ≥47 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal
seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 25µg – 50µg
intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila skor pelvic < 5, lakukan
pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri
persalinan dengan seksio sesarea. Bila skor pelvic > 5, induksi
persalinan
f. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
2) Mata
Adanya pembengkakkan pada kelompak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning
3) Telinga
Biasanya betuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihannya, adakah cairan yang keluar dari telinga
4) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-
kadang ditemukan pernapasan cuping hitung
5) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya pembesaran kelenjar tyroid,
karena adanya proses menerang yang salah
6) Dada dan payudara
7) Abdomen
Pada pasien nifas abdomen kendor, kadang-kadang strine masih
terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawah pusat
8) Ginetalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekonium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak
9) Anus
Kadang-kadang pada pasien nifas ada luka pada anus karena
rupture
10) Ekstremitas
Pemeriksaan edema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karena pre eklsmsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada post partum tekanan darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,
prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (sectio
caesarea)
b. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ luka kering bekas
operasi
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
prosedur pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tindakan anestesi, kelemahan
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik akibat
tindakan anestesi dan pembedahan
3. RENCANA TINDAKAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 Nyeri Akut Tingkat Nyeri (L. 08066) Manajemen Nyeri (1.08238)
(D.0077) Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi
1 x 24 jam diharapkan nyeri pada 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, dirasi, frekuensi, kualitas,
pasien menurun dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
Tingkat Nyeri : 2. Identifikasi nyeri
1. Nyeri berkurang dengan skala 4 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
2. Klien tidak mengeluh nyeri 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
3. Klien tampak tenang 5. Monitor efek samping penggunaan analgetik
4. Klien dapat tidur dengan tenang Terapeutik
5. Frekuensi nadi dalam batas normal 6. Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
(60-100 x/ menit) (mis. Tarik nafas dalam, genggam jari, kompres hangat/
6. RR dalam batas normal (16-20 x/ dingin, distraksi dll)
menit) 7. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Kontrol Nyeri 8. Fasilitasi istirahat dan tidur
1. Melaporkan bahwa nyeri berkurang 9. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
dengan menggunakan manajemen strategi meredakan nyeri
nyeri Edukasi
2. Mampu mengenali nyeri (skala, 10. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
intensitas, frekuensi dan tanda 11. Jelaskan strategi meredakan nyeri
nyeri) 12. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Status Kenyamanan: 13. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
1. Menyatakan rasa nyaman setelah 14. Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri
nyeri berkurang Kolaborasi
15. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
2 Intoleransi Toleransi Aktivitas (L. 05047) Manajemen Energi (1.05178)
Aktivitas Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi
(D. 0056) 2 x 24 jam masalah toleransi aktivitas 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
meningkat, dengan kriteria hasil : kelelahan
1. Frekuensi nadi meningkat (5) 2. Monitor pola dan jam tidur
2. Saturasi oksigen meningkat (5) 3. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
3. Kemudahan dalam melakukan aktivitas
aktivitas sehari-hari meningkat (5) Terapeutik
4. Kecepatan berjalan meningkat (5) 4. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (mis.
5. Perasaan lemah menurun (5) Cahaya, suara, pengunjung)
6. Tekanan darah membaik (5) 5. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/ atau aktif
7. Frekuensi napas membaik (5) 6. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Edukasi
7. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Kolaborasi
8. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Pemantauan Tanda Vital (1.02060)
Observasi
9. Monitor tekanan darah
10. Monitor nadi
11. Monitor pernapasan
12. Monitor suhu
13. Monitor oksimetri nadi
Walyani, Elizabeth S dan Th. Endang P. 2015. “Asuhan Kebidanan Masa Nifas
dan Menyusu. Yogyakarta : Pustaka Baru Press
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. “Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Edisi I”. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. “Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi
I Cetakan III”. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi I Cetakan II”. Jakarta : PPNI