Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


HIV/AIDS

Disusun Oleh :
Ns. Aguscik, S.Kep, M.Kes
Disusun Oleh :
Kelompok 1 (Tingkat 2B)
Lati Lestari PO.71.20.1.19.051
Lusi Oktaviani PO.71.20.1.19.053
Mega Utami PO.71.20.1.19.058
Muliya PO.71.20.1.19.062
Nurul Hidayati PO.71.20.1.19.067
Regita Dwi Cahya PO.71.20.1.19.076
Syindy Yulistia PO.71.20.1.19.086
Tiara Franciska PO.71.20.1.19.088
Winda Umaya PO.71.20.1.19.093
Wita Vera Mida PO.71.20.1.19.094

DIII KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGHANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesehatan dan
rahmat-Nya, karena akhirnya makalah yang berjudul ”PENYAKIT MENULAR HIV/AIDS”
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak secara
langsung maupun tidak langsung makalah ini tidak dapat terwujud. Dengan segala
keterbatasan penulis dengan segala keterbatasan penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca pada umumnya.

Palembang, 11 September 2020

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kita semua mungkin sudah banyak mendengar cerita-cerita yang menyeramkan
tentang HIV/AIDS. Penyebrangan AIDS itu berlangsung secara cepat dan mungkin
sekarang sudah ada disekitar kita. Sampai sekarang belum ada obat yang bisa
menyembuhkan AIDS,bahkan penyakit yang saat ini belum bisa dicegah dengan vaksin.
Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan AIDS adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yaitu: H = Human (manusia), I =Immuno
deficiency (berkurangnya kekebalan), V = Virus.
Maka dapat dikatakan HIV adalah virus yang menyerang dan merusak sel kekebalan
tubuh manusia sehingga tubuh kehilangan daya tahan dan mudah terserang berbagai
penyakit antara lain TBC, diare, sakit kulit, dll. Kumpulan gejala penyakit yang
menyerang tubuh kita itulah yang disebut AIDS.
Maka, selama bertahun-tahun orang dapat terinfeksi HIV sebelum akhirnya mengidap
AIDS. Namun penyakit yang paling sering ditemukan pada penderita AIDS adalah sejenis
radang paru-paru yang langka, yang dikenal dengan nama pneumocystis carinii
pneumonia (PCP), dan sejenis kanker kulit yang langka yaitu kaposi’s sarcoma (KS).
Biasanya penyakit ini baru muncul dua sampai tiga tahun setelah penderita didiagnosis
mengidap AIDS.Seseorang yang telah terinfeksi HIV belum tentu terlihat sakit. Secara
fisik dia akan sama dengan orang yang tidak terinfeksi HIV.
Oleh karena itu 90% dari pengidap AIDS tidak menyadari bahwa mereka telah
tertular virus AIDS, yaitu HIV karena masa inkubasi penyakit ini termasuk lama dan
itulah sebabnya mengapa penyakit ini sangat cepat tertular dari satu orang ke orang lain.
Masa inkubasi adalah periode atau masa dari saat penyebab penyakit masuk ke dalam
tubuh (saat penularan) sampai timbulnya penyakit.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Apa sejarah HIV/AIDS?
Apa yang dimaksud dengan HIV/AIDS?
Apa yang menyebabkan terjadinya HIV/AIDS?
Apakah tanda dan gejala terjadinya HIV/AIDS?
Bagaimana cara penularan HIV/AIDS?

3
Bagaimana cara pencegahan HIV/AIDS?
Bagamana cara mengatasi HIV/AIDS?
Bagaimana Perjalanan Infeksi HIV dalam Tubuh Manusia?
Bagaimana Penanganan Terhadap HIV?
Bagaimana Penyebaran dan Tanda Terserang HIV/AIDS?

1.3 . TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami lebih sfesifik menganai HIV/AIDS
2. Tujuan Khusus
Untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SEJARAH HIV
Istilah HIV telah digunakan sejak 1986 (Coffin et al., 1986) sebagai nama
untuk retrovirus yang diusulkan pertama kali sebagai penyebab AIDS oleh Luc
Montagnier dari Perancis, yang awalnya menamakannya LAV (lymphadenopathy-
associated virus) (Barre-Sinoussi et al., 1983) dan oleh Robert Gallo dari Amerika
Serikat, yang awalnya menamakannya HTLV-III (human T lymphotropic virus type
III) (Popovic et al., 1984).

HIV adalah anggota dari genus lentivirus [1], bagian dari keluarga retroviridae
[2] yang ditandai dengan periode latensi yang panjang dan sebuah sampul lipid dari
sel-host awal yang mengelilingi sebuah pusat protein/RNA. Dua spesies HIV
menginfeksi manusia: HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 adalah yang lebih "virulent" dan
lebih mudah menular, dan merupakan sumber dari kebanyakan infeksi HIV di seluruh
dunia; HIV-2 kebanyakan masih terkurung di Afrika barat (Reeves and Doms, 2002).
Kedua spesies berawal di Afrika barat dan tengah, melompat dari primata ke manusia
dalam sebuah proses yang dikenal sebagai zoonosis.
HIV-1 telah berevolusi dari sebuah simian immunodeficiency virus (SIVcpz)
yang ditemukan dalam subspesies simpanse, Pan troglodyte troglodyte (Gao et al.,
1999).HIV-2 melompat spesies dari sebuah strain SIV yang berbeda, ditemukan
dalam sooty mangabeys, monyet dunia lama Guinea-Bissau (Reeves and Doms,
2002).
HIV-1 memiliki 3 kelompok atau grup yang telah berhasil diidentifikasi
berdasarkan perbedaan pada envelope-nya yaitu M, N, dan O (Thomson dkk, 2002).
Kelompok M yang paling besar prevalensinya dan dibagi kedalam 8 subtipe
berdasarkan seluruh genomnya, yang masing-masing berbeda secara geografis (Carr
dkk, 1998). Subtipe yang paling besar prevalensinya adalah subtipe B (banyak

5
ditemukan di Afrika dan Asia), subtipe A dan D (banyak ditemukan di Afrika), dan C
(banyak ditemukan di Afrika dan Asia); subtipe-subtipe ini merupakan bagian dari
kelompok M dari HIV-1. Ko-infeksi dengan subtipe yang berrbeda meningkatkan
sirkulasi bentuk rekombinan (CRFs)

2.2 PENGERTIAN
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat menyebabkan
AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4, sehingga
merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan
dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.

HIV atau Human immunodeficiency virus adalah suatu virus yang dapat
menyebabkan penyakit AIDS. Virus yang merusak daya tahan tubuh dengan
menyerang sistem kekebalan/imunitas tubuh sehingga sistem kekebalan tubuh
menjadi tidak berdaya dalam melawan infeksi.
HIV terdapat dalam cairan tubuh seseorang seperti darah, cairan kelamin (air
mani/ sperma atau cairan vagina yang telah terinfeksi) dan air susu ibu yang telah
terinfeksi.
HIVsuatu virus yang biasanya ditularkan dari satu orang kepada orang lain
melalui kontak seksual. Orang yang telah terinfeksi virus HIV akan terkena penyakit
yang disebabkan oleh virus HIV tersebut, yaitu AIDS. Virus HIV yang telah masuk
ke dalam tubuh seseorang tidak akan menimbulkan gejala-gejala yang terlihat secara
fisik sehingga penderitanya terlihat normal seperti tidak sedang terkena penyakit.
Namun, perlu diwaspadai, walaupun dari luar penderita HIV tampak normal-normal 7
saja, tetapi dia dapat menularkan virus tersebut kepada orang lain dalam berbagai cara
yang mungkin juga tidak disadari oleh penderita itu.

6
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah dampak atau efek dari
perkembangbiakan virus dalam tubuh makhluk hidup.Virus HIV membutuhkan waktu
untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya.Penyakit
AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang
tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh virus
HIV.
AIDS adalah sindrom menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh
HIV.Orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular oleh berbagai macam penyakit
karena sistem kekebalan tubuh penderita telah menurun.
AIDS atau Sindrom Kehilangan Kekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala
penyakit yang menyerang tubuh manusia seesudah system kekebalannya dirusak oleh
virus HIV.Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena
berbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus tertentu yang bersifat
oportunistik. Selain itu penderita AIDS sering kali menderita keganasan,khususnya
sarcoma Kaposi dan imfoma yang hanya menyerang otak. Virus HIV adalah
retrovirus yang termasuk dalam family lentivirus.Retrovirus mempunyai kemampuan
menggunakan RNA-nya dan DNA pejamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali
selam periode inkubasi yang panjang. Seperti retrovirus yang lain, HIV menginfeksi
tubuh dengan periode imkubasi yang panjang (klinik-laten), dan utamanya
menyebabkan munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa
kerusakan system imun dan menghancurkannya.Hal tersebut terjadi dengan
menggunakan DNA dari CD4+ dan limfosit untuk mereplikasi diri.Dalam prose itu,
virus tersebut menghancurkan CD4+ dan limfosit.
Secara structural morfologinya, bentuk HIV terdiri atas sebuah silinder yang
dikelilingi pembungkus lemak yang melingkar-melebar.Pada pusat lingkaran terdapat
untaian RNA. HIV mempunyai 3 gen yang merupakan komponen funsional dan 8
structural. Tiga gen tersebut yaitu gag, pol, danenv. Gag berarti group antigen, pol
mewakili polymerase, dan env adalah kepanjangan dari envelope (Hoffmann,
Rockhstroh, Kamps,2006). Gen gag mengode protein inti. Gen pol mengode enzim
reverse transcriptase, protease, integrase. Gen env mengode komponen structural HIV
yang dikenal dengan glikoprotein. Gen lain yang ada dan juga penting dalam replikasi
virus, yaitu : rev, nef, vif, vpu, dan vpr.
AIDS disebabkan salah satu kelompok virus yang disebuat dengan
retroviruses yang sering disebut dengan HIV.Seseorang yang terkena atau terinfeksi

7
HIV AIDS sistem kekebalan tubuhnya akan menurun drastic.Virus AIDS menyerang
sel darah putih khusus yang disebut dengan T-lymphocytes. Tanda pertama penderita
HIV biasanya akan mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya
tahan tubuh. Setelah kondisi membaik orang yang terinfeksi HIV akan tetap sehat
dalam beberapa tahun dan secara perlahan kekebalan tubuhnya akan menurun karena
serangan demam yang berulang.
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) atau sindrom penurunan
kekebalan yang didapatkan adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul karena
rendahnya daya tahan tubuh. Seseorang yang terinfeksi oleh HIV, maka virus ini akan
menyerang sel darah putih. Selanjutnya akan merusak dinding sel darah putih untuk
masuk ke dalam sel dan merusak bagian yang memegang peranan pada kekebalan
tubuh. Sel darah putih yang telah dirusak tersebut menjadi lemah dan tidak lagi
mampu melawan kuman-kuman penyakit. Lambat-laun sel darah putih yang sehat
akan berkurang. Akibatnya, kekebalan tubuh orang tersebut menjadi menurun dan
akhirnya sangat mudah terserang berbagai penyakit. 
Pada awalnya penderita HIV positif sering menampakkan gejala sampai
bertahun-tahun(5-10 tahun). Banyak faktor yang mempengaruhi panjang pendeknya
masa tanpa gejala ini, namun pada masa ini penderita dapat menularkan penyakitnya
pada orang lain. Sekitar 89% penderita HIV akan berkembang menjadi AIDS.
Semakin lama penderita akan semakin lemah dan akhirnya akan berakhir dengan
kematian, karena saat ini belum ditemukan obat untuk mencegah atau menyembuhkan
HIV/AIDS.

2.3 ETIOLOGI
Penyebab timbulnya penyakit AIDS belum dapat dijelaskan sepenuhnya.Tidak
semua orang yang terinfeksi virus HIV ini terjangkit penyakit AIDS menunjukkan
bahwa adafaktor-faktor lain yang berperan di sini. Penggunaan alkohol dan obat bius,
kurang gizi,tingkat stress yang tinggi dan adanya penyakit lain terutama penyakit
yang ditularkan lewatalat kelamin merupakan faktor-faktor yang mungkin berperan di
antaranya adalah waktu. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa HIV secara terus
menerusmemperlemah sistem kekebalan tubuh dengan cara menyerang dan
menghancurkankelompok-kelompok sel-sel darah putih tertentu yaitu sel T-helper.
Normalnya sel T-helper ini (juga disebut sel T4) memainkan suatu peranan penting
pada pencegahan infeksi. Ketikaterjadi infeksi, sel-sel ini 9 akanberkembang dengan

8
cepat, memberi tanda pada bagian sistem kekebalan tubuh yang lain bahwa telah
terjadi infeksi. Hasilnya, tubuh memproduksi antibodiyang menyerang dan
menghancurkan bakteri-bakteri danvirus-virus yang berbahaya.
Selain mengerahkan sistem kekebalan tubuh untuk memerangi infeksi, sel T-
helper juga memberi tanda bagi sekelompok sel-sel darah putih lainnya yang disebut
sel T-suppressor atau T8, ketika tiba saatnya bagi sistem kekebalan tubuh untuk
menghentikan serangannya. Biasanya kita memiliki lebih banyak sel-sel T-helper
dalam darah dari pada sel-sel T-suppressor, dan ketika sistem kekebalan sedang
bekerja dengan baik, perbandingannyakira-kira dua banding satu. Jika orang
menderita penyakit AIDS, perbandingan inikebalikannya, yaitu sel-sel T-suppressor
melebihi jumlah sel-sel T-helper.
Akibatnya, penderita AIDS tidak hanya mempunyai lebih sedikit sel-sel
penolong yaitu sel T-helper untuk mencegah infeksi, tetapi juga terdapat sel-sel
penyerang yang menyerbu sel-selpenolong yang sedang bekerja.Selain mengetahui
bahwa virus HIV membunuh sel-sel T-helper, kita jugaperlu tahu bahwa tidak seperti
virus-virus yang lain, virus HIV ini mengubah struktur sel yang diserangnya. Virus ini
menyerang dengan cara menggabungkan kode genetiknya denganbahan genetik sel
yang menularinya. Hasilnya, sel yang ditulari berubah menjadi pabrik pengasil virus
HIV yang dilepaskan ke dalam aliran darah dan dapat menulari sel-sel T-helper yang
lain. Proses ini akan terjadi berulang-ulang. Virus yang bekerja seperti ini disebut
retrovirus.HIV tidak hanya menyerang sistem kekebalan tubuh.Hasil
penelitianmenunjukkan bahwa virus ini juga merusask otak dan sistem saraf
pusat.Otopsi yangdilakukan pada otak pengidap AIDS yang telah meniggal
mengungkapkan bahwa virus inijuga menyebabkan hilangnya banyak sekali jaringan
otak.Pada waktu yangb e r s am a a n peneliti lain telah berusaha untuk mengisolasi
HIV dengan cairan cerebrospinal dari orangyang tidak menunjukkan gejala-gejala
terjangkit AIDS.Penemuan ini benar-benar membuatrisau. Sementara para peneliti
masih berpikir bahwa HIV hanya menyerang sistem kekebalan,semua orang yang
terinfeksi virus ini tetapi tidak menunjukkan gejala terjangkit AIDS ataupenyakit 10
yang berhubungan dengan HIV dapat dianggap bisa terbebas dari kerusakan
jaringanotak. Saat ini hal yang cukup mengerikan adalah bahwa mereka yang telah
terinfeksi virusHIV pada akhirnya mungkin menderita kerusakan otak dan sistem
saraf pusat.Penyakit AIDS disebabkan oleh virus HIV yang menyerang sel-sel
Limfosit(sel T helper) yang berfungsi melindungi tubuh terhadap terjadinya infeksi

9
sehingga dayatahan tubuh penderita berkurang dan mudah terinfeksi oleh berbagai
penyakit.

2.4 TANDA DAN GEJALA

Gejala AIDS adalah hasil dari kondisi umumnya tidak terjadi pada individu
dengan system kekebalan yang sehat. Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi yang
disebabkan oleh bakteri, virus, fungi dan parasit yang dalam keadaan normal bisa
dikendalikan oleh elemen sistem
1. Demam
Demam ringan adalah gejala awal yang paling umum terjadi saat
seseorang terpapar virus HIV. Demam ringan ini seringkali disertai dengan
sakit tenggorokan, kelelahan yang ekstrim, dan pembekakan kelenjar getah
bening.Demam adalah reaksi dari sistem kekebalan tubuh sebagai akibat
dari masuknya virus HIV ke aliran darah dengan jumlah yang berlipat
ganda.
2. Nyeri Otot
Nyeri otot dan persendian tak hanya dialami oleh orang-orang yang
mengalami gejala penyakit hepatitis dan sifilis, tapi juga dirasakan
seseorang yang telah terpapar virus HIV.Gejala ini seringkali diabaikan
hingga paparan virus HIV benar-benar masuk ke tingkat yang
mengkhawatirkan. 11

10
3. Ruam kulit

Ruam bisa berupa bercak-bercak kemerahan pada kulit atau benjolan


menyerupai jerawat dalam jumlah banyak yang tak sembuh-sembuh.
Gejala ini akan muncul jika paparan virus HIV telah mencapai pada
tingkat yang lebih parah.
4. Mual muntah dan diare
Antara 30- 60 persen pengidap HIV akan mengalami gejala singkat
mual, muntah, dan serangan diare. Selain sebagai gejala HIV tahap lanjut,
gejala-gejala di atas juga bisa muncul sebagai efek samping dari terapi
pengobatan.
5. Berat Badan Turun Drastis
Berat badan turun drastis merupakan gejala tahap lanjut bahwa tubuh
telah terinfeksi HIV. Berat badan turun drastis bisa terjadi akibat diare atau
kurangnya nutrisi tubuh akibat sering memuntahkan makanan.
6. Batuk Kering
Biasanya batuk kering akan terjadi setelah satu tahun terjangkit virus
HIV, sekaligus menjadi tanda bahwa penyakit ini semakin memburuk.
Penggunaan obat batuk sekali pun tidak dapat meredakan batuk akibat
paparan virus HIV.
7. Perubahan pada Kuku
Tanda lain dari infeksi HIV adalah perubahan pada kuku seperti
penebalan, kuku melengkung, dan perubahan warna seperti kuku
menghitam atau muncul garis coklat vertikal atau horisontal dipermukaan
kuku. “Perubahan kuku ini dapat terjadi akibat infeksi jamur seperti
kandida.Mengingat penderita HIV mengalami penurunan sistem kekebalan
tubuh, maka jamur tersebut bisa sangat mudah berkembang,” kata Horberg

11
8. Infeksi Jamur pada Mulut

Infeksi jamur tak hanya menyerang permukaan kuku, tapi juga organ
lain seperti mulut. Jika jamur sudah menginfeksi mulut, maka pengidap
HIV akan sulit untuk mengunyah dan menelan makanan.
9. Kebingungan dan Sulit Konsentrasi
Masalah kognitif bisa menjadi tanda demensia terkait HIV. Selain
mengalami 12 kebingungan dan sulit berkonsentrasi, demensia terkait HIV
juga dapat mempengaruhi memori dan masalah perilku seperti mudah
marah dan tersinggung. Gejala ini diiringi dengan menurunnya keampuan
motoris tubuh seperti menjadi ceroboh, menurunnya kordinasi tubuh, dan
bahkan hilangnya kemampuan untuk menulis.
10. Herpes Genital
Herpes genital yang terjadi pada penderita HIV umumnya tidak
memiliki gejala yang khas. Namun luka yang muncul cenderung lebih
besar dan lebih dalam. Penyakit ini lebih banyak menular melalui
hubungan kontak kulit dengan penderita, terutama saat berhubungan seks.
Umumnya gejalanya adalah timbul bintil-bintil di bagian luar alat kelamin
yang bentuknya memerah dan membengkak.

Gejala HIV/AIDS pada wanita

1. Gejala awal : 0-1 bulan


Menderita penyakit seperti flu dalam seminggu atau sebulan disebut sebagai
infeksi HIV akut.sistem kekebalan tubuh, sebagai bagian dari pertahanan tubuh,
mengembangkan antibodi terhadap HIV. Proses tersebut terlihat dari antibodi yang
disebut serokonversi. Gejala meliputi demam, sakit kepala nyeri tubuh, sakit

12
tenggorokan, kelenjar getah bening, ruam kulit, masalah sistem pencernaan. Gejala-
gejala ini cenderung tidak diperhatikan atau disalah artikan sebagai penyakit lain yang
juga menunjukkan berbagai gejala yang sama. Tes HIV dilakukan sebelum
serokonversi tidak membantu dalam mendeteksi virus.Pada beberapa wanita,
serokonversi dapat terjadi dalam waktu satu bulan. 13
2. Gejala terakhir : 1 bulan – 10 tahun
Setelah tingkat gejala di ataas dapat diturunkan dengan obat-obatan, penyakit
ini masuk ke dalam fase asimptomatik.tidak ada gejala HIV yang diperlihatkan oleh
wanita setelah 1 tahun. Tahap tanpa gejala dapat berlangsung selama sekitar 10
tahun.Dengan demikian, perempuan positif HIV tidak menunjukkan gejala HIV
selama sekitar 10 tahun setelah terkena gejala seperti flu biasa. Tetapi meski
demikian, virus tetap ada dalam tubuh mereka, mereka tidak sadar secara terus-
menerus menularkan vrus kepada orang lain melalu hubungan badan tanpa pengaman
dan juga melalui transfusi darah atau melalui berbagi jarum suntik. Jika seorang
wanita hamil, anak-anak mereka ikut terkena HIV/AIDS.Setelah 5-6 tahun, wanita
yang mengidap HIV positif mungkin terlihat pada penurunan berat badan, kehilangan
nafsu makan, masalah sisem pencernaan, infeksi kulit, tetapi hal ini biasanya
diabaikan atau disalahartikan.

2.4 CARA PENULARAN


AIDS bukan penyakit, karena Aids tidak menular. Yang menular adalah HIV
yaitu virus yang menyebabkan tubuh mencapai masa AIDS. Virus ini terdapat
dalam larutan darah, cairan sperma dan cairan vagina sehingga dapat menular
melalui kontak darah / cairan tersebut. HIV sangat mudah mati jika di luar tubuh
manusia dan sangat sensitif terhadap suhu pada 600C HIV sudah mati (Buku
Sumber untuk advokasi, 2003 : 83).

13
HIV AIDS berkembang sangat pesat di benua Afrika. Hampir sekitar 10% dari
jumlah populasi dunia terdapat di sana, namun sayang sekali kira-kira 60% dari
jumlah populasi ini mengidap AIDS. Begitu pula dengan Indonesia.Mengapa
penyakit ini menyebar dengan begitu cepat? Karena tingkat kesadaran masyarakat
akan kesehatan telah menurun.
Penyakit ini banyak ditularkan melalui hubungan seks, penggunaan alat
suntik, bawaan lahir karena tertular dari ibu kandungnya, transfusi darah, dll.
Beberapa faktor yang memengaruhi penularan HIV AIDS ini adalah:
1. Moralitas dewasa ini khususnya di Indonesia telah tersedia banyak media
baik media elektronik maupun media cetak memuat banyak sekali gambar-
gambar erotis dan bahkan video yang merangsang hasrat seksual yang
kurang patut. Dan memicu banyaknya kasus pemerkosaan serta banyaknya
kasus perselingkuhan di berbagai tempat.
2. Ketidaktahuan sebagian orang tidak sadar kalau mereka terinfeksi HIV.
Banyak yang tidak mau diperiksa karena dianggap aib, jika mengidap
penyakit ini. Dengan begitu, penyakit ini tidak bisa dihentikan
penyebarannya.
3. Kebudayaan di beberapa negeri, kaum perempuan tidak dapat bertanya
pada pasangan mereka mengenai riwayat skandal asmara.
4. Tidak memadainya fasilitas medisMenurut sebuah majalah di Afrika
(South African Medical Journal) fasilitas medis yang sudah terbatas
bahkan lebih terbebani lagi akibat AIDS. Dua rumah sakit besar
melaporkan bahwa lebih dari setengah pasien rawat inap mereka positif
mengidap HIV. Pejabat medis terkemuka dari sebuah rumah sakit di
KwaZulu-Natal mengatakan bahwa bangsalnya menampung 140 persen
dari kapasitasnya. Adakalanya, dua pasien harus seranjang, dan orang
ketiga harus tidur di kolongnya. Dengan pengetahuan akan dampak HIV
AIDS ini banyak orang akan terselamatkan. Reaksi Anda akan
menentukan seberapa serius HIV AIDS ini bagi diri Anda.

2.5 CARA MENGETAHUI SESEORANG TELAH TERINFEKSI

14
Untuk mengetahui seseorang tertular atau tidak dapat melakukan test HIV dan
Test HIV dapat dilakukan paling cepat 3 bulan setelah terinfeksi. Jika seseorang
merasa telah melakukan aktifitas yang beresiko HIV, sebaiknya segera
memeriksakan 15 diri ke dokter untuk dilakukan test. Penanganan yang dini dan
tepat akan menyelamatkan penderita dari keganasan virus ini.
Jika hasil test HIV positif, sebaiknya penderita melakukan pemeriksaan CD4
dan viral load test. Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit.Sel tersebut
adalah bagian yang penting dari sistem kekebalan tubuh kita Pengecekan CD4 ini
penting karena setelah lama terinfeksi HIV, jumlah sel CD4 semakin menurun.Ini
tanda bahwa sistem kekebalan tubuh kita semakin rusak. Semakin rendah jumlah
CD4, semakin mungkin kita akan jatuh sakit. Jumlah CD4 adalah ukuran kunci
kesehatan sistem kekebalan tubuh atau sistem imun tubuh.Semakin rendah
jumlahnya, semakin besar kerusakan yang diakibatkan HIV. Jika penderita
mempunyai jumlah CD4 di bawah 200, atau persentase CD4 di bawah 14% maka
dianggap AIDS berdasarkan definisi Depkes.

2.6 PENCEGAHAN

Pemerintah maupun lembaga masyarakat telah banyak melakukan


terobosanterobosan untuk mencegah penyebaran HIV AIDS.Beberapa

15
membuahkan hasil, namun tetap saja penularan melalui hubungan seks menjadi
peringkat atas yang sulit dihindari. Berikut ini beberapa tips yang bisa Anda ikuti
atau anjurkan bagi lingkungan Anda untuk menghambat penularan HIV AIDS
yaitu:
1. Save sex, hendaklah Anda setia pada pasangan Anda dan lakukan
hubungan seksual yang patut.
2. Menghindari seks bebas, baik dengan pekerja seks komersial dan berganti-
ganti pasangan.
3. Jika pasangan anda sudah terbukti mengidap HIV AIDS, dalam melakukan
hubungan seksual sebaiknya menggunakan kondom.
4. Penularan HIV AIDS melalui transfusi darah menempati peringkat kedua.
Suntikan jarum yang dipakai bergantian dan tidak steril dapat
menyebabkan 16 risiko. AIDS menyebar karena transfusi darah, jadi
sangat berhati-hati sebelum memakai jarum.
5. Hindari penggunaan obat-obat terlarang, penggunaan alat suntik bersama,
tattoo, dan tindik.
6. Bagi seorang ibu yang mengidap HIV AIDS, sebaiknya tidak hamil, untuk
menghambat penularan ke bayi yang akan dilahirkan. Mencegah lebih baik
dari pada mengobati terbukti sangat tepat untuk menghambat penyebaran
HIV ini.Perhatian orang tua menjadi salah satu pelindung yang aman bagi
putra-putri Anda.

Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah melalui hubungan
seksual, persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, serta dari
ibu ke janin atau bayi selama periode sekitar kelahiran (periode perinatal). Walaupun HIV
dapat ditemukan pada air liur, air mata dan urin orang yang terinfeksi, namun tidak terdapat
catatan kasus infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut, dengan demikian resiko infeksinya
secara umum dapat diabaikan.

a) Hubungan seksual

16
Mayoritas infeksi HIV berasal dari hubungan seksual tanpa pelindung
antarindividu yang salah satunya terkena HIV. Hubungan heteroseksual adalah
modus utama infeksi HIV di dunia. Selama hubungan seksual, hanya kondom pria
atau kondom wanita yang dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi HIV dan
penyakit seksual lainnya serta kemungkinan hamil. Bukti terbaik saat ini
menunjukan bahwa penggunaan kondom yang lazim mengurangi resiko penularan
HIV sampai kira-kira 80% dalam jangka panjang, walaupun manfaat ini lebih
besar jika kondom digunakan dengan benar dalam setiap kesempatan. Kondom
laki-laki berbahan lateks, jika digunakan dengan benar tanpa pelumas berbahan
dasar minyak, adalah satu-satunya teknologi yang paling efektif saat ini untuk
mengurangi transmisi HIV secara seksual dan penyakit menular seksual lainnya.
Pihak produsen kondom menganjurkan bahwa pelumas berbahan minyak seperti
vaselin, mentega, dan lemak babi tidak digunakan dengan kondom lateks karena
bahan-bahan tersebut dapat melarutkan lateks dan membuat kondom berlubang.
Jika diperlukan, pihak produsen menyarankan menggunakan pelumas berbahan
dasar air. Pelumas berbahan dasar minyak digunakan dengan kondom poliuretan.
Kondom wanita adalah alternatif selain kondom laki-laki dan terbuat dari
poliuretan, yang memungkinkannya untuk digunakan dengan pelumas berbahan
dasar minyak. Kondom wanita lebih besar daripada kondom laki-laki dan
memiliki sebuah ujung terbuka keras berbentuk cincin, dan didesain untuk
dimasukkan ke dalam vagina. Kondom wanita memiliki cincin bagian dalam yang
membuat kondom tetap di dalam vagina — untuk memasukkan kondom wanita,
cincin ini harus ditekan. Kendalanya ialah bahwa kini kondom wanita masih
jarang tersedia dan harganya tidak terjangkau untuk sejumlah besar wanita.
Penelitian awal menunjukkan bahwa dengan tersedianya kondom wanita,
hubungan seksual dengan pelindung secara keseluruhan meningkat relatif
terhadap hubungan seksual tanpa pelindung sehingga kondom wanita merupakan
strategi pencegahan HIV yang penting.
Penelitian terhadap pasangan yang salah satunya terinfeksi menunjukkan
bahwa dengan penggunaan kondom yang konsisten, laju infeksi HIV terhadap
pasangan yang belum terinfeksi adalah di bawah 1% per tahun.[64] Strategi
pencegahan telah dikenal dengan baik di negara-negara maju. Namun, penelitian

17
atas perilaku dan epidemiologis di Eropa dan Amerika Utara menunjukkan
keberadaan kelompok minoritas anak muda yang tetap melakukan kegiatan
beresiko tinggi meskipun telah mengetahui tentang HIV/AIDS, sehingga
mengabaikan resiko yang mereka hadapi atas infeksi HIV.[65] Namun demikian,
transmisi HIV antarpengguna narkoba telah menurun, dan transmisi HIV oleh
transfusi darah menjadi cukup langka di negara-negara maju.
Pada bulan Desember tahun 2006, penelitian yang menggunakan uji acak
terkendali mengkonfirmasi bahwa sunat laki-laki menurunkan resiko infeksi HIV
pada pria heteroseksual Afrika sampai sekitar 50%. Diharapkan pendekatan ini
akan digalakkan di banyak negara yang terinfeksi HIV paling parah, walaupun
penerapannya akan berhadapan dengan sejumlah isu sehubungan masalah
kepraktisan, budaya, dan perilaku masyarakat. Beberapa ahli mengkhawatirkan
bahwa persepsi kurangnya kerentanan HIV pada laki-laki bersunat, dapat
meningkatkan perilaku seksual beresiko sehingga mengurangi dampak dari usaha
pencegahan ini.
Pemerintah Amerika Serikat dan berbagai organisasi kesehatan menganjurkan
Pendekatan ABC untuk menurunkan resiko terkena HIV melalui hubungan
seksual. Adapun rumusannya dalam bahasa Indonesia:“  Anda jauhi seks,
Bersikap saling setia dengan pasangan, Cegah dengan kondom.

b) Kontaminasi cairan tubuh terinfeksi


Pekerja kedokteran yang mengikuti kewaspadaan universal, seperti
mengenakan sarung tangan lateks ketika menyuntik dan selalu mencuci tangan,
dapat membantu mencegah infeksi HIV.
Semua organisasi pencegahan AIDS menyarankan pengguna narkoba untuk
tidak berbagi jarum dan bahan lainnya yang diperlukan untuk mempersiapkan dan
mengambil narkoba (termasuk alat suntik, kapas bola, sendok, air pengencer obat,
sedotan, dan lain-lain). Orang perlu menggunakan jarum yang baru dan
disterilisasi untuk tiap suntikan. Informasi tentang membersihkan jarum
menggunakan pemutih disediakan oleh fasilitas kesehatan dan program penukaran
jarum. Di sejumlah negara maju, jarum bersih terdapat gratis di sejumlah kota, di
penukaran jarum atau tempat penyuntikan yang aman. Banyak negara telah

18
melegalkan kepemilikan jarum dan mengijinkan pembelian perlengkapan
penyuntikan dari apotek tanpa perlu resep dokter.

c) Penularan dari ibu ke anak

Penelitian menunjukkan bahwa obat antiretrovirus, bedah caesar, dan


pemberian makanan formula mengurangi peluang penularan HIV dari ibu ke anak
(mother-to-child transmission, MTCT). Jika pemberian makanan pengganti dapat
diterima, dapat dikerjakan dengan mudah, terjangkau, berkelanjutan, dan aman,
ibu yang terinfeksi HIV disarankan tidak menyusui anak mereka. Namun
demikian, jika hal-hal tersebut tidak dapat terpenuhi, pemberian ASI eksklusif
disarankan dilakukan selama bulan-bulan pertama dan selanjutnya dihentikan
sesegera mungkin. Pada tahun 2005, sekitar 700.000 anak di bawah umur 15
tahun terkena HIV, terutama melalui penularan ibu ke anak; 630.000 infeksi di
antaranya terjadi di Afrika. Dari semua anak yang diduga kini hidup dengan HIV,
2 juta anak (hampir 90%) tinggal di Afrika Sub Sahara.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha untuk
mencegah penularan AIDS yaitu, misalnya : memberikan penyuluhan-penyuluhan
atau informasi kepada seluruh masyarakat tentang segala sesuatau yang berkaitan
dengan AIDS, yaitu melalui seminar-seminar terbuka, melalui penyebaran brosur
atau poster-poster yang berhubungan dengan AIDS, ataupun melalui iklan
diberbagai media massa baik media cetak maupun media elektronik.penyuluhan
atau informasi tersebut dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan,
kepada semua lapisan masyarakat, agar seluarh masyarakat dapat mengetahui

19
bahaya AIDS, sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu yang
bisa menimbulkan virus AIDS.
Pengobatan Penyakit AIDS:
Kendatipun dari berbagai negara terus melakukan researchnya dalam
mengatasi HIV AIDS, namun hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya
termasuk serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus
HIV penyebab penyakit AIDS. Adapun tujuan pemberian obat-obatan pada
penderita AIDS adalah untuk membantu memperbaiki daya tahan tubuh,
meningkatkan kualitas hidup bagi meraka yang diketahui terserang virus HIV
dalam upaya mengurangi angka kelahiran dan kematian.
Kita semua diharapkan untuk tidak mengucilkan dan menjauhi penderita HIV
karena mereka membutuhkan bantuan dan dukungan agar bisa melanjutkan hidup
tanpa banyak beban dan berpulang ke rahmatullah dengan ikhlas.

2.5 PERJALANAN INFEKSI HIV DALAM TUBUH MANUSIA

Infeksi HIV terjadi melalui beberapa tahapan :


a) Periode Jendela (Window Periode)
Virus masuk kedalam tubuh dan berkembang. Pada tahap ini (3 bulan pertama)
jika kita melakukan tes, virus belum bisa terdeteksi. Tidak ada gejala yang muncul
tetap virus sudah bisa ditularkan ke orang lain.
b) Tanpa Gejala
Pada tahap ini HIV sudah dapat terdeteksi jika dilakukan tes HIV tetapi dalam
tahap ini belum menunjukkan gejala dan tampak sehat, tergantung pada kondisi
kesehatan dan daya tahan tubuh
c) Muncul Gejala

20
Pada tahap ini muncul gejala-gejala seperti: demam berkepanjangan, penurunan
berat badan, diare terus menerus tanpa sebab yang jelas, batuk dan sesak nafas
lebih dari satu bulan secara terus-menerus, kulit menjadi gatal dan muncul bercak-
bercak merah kebiruan. Gejala-gejala tersebut menunjukkan sudah ada kerusakan
pada system kekebalan tubuh.
d) AIDS
Pada tahap ini kekebalan tubuh sudah sangat menurun, sehingga terserang
berbagai penyakit, seperti: radang paru-paru (TBC/tuberculosis), radang karena
jamur di mulut dan kerongkongan, gangguan susunan saraf (toxoplasmosis),
kanker kulit, infeksi usus, dan infeksi lain.

2.6 PENANGANAN TERHADAP HIV

Sampai saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV atau AIDS. Metode satu-
satunya yang diketahui untuk pencegahan didasarkan pada penghindaran kontak
dengan virus atau, jika gagal, perawatan antiretrovirus secara langsung setelah kontak
dengan virus secara signifikan, disebut post-exposure prophylaxis (PEP).[40] PEP
memiliki jadwal empat minggu takaran yang menuntut banyak waktu. PEP juga
memiliki efek samping yang tidak menyenangkan seperti diare, tidak enak badan,
mual, dan lelah.
a) Terapi antivirus
Penanganan infeksi HIV terkini adalah terapi antiretrovirus yang
sangat aktif (highly active antiretroviral therapy, disingkat HAART).
Terapi ini telah sangat bermanfaat bagi orang-orang yang terinfeksi HIV
sejak tahun 1996, yaitu setelah ditemukannya HAART yang menggunakan
protease inhibitor. Pilihan terbaik HAART saat ini, berupa kombinasi dari

21
setidaknya tiga obat (disebut "koktail) yang terdiri dari paling sedikit dua
macam (atau "kelas") bahan antiretrovirus. Kombinasi yang umum
digunakan adalah nucleoside analogue reverse transcriptase inhibitor (atau
NRTI) dengan protease inhibitor, atau dengan non-nucleoside reverse
transcriptase inhibitor (NNRTI). Karena penyakit HIV lebih cepat
perkembangannya pada anak-anak daripada pada orang dewasa, maka
rekomendasi perawatannya pun lebih agresif untuk anak-anak daripada
untuk orang dewasa. Di negara-negara berkembang yang menyediakan
perawatan HAART, seorang dokter akan mempertimbangkan kuantitas
beban virus, kecepatan berkurangnya CD4, serta kesiapan mental pasien,
saat memilih waktu memulai perawatan awal.
Perawatan HAART memungkinkan stabilnya gejala dan viremia
(banyaknya jumlah virus dalam darah) pada pasien, tetapi ia tidak
menyembuhkannya dari HIV ataupun menghilangkan gejalanya. HIV-1
dalam tingkat yang tinggi sering resisten terhadap HAART dan gejalanya
kembali setelah perawatan dihentikan. Lagi pula, dibutuhkan waktu lebih
dari seumur hidup seseorang untuk membersihkan infeksi HIV dengan
menggunakan HAART. Meskipun demikian, banyak pengidap HIV
mengalami perbaikan yang hebat pada kesehatan umum dan kualitas hidup
mereka, sehingga terjadi adanya penurunan drastis atas tingkat kesakitan
(morbiditas) dan tingkat kematian (mortalitas) karena HIV. Tanpa
perawatan HAART, berubahnya infeksi HIV menjadi AIDS terjadi dengan
kecepatan rata-rata (median) antara sembilan sampai sepuluh tahun, dan
selanjutnya waktu bertahan setelah terjangkit AIDS hanyalah 9.2 bulan.
Penerapan HAART dianggap meningkatkan waktu bertahan pasien selama
4 sampai 12 tahun. Bagi beberapa pasien lainnya, yang jumlahnya
mungkin lebih dari lima puluh persen, perawatan HAART memberikan
hasil jauh dari optimal. Hal ini karena adanya efek samping/dampak
pengobatan tidak bisa ditolerir, terapi antiretrovirus sebelumnya yang tidak
efektif, dan infeksi HIV tertentu yang resisten obat. Ketidaktaatan dan
ketidakteraturan dalam menerapkan terapi antiretrovirus adalah alasan
utama mengapa kebanyakan individu gagal memperoleh manfaat dari
penerapan HAART. Terdapat bermacam-macam alasan atas sikap tidak
taat dan tidak teratur untuk penerapan HAART tersebut. Isyu-isyu

22
psikososial yang utama ialah kurangnya akses atas fasilitas kesehatan,
kurangnya dukungan sosial, penyakit kejiwaan, serta penyalahgunaan obat.
Perawatan HAART juga kompleks, karena adanya beragam kombinasi
jumlah pil, frekuensi dosis, pembatasan makan, dan lain-lain yang harus
dijalankan secara rutin. Berbagai efek samping yang juga menimbulkan
keengganan untuk teratur dalam penerapan HAART, antara lain
lipodistrofi, dislipidaemia, penolakan insulin, peningkatan resiko sistem
kardiovaskular, dan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan.
Obat anti-retrovirus berharga mahal, dan mayoritas individu terinfeksi
di dunia tidaklah memiliki akses terhadap pengobatan dan perawatan
untuk HIV dan AIDS tersebut.

b) Penanganan eksperimental dan saran


Telah terdapat pendapat bahwa hanya vaksin lah yang sesuai untuk
menahan epidemik global (pandemik) karena biaya vaksin lebih murah
dari biaya pengobatan lainnya, sehingga negara-negara berkembang
mampu mengadakannya dan pasien tidak membutuhkan perawatan harian.
Namun setelah lebih dari 20 tahun penelitian, HIV-1 tetap merupakan
target yang sulit bagi vaksin.
Beragam penelitian untuk meningkatkan perawatan termasuk usaha
mengurangi efek samping obat, penyederhanaan kombinasi obat-obatan
untuk memudahkan pemakaian, dan penentuan urutan kombinasi
pengobatan terbaik untuk menghadapi adanya resistensi obat. Beberapa
penelitian menunjukan bahwa langkah-langkah pencegahan infeksi
oportunistik dapat menjadi bermanfaat ketika menangani pasien dengan
infeksi HIV atau AIDS. Vaksinasi atas hepatitis A dan B disarankan untuk
pasien yang belum terinfeksi virus ini dan dalam beresiko terinfeksi.
Pasien yang mengalami penekanan daya tahan tubuh yang besar juga
disarankan mendapatkan terapi pencegahan (propilaktik) untuk pneumonia
pneumosistis, demikian juga pasien toksoplasmosis dan kriptokokus
meningitis yang akan banyak pula mendapatkan manfaat dari terapi
propilaktik tersebut.

23
c) Pengobatan alternatif
Berbagai bentuk pengobatan alternatif digunakan untuk menangani
gejala atau mengubah arah perkembangan penyakit. Akupuntur telah
digunakan untuk mengatasi beberapa gejala, misalnya kelainan syaraf tepi
(peripheral neuropathy) seperti kaki kram, kesemutan atau nyeri; namun
tidak menyembuhkan infeksi HIV. Tes-tes uji acak klinis terhadap efek
obat-obatan jamu menunjukkan bahwa tidak terdapat bukti bahwa
tanaman-tanaman obat tersebut memiliki dampak pada perkembangan
penyakit ini, tetapi malah kemungkinan memberi beragam efek samping
negatif yang serius.
Beberapa data memperlihatkan bahwa suplemen multivitamin dan
mineral kemungkinan mengurangi perkembangan penyakit HIV pada
orang dewasa, meskipun tidak ada bukti yang menyakinkan bahwa tingkat
kematian (mortalitas) akan berkurang pada orang-orang yang memiliki
status nutrisi yang baik. Suplemen vitamin A pada anak-anak
kemungkinan juga memiliki beberapa manfaat. Pemakaian selenium
dengan dosis rutin harian dapat menurunkan beban tekanan virus HIV
melalui terjadinya peningkatan pada jumlah CD4. Selenium dapat
digunakan sebagai terapi pendamping terhadap berbagai penanganan
antivirus yang standar, tetapi tidak dapat digunakan sendiri untuk
menurunkan mortalitas dan morbiditas.
Penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa terapi pengobatan alteratif
memiliki hanya sedikit efek terhadap mortalitas dan morbiditas penyakit
ini, namun dapat meningkatkan kualitas hidup individu yang mengidap
AIDS. Manfaat-manfaat psikologis dari beragam terapi alternatif tersebut
sesungguhnya adalah manfaat paling penting dari pemakaiannya.

2.7 PENYEBARAN DAN TANDA-TANDA TERSERANG HIV/AIDS


HIV tidak ditularkan atau disebarkan melalui hubungan sosial yang biasa
seperti jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan

24
peralatan makan dan minum, gigitan nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar
mandi atau WC/Jamban yang sama atau tinggal serumah bersama Orang Dengan
HIV/AIDS (ODHA). ODHA yaitu pengidap HIV atau AIDS. Sedangkan OHIDA
(Orang hidup dengan HIV atau AIDS) yakni keluarga (anak, istri, suami, ayah, ibu)
atau teman-teman pengidap HIV atau AIDS.

Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif terutama
laki-laki, tetapi proporsi penderita HIV perempuan cenderung meningkat. Infeksi
pada bayi dan anak, 90 % terjadi dari Ibu pengidap HIV. Hingga beberapa tahun,
seorang pengidap HIV tidak menunjukkan gejala-gejala klinis tertular HIV, namun
demikian orang tersebut dapat menularkan kepada orang lain. Setelah itu, AIDS mulai
berkembang dan menunjukkan tanda-tanda atau gejala-gejala.Tanda-tanda klinis
penderita AIDS :
1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
5. Dimensia/HIV ensefalopati

Gejala minor :
1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
2. Dermatitis generalisata yang gatal
3. Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
4. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita

HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan
mempunyai risiko besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :

25
1. Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan
kondom
2. Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama
3. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik
4. Bayi yang ibunya positif HIV

Para ahli menjelaskan bahwa Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang
yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan
gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu
tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi
membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan
perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan
demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani
Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang
berisiko terkena virus HIV.
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS
diantaranya adalah seperti dibawah ini :
1. Saluran pernafasan.
Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam
seprti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada
stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.
2. Saluran Pencernaan.
Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu
makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan
kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.
3. Berat badan tubuh.
Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu kehilangan berat
badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan
energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena
gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan
diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.
4. System Persyarafan.
Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan kurang ingatan,
sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota

26
gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri
dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu
mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
5. System Integument (Jaringan kulit).
Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes
zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada
jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit
(Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau
psoriasis.
6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita.
Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda
awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis dan
dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit
cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan
rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan
mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal).

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS
dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4, sehingga merusak sistem
kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan
penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun. HIV terdapat dalam cairan tubuh
seseorang seperti darah, cairan kelamin (air mani/ sperma atau cairan vagina yang telah
terinfeksi) dan air susu ibu yang telah terinfeksi.

3.2 SARAN

27
Sebagai tenaga kesehatan kita harus membarikan penyuluhan terutama kepada remaja
tentang HIV/ADIS an menghimbau agar tidak melakukan seks bebas, sehingga kesadaran
individu terhadap bahaya seks diluar nikah, yang dapat menyebabkan penyakit menular
seksual dan harus adanya peran orang tua dalam mengontrol anaknya agar tidak
melakukan pergaulanbebas.

28
DAFTAR PUSTAKA

http://www.deherba.com/hiv-aids-penyakit-yang-belum-teratasi-namun-bisa-
dicegah.html#ixzz2dWHMXVwf

http://www.deherba.com/hiv-aids-penyakit-yang-belum-teratasi-namun-bisa- dicegah.html

http://www.gen22.net/2013/04/penyakit-hiv-gejala-penularan-virus-hiv.html

http://penyakithivaids.com/

29

Anda mungkin juga menyukai