Anda di halaman 1dari 19

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan

HIV AIDS

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIV AIDS


OLEH :

KELOMPOK V
HUSNUNNISA ABBAS

FATMAWATI

A.MUTMAINNAH JUANNA

SRI SUHATRINA

NIRWANA

RAHMI ARIFIN

RAHMATULLAH

DASMA INDAH

RISKA AWALIAH

MUHAMMAD IQBAL

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


PRODI KEPEREAWATAN PAREPARE
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Penderita HIV AIDS dengan
sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mengalami berbagai hal baik suka maupun duka.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai dengan lancar dan tepat waktu
tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas
terselesainya makalah ini, maka dengan tulus penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak
yang turut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada teknik
penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan dapat diterapkan
dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan judul makalah ini.

Parepare 7 Maret 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR. 1

DAFTAR
ISI. 2

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang 3
2. Rumusan masalah.. 4
3. Tujuan penulisan 4
BAB II PEMBAHASAN

1. Defenisi 5
2. Etiologi 6
3. Patofisiologi.. 6
4. Tanda dan gejala. 8
5. Tahap Perubahan HIV menjadi AIDS.. 10
6. Penularan. 11
7. Komplikasi.. 12
8. Pemeriksaan Diagnostik. 13
9. Penatalaksanaan Medis 14
10. Pencegahan 18
BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian 19
2. Diagnosa, Intervensi, Rasional 20
BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan. 27
2. Saran.. 27
DAFTAR
PUSTAKA 28

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom
yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya
Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh
manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun
mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan
virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa)
atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina,
cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal,
ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama
kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut UNAIDS dan WHO
memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun
1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah.
Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia,
epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005
dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta
orang kini hidup dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4
dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak
tahun 1981.
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31 Desember 2011 yang
dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 29 Februari 2012 menunjukkan jumlah
kasus AIDS sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang
terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan
karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS
di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara
peringkat ketiga, setelah Cina dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.

1. Rumusan Masalah
2. Apa Defenisi dari HIV dan AIDS?
3. Bagaimanya etiologi dari HIV dan AIDS?
4. Bagaimana patofisiologi dari HIV dan AIDS?
5. Apa tanda dan gejala dari HIV dan AIDS?
6. Bagaimana tahap Perubahan HIV menjadi AIDS dari HIV dan AIDS?
7. Bagaimana cara penularan dari HIV dan AIDS?
8. Apa komplikasi dari HIV dan AIDS?
9. Apa saja pemeriksaan Diagnostik dari HIV dan AIDS?
10. Bagaimana penatalaksanaan Medis dari HIV dan AIDS?
11. Bagaimana pencegahan dari HIV dan AIDS?

1. Tujuan penulisan
2. Untuk mengetahui definisi HIV AIDS.
3. Untuk mengetahui etiologi/penyebab HIV AIDS
4. Untuk mengetahui patofisiologi HIV AIDS
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari HIV dan AIDS
6. Untuk mengetahui tahap Perubahan HIV menjadi AIDS dari HIV dan AIDS
7. Untuk mengetahui cara penularan dari HIV dan AIDS
8. Untuk mengetahui komplikasi dari HIV dan AIDS
9. Untuk mengetahui pemeriksaan Diagnostik dari HIV dan AIDS
10. Untuk mengetahui penatalaksanaan Medis dari HIV dan AIDS
11. Untuk mengetahui pencegahan dari HIV dan AIDS

BAB II
PEMBAHASAN

1. DEFINISI
2. HIV adalah singkatan dari human Immunodeficiency Virus merupakan virusyang dapat
menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan
(imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi Yang menyebabkan
defisiensi (kekurangan) sistem imun.
3. AIDS adalah singkatan dari Acquired imune deficiency syndrome yaitu menurunnya daya tahan
tubuh terhadap berbagai penyakit karena adanya infeksi virus HIV (human Immunodeficiency
virus). Antibodi HIV positif tidak diidentik dengan AIDS, karena AIDS harus menunjukan
adanya satu atau lebih gejala penyakit skibat defisiensi sistem imun selular.
4. AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh
virus yang disebut HIV (Human Immunodeficiency Virus). (Aziz Alimul Hidayat, 2006)
5. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami penurunan
sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang ) dan memiliki antibodi positif
terhadap HIV. (Doenges, 1999)
6. AIDS adalah suatu penyakit retrovirus yang ditandai oleh imunosupresi berat yang menyebabkan
terjadinya infeksi oportunistik, neoplasma sekunder dan kelainan imunolegik. (Price, 2000 : 241)

1. ETIOLOGI
HIV yang dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe III (HTLV-III) atau virus limfadenapati
(LAV), adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus mengubah asam
ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel pejamu.
HIV -1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS
diseluruh dunia.

Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap aspek siklus hidup virus. Dari segi
struktur genomik, virus-virus memiliki perbedaan yaitu bahwa protein HIV-1, Vpu, yang membantu
pelepasan virus, tampaknya diganti oleh protein Vpx pada HIV-2. Vpx meningkatkan infektivitas
(daya tular) dan mungkin merupakan duplikasi dari protein lain, Vpr. Vpr diperkirakan
meningkatkan transkripsi virus. HIV-2, yang pertama kali diketahui dalam serum dari para
perempuan Afrika barat (warga senegal) pada tahun 1985, menyebabkan penyakit klinis tetapi
tampaknya kurang patogenik dibandingkan dengan HIV-1 (Sylvia, 2005)

1. PATOFISIOLOGI
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan antara 10 minggu
sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala AIDS
dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat AIDS. Berbeda
dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu singkat, virus HIVmenyerang sel target
dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel
darah putih yang disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang
terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya menghancurkan sel serta
melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya
dan menghancurkannya.

Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut CD4, yang terdapat
di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel
darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit.Sel-sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut
sel CD4+ atau limfosit T penolong. Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-
sel lainnya pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang
kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing. Infeksi HIV
menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh dalam
melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong melalui 3 tahap selama
beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL
darah. Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun sebanyak 40-50%.
Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain karena banyak partikel
virus yang terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak
mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam darah mencapai
kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit
kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang
rendah membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2
tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya
mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi.

Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit yang menghasilkan
antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi antibodi yang berlebihan. Antibodi ini terutama
ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak banyak
membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS. Pada saat yang bersamaan,
penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan
tubuh dalam mengenali organisme dan sasaran baru yang harus diserang.

Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan sebelum titer antibodi
terhadap HIVpositif. Fase ini disebut periode jendela (window period). Setelah itu penyakit seakan
berhenti berkembang selama lebih kurang 1-20 bulan, namun apabila diperiksa titer antibodinya
terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase laten) Beberapa tahun kemudian baru timbul
gambaran klinik AIDS yang lengkap (merupakan sindrom/kumpulan gejala). Perjalanan penyakit
infeksi HIVsampai menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26 bulan, bahkan ada yang lebih
dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif. (Heri : 2012)

1. TANDA DAN GEJALA


Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui pada penderita HIV AIDS
yaitu sebagai berikut :

1. Panas lebih dari 1 bulan,


2. Batuk-batuk,
3. Sariawan dan nyeri menelan,
4. Badan menjadi kurus sekali,
5. Diare ,
6. Sesak napas,
7. Pembesaran kelenjar getah bening,
8. Kesadaran menurun,
9. Penurunan ketajaman penglihatan,
10. Bercak ungu kehitaman di kulit.
Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena dapat merupakan gejala
penyakit lain yang banyak terdapat di Indonesia, misalnya gejala panas dapat disebabkan penyakit
tipus atau tuberkulosis paru. Bila terdapat beberapa gejala bersama-sama pada seseorang dan ia
mempunyai perilaku atau riwayat perilaku yang mudah tertular AIDS, maka dianjurkan ia tes darah
HIV.

Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 2 minggu pasien akan merasakan sakit
seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam,
keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit,
limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.

Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun
dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum
adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi
lain termasuk meningitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal

1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)


Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu
mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak
merah ditubuh.
2. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan
diperoleh hasil positif.
3. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan kelenjar
getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.

1. TAHAPAN PERUBAHAN HIV MENJADI AIDS


Fase I
Individu sudah terpapar dan terinfeksi. Tetapi ciri-ciri terinfeksi belum terlihat meskipun ia
melakukan tes darah. Pada fase ini antibody terhadap HIV belum terbentuk. Fase ini akan
berlangsung sekitar 1-6 bulan dari waktu individu terpapar.
Fase II
Berlangsung lebih lama, yaitu sekitar 2-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase kedua ini
individu sudah positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit, tetapi sudah dapat menularkan
pada orang lain.
Fase III
Mulai muncul gejala-gejala awal penyakit yang disebut dengan penyakit terkait dengan HIV.
Tahap ini belum dapat disebut sebagai gejala AIDS. Gejala-gejala yang berkaitan antara lain keringat
yang berlebihan pada waktu malam, diare terus menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flu
yang tidak sembuh-sembuh, nafsu makan berkurang dan badan menjadi lemah, serta berat badan
terus berkurang. Pada fase ketiga ini sistem kekebalan tubuh mulai berkurang.
Fase IV
Sudah masuk pada fase AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan tubuh sangat
berkurang dilihat dari jumlah sel-T nya. Timbul penyakit tertentu yang disebut dengan infeksi
oportunistik yaitu kanker, khususnya sariawan, kanker kulit atau sarcoma kaposi, infeksi paruparu
yang menyebabkan radang paru-paru dan kesulitan bernafas, infeksi usus yang menyebabkan diare
parah berminggu-minggu, dan infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental dan sakit kepala.
1. PENULARAN HIV/AIDS
1. Media Penularan HIV
Aliran darah, bisa berbentuk luka
Cairan sperma
Cairan vagina
2. Cara Penularan HIV :
Hubungan seksual yang tidak aman dengan orang yang telah terpapar HIV

Penggunaan jarum suntik, tindik, tattoo, pisau cukur, dll yang dapat menimbulkan luka yang tidak
disterilkan secara bersama-sama dipergunakan dan sebelumnya telah dipakai orang yang
terinfeksi HIV. Cara-cara ini dapat menularkan HIV karena terjadi kontak darah.
Melalui transfusi darah yang tercemar HIV
Ibu hamil yang terinfeksi HIV pada bayi yang dikandungnya.
Cara penularan HIV/AIDS dari ibu hamil kepada bayi dikandungnya :

Antenatal yaitu saat bayi masih berada didalam rahim, melalui plasenta
Intranatal yaitu saat proses persalinan, bayi terpapar darah ibu atau cairan vagina
Postnatal yaitu setelah proses persalinan, melalui air susu ibu
Kenyataannya 25-35% dari semua bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sudah terinfeksi di negara
berkembang tertular HIV, dan 90% bayi dan anak yang tertular HIV tertular dari ibunya.

3. Perilaku yang berisiko menularkan HIV/AIDS :


Menggunakan jarum dan peralatan yang sudah tercemar HIV
Mempunyai salah satu penyakit/infeksi menular seksual
Berhubungan seks melalui dubur
Menjajakan seks untuk memperoleh uang
Memiliki banyak pasangan seksual atau mempunyai pasanan yang memiliki banyak pasangan
lain
Hidup terpisah dari pasangan karena tugas-tugas atau pekerjaan

1. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi kien dengan HIV/AIDS yaitu sebagai berikut :

1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human
Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan
dan cacat.

2. Neurologik
Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV)
pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan,
disfasia, dan isolasi social.
Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit,
meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.
Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)

3. Gastrointestinal
Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi.
Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan
anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat
infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan
strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.

5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi
scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.

6. Sensorik
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.

1. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000) adalah :

1. Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait dengan AIDS.
2. Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.
3. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker terkait. Jangan lupa
perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan funduskopi.
4. Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi HIV, dan pemeriksaan
Rontgen.
Bila hasil pemeriksaan antibodi positif maka dilakukan pemeriksaan jumlah CD4, protein purufied
derivative (PPD), serologi toksoplasma, serologi sitomegalovirus, serologi PMS, hepatitis, dan pap
smear.
Sedangkan pada pemeriksaan follow up diperiksa jumlah CD4. Bila >500 maka pemeriksaan diulang
tiap 6 bulan. Sedangkan bila jumlahnya 200-500 maka diulang tiap 3-6 bulan, dan bila <200
diberikan profilaksi pneumonia pneumocystis carinii. Pemberian profilaksi INH tidak tergantung
pada jumlah CD4.
Perlu juga dilakukan pemeriksaan viral load untuk mengetahui awal pemberian obat antiretroviral
dan memantau hasil pengobatan. Bila tidak tersedia peralatan untuk pemeriksaan CD4 (mikroskop
fluoresensi atau flowcytometer) untuk kasus AIDS dapat digunakan rumus CD4 = (1/3 x jumlah
limfosit total)-8.

1. PENATALAKSANAAN MEDIS
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu (Endah Istiqomah :
2009) :

1. Pengendalian Infeksi Opurtunistik


Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial, atau
sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan
komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.

2. Terapi AZT (Azidotimidin)


Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini
menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim
pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang,
AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan
sel T4 > 500 mm3

3. Terapi Antiviral Baru


Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi
virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :

Didanosine
Ribavirin
Diedoxycytidine
Recombinant CD 4 dapat larut
4. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit
khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian
untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.

Adapun Penatalaksanaan diet untuk penderita AIDS (UGI:2012) adalah :

1. Tujuan Umum Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:


Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan mempertimbangkan seluruh aspek dukungan gizi
pada semua tahap dini penyakit infeksi HIV.
Mencapai dan mempertahankan berat badan secara komposisi tubuh yang diharapkan, terutama
jaringan otot (Lean Body Mass).
Memenuhi kebutuhan energy dan semua zat gizi.
Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga dan relaksasi.
2. Tujuan Khusus Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:
Mengatasi gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah.
Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian, yang terlihat pada: pasien dapat
membedakan antara gejala anoreksia, perasaan kenyang, perubahan indra pengecap dan kesulitan
menelan.
Mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan (terutama jaringan otot).
Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang adekuat sesuai dengan kemampuan
makan dan jenis terapi yang diberikan

3. Syarat-syarat Diet HIV/AIDS adalah:


Energi tinggi. Pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan faktor stres, aktivitas fisik, dan
kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energi sebanyak 13% untuk setiap kenaikan Suhu 1C.
Protein tinggi, yaitu 1,1 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan mengganti jaringan sel tubuh yang
rusak. Pemberian protein disesuaikan bila ada kelainan ginjal dan hati.
Lemak cukup, yaitu 10 25 % dari kebutuhan energy total. Jenis lemak disesuaikan dengan
toleransi pasien. Apabila ada malabsorpsi lemak, digunakan lemak dengan ikatan rantai sedang
(Medium Chain Triglyceride/MCT). Minyak ikan (asam lemak omega 3) diberikan bersama
minyak MCT dapat memperbaiki fungsi kekebalan.
Vitamin dan Mineral tinggi, yaitu 1 kali (150%) Angka Kecukupan Gizi yang di anjurkan
(AKG), terutama vitamin A, B12, C, E, Folat, Kalsium, Magnesium, Seng dan Selenium. Bila
perlu dapat ditambahkan vitamin berupa suplemen, tapi megadosis harus dihindari karena dapat
menekan kekebalan tubuh.
Serat cukup; gunakan serat yang mudah cerna.
Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien. Pada pasien dengan gangguan fungsi menelan,
pemberian cairan harus hati-hati dan diberikan bertahap dengan konsistensi yang sesuai.
Konsistensi cairan dapat berupa cairan kental (thick fluid), semi kental (semi thick fluid) dan cair
(thin fluid).
Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare perlu diganti (natrium, kalium dan klorida).
Bentuk makanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan pasien. Hal ini sebaiknya dilakukan dengan
cara pendekatan perorangan, dengan melihat kondisi dan toleransi pasien. Apabila terjadi
penurunan berat badan yang cepat, maka dianjurkan pemberian makanan melalui pipa atau sonde
sebagai makanan utama atau makanan selingan.
Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.
Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik, maupun kimia.
4. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
Diet AIDS diberikan pada pasien akut setelah terkena infeksi HIV, yaitu kepada pasien dengan:

Infeksi HIV positif tanpa gejala.


Infeksi HIV dengan gejala (misalnya panas lama, batuk, diare, kesulitan menelan, sariawan dan
pembesaran kelenjar getah bening).
Infeksi HIV dengan gangguan saraf.
Infeksi HIV dengan TBC.
Infeksi HIV dengan kanker dan HIV Wasting Syndrome.

Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara, yaitu secara oral, enteral(sonde) dan
parental(infus). Asupan makanan secara oral sebaiknya dievaluasi secara rutin. Bila tidak mencukupi,
dianjurkan pemberian makanan enteral atau parental sebagai tambahan atau sebagai makanan utama.

Ada tiga macam diet AIDS yaitu Diet AIDS I, II dan III. Yaitu :

Diet AIDS I
Diet AIDS I diberikan kepada pasien infeksi HIV akut, dengangejala panas tinggi, sariawan,
kesulitan menelan, sesak nafas berat, diare akut, kesadaran menurun, atau segera setelah pasien dapat
diberi makan.Makanan berupa cairan dan bubur susu, diberikan selama beberapa hari sesuai dengan
keadaan pasien, dalam porsi kecil setiap 3 jam. Bila ada kesulitan menelan, makanan diberikan dalam
bentuk sonde atau dalam bentuk kombinasi makanan cair dan makanan sonde. Makanan sonde dapat
dibuat sendiri atau menggunakan makanan enteral komersial energi dan protein tinggi. Makanan ini
cukup energi, zat besi, tiamin dan vitamin C. bila dibutuhkan lebih banyak energy dapat ditambahkan
glukosa polimer (misalnya polyjoule).

Diet AIDS II
Diet AIDS II diberikan sebagai perpindahan Diet AIDS I setelah tahap akut teratasi. Makanan
diberikan dalam bentuk saring atau cincang setiap 3 jam. Makanan ini rendah nilai gizinya dan
membosankan. Untuk memenuhi kebutuhan energy dan zat gizinya, diberikan makanan enteral atau
sonde sebagai tambahan atau sebagai makanan utama.

Diet AIDS III


Diet AIDS III diberikan sebagai perpindahan dari Diet AIDS II atau kepada pasien dengan infeksi
HIV tanpa gejala. Bentuk makanan lunak atau biasa, diberikan dalam porsi kecil dan sering. Diet ini
tinggi energy, protein, vitamin dan mineral. Apabila kemampuan makan melalui mulut terbatas dan
masih terjadi penurunan berat badan, maka dianjurkan pemberian makanan sonde sebagai makanan
tambahan atau makanan utama.

1. PENCEGAHAN
A (Abstinent) : Puasa, jangan melakukan hubungan seksual yang tidak sah
B (Be Faithful) : Setialah pada pasangan, melakukan hubungan seksual hanya dengan pasangan
yang sah
C (use Condom) : Pergunakan kondom saat melakukan hubungan seksual bila berisiko
menularkan/tertular penyakit
D (Dont use Drugs) : Hindari penyalahgunaan narkoba
E (Education) : Edukasi, sebarkan informasi yang benar tentang HIV/AIDS dalam setiap
kesempatan

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan untuk penderita AIDS (Doenges, 1999) adalah

1. Aktivitas / istirahat.
Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, malaise

Takikardia , perubahan TD postural, pucat dan sianosis.

1. Integritas ego.
Alopesia , lesi cacat, menurunnya berat badan, putus asa, depresi, marah, menangis.

Feses encer, diare pekat yang sering, nyeri tekanan abdominal, abses rektal.

1. Makanan / cairan.
Disfagia, bising usus, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, kesehatan gigi / gusi yang buruk,
dan edema.

Pusing, kesemutan pada ekstremitas, konsentrasi buruk, apatis, dan respon melambat.

1. Nyeri / kenyamanan.
Sakit kepala, nyeri pada pleuritis, pembengkakan pada sendi, penurunan rentang gerak, dan gerak
otot melindungi pada bagian yang sakit.

Batuk, Produktif / non produktif, takipnea, distres pernafasan.

1. Diagnosa, Intervensi dan Rasional Tindakan Keperawatan.


Diagnosa, intervensi dan rasional tindakan keperawatan (Doenges, 1999) adalah :

1. Diagnosis Keperawatan :
Nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan ditandai dengan keluhan nyeri, perubahan
denyut nadi, kejang otot, ataksia, lemah otot dan gelisah.

Hasil yang diharapkan :

Keluhan hilang, menunjukkan ekspresi wajah rileks,dapat tidur atau beristirahat secara adekuat.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi,


intensitas, frekuensi dan waktu. Tandai Mengindikasikan kebutuhan untuk
gejala nonverbal misalnya gelisah, intervensi dan juga tanda-tanda
takikardia, meringis. perkembangan komplikasi.

Instruksikan pasien untuk menggunakan


visualisasi atau imajinasi, relaksasi Meningkatkan relaksasi dan perasaan
progresif, teknik nafas dalam. sehat.

Dapat mengurangi ansietas dan rasa


sakit, sehingga persepsi akan intensitas
Dorong pengungkapan perasaan rasa sakit.

M,emberikan penurunan nyeri/tidak


nyaman, mengurangi demam. Obat
Berikan analgesik atau antipiretik narkotik. yang dikontrol pasien berdasar waktu
Gunakan ADP (analgesic yang dikontrol 24 jam dapat mempertahankan kadar
pasien) untuk memberikan analgesia 24 analgesia darah tetap stabil, mencegah
jam. kekurangan atau kelebihan obat-obatan.

Lakukan tindakan paliatif misal


pengubahan posisi, masase, rentang gerak Meningkatkan relaksasi atau
pada sendi yang sakit. menurunkan tegangan otot.

2. Diagnosis keperawatan :
Perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh dihubungkan dengan gangguan intestinal
ditandai dengan penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, kejang perut, bising usus hiperaktif,
keengganan untuk makan, peradangan rongga bukal.

Hasil yang harapkan :

Mmpertahankan berat badan atau memperlihatkan peningkatan berat badan yang mengacu pada
tujuan yang diinginkan, mendemostrasikan keseimbangan nitrogen po;sitif, bebas dari tanda-tanda
malnutrisi dan menunjukkan perbaikan tingkat energy.

INTERIVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


Lesi mulut, tenggorok dan
esophagus dapat menyebabkan
disfagia, penurunan kemampuan
Kaji kemampuan untuk mengunyah, perasakan pasien untuk mengolah makanan dan
dan menelan. mengurangi keinginan untuk makan.

Hopermotilitas saluran intestinal


umum terjadi dan dihubungkan
dengan muntah dan diare, yang
dapat mempengaruhi pilihan diet
Auskultasi bising usus atau cara makan.

Rencanakan diet dengan orang terdekat, jika


memungkinakan sarankan makanan dari Melibatkan orang terdekat dalam
rumah. Sediakan makanan yang sedikit tapi rencana member perasaan control
sering berupa makanan padat nutrisi, tidak lingkungan dan mungkin
bersifat asam dan juga minuman dengan meningkatkan pemasukan.
pilihan yang disukai pasien. Dorong konsumsi Memenuhi kebutuhan akan makanan
makanan berkalori tinggi yang dapat nonistitusional mungkin juga
merangsang nafsu makan meningkatkan pemasukan.

Rasa sakit pada mulut atau ketakutan


akan mengiritasi lesi pada mulut
mungkin akan menyebabakan pasien
Batasi makanan yang menyebabkan mual atau enggan untuk makan. Tindakan ini
muntah. Hindari menghidangkan makanan akan berguna untuk meningkatakan
yang panas dan yang susah untuk ditelan pemasukan makanan.

Tinjau ulang pemerikasaan laboratorium, misal Mengindikasikan status nutrisi dan


BUN, Glukosa, fungsi hepar, elektrolit, fungsi organ, dan mengidentifikasi
protein, dan albumin. kebutuhan pengganti.

Berikan obat anti emetic misalnya Mengurangi insiden muntah dan


metoklopramid. meningkatkan fungsi gaster

3. Diagnosa keperawatan :
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare berat

Hasil yang diharapkan :

Mempertahankan hidrasi dibuktikan oleh membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda
vital baik, keluaran urine adekuat secara pribadi.
INTERVESI KEPERAWATAN RASIONAL

Mempertahankan keseimbangan
cairan, mengurangi rasa haus
Pantau pemasukan oral dan pemasukan cairan dan melembabkan membrane
sedikitnya 2.500 ml/hari. mukosa.

Meningkatkan pemasukan
Buat cairan mudah diberikan pada pasien; gunakan cairan tertentu mungkin terlalu
cairan yang mudah ditoleransi oleh pasien dan yang menimbulkan nyeri untuk
menggantikan elektrolit yang dibutuhkan, misalnya dikomsumsi karena lesi pada
Gatorade. mulut.

Indicator tidak langsung dari


Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan rasa haus. status cairan.

Hilangakan makanan yang potensial menyebabkan


diare, yakni yang pedas, berkadar lemak tinggi,
kacang, kubis, susu. Mengatur kecepatan atau
konsentrasi makanan yang diberikan berselang jika Mungkin dapat mengurangi
dibutuhkan diare

Menurunkan jumlah dan


Nerikan obat-obatan anti diare misalnya keenceran feses, mungkin
ddifenoksilat (lomotil), loperamid Imodium, mengurangi kejang usus dan
paregoric. peristaltis.

4. Diagnosa keperawatan :
Resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi dan ketidak seimbangan
muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan)

Hasil yang diharapkan :

Mempertahankan pola nafas efektif dan tidak mengalami sesak nafas.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

Auskultasi bunyi nafas, tandai daerah paru


yang mengalami penurunan, atau Memperkirakan adanya perkembangan
kehilangan ventilasi, dan munculnya bunyi komplikasi atau infeksi pernafasan,
adventisius. Misalnya krekels, mengi, misalnya pneumoni,
ronki.

Takipnea, sianosis, tidak dapat


beristirahat, dan peningkatan nafas,
Catat kecepatan pernafasan, sianosis, menuncukkan kesulitan pernafasan dan
peningkatan kerja pernafasan dan adanya kebutuhan untuk meningkatkan
munculnya dispnea, ansietas pengawasan atau intervensi medis

Meningkatkan fungsi pernafasan yang


Tinggikan kepala tempat tidur. Usahakan optimal dan mengurangi aspirasi atau
pasien untuk berbalik, batuk, menarik nafas infeksi yang ditimbulkan karena
sesuai kebutuhan. atelektasis.

Berikan tambahan O2 Yng dilembabkan Mempertahankan oksigenasi efektif


melalui cara yang sesuai misalnya kanula, untuk mencegah atau memperbaiki
masker, inkubasi atau ventilasi mekanis krisis pernafasan

5. Diagnose keperawatan :
Intoleransi aktovitas berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme ditandai dengan
kekurangan energy yang tidak berubah atau berlebihan, ketidakmampuan untuk mempertahankan
rutinitas sehari-hari, kelesuan, dan ketidakseimbangan kemampuan untuk berkonsentrasi.

Hasil yang diharapkan :

Melaporkan peningkatan energy, berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan dalam tingkat
kemampuannya.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

Berbagai factor dapat meningkatkan


Kaji pola tidur dan catat perunahan kelelahan, termasuk kurang tidur, tekanan
dalam proses berpikir atau berperilaku emosi, dan efeksamping obat-obatan

Periode istirahat yang sering sangat yang


dibutuhkan dalam memperbaiki atau
Rencanakan perawatan untuk menghemat energi. Perencanaan akan
menyediakan fase istirahat. Atur membuat pasien menjadi aktif saat energy
aktifitas pada waktu pasien sangat lebih tinggi, sehingga dapat memperbaiki
berenergi perasaan sehat dan control diri.

Dorong pasien untuk melakukan Memungkinkan penghematan energy,


apapun yang mungkin, misalnya peningkatan stamina, dan mengijinkan pasien
perawatan diri, duduk dikursi, untuk lebih aktif tanpa menyebabkan
berjalan, pergi makan kepenatan dan rasa frustasi.

Pantau respon psikologis terhadap Toleransi bervariasi tergantung pada status


aktifitas, misal perubahan TD, proses penyakit, status nutrisi, keseimbangan
frekuensi pernafasan atau jantung cairan, dan tipe penyakit.

Latihan setiap hari terprogram dan aktifitas


yang membantu pasien mempertahankan atau
Rujuk pada terapi fisik atau okupasi meningkatkan kekuatan dan tonus otot

BAB IV
PENUTUP

1. KESIMPULAN
1. AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.
2. Etiologi AIDS disebabkan oleh virus HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1
menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia.
3. Cara penularan AIDS yaitu melalui hubungan seksual, melalui darah ( transfuse darah,
penggunaan jarum suntik dan terpapar mukosa yang mengandung AIDS), transmisi dari ibu ke
anak yang mengidap AIDS.

1. SARAN
Berdasarkan simpulan di atas, penulis mempunyai beberapa saran, diantaranya adalah :

1. Agar pembaca dapat mengenali tentang pengertian HIV AIDS.


2. Agar pembaca dapat menerapkan asuhan keperawatan AIDS pada klien HIV maupun AIDS.

DAFTAR PUSTAKA

Heri.Asuhan Keperawatan HIV/AIDS,(Online),(http://mydocumentku.blogspot.


com/2012/03/asuhan-keperawatan-hivaids.html, diakses 20 Oktober 2012)
Istiqomah, Endah.Asuhan Keperawatan pada Klien dengan HIV/AIDS,(Online)
,(http://ndandahndutz.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html, diakses
20 Oktober 2012)
Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius
Marilyn , Doenges , dkk . 1999 . Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien . Jakarta : EGC
Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis Proses Proses
Penyakit . Jakarta : EGC
UGI.2012.Diet Penyakit
HIV/AIDS,(Online),(http://ugiuntukgiziindonesia. blogspot.com/2012/05/diet-penyakit-hivaids.html,
diakses 20 Oktober 2012)

Anda mungkin juga menyukai