PENYAKIT HIV-AIDS
Disusun oleh :
Kelompok 11
Dosen Pengampu :
Yuliana Arsil, M.Farm, Apt
Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PENYAKIT
HIV-AIDS” ini dengan lancar pada mata kuliah Patologi Penyakit Infeksi.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika
tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini.
Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca dan pendengar
agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini
memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit HIV-AIDS.
2. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit HIV-AIDS.
3. Untuk mengetahui etiologi penyakit HIV-AIDS.
4. Untuk mengetahui gambaran klinis penyakit HIV-AIDS.
5. Untuk mengetahui mekanisme penyakit HIV-AIDS.
6. Untuk mengetahui diagnosis penyakit HIV-AIDS.
7. Untuk mengetahui komplikasi penyakit HIV-AIDS.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit HIV-AIDS.
9. Untuk mengetahui pencegahan pada penyakit HIV-AIDS.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2.2 Klasifikasi Penyakit HIV-AIDS
Tahap ini dapat disebut juga dengan infeksi primer HIV.Keluhan dapat muncul
setelah 2-4 minggu terinfeksi, keluhan yang sering muncul biasanya berupa demam,
bintik bintik merah pada kulit, nyeri pada saat nelan makanan, tubuh mudah
lemas,dan limfadenopati. Dan pada tahap ini, sering diagnosis jarang ditegakkan di
karenakan banyaknya keluhan yang menyerupai penyakit lainnya dan hasil tes yang
dilakukan serologi standar negatif.
Pada tahap ini, hasil tes serologi yaitu menunjukkan hasil positiftetapi pada gejala
asimtomatis. Dan pada orang dewasa, karena fase ini berlangsung cukup lama dan
penderita bisa tidak merasa mengalami keluhan apapun selama 10 tahun atau bisa
juga lebih untuk penderita tersebut. Beda dengan penderita anak-anak,karena fase ini
dapat dilalui lebih cepat.
d. AIDS
Hampir semua orang yang terdiagnosa infeksi HIV, yang tidak mendapatkan
pengobatan, dapat berkembang menjadi AIDS.Progresivitas infeksi HIV dapat
bergantung pada karakteristik virus dan hospes. Pada usia kurang dari 5 tahun atau
lebih dari40 tahun, infeksi yang menyertai, dan faktor genetik yang merupakan salah
satu penyebab peningkatan progresivitas. Dan bersamaan dengan progresivitas dan
7
turunnya sistem kekebalan tubuh/sistem imun, penderita HIV dapat lebih mudah
terhadap terinfeksi. Beberapa penderita dapat mengalami gejelakonstitusional, contoh
seperti demam turunnya berat badan,yang tidak jelas penyebabnya. Bahkan dengan
beberapapenderita lainnya dapat mengalami diare kronis dengan tanda turunnya berat
badan yang drastis. Dan penderita yang mengalami infeksi oportunistik dan tidak
mendapati pengobatan anti retrovirus dapat di diagnosa akan meninggal kurang dari
dua tahun.
8
2.4 Gambaran Klinis Penyakit HIV-AIDS
Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan tanda atau gejala tertentu. Dalam
perjalanannya, infeksi HIV dapat melalui 3 fase klinis (Nasronudin, 2007).
Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi asimtomatik (tanpa gejala), yang umumnya
berlangsung selama 8-10 tahun. Pembentukan respons imun spesifik HIV dan
terperangkapnya virus dalam sel dendritik folikuler di pusat germinativum kelenjar
limfe menyebabkan virion dapat dikendalikan, gejala hilang dan mulai memasuki fase
laten. Meskipun pada fase ini virion di plasma menurun, replikasi tetap terjadi di
dalam kelenjar limfe dan jumlah limfosit T-CD4 perlahan menurun walaupun belum
menunjukkan gejala (asimtomatis). Beberapa pasien dapat menderita sarkoma
Kaposi's, Herpes zoster, Herpes simpleks, sinusitis bakterial, atau pneumonia yang
mungkin tidak berlangsung lama.
9
Tahap 3: Infeksi Kronis
Sekelompok kecil orang dapat menunjukkan perjalanan penyakit sangat cepat dalam
2 tahun, dan ada pula yang perjalanannya lambat (non-progressor). Akibat replikasi
virus yang diikuti kerusakan dan kematian sel dendritik folikuler karena banyaknya
virus, fungsi kelenjar limfe sebagai erangkap virus menurun dan virus dicurahkan ke
dalam darah. Saat ini terjadi, respons imun sudah tidak mampu meredam jumlah
virion yang berlebihan tersebut. Limfosit T-CD4 semakin tertekan oleh karena
intervensi HIV yang semakin banyak, dan jumlahnya dapat menurun hingga di bawah
200 sel/mm³. Penurunan limfosit T ini mengakibatkan sistem imun menurun dan
pasien semakin rentan terhadap berbagai penyakit infeksi sekunder, dan akhirnya
pasien jatuh pada kondisi AIDS.
10
Proses perubahan HIV menjadi AIDS dimulai dengan kerusakan sel T CD4, yaitu
jenis sel darah putih yang berperan penting dalam membantu tubuh melawan
penyakit. Semakin sedikit jumlah sel CD4 T yang ada, sistem kekebalan tubuh
menjadi semakin lemah dan sulit melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. HIV
(Human Immunodeficiency Virus) menyebar melalui kontak langsung dengan darah,
cairan tubuh, atau cairan lendir yang terinfeksi. Biasanya, penularan HIV terjadi
melalui hubungan seksual tanpa pengaman, berbagi jarum suntik, atau dari ibu ke
bayi selama kehamilan, persalinan, atau menyusui. Virus ini dapat merusak sistem
kekebalan tubuh dan menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)
jika tidak diobati. Untuk mencegah penularan, disarankan untuk menggunakan
kondom, menggunakan jarum suntik yang bersih, dan mendapatkan perawatan medis
yang tepat.
1. Tes cepat
Tes cepat hanya dilakukan untuk keperluan skrining, dengan reagen yang
sudah dievaluasi oleh institusi yang ditunjuk Kementerian Kesehatan, dapat
mendeteksi baik antibodi terhadap HIV-1 maupun HIV-2.
11
Tes ini berguna sebagai skrining maupun diagnosis HIV dengan mendeteksi
antibodi untuk HIV-1 dan HIV-2.
Tes ini mendeteksi keberadaan virus dan tidak bergantung pada keberadaan
antibodi HIV. Tes ini digunakan untuk diagnosis pada bayi.
Tes ini untuk memeriksa jumlah virus di dalam darah, dan dapat digunakan
untuk pemantauan terapi ARV pada dewasa dan diagnosis pada bayi jika HIV
DNA tidak tersedia.
12
Tes antigen p24 dapat mendeteksi protein p24 rata-rata 10 hingga 14 hari
setelah terinfeksi HIV. Tes ini direkomendasikan oleh WHO dan CDC yang
bertujuan untuk mengurangi waktu yang diperlukan untuk mendiagnosis
infeksi HIV.
Tes HIV juga harus ditawarkan secara rutin kepada (Permenkes, 2014):
6 bulan sekali;
2. Pasangan ODHA;
4. Pasien TB;
6. Pasien IMS;
7. Pasien hepatitis;
13
2.7 Komplikasi Penyakit HIV-AIDS
Beberapa penyakit yang menjadi komplikasi HIV/AIDS antara lain :
1. Kandidiasis
14
3. Tuberkulosis (TB)
Komplikasi HIV/AIDS berikutnya adalah tuberkulosis atau tuberkulosis.
Tuberkulosis adalah penyakit paru-paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri
bernama Mycobacterium tuberkulosis. Oleh karena itu, gejala tuberkulosis
yang paling umum adalah batuk kronis dan sesak napas.
4. Meningitis Kriptokokus
5. Infeksi Cytomegalovirus
Cytomegalovirus (CMV) merupakan salah satu jenis virus herpes yang dapat
menginfeksi seseorang dengan daya tahan tubuh lemah dalam jangka waktu
lama. Jika pasien HIV dengan infeksi sitomegalovirus tidak diobati
secepatnya, ia dapat mengalami gangguan penglihatan akibat radang retina,
pneumonia akut, gangguan pencernaan, dan ensefalitis (radang otak).
15
Nefropati terkait HIV atau HIV adalah penyakit ginjal yang terjadi sebagai
komplikasi HIV/AIDS. Kondisi medis ini menyebabkan peradangan pada
glomeruli ginjal yang menyebabkan ginjal menyaring darah.
7. Toksoplasmosis
16
kekebalan tubuh (Maartens Get al,2014).Adapun prinsip pemberian ARV
yaitu adalah meggunakan campuran 3 jenis obat dan ketiganya harus terserap
dan tercampur dalam dosis terapeutik di dalam darah, yang di kenal dengan
istilah highly active antiretroviral therapy (HAART). Dari istilah HAART
sering dapat disebut antiretroviral theraphy (ART) atau sering disebut terapi
ARV. Pemerintah di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
no 87 tahun 2014 yang telah menetapkan paduan yang akan digunakan dalam
melakukan pengobatan ARV yaitu berdasarkan 5 aspek, contohnya yaitu
efektifitas, ada/tidak adanya efek samping, kinerja/interaksi obat dalam tubuh,
kebiasaan, dan harga obat (Hidayati, 2020).
17
menular melalui hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan, dari
perempuan ke laki-laki, dan dari laki-laki ke laki-laki. Mengetahui cara
penularan HIV melalui hubungan seksual, maka upaya pencegahannya adalah
sebagai berikut:
a. Jangan berhubungan seks. Meski cara ini sangat efektif, namun mustahil
dilakukan karena seks merupakan kebutuhan biologis.
2. Melalui darah
Darah merupakan media yang cocok bagi virus AIDS untuk hidup. AIDS
menyebar melalui darah:
a. Transfusi darah yang mengandung HIV.
b. Jarum suntik atau alat tindik lainnya (akupunktur, tato, tindik badan) yang
digunakan oleh penderita infeksi HIV yang belum disterilkan dengan baik.
c. Pisau cukur, gunting kuku atau sikat gigi digunakan oleh 4.444 orang
pengidap HIV.
18
a. Darah bebas HIV yang digunakan untuk transfusi darah dijamin dengan
pengendalian darah donor.
b. menghimbau agar kelompok yang berisiko tinggi tertular AIDS tidak
menjadi pendonor darah. Kalau terpaksa menolak jadi pendonor, melanggar
aturan etik, tersangka darah harus dibuang.
c. Secara default, jarum suntik dan alat suntik lainnya harus disterilkan setelah
digunakan.
d. Semua peralatan yang terkontaminasi cairan tubuh pasien AIDS harus
disterilkan sesuai standar.
e. Geng narkoba harus berhenti menyuntikkan narkoba ke dalam tubuh
mereka dan berbagi jarum suntik.
f. Gunakan jarum suntik sekali pakai. gram. Bakar semua peralatan yang
digunakan pasien HIV.
Pencegahan penularan HIV dari ibu Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat
menularkan virus tersebut ke janinnya. Infeksi bisa terjadi saat bayi dalam
kandungan, saat persalinan, dan setelah bayi lahir. Satu-satunya cara untuk
mencegah penularan adalah dengan melakukan konseling agar ibu yang
terinfeksi HIV tidak hamil .
19