Disusun oleh :
Kelompok 5 / Keperawatan 5A
Puji syukur kehadirat kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Sholawat serta salam tercurah
kepada nabi besar Muhammad SAW.
Makalah ini dapat terwujud berkat bantuan, bimbingan serta dorongan dari
berbagai pihak, maka penyusun mengucapkan terima kasih kepada selaku dosen
pembimbing tugas ini. Ucapan terima kasih juga kepada kedua orang tua, keluarga,
dan teman-teman yang yang tidak mungkin disebutkan satu persatu atas doa dan
motivasinya. Semoga amal baiknya mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT.
Menyadari bahwa penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari segala
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun selalu
diharapkan demi kebaikan dan kesempurnaan makalah ini. Meskipun demikian,
penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.
Penyusun
1. Cover
2. Kata Pengantar
3. Daftar Isi
4. BAB I.Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
5. BAB II. Tinjauan Pustaka
2.1 HIV/AIDS
2.2 DHF
2.3 SLE
2.4 ITP
6. Konsep Asuhan Keperawatan SLE
7. Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar
biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem
kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri
dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem
kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang
dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan
terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis
kanker. Merupakan salah satu usaha manusia untuk menjadikan individu kebal terhadap suatu
penyakit.
Sistem kekebalan atau imun seseorang berbeda-beda, sesuai dengan kondisi seseorang
proses mekanisme tubuh terhadap keadaan di sekitar lingkungannya berbeda beda, karena
pertahan tubuh seseorang dalam respon cuaca atau kondisi dimana si tubuh rentan terhadap
virus atau penyakit di sekitarnya, antibody dalam tubuh seseorang sesuai dengan kondisi
badan.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari HIV/AIDS,DHF,SLE,ITP pada anak
2. Mengetahui penyebab dari HIV/AIDS,DHF,SLE,ITP pada anak
3. Mengetahui manifestasi klinis dari HIV/AIDS,DHF,SLE,ITP pada anak
4. Mengetahui patofisiologi dari HIV/AIDS,DHF,SLE,ITP pada anak
5. Mengetahui asuhan keperawatan dari HIV/AIDS,DHF,SLE,ITP pada anak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 HIV/AIDS
AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dan kelainan ringan dalam
respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan
dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang
jarang terjadi. (Centre for Disease Control and Prevention).
Etiologi
Resiko HIV utama pada anak-anak yaitu:
Air susu ibu yang merupakan sarana transmisi
Pemakaian obat oleh ibunya
Pasangan sexual dari ibunya yang memakai obat intravena
Daerah asal ibunya yang tingkat infeksi HIV nya tinggi. (DEPKES 1997)
Cara Penularan
HIV menular dengan beberapa cara yaitu :
1. Hubungan seksual dengan penderita AIDS
Penularan dapat terjadi melalui hubungan tanpa alat pelindung dengan penderita
HIV. Air mani, cairan vagina dan darah dapat mengenai selaput lendir sehinggga HIV
yang ada dalam cairan tersebut masuk kedalam cairan darah. Selain itu juga melalui lesi
mikro pada di dinding alat tersebut yang terjadi saat hubungan seksual.
2. Darah dan produk darah yang tercemar HIV / AIDS
Sangat cepat menularkan HIV karena langsung masuk kedalam pembuluh darah dan
menyebar keseluruh tubuh
3. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril.
Alat pemeriksa kandungan dan alat-alat lain yang menyentuh darah, cairan vagina
atau mani yang terinveksi HIV yang digunakan ke orang lain tanpa disterilkan dulu.
4. Alat-alat untuk menoreh kulit
Jarum, silet, alat tato, pemotong rambut.
5. Menggunakan jarum suntik yang bergantian
Jarum suntik pada fasilitas kesehatan, pengguna narkoba sangat berpotensi terjangkit
HIV. (CORWIN 2001)
Manifestasi Klinis
Penatalaksanaan Medis
Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi apabila terinfeksi HIV maka terapinya yaitu :
1. Pengendalian infeksi oportunistik bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan
pemulihan infeksi oportuniti, nosokomial, atau sepsis, tindakan ini harus
dipertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan yang kritis.
2. Terapi AZT (Azitomidin) Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan
menghambat enzim pembalik transcriptase.
3. Terapi antiviral baru Untuk meningkatkan aktivitas sistem immun dengan
menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya.
Obat-obatan ini adalah: didanosina, ribavirin, diedoxycytidine, recombinant CD4
dapat larut.
4. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron
5. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat
replikasi HIV.
6. Rehabilitasi bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis, membantu
megubah perilaku resiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau tidak berisiko,
mengingatkan cara hidup sehat dan mempertahankan kondisi hidup sehat.
7. Pendidikan untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang
sehat, hindari sters, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.
Edukasi ini juga bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana menghadapi
kenyataan ketika anak mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi dari masyarakat.
Pathway HIV/ AIDS
Hubungan seksual dengan pasangan yang Transfusi darah yang Tertusuk jarum bekas Ibu hamil
berganti-ganti, dengan yang terinfeksi HIV terinfeksi HIV penderita HIV menderita HIV
Terjadi perubahan pada struktural sel diatas akibat transkripsi RNA virus + DNA sel sehingga terbentuknya provirus
Infeksi Oportunistik
PCP (Pneumonia
Pneumocystis) Meningitis Kriptococus
Ulkus Genital
Dermatitis Serebroika
Menginvasi
mukosa saluran
cerna Demam, Batuk Non
Perubahan Status
Produktif, Nafas Pendek
Mental, Kejang,
Ruam, Difus, Bersisik, Kaku Kuduk,
Peningkatan peristaltik Folikulitas, kulit kering, Kelemahan, Mual,
mengelupas eksema kehilangan nafsu
MK :
- Hipertermi makan, Vomitus,
- Bersihan Jalan Demam, Panas,
Nafas Pusing
Diare Psoriasis - Pola Nafas
Tidak Efektif
Terapi trimetoprim
sulfame
Mk : MK : Resiko MK :
- Perubahan - Resiko tinggi cedera
kerusakan - Ggn. Nutrisi < Keb.
Eliminasi (Bab) Integritas Ruam, Pruritus,
- Gangg Nutrisi < Tubuh
Kulit Papula, Makula Merah - Risiko tinggi
Keb. Tubuh Muda
- Resiko kekurangan volume
Kekurangan cairan
Volume Cairan - Intoleransi Aktivitas
MK : Nyeri
2.2 DHF
Dengue haemoragic fever adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya
manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419). Demam berdarah
dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dengan gejala utama demam,
nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada dua hari pertama (Soeparman,
1987;16). Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue
haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis
virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama
demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.
Etiologi
1. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue
tipe 1,2,3dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan
dapatdibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk
dalam genus flavi virus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan
baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel –sel mamalia
misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel–sel Arthropoda misalnya sel
aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36).
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies
lain merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita;
2000; 420).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vector penularan virus
dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes
Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah
pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes
berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana–bejana yang
terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di
lubang–lubang pohon di dalam potongan bambu,dilipatan daun dan genangan air
bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus).Nyamuk betina lebih menyukai menghisap
darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari.
(Soedarto, 1990 ; 37).
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus denguetipe
lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah
mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk
kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus
dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari
ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990 ; 38).
Manisfestasi Klinis
Penatalaksanaan Medis
4. Resiko Perdarahan
a. Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
b. Catat banyak, warna dari perdarahan
c. Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
Etiologi
Penyebab atau etiologi dari SLE tidak diketahui secara pasti, namun ada beberapa
faktor predisposisi yang dapat menimbulkan penyakit SLE, yaitu faktor jenis kelamin,
hormonal, dan faktor faktor genetik dapat menjadi predisposisi terjadinya SLE, hal ini
dibuktikan konkordansi penyakit SLE pada kembar identik adalah sekitar 20-25% dan
bahwa dalam kembar dizigot adalah sekitar 5% (Mok & Lau, 2013).
Selain faktor diatas, faktor lingkungan yang dapat menjadi relevan dengan kejadian
SLE diantaranya faktor kimia seperti pewarna rambut, sinar ultraviolet, rokok, obat-
obatan (procainamide, hydralazine, chlorpomazine, isoniazid, phenytoin,
penicillamine), faktor makanan (L canavanine/alfalfa sprouts, dan intake lemak jenuh
yang berlebihan, faktor agen infeksius seperti retrovirus dan endotoksin atau bakterial
DNA, faktor hormon (hormonal replacement therapy, kontrasepsi oral, dan prenatal
yang terekspose dengan estrogen) (Mok & Lau, 2013).
Anak dengan SLE dapat memiliki manifestasi klinis dari ringan sampai mengancam
jiwa. Diagnosis mendirikan SLE ketika 4 dari 11 kriteria diagnostik terpenuhi menurut
American College Of Rheumatology(Hockenberry & Wilson, 2009), kriteria diagnosis
tersebut diantaranya:
Penatalaksanaan Medis
3. Diet
Restriksi diet ditentukan oleh terapi yang diberikan. Sebagian besar pasien
memerlukan kortikosteroid, dan saat itu diet yang diperbolehkan adalah yang
mengandung cukup kalsium, rendah lemak, dan rendah garam. Pasien disarankan
berhati hati dengan suplemen makanan dan obat tradisional.
4. Aktivitas
Pasien lupus sebaiknya tetap beraktivitas normal. Olah raga diperlukan untuk
mempertahankan densitas tulang dan berat badan normal. Tetapi tidak boleh
berlebihan karena lelah dan stress sering dihubungkan dengan kekambuhan. Pasien
disarankan untuk menghindari sinar matahari, bila terpaksa harus terpapar matahari
harus menggunakan krim pelindung matahari (waterproof sunblock) setiap 2 jam.
Lampu fluorescence juga dapat meningkatkan timbulnya lesi kulit pada pasien LES.
5. Penatalaksanaan infeksi
Pengobatan segera bila ada infeksi terutama infeksi bakteri. Setiap kelainan urin harus
dipikirkan kemungkinan pielonefritis.
ETIOLOGI
1. Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti, mekanisme yang terjadi melalui
pembentukan antibodi yang menyerang sel trombosit, sehingga sel trombosit mati.
(Imran, 2008). Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh
menghasilkan antibodi yang menyerang trombositnya sendiri. Dalam kondisi
normal, antibodi adalah respons tubuh yang sehat terhadap bakteri atau virus yang
masuk ke dalam tubuh. Tetapi untuk penderita ITP, antibodinya bahkan
menyerang sel-sel keping darah ubuhnya sendiri. (Family Doctor, 2006).
Meskipun pembentukan trombosit sumsum tulang meningkat, persediaan
trombosit yang ada tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Pada sebagian
besar kasus, diduga bahwa ITP disebabkan oleh sistem imun tubuh. Secara normal
sistem imun membuat antibodi untuk melawan benda asing yang masuk ke dalam
tubuh. Pada ITP, sistem imun melawan platelet dalam tubuh sendiri. Alasan
sistem imun menyerang platelet dalam tubuh masih belum diketahui. (ana
information center, 2008).
3. ITP juga terjadi pada pengidap HIV. sedangkan obat-obatan seperti heparin,
minuman keras, quinidine, sulfonamides juga boleh menyebabkan
trombositopenia. Biasanya tanda-tanda penyakit dan faktor-faktor yang berkatan
dengan penyakit ini adalah seperti yang berikut : purpura, pendarahan haid darah
yang banyak dan tempo lama, pendarahan dalam lubang hidung, pendarahan
rahang gigi, immunisasi virus yang terkini, penyakit virus yang terkini dan calar
atau lebam.
MANIFESTASI KLINIS
2. Memar atau daerah kebiruan pada kulit atau membran mukosa (seperti di bawah
mulut) disebabkan pendarahan di bawah kulit. Memar tersebut mungkin terjadi
tanpa alasan yang jelas. Memar tipe ini disebut dengan purpura. Pendarahan yang
lebih sering dapat membentuk massa tiga-dimensi yang disebut hematoma.
3. Hidung mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi. Ada darah pada urin dan
feses. Beberapa macam pendarahan yang sukar dihentikan dapat menjadi tanda
ITP. Termasuk menstruasi yang berkepanjangan pada wanita. Pendarahan pada
otak jarang terjadi, dan gejala pendarahan pada otak dapat menunjukkan tingkat
keparahan penyakit.
4. Jumlah platelet yang rendah akan menyebabkan nyeri, fatigue (kelelahan), sulit
berkonsentrasi.
PENGOBATAN
1. ITP akut
2. ITP menahun
Intoleransi aktivitas
PHATWAY ITP
Penghancuran dan
pembuangan trombosit
Pendarahan intra
Menekan saraf nyeri Tumbuh bintik merah
dermal
Intoleransi aktivitas
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan SLE
1. Pengkajian :
Data subyektif :
- Pasien mengeluh terdapat ruam-ruam merah pada wajah yang menyerupai
bentuk kupu-kupu.
Data obyektif :
- Terdapat ruam – ruam merah pada wajah yang menyerupai bentuk kupu-kupu.
2. Masalah Keperawatan
- Nyeri akut
- Fatigue
- Risiko infeksi
- Risiko injuri
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
A. PENGKAJIAN
a) IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn.M IdentitasOrang Tua
Umur : 7Tahun Nama Ayah : Tn.Y
JenisKelamin : Perempuan Nama Ibu : Ny. A
Agama : Islam Pekerjaan Ayah/Ibu : Swasta
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia Pendidikan Ayah/Ibu : SMA
Alamat : DsSawojajar Agama : Islam
Takeran Suku/bangsa : Indonesia
TglMasuk : 19 September 2018 Alamat : Ds
TglPengkajian : 22September SawojajarTakeran
2018
Diagnosa Medis : DHF
b) RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Klienmengeluhpanas tinggi dan lemas
2. RiwayatKesehatanSekarang
Sumber informasi dari keluarga mengatakan demam naik turun dan mual serta badan
lemas sejak 4 hari karena suhu tak kunjung turun keluarga membawa ke Rumah Sakit
dr.Soedono Madiun. Pada saat pengkajian hasil pemeriksaan suhunya 39˚C dan badan
lemas
3. RiwayatKesehatanDahulu
Penyakit yang pernah diderita klien adalah demam dan batuk pilek
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi
Imunisasi lengkap
4. RiwayatKesehatanKeluarga
Keluargaklienmengatakantidakadaanggotakeluarga yang lain yang
mengalamipenyakitseperti yang di deritaklien
5. Riwayat Nutrisi
Nafsu makan :tidak baik
Pola makan : 2x/hari
Minum : minum susu dengan frekuensi 200 cc/hari
Pantangan makanan : tidak ada
Menu makan : tidak pernah makan nasi hanya makan roti dan buah
6. Riwayat Pertumbuhan
BB saat ini :16kg BBsebelum sakit : 17kg
BB saat lahir : 3.1 kg Panjang saat lahir : 52 cm
7. Riwayat Perkembangan
Pengkajian perkembangan :anak sudah bisa membaca dan berimajinasi
Pengkajian psikososial : konsep dari anak dapat disadari dari rasa malu
2. Pemeriksaan B2 (Kardioveskuler )
Irama jantung : reguler
Nyeri dada : tidak ada
Bunyi jntung :normal
4. Pemeriksaan B4 (Bladder)
Kebersihan : bersih
Urine : warna kuning cerah
Alat bantu (kateter,dll) : tidak terpasang alat bantu
Bentuk alat kelamin : normal
Uretra : Normal
Gangguan :Tidak mengalami gangguan
5. Pemeriksaan B5 (Bowel)
Nafsu makan : menurun frekuensi 2x/hari
Porsi makan : tidak habis
Minum : minum 500 cc/hari
d) ABDOMEN
Pemebesaran hepar : tidak terjadi pemebesaran
Nyeri tekan : tidak ada
Pemebesaranlean : tidak terjadi pemebesaran
BAB
Frekuensi : 1x/hari dan tidak teratur Warna :kuning kecoklatan
Konsistensi :padat namun sedikit keluarnya
Bau :bau khas fases
6. Pemeriksaan B6 (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi: bebas
Kekuatan otot :5 5
5 5
Kulit
Warna : pucat
Tugor :baik
Odema :tidak ada
7. Endokrin
Pembesaran kelenjar tyroid: tidak
Hiperglikemia : tidak
Hipoglikemia :tidak
Luka gangren :tidak
e) PERSONAL HYGINE
Mandi :1x/hari
Keramas : 1x/3hari
Gosok gigi :1x/hari
Ganti pakaian :1x/hari
f) POLA ISTIRAHAT
Frekueansi :7 jam
Kebiasaan sebelum tidur :tidak ada
Gangguan tidur : badan panas
g) PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
Eskpresi,efek, dan emosi :diam
Hubungan dengan keluarga :baik
Dampak hi=ospitalisasi bagi anak : anak sudah bisa terbiasa namun masih sedikit takut
i) TERAPI PENGOBATAN
Infus Ringer Laktat 40 tpm
Injeksi paracetamol 3x16 cc
Injeksi ondasentron 3x2 mg
B. ANALISA DATA
N Data Etiologi Masalah
o
1 Ds: Keluarga pasien Arbovirus masuk melalui nyamuk Hipertermia
mengatakan pasien Aedes Aegypti
demam dan mual serta
lemas sejak 4 hari Menyebar keaaliran darah
sebelum masuk rumah
sakit, hasil pemeriksaan Infeksi virus
suhunya 39˚C
Do: TandaTanda Vital: hipetermia
TD :110/80 mmHg Su
hu : 39˚C
RR :30x/menit N
adi : 100x/menit
Keadaan umum lemah
Saraf parasimpatisterangsang
Hypersekresi HCL
Merangsangmedula
Mual, anoreksia
Intake nutrisiberkurang
Gangguanpemenuhankebutuhannu
trisikurangdarikebutuhan
Ds:4 - Impluskehypotalamus Gangguanpemenuhanistirahat dan
Klienmengeluhtidakbisa tidur
tidur
Do: - Terdapatlingkaranhitam
di kelopakmata Saraf pusat RAS
- Konjungtivapucat
- Klientampaklemah
Klienterjaga
Gangguanpemenuhanistirahat dan
tidur
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermiaberhubungan denganinfeksi virus
2. Resikokekurangan volume cairanberhubungan dengandehidrasi dan mual
D. PERENCANAAN
No DiagnosaKeperawatan
Tujuan
1 Hipertermia Setelah dilakukantindakankeperawatandiharapkantanda-tanda vital dalm keadaan no
berhubungan Suhu tubuh dalam keadaan normal
denganinfeksi virus Nadi dan respirasi dalam keadaan normal
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak pusing
2 Resikokekurangan Setelah dilakukanperawatandiharapkankebutuhancairantubuhterpenuhidengankriteri
volume cairan Turgor kulitbaik
berhubungan TD normal diastol 100-140mmHg, sistol 60-100mmHg
dengandehidrasi dan Suhu normal 36˚C-37˚C
mual Respirasi 16-24x/menit
Nadi 60-100x/menit
Menganjurkanklienmakan-
makananselingansepertibiskuit
Hasil :
Klienmengikutianjuranperawat
DP ke 3
Sabtu
27-09-
2014
Jam 10:00
F. EVALUASI
Hari/Tanggal Diagnosa Perkembangan Paraf
Jum’at DP 1 S : Klienmengatakansuhutubuhberkurang
O : Suhutubuh 37,3˚C
23-09-2018
A : Masalahteratasisebagian
P : Lanjutkanintervensi
DP 2 S : Klienmengeluhpanas
O : Turgor kulitmasihjelek
A : Masalahteratasisebagian
P : Lanjutkanintervensi
DP 3 S : Klienmengatakanmual
O : Porsimakan ¾ habis
A : Masalahteratasisebagian
P : Lanjutkanintervensi
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, dkk (1999) Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15. Jakatra : EGC
Betz, Cecily L (2002) Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC Blog Riyawan | Kumpulan Artikel
Farmasi & Keperawatan Doenges,
Marilynn E (2001) Rencana Keperawatan Maternal / Bayi. Edisi 2. Jakarta : EGC Rampengan &
Laurentz (1999) Ilmu Penyakit Tropik pada Anak. Jakarta : EGC
Wartono, JH (1999) AIDS Dikenal Untuk Dihindari. Jakarta : Lembaga Pengembangan Informasi
Indonesia
Potter, Patricia A., & Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses & Praktik Volume 1. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2003. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Volume 2.
Jakarta : EGC.