Anda di halaman 1dari 21

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN TERMINAL


ILLNESS(PALLIATIF CARE)
KELOMPOK 3 : DZULHIDAYATI AS
ADE RACHMAT KURNIAWAN EDHI PRASETYO
AMELIA SABILI DINTYA ISLAMI ELVIRA KRISTANTI TORIDU
ANISA DWI REZEKI ENDICK SETIYAWAN
ANNISA WALIDATUS S HARIYATI
ARIFIN NUR REZA HASNA ENDAH LESTARI
ASIH PERWITARINI KURNILAM NUR CIPTANINGSIH
AZEL TIARA DEWI LULUK NUR ASYFIQOH
BARI LIG ROMANDONA LUTFIANA SOLIKHA
DINA ARIFA ROSALIA MARSHA KOMUL
DWI HASTUTI MELA AYU ULFANI FAUZIA
Kelompok 3 : (lanjutan) Srilestari
Miftakhul Ulum Sugino
Mitasari Anggraini Suharyono
Muhammad Arif Ramadhan Sulistyawan
Muhammad Shofiyuddin Titah Pangesti Mahardhita
Muhammad Sulkhan Hakim Wahyu Widyastuti
Muhammad Zaenal Abidin Warsiti
Nastiti Drian Udiyani Wiji Rahayuningtyas
Rachel Widya Dwilarasati Wulandari
Ratih Hastuti Vethra Auliya Marsally
Retno Wulanjani Yasmina Izzat
Rizkiana Dwi Saputri Yudi May Hendra Sinurat
Sintiya Yuni Listiyana
Siti Aminah Dwi Wahyuni Wiwin Renny R
Paliative Illness
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup
pasien dan keluarganya yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan
penyakit yang mengancam nyawa, melalui pencegahan dan pengurangan
penderitaan melalui identifikasi awal dan penilaian yang sempurna serta
pengobatan nyeri dan masalah lainnya, fisik. , psikososial dan spiritual.
Tujuan dari perawatan paliatif

untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien dalam menghadapi


penyakitnya dan mempersiapkan diri menghadapi kematian dengan rasa
tenang dan nyaman tanpa ada rasa tertekan akan penyakitnya. (Adzani Fadli,
2015)
Palliative Illnes HIV/AIDS

perawatan yang diberikan dengan pendekatan secara komprehensif,


mencakup pengobatan sakit, pengobatan gejala, konsultasi dan pengobatan
untuk mengatasi masalah kejiwaan dan psikologis, dukungan dalam
mengatasi stigma dan diskriminasi penolakan dari keluarga, rujukan pada
layanan social, layanan kesehatan primer, perawatan dan konsultasi,
perawatan akhir kehidupan dan dukungan duka-cita bagi keluarga.
HIV / AIDS

HIV/AIDS merupakan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human


Immunodeficiency Virus (HIV). Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh
terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina, air susu ibu. Virus tersebut
merusak system kekebalan tubuh manusia dan mengakibatkan turunnya atau
hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi.
ETIOLOGI
 HIV penyebab AIDS
 HIV masuk dalamretrovirus anggota subfamily lentivirinae
 Ciri khas khas morfologi yang unik dari HIV adanya nucleoid yang
berbentuk silindris dalam virion matur.
 Virus mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus yaitu
gag, pol, env.
patofisiologi
 Masa inkubasi penyakit antara 10 minggu – 10 tahun
 Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans (sel imun) adalah sel-sel
yang terinfeksi HIV dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum
tulang.
 Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, akan melakukan
pemograman ulang materi genetik dari sel CD4 yang terinfeksi untuk membuat
double-stranded DNA.
 Enzim inilah yang membuat sel CD4 helper tidak dapat mengenali virus HIV
sebagai antigen  keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh
sel CD4 helper.
 Kebalikannya virus HIV yang menghancurkan sel CD4 helper.
 Selama waktu ini, jumlah sel CD4 berkurang dari sekitar 1000 sel/ml darah
menjadi sekitar 200-300 sel/ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Patofisiologi
 Gejala infeksi (herpes zoster & jamur oportunistik) muncul, jumlah T4
kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus
berproliferasi.
 Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 dibawah 200 sel/ml
darah, atau apabila terjadi infeksi oportunistik, kanker atau dimensia AIDS.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Baseline
Pemeriksaan bagi penderita yang baru terdeteksi HIV AIDS dan melihat apakah
koinfeksi dari beberapa infeksi
2. Antigen P24
mendeteksi infeksi HIV AIDS melalui protein pembungkus HIV, dapat terdeteksi lebih
cepat yakni 1-3 minggu setelah infeksi awal, sehingga dapat membantu efektifitas deteksi
dini HIV.
3. Sel CD4
Pemeriksaan pada penderita yang sudah terbukti positif terinfeksi HIV AIDS, untuk
mendapatkan gambaran imunitas seseorang, melalui jumlah sel CD4, juga bermanfaat
sebagai kontrol keberhasilan dalam penggunaan obat ARV (Antiretroviral). Nilai normal
berkisar antara 500- 1500 sel/mm3
4. Viral Load
Pemeriksaan untuk mengetahui perkiraan jumlah virus HIV di dalam darah. Nilai dari
hasil pemeriksaan viral load akan menjadi penanda tingkatan virulensi penderita.
Pemeriksaan ini menjadi indikator dan sebagai target dalam terapi ARV.
Manifestasi Klinis
GEJALA MAYOR:
 BB menurun >10% dalam 1 bulan
 Diare kronis >1 bulan
 Demam berkepanjangan >1 bulan
 Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
 Demensia/HIV ensefalopati
Manifestasi Klinis
GEJALA MINOR:
 Batuk menetap >1 bulan
 Dermatitis generalisata
 Herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang
 Kandidias orofaringeal
 Herpes simpleks kronis progresif
 Limfadenopati generalisata
 Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
 Retinitis virus Sitomegalo
Komplikasi
 Pneumonia pneumocystis (PCP)
 Tuberculosis (TBC)
 Esofagitis
 Diare
 Toksoplasmositis
 Leukoensefalopati multifocal prigesif
 Sarcoma Kaposi
 Kanker getah bening
 Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV)
Cara Penularan
Penatalaksanaan
Rencana Asuhan Keperawatan

Pengkajian
 Pengkajian Fisik
pengkajian kondisi fisik secara keseluruhan dari ujung rambut sampai ujung
kaki. Diantaranya adalah nyeri, nutrisi, kelemahan umum, eliminasi luka
dekubitus serta masalah keperawatan lainnya (Umma Muntamah, 2020).
 Pengkajian Psiko sosio spiritual dan kultural
pengkajian kemampuan fungsi sosial, kondisi mental/emosional, hubungan
interpersonal, kegiatan yang dilakukan oleh pasien HIV/Aids, konflik dalam
keluarga yang dialami pasien jika ada, peran sistem budaya, spiritual dan aspek
religius, sumber keuangan, komunikasi, kepribadian.personality, adat istiadat
budaya/pembuat keputusan, aspek religius/kepercayaan, pertahanan koping,
sistem nilai, hubungan antar keluarga dan stres yang dihadapi oleh ODHA
(Umma Muntamah, 2020).
Diagnosa
Umma Muntamah (2020) menyebutkan diagnosa keperawatan yang sering
muncul pada perawatan paliatif pada ODHA adalah
 Gangguan body image : (rambut rontok, luka bau)
 Gangguan hubungan seksual
 Gangguan pelaksanaan fungsi peran keluarga
 Gangguan komunikasi
 Kurang pengetahuan
 Gangguan pola tidur
 Gangguan interaksi social
 Koping keluarga tidak efektif
 Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Intervensi
Umma Muntamah (2020) menyebutkan intervensi Keperawatan yang perlu diperhatikan pada
intervensi keperawatan pada perawatan paliatif pada ODHA :
 Strategi pencapaian tujuan dari asuhan keperawatan
 Memberikan prioritas intervensi keperawatan dan sesuai dengan masalah keperawatan :
nyeri, intake nutrisi, dan lain-lain
 Modifikasi tindakan dengan terapi komplementer (hipnoterapi, yoga, healing touch dan
lain-lain)
 Melibatkan keluarga ODHA Sedangkan intervensi keperawatan pada aspek psiko sosio
kultural dan spiritual :
 Berikan informasi dengan tepat dan jujur
 Lakukan komunikasi terapeutik, jadilah pendengar yang aktif
 Tunjukkan rasa empati yang dalam
 Support ODHA, meskipun ODHA akan melewati hari-hari terakhir, pastikan ODHA sangat
berarti bagi keluarganya
 Tetap menghargai ODHA sesuai dengan perannya dalam keluarga
 Selalu melibatkan ODHA dalam proses keperawatan
 Tingkatkan penerimaan lingkungan terhadap peubahan kondisi ODHA
Implementasi
Umma Muntamah (2020) menyebutkan untuk melakukan pendampingan spiritual
yang intensif Implementasi Keperawatan Dalam memberikan asuhan keperawatan
paliatif pada ODHA terdapat hal-hal yang arus diperhatikan yaitu :
 Memberikan asuhan keperawatan sesuai masalah keperawatan
 Hak pasien adalah untuk menerima atau menolak tindakan keperawatan
 Rasa empati, support, motivasi dari berbagai pihak khususnya perawat
 Kolaborasi dengan tim perawatan paliatif
Evaluasi
Umma Muntamah (2020) menyebutkan hal-hal yang harus menjadi perhatian perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan paliatif adalah :
 Asuhan keperawatan paliatif berarti asuhan intensif dan komprehensif
 Selalu pelajari dan observasi hal yang baru dari ODHA
 Semua anggota tim sepakat untuk emndukung rencana tindakan yang telah disusun
 Melibatkan keluarga ODHA
 Gunakan bahasa yang mudah difahami
 Beri kesempatan bertanya dan jawab dengan jujur
 Jelaskan perkembangan, keadaan dan rencana tindak lanjut
 Jangan memberikan janji kosong pada ODHA
 Melakukan konseling, pelatihan kepada ODHA, keluarga dan care giver
 Mempermudah kelancaran perawatan di rumah dalam pelaksanaan asuhan
 Memperhatikan aspek religius pasien
 Tunjukkan rasa empati, keseriusan serta sikap yang mendukung untuk siap membantu
 Pertimbangkan latar belakang ODHA dan keluarga
 Hindarkan memberi ramalan tentang waktu kematian
 Bila ODHA tidak ingin diberi tahu tentang kondisinya, tunggu dengan sabar sampai menemukan waktu yang
tepat untuk menyampaikan.

Anda mungkin juga menyukai