Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT AIDS/ HIV

Dosen Pengampu :

Yuliani , S.kep,. Ners.

Disusun Oleh :

Shayla Nur Aida (7121003)

Khamidatul Istikhanah (7121010)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG

2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan asuhan keperawatan
pada penyakit AIDS/HIV . Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas
dari bantuan dari banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan. Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yuliani, S.kep.
Ners. M.Kep selaku pembimbing dan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan.

Jombang, 25 Agustus 2022

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome disingkat AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul
karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-
virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus atau disingkat HIV yaitu virus
yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan
menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun
penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit
ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya
ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam membran mukosa atau aliran
darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan
vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan
intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara
ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan
cairan-cairan tubuh tersebut.
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara. Kini
AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di
seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan
bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui
pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling
mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga
3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-
anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga
memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di
sana.
Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan
dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Kadang-kadang hukuman sosial tersebut juga
turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam
merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA)
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengetahui tentang penyakit HIV/AIDS 
2. Bagaimana cara penularan HIV/AIDS
3. Tanda dan gejala penyakit HIV/AIDS
4. Bagaimana cara mencegah penyakit HIV/AIDS

1.3 Tujuan
1. Mengetahui penyakit HIV/AIDS
2. Mengetahui cara penularan HIV/AIDS
3. Mengetahui tanda dan gejala penyakit HIV/AIDS
4. Mengetahui cara mencegah penyakit HIV/AIDS
BAB 2
KONSEP DASAR MEDIS

2.1 Definisi HIV/AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyebabkan AIDS. HIV
termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang memasukkan materi genetiknya ke dalam sel tuan
rumah ketika melakukan cara infeksi dengan cara yang berbeda,yaitu RNA menjadi DNA yang
kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah,membentuk pro virus dan melakukan replikasi.

Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putihyang
bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yangh pada akhirnya
tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekali. Virus HIV
menyerang sel CD4 dan merubah menjadi tempat berkembangbiak virus HIV baru kemudian
merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat dibutuhkan untuk sistem
kekebalan tubuh.

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome ) merupakan efek atau dampak


perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV memerlukan waktu untuk
menyebabkan syndrome AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS
disebabkan oleh melemahnya atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki
karena sel CD4 pada sel putih yang banyak dirusak oleh virus HIV.

Ketika kita terkena virus HIV kita langsung terkena AIDS. Untuk menjadi AIDS
dibutuhkan waktu yang lama,yaitu beberapa tahun untuk menjadi AIDS yang mematikan. Saat
ini tidak ada obat,serum maupun vaksin yang dapat meyembukan manusia dari virus HIV
penyebab penyakit AIDS.

2.2 Cara Penularan

HIV tidak dapat ditularkan atau disebarkan melalui hubungan social yang biasa seperti;
jabatan tangan, bersentuhan, berciuman, berpelukan, gigitan nyamuk, atau tinggal bersama orang
yang terkena HIV/AIDS (ODHA)

Cara penularan HIV ada tiga :


1. Hubungan seksual baik secara vaginal,oral ataupun anal dengan orang pengidap
Ini adalah cara yang paling umu terjadi. Lebih mudah penularan bila terdapat lesi
penaykit kelamin dengan ulkus atau peradangan jaringan seperti; herpes genetalis,
sifilis,gonore,klamidia,kankroid,dan trikomoniasis. Resiko pada seks anal lebih besar
dibandingkan seks vaginal dan resiko juga lebih besar pada reseptive daripada insertive.
2. Kontak langsung dengan darah/produk darah/ jarum suntik
a) Tranfusi darah yang tercemar HIV
b) Pemakaian jarum suntik tidak steril/pemakaian suntik dan sempritnya pada para
pecandu narkotik suntik
c) Penulran lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan
3. Secara vertikal dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selama hamil,saat
melahirkan ataupun setelah melahirkan
2.3 Tanda dan gejala penyakit HIV/AIDS
Gejala AIDS beeaneka ragam dan tergantung pada manifestasi khusus penyakit tersebut.
Sebagai contoh, pasien AIDS dengan penyakit paru dapat mengalami demam dan keluar
keringat malam sementara pasien tumor kulit akan menderita lesi kulit. Gejala non spesifik
pada pasien AIDS mencakup rasa letih yang mencolok, pembengkakan kelenjar leher,ketiak
serta lipatan paha, penurunan berat yang tidak jelas sebabnya, dan diare yang berlarut-larut.
Karena gejala-gejala yang belakangan ini dapat dijumpai pada banyak kondisi lainnya,
maka kalau kondisi ini sudah disingkirkan dan gejala tersebut tetap ada, barulah diagnose
AIDS dipertimbangkan khusunya pada orang-orang yang bukan termasuk kelompok resiko
tinggi.
Berikut adalah tanda dan gejala klinis penderita AIDS:
1. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
2. Diare kronis yang berlangsungan lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
5. Dimensia/HIV ensefalopati
2.4 Cara pencegahan HIV/AIDS
Cara pencegahan:
1. Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan hanya berhubungan dengan satu
orang pasangan seksual,tidak berhubungan dengan orang lain
2. Pergunakan kondom untuk resiko tinggi apabila melakukan hubungan social
3. Ibu yang telah diperiksa darahnya dan darahnya ternyata mengandung
virus,hendakanya jangan hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS pada
janinnya
4. Kelompok resiko tinggi di anjurkan jadi pendonor darah
5. Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya harus dijamin sterilsasinya.

Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha untuk penularan
penyakit AIDS yaitu,misalnya; memberikan penyuluhan-penyuluhan atau informasi kepada
seluruh masyarakat tentang segala penyakit yang berhubungan dengan AIDS,yaitu melalui
iklan media massa secara media cetak maupun media social. Penyuluhan atau informasi
tersebut dilakukan secara terus menurus agar dan berkesinambungan agar masyarakat dapat
mengetahui bahaya AIDS, sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu yang
menimbulkan virus AIDS.

2.5 Patofisiologi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan etiologi dari infeksi HIV/AIDS.
Penderita AIDS adalah individu yang terinfeksi HIV dengan jumlah CD4 < 200µL meskipun
tanpa ada gejala yang terlihat atau tanpa infeksi oportunistik. HIV ditularkan melalui kontak
seksual, paparan darah yang terinfeksi atau sekret dari kulit yang terluka, dan oleh ibu yang
terinfeksi kepada janinnya atau melalui laktasi. Molekul reseptor membran CD4 pada sel
sasaran akan diikat oleh HIV dalam tahap infeksi. HIV terutama akan menyerang limfosit
CD4. Limfosit CD4 berikatan kuat dengan gp120 HIV sehingga gp41 dapat memerantarai
fusi membrane virus ke membran sel. Dua ko-reseptor permukaan sel, CCR5 dan CXCR4
diperlukan, agar glikoprotein gp120 dan gp41 dapat berikatan dengan reseptor CD4.
Koreseptor menyebabkan perubahan konformasi sehingga gp41 dapat masuk ke membran sel
sasaran.
Selain limfosit, monosit dan makrofag juga rentan terhadap infeksi HIV. Monosit dan
makrofag yang terinfeksi dapat berfungsi sebagai reservoir untuk HIV tetapi tidak
dihancurkan oleh virus. HIV bersifat politronik dan dapat menginfeksi beragam sel manusia,
seperti sel Natural Killer (NK), limfosit B, sel 7 8 endotel, sel epitel, sel langerhans, sel
dendritik, sel mikroglia dan berbagai jaringan tubuh. Setelah virus berfusi dengan limfosit
CD4, maka berlangsung serangkaian proses kompleks kemudian terbentuk partikel-partikel
virus baru dari yang terinfeksi. Limfosit CD4 yang terinfeksi mungkin tetap laten dalam
keadaan provirus atau mungkin mengalami siklus-siklus replikasi sehingga menghasikan
banyak virus. Infeksi pada limfosit CD4 juga dapat menimbulkan sitopatogenitas melalui
beragam mekanisme termasuk apoptosis (kematian sel terprogram) anergi (pencegahan fusi
sel lebih lanjut), atau pembentukan sinsitium (fusi sel).

2.6 Stadium Klinis


Menurut Widoyono (2011) stadium klinis HIV bagi orang dewasa terbagi dalam empat
kategori dan skala fungsional, yaitu :
a. Stadium Klinis I (tidak ada keluhan maupun tanda)
1. Asimtomatik
2. Limfadenitis generalisata
Skala fungsional 1 : asiomatik, aktivitas normal
b. Stadium Klinis II (Ringan)
1. Berat badan berkurang <10%
2. Manifestasi mukokutaneus ringan
3. Herpes zoster dalam lima tahun terakhir
4. Infeksi saluran nafas bagian atas yang berulang
Skala fungsional 2 : simtomatik, aktivitas normal
c. Stadium Klinis III (Sedang)
1. Berat badan berkurang >10%
2. Diare kronis tanpa penyebab yang jelas >1 bulan
3. Demam berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas >1 bulan
4. Kandidiasis oral (trush)
5. Oral hairy leucoplakia (OHL)
6. TB Paru
7. Infeksi bacterial berat
Skala fungsional 3 : <50% dalam 1 bulan terakhir terbaring
d. Stadium Klinis IV (Berat) (Kriteria WHO : Klinis AIDS)
1. HIV Wasting Syndrome
2. Pneumonia pneumocystic carinii
3. Toxoplasmosis otak
4. Diare karena kriptosporidiosis >1 bulan
5. Kriptokokosis ekstraparu
6. Penyakit sitomegalovirus pada satu organ selain hati, limfa, atau kelenjar getah
bening
7. Infeksi virus herpes simplex di mukokutaneus >1 bulan
8. Progressif multifocal leukoencephalopathy (PML)
9. Mikosis endemic yang menyebar
10. Kandidiasis esofagus, trakea, bronki
11. Mikobakteriasis atipik
12. Septikemia salmonella non-tifoid
13. Tuberculosis ekstraparu
14. Limfoma
15. Sarcoma Kaposi
16. Ensefalopati HIV
2.7 Pengobatan HIV/AIDS
Menurut Widoyono (2011), pengobatan pada penderita HIV/AIDS meliputi :
1. Pengobatan suportif
2. Penanggulangan penyakit
3. Pemberian obat antivirus
4. Penanggulangan dampak psikososial

Pengobatan dengan terapi anti-retroviral therapy (ART) dapat dimulai pada penderita dengan
syarat :

A. Dengan/ada fasilitas CD4


1. Stadium IV, tanpa melihat jumlah CD4
2. Stadium III, dengan jumlah CD4 <350/mm3
3. Stadium I atau II, dengan jumlah CD4 <200/mm3
B. Tanpa pemeriksaan CD4
1. Stadium IV, tanpa melihat jumlah limfosit total
2. Stadium III, tanpa melihat jumlah limfosit total
3. Stadium II, dengan jumlah limfosit total <1200mm3
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Biasanya Hiv sering terjadi pada anak muda sekitar 19 tahun ke atas, tetapi bisa juga
pada semua usia anak anak, remaja, dewasa, hingga lansia
2. Keluhan utama
Pada pasien Hiv biasanya mengeluh demam, merasa capek , mudah Lelah, letih, lesu,
flu, pungsing dan diare..
3. Riwayat penyakit sekarang
Gejala yang timbul pada penyakit HIV terjadinya panas, merasa capek, mudah
Lelah, , letih, lesu, flu, pungsing dan diare..
4. Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien apakah pasien
sebelumnya menderita nyeri dada, Db, diare, hipertensi, DM, atau hiperlipidemia.
Tanyakan juga obat-obatan yang biasanya diminum oleh pasien pada masa lalu, yang
mungkin masih relevan. Tanyakan juga alergi yang dimiliki pasien.
5. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit types deman tipoid, dan
penyakit keteurunan lain seperti DM, Hipertensi.
6. Pola fungsi kesehatan
a) Aktifitas dan istirahat : kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu
badan yang meningkat, sehinggga pasien merasa gelisah pada waktu tidur.
b) Sirkulasi : riwayat hipertensi, anemia, syok septik, asites, disaritmia, fibrilasi
atrial,kontraksi ventrikel prematur, peningkatan JVP, sianosis, pucat.
c) Respirasi : dipsnea pada waktu aktifitas, takipnea, riwayat penyakit paru.
d) Pola makan dan cairan : hilang nafsu makan, mual dan muntah.
e) Eliminasi : biasanya terjadi penurunan volume urine, dehidrasi karena panas yang
tinggi, diare atau konstipasi.
f) Neuorologi : pusing, penurunan kesadaran, disorientasi.
g) Interaksi sosial : aktifitas sosial berkurang
h) Rasa aman : perubahan status mental, cemas, rasa takut, gangguan pada
kulit/dermatitis
7. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : Lemas, panas, pucat, mengeluh demam, merasa capek , mudah
Lelah, letih, lesu, flu, pungsing dan diare..
a) Tanda-tanda Vital :
1. Tekanan Darah Nilai normalnya : Nilai rata-rata sistolik : 110-140 mmHg
Nilai rata-rata diastolik : 80-90 mmHg
2. Nadi Nilai normalnya : Frekuensi : 60-100x/menit (bradikardi atau takikkardi)
3. Pernapasan Nilai normalnya : Frekuensi : 16-20 x/menit Pada pasien :
respirasi meningkat, dipsnea pada saat istirahat / aktivitas
4. Suhu Badan Metabolisme menurun, suhu menurun
b) Head to toe examination :
1. Kepala : bentuk , kesimetrisan
2. Mata: konjungtiva: anemis, ikterik atau tidak ?
3. Mulut: apakah ada tanda infeksi?
4. Telinga : kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan
5. Muka; ekspresi, pucat
6. Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
7. Dada: gerakan dada, deformitas
8. Abdomen : Terdapat asites, hati teraba dibawah arkus kosta kanan
9. Ekstremitas: lengan-tangan:reflex, warna dan tekstur kulit, edema, clubbing,
bandingakan arteri radialis kiri dan kanan.
8. Pemeriksaan penunjang
a) Foto thorax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, edema atau efusi
pleura yang menegaskan diagnosa CHF.
b) EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemi
(jika disebabkan AMI), ekokardiogram
c) Pemeriksaan laboratorium : Hiponatremia, hiperkalemia pada tahap lanjut dari
gagal jantung, Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin meningkat, peninkatan
bilirubin dan enzim hati.
3.2 Diagnosa keperawatan
1) Resiko tinggi infeksi berhungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup
yang beresiko.
2) Diare berhubungan dengan proses infeksi atau bakteri pada air
3) Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi,
kelelahan.
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berubun gang dengan intake yang
kurang meningkatkan kebutuhan metabolic dan menurunkan absorbs zat gizi.
5) Diare berhubungan dengan infeksi gl
6) Tidak efektif koping keluarga b erhubun gan dengan cemas tentang keadaan yang
orang di cintai.

3.3 Intervensi Keperawatan

1) Resiko tinggi infeksi berhungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup
yang beresiko.
Definisi : berisiko mengalami peningkatan terserang oganisme patogenik.
SLKI ; L.14137 tingkat infeksi
Tujuan ; setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan
infeksi pada tubuh membaik
Kriteria hasil :
1. Kebersihan tangan meningkat 5
2. Kebersihan badan meningkat 5
3. Nafsu makan meningkat 5
4. Demam menurun 5
5. Kemerahan menurun 5
6. Nyeri menurun 5
7. Bengkak menurun 5

Siki : pencegahan infeksi (I.14539)

Observasi ;
1. Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
2. Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi
3. Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan ke pelayanan kesehatan

Terapeutik

1. Berikan suntikan pada pada bayi dibagian paha anterolateral


2. Dokumentasikan informasi vaksinasi
3. Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat

Edukasi

1. Jelaskan tujuan, manfaat, resiko yang terjadi, jadwal dan efek samping
2. Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah
3. Informasikan imunisasi yang melindungiterhadap penyakit namun saat ini
tidak diwajibkan pemerintah
4. Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus
5. Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
6. Informasikan penyedia layanan pekan imunisasi nasional yang menyediakan
vaksin gratis

2) Diare berhubungan dengan proses infeksi atau bakteri pada air ( D. 0020 )
Difinisi ; Pengeluaran Feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk.
SLKI ; L. 04033
Tujuan ; setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
Bentuk feses normal
Kriteria hasil :
1. Kontrol pengeluaran feses meningkat
2. Nyeri abdomen menurun
3. Kram abdomen menurun
4. Konsistensi feses membaik
5. Frekuensi defekasi membaik
6. Peristaltic usus membaik

SIKI ; Manajemen Diare  (I.03101)


Observasi
1. Identifikasi penyebab diare (mis. Inflamasi gastrointestinal, iritasi
gastrointestinal) 
2. Identifikasi gejala invaginasi    
3. Identifikasi riwayat pemberian makanan    
4. Monitor warna, volume, frekwensi, dan konsistensi tinja
5. Monitor tanda dan gejala hipovolemia    
6. Monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah perineal    
7. Monitor jumlah pengeluaran diare    
8. Monitor keamanan penyiapan makanan  

Terapeutik

1. Berikan asupan cairan oral  


2. Pasang jalur intravena  
3. Berikan cairan intravena  
4. Berikan minum hangat. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu  
5. Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu

Edukasi        

1. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap  


2. Anjurkan menghindari makanan,  pembentuk gas, pedas, dan mengandung lactose

Kolaborasi      

1. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas


2. Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/ spasmolitik  
3. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
3.4 Implementasi
Implementasi merupakan serangkai kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membatu klien dalam status kesehatan baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.

3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan,rencana tindakan,dan pelaksanaanya
sudah berhasil dicapai
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan
yang objektif.
A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis
BAB 3

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Setelah terinfeksi HIV 50% - 70 % penderita akan mengalami gejala yang di sebut
sindrom HIV akut. Gejala ini yang serupa dengan gejala infeksi virus pada umum nya
yaitu berupa pada demam., sakit kepala, sakit tenggorokan, myalgia, pegal pegal di
badan, pembesaran kelenjar dan rasa lemah, pada Sebagian orang, infeksi dapat berat
disertai kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya akan menghilang dalam beberapa
minggu. Dalam penyusunan kasus harus dipertimbangan dengan kesenjangan teori.
4.2 SARAN
Demikian makalah ini kami buat utuk meningkatan pemahaman dan pengetahuan kita
tentang asuhan keperawatan klien dengan penyakit deman tipoid atau Typus Abdominalis
, Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca .Makalah ini sangat jauh dari kata
sempurna maka sangat diperlukan kritik dan saran bagi penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/337755340/ASKEP-HIV-AIDS-doc

Anda mungkin juga menyukai