Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
2022
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan asuhan keperawatan
pada penyakit AIDS/HIV . Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas
dari bantuan dari banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan. Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yuliani, S.kep.
Ners. M.Kep selaku pembimbing dan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui penyakit HIV/AIDS
2. Mengetahui cara penularan HIV/AIDS
3. Mengetahui tanda dan gejala penyakit HIV/AIDS
4. Mengetahui cara mencegah penyakit HIV/AIDS
BAB 2
KONSEP DASAR MEDIS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyebabkan AIDS. HIV
termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang memasukkan materi genetiknya ke dalam sel tuan
rumah ketika melakukan cara infeksi dengan cara yang berbeda,yaitu RNA menjadi DNA yang
kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah,membentuk pro virus dan melakukan replikasi.
Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putihyang
bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yangh pada akhirnya
tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekali. Virus HIV
menyerang sel CD4 dan merubah menjadi tempat berkembangbiak virus HIV baru kemudian
merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat dibutuhkan untuk sistem
kekebalan tubuh.
Ketika kita terkena virus HIV kita langsung terkena AIDS. Untuk menjadi AIDS
dibutuhkan waktu yang lama,yaitu beberapa tahun untuk menjadi AIDS yang mematikan. Saat
ini tidak ada obat,serum maupun vaksin yang dapat meyembukan manusia dari virus HIV
penyebab penyakit AIDS.
HIV tidak dapat ditularkan atau disebarkan melalui hubungan social yang biasa seperti;
jabatan tangan, bersentuhan, berciuman, berpelukan, gigitan nyamuk, atau tinggal bersama orang
yang terkena HIV/AIDS (ODHA)
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha untuk penularan
penyakit AIDS yaitu,misalnya; memberikan penyuluhan-penyuluhan atau informasi kepada
seluruh masyarakat tentang segala penyakit yang berhubungan dengan AIDS,yaitu melalui
iklan media massa secara media cetak maupun media social. Penyuluhan atau informasi
tersebut dilakukan secara terus menurus agar dan berkesinambungan agar masyarakat dapat
mengetahui bahaya AIDS, sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu yang
menimbulkan virus AIDS.
2.5 Patofisiologi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan etiologi dari infeksi HIV/AIDS.
Penderita AIDS adalah individu yang terinfeksi HIV dengan jumlah CD4 < 200µL meskipun
tanpa ada gejala yang terlihat atau tanpa infeksi oportunistik. HIV ditularkan melalui kontak
seksual, paparan darah yang terinfeksi atau sekret dari kulit yang terluka, dan oleh ibu yang
terinfeksi kepada janinnya atau melalui laktasi. Molekul reseptor membran CD4 pada sel
sasaran akan diikat oleh HIV dalam tahap infeksi. HIV terutama akan menyerang limfosit
CD4. Limfosit CD4 berikatan kuat dengan gp120 HIV sehingga gp41 dapat memerantarai
fusi membrane virus ke membran sel. Dua ko-reseptor permukaan sel, CCR5 dan CXCR4
diperlukan, agar glikoprotein gp120 dan gp41 dapat berikatan dengan reseptor CD4.
Koreseptor menyebabkan perubahan konformasi sehingga gp41 dapat masuk ke membran sel
sasaran.
Selain limfosit, monosit dan makrofag juga rentan terhadap infeksi HIV. Monosit dan
makrofag yang terinfeksi dapat berfungsi sebagai reservoir untuk HIV tetapi tidak
dihancurkan oleh virus. HIV bersifat politronik dan dapat menginfeksi beragam sel manusia,
seperti sel Natural Killer (NK), limfosit B, sel 7 8 endotel, sel epitel, sel langerhans, sel
dendritik, sel mikroglia dan berbagai jaringan tubuh. Setelah virus berfusi dengan limfosit
CD4, maka berlangsung serangkaian proses kompleks kemudian terbentuk partikel-partikel
virus baru dari yang terinfeksi. Limfosit CD4 yang terinfeksi mungkin tetap laten dalam
keadaan provirus atau mungkin mengalami siklus-siklus replikasi sehingga menghasikan
banyak virus. Infeksi pada limfosit CD4 juga dapat menimbulkan sitopatogenitas melalui
beragam mekanisme termasuk apoptosis (kematian sel terprogram) anergi (pencegahan fusi
sel lebih lanjut), atau pembentukan sinsitium (fusi sel).
Pengobatan dengan terapi anti-retroviral therapy (ART) dapat dimulai pada penderita dengan
syarat :
1) Resiko tinggi infeksi berhungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup
yang beresiko.
Definisi : berisiko mengalami peningkatan terserang oganisme patogenik.
SLKI ; L.14137 tingkat infeksi
Tujuan ; setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan
infeksi pada tubuh membaik
Kriteria hasil :
1. Kebersihan tangan meningkat 5
2. Kebersihan badan meningkat 5
3. Nafsu makan meningkat 5
4. Demam menurun 5
5. Kemerahan menurun 5
6. Nyeri menurun 5
7. Bengkak menurun 5
Observasi ;
1. Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
2. Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi
3. Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan ke pelayanan kesehatan
Terapeutik
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, resiko yang terjadi, jadwal dan efek samping
2. Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah
3. Informasikan imunisasi yang melindungiterhadap penyakit namun saat ini
tidak diwajibkan pemerintah
4. Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus
5. Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
6. Informasikan penyedia layanan pekan imunisasi nasional yang menyediakan
vaksin gratis
2) Diare berhubungan dengan proses infeksi atau bakteri pada air ( D. 0020 )
Difinisi ; Pengeluaran Feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk.
SLKI ; L. 04033
Tujuan ; setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
Bentuk feses normal
Kriteria hasil :
1. Kontrol pengeluaran feses meningkat
2. Nyeri abdomen menurun
3. Kram abdomen menurun
4. Konsistensi feses membaik
5. Frekuensi defekasi membaik
6. Peristaltic usus membaik
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan,rencana tindakan,dan pelaksanaanya
sudah berhasil dicapai
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan
yang objektif.
A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis
BAB 3
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Setelah terinfeksi HIV 50% - 70 % penderita akan mengalami gejala yang di sebut
sindrom HIV akut. Gejala ini yang serupa dengan gejala infeksi virus pada umum nya
yaitu berupa pada demam., sakit kepala, sakit tenggorokan, myalgia, pegal pegal di
badan, pembesaran kelenjar dan rasa lemah, pada Sebagian orang, infeksi dapat berat
disertai kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya akan menghilang dalam beberapa
minggu. Dalam penyusunan kasus harus dipertimbangan dengan kesenjangan teori.
4.2 SARAN
Demikian makalah ini kami buat utuk meningkatan pemahaman dan pengetahuan kita
tentang asuhan keperawatan klien dengan penyakit deman tipoid atau Typus Abdominalis
, Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca .Makalah ini sangat jauh dari kata
sempurna maka sangat diperlukan kritik dan saran bagi penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/337755340/ASKEP-HIV-AIDS-doc