Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH SWAMEDIKASI

CACINGAN

DI SUSUN OLEH :

1. A.Haning Setyaningsih F 120 155 045


2. Sa’diah Ayu F 120 155
3. Iriana Murdiastutik F 120 155

Progam Studi:S1-Farmasi Kelas 3B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS

2018
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Epidemiologi

Infeksi cacing merupakan permasalahan kesehatan dunia. Saat ini


diperkirakan lebih dari 1,5 miliar orang (24% dari populasi dunia) terinfeksi oleh
parasit cacing (WHO., 2015). Masalah kecacingan merupakan masalah yang serius di
Indonesia. Angka infeksi cacing mencapai 28% dari penduduk Indonesia pada tahun
2013 (Kemenkes RI., 2015). Kecacingan sering terjadi pada anak-anak, diperkirakan
sekitar 270 juta anak usia balita dan 600 juta anak usia sekolah beresiko tinggi
terinfeksi parasit cacing di seluruh dunia (WHO., 2015). Infeksi cacing umumnya
terjadi di negara-negara berkembang, dimana keadaan hidup dan pelayanan
kesehatan masih kurang baik dan higienitas masih belum memadai (Rahardja dan
Tan, 2010). Prevalensi infeksi cacing yang tinggi berdampak buruk bagi kesehatan,
walaupun jarang menyebabkan kematian, namun infeksi cacing menyebabkan
penderita khususnya anak-anak mengalami kekurangan gizi, kemunduran
pertumbuhan fisik, mental, kognitif, dan intelektual (Tiwow, dkk., 2013), sedangkan
pada orang dewasa menyebabkan menurunnya produktivitas kerja dan dalam jangka
panjang, kecacingan mengakibatkan menurunnya kualitas sumber daya manusia
(Zulkoni, 2010).

B. Definisi

Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit berupa


cacing. Cacing umumnya tidak menyebabkan penyakit berat sehingga sering kali
diabaikan walaupun sesungguhnya memberikan gangguan kesehatan. Tetapi dalam
keadaan infeksi berat atau keadaan yang luar biasa, kecacingan cenderung
memberikan analisa keliru ke arah penyakit lain dan tidak jarang dapat berakibat fatal
(Margono, 2008).
Definisi infeksi kecacingan menurut WHO (2011) adalah sebagai infestasi
satu atau lebih cacing parasit usus yang terdiri dari golongan nematoda usus. Diantara
nematoda usus ada sejumlah spesies yang penularannya melalui tanah atau biasa
disebut dengan cacing jenis STH (soil transmitted helminths ) yaitu Ascaris
lumbricoides (cacing gelang), Trichuris trichuira ( cacing cambuk ), Necator
americanus dan Ancylostoma duodenale ( cacing tambanng). (Margono et al., 2006).
Kecacingan ini umumnya ditemukan di daerah tropis dan subtropis dan beriklim
basah dimana hygiene dan 9 sanitasinya buruk. Penyakit ini merupakan penyakit
infeksi paling umum menyerang kelompok masyarakat ekonomi lemah dan
ditemukan pada berbagai golongan usia (WHO, 2011).

C. Etiologi

Infeksi cacing umumnya masuk melalui mulut atau langsung melalui luka di
kulit (cacing tambang dan benang) atau lewat telur (kista) atau larvanya, yang ada di
atas tanah. Terlebih pada pembuangan kotoran yang dilakukan dengan sembarangan
dan tidak memenuhi syarat kebersihan (Zulkoni, 2010; Tjay dan Rahardja, 2002).
Kemudian kebiasaan penggunaan kotoran sebagai pupuk tanaman menyebabkan
semakin luasnya pengotoran tanah. Persediaan air rumah tangga dan makanan
tertentu, misalnya sayuran yang tidak dicuci bersih akan meningkatkan penderita
kecacingan. Demikian juga kebiasaan makan masyarakat, menyebabkan terjadinya
penularan penyakit cacing tertentu, misalnya kebiasaan mengkonsumsi makanan
mentah atau setengah matang sepeti ikan, kerang, daging atau sayuran. Bila dalam
makanan tersebut terdapat kista atau larva cacing maka dapat terjadi kecacingan pada
manusia (Entjang, 2003). Tergantung dari jenisnya, cacing tetap bermukim dalam
saluran cerna atau berpenetrasi ke jaringan. Jumlah cacing merupakan faktor
menentukan apakah orang menjadi sakit atau tidak. Cacing dalam tubuh manusia akan
hidup, mendapatkan perlindungan, dan menerima makanan dari manusia itu sebagai
inang. Cacing menyerap nutrisi dari tubuh manusia yang ditumpanginya, penyerapan
ini akan menyebabkan kelemahan dan penyakit. Jika di dalam saluran pencernaan
terdapat 20 ekor cacing dewasa, cacing-cacing tersebut bisa menyedot 2,8 gram
karbohidrat dan 0,7 gram protein dalam sehari (Zulkoni, 2010; Tjay dan Rahardja,
2002).
Penyebab utama dari infeksi cacing kremi adalah cacing jenis E. Vermicularis.
Cacing akan menyebar dengan cepat dari lingkungan secara langsung. Cacing betina
yang masuk ke dalam bagian bawah kuku atau anus kemudian akan bertelur yang
disimpan disekitar anus. Satu buah cacing betina bisa bertelur hingga sekitar 10 ribu
telur. Sehingga jika ada satu cacing betina yang masuk ke tubuh maka infeksi cacing
kremi bisa berkembang dengan sangat cepat. Cacing yang sudah menetas bisa hidup
selama satu hingga dua hari dilingkungan yang lembab, hangat dan kering. Tapi ada
beberapa cacing yang masih tetap bisa hidup hingga dua minggu.

D. Gejala dan Tanda

Gejala dan keluhan kecacingan dapat disebabkan oleh efek toksik dari produk
pertukaran zat cacing, penyumbatan usus halus, dan saluran empedu atau penarikan
gizi yang penting bagi tubuh. Sering kali gejala tidak begitu nyata dan hanya berupa
gangguan lambung-usus, seperti mual, muntah, mulas, kejang-kejang, dan diare
berkala dengan hilangnya nafsu makan. Pada sejumlah cacing yang menghisap darah,
tuan rumah dapat menderita kekurangan darah, misalnya disebabkan oleh cacing
tambang, pita, dan cambuk. Sebagian penderita tidak memberikan keluhan atau gejala
kecacingan (Tjay dan Rahardja, 2002).
Ciri-Ciri Orang yang Cacingan berdasarkan jenis cacing yang menginfeksinya:
1. Cacing kremi Gejalanya adalah rasa gatal di sekitar daerah anus atau vulva
(kemaluan wanita). Gejala ini akan memburuk di malam hari ketika cacing kremi
biasanya akan keluar dari permukaan tubuh untuk menaruh telurnya di sekitar
anus/vulva. Cacing juga biasanya dapat terlihat di feses.
2. Cacing gelang Biasanya tidak menimbulkan gejala, meskipun untuk jenis toxocara
canis dapat menyebabkan masalah penglihatan apabila terdapat di mata karena
menimbulkan radang & luka pada retina mata. Cacing gelang ini juga dapat berpindah
ke bagian paru-paru menyebabkan timbulnya batuk & asma, serta menimbulkan
bengkak di organ tubuh lain.
3. Cacing pita Dapat menimbulkan rasa sakit di daerah perut. Cacing pita dapat
menutupi daerah otot, kulit, jantung, mata & otak. Gejala yang bisa dilihat secara
umum: Wajah agak pucat, lesu dan kurang bergairah Kurus dan perut agak buncit
Berat badan tidak naik-naik meski nafsu makan tidak berkurang Pada anak(bayi)
tampak gelisah dimalam hari dan sering-garuk pantat (bagian anus) Sering mengalami
gangguan lambung, mulas, diare atau sulit buang air besar (seperti gejala penyakit
maag).
E. Patogenesisa.

a. Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)

Patogenesis infeksi Ascaris lumbricoides berkaitan dengan responimun host


terhadap larva, telur atau cacing dewasa didalam jaringan atau organ tertentu. Larva
yang bermigrasi didalam jaringan, dapat menyebabkan trauma mekanik dan lisis sel
oleh enzim yang dihasilkan oleh larva.
Bila telur infektif tertelan, telur akan menetas menjadi larva di usus halus.
Selanjutnya larva menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran
limfe, lalu terbawa aliran darah ke jantung dan paru. Di paru, larva menembus dinding
pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk rongga alveolus, kemudian naik ke
trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea larva menuju ke faring dan
menimbulkan rangsangan di faring sehingga penderita batuk dan larva tertelan ke
dalam esofagus, lalu ke usus halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing
dewasa
Keluhan yang muncul, tergantung tempat dimana cacing tersebut bermigrasi
dan kerusakan yang ditimbulkan cacing. Pada keadaan tertentu, cacing juga dapat
bermigrasi kedalam saluran empedu dan menyebabkan sumbatan saluran biliaris.

b. Trichuris trichiura ( Cacing Cambuk )


Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja. Telur tersebut
menjadi matang dalam waktu 3 sampai 6 minggu dalam lingkungan yang sesuai,
yaitu di tanah yang lembab dan teduh. Telur matang ialah telur yang berisi larva
dan merupakan bentuk infektif. Bila telur matang tertelan, larva akan keluar
melalui dinding telur dan masuk ke dalam usus halus. Sesudah menjadi dewasa
cacing akan turun ke usus bagian distal dan masuk ke daerah kolon, terutama
sekum. Cacing dewasa hidup di kolon asendens dan sekum dengan bagian
anteriornya yang seperti cambuk masuk ke dalam mukosa usus. T. trichiura tidak
mempunyai siklus paru.
Cacing dewasa lebih banyak ditemukan di caecum tetapi dapat juga berkoloni
di dalam usus besar. Cacing ini dapat menyebabkan inflamasi, infiltrasi dan
kehilangan darah (anemia). Pada infeksi yang parah dapat menyebabkan rectal
prolapse dan defisiensi nutrisi (Soedarmo, 2010).

c. Ancylostoma Duodenale dan Necator Americanus (Cacing Tambang)


larva filariform menembus kulit, larva akan masuk ke kapiler darah dan
terbawa aliran darah ke jantung dan paru. Di paru larva menembus dinding
pembuluh darah, lalu dinding alveolus, kemudian masuk rongga alveolus, dan
naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus menuju ke faring. Di faring larva
akan menimbulkan rangsangan sehingga penderita batuk dan larva tertelan masuk
ke esofagus. Dari esofagus, larva menuju ke usus halus dan akan tumbuh menjadi
cacing dewasa (Gambar 3). (PMK no 15 ttg Penanggulangan Cacingan )
Larva cacing menembus kulit akan menyebabkan reaksi erythematous. Larva
di paru-paru akan menyebabkan perdarahan, eosinophilia, dan pneumonia.
Kehilangan banyak darah dapat menyebabkan anemia (Soedarmo, 2010).

Patologi Cacingan:

a. Stadium larva
Bila banyak larva filariform sekaligus menembus kulit, maka terjadi
perubahan kulit yang disebut ground itch yaitu reaksi lokal eritematosa dengan
papul-papul yang disertai rasa gatal.
Infeksi larva filariform A. duodenale secara oral menyebabkan penyakit wakana
dengan gejala mual, muntah, iritasi faringeal, batuk, sakit leher, dan suara serak.
Larva cacing di paru dapat menimbulkan pneumonitis dengan gejala yang lebih
ringan dari pnemonitis Ascaris.

b. Stadium dewasa
Manifestasi klinis infeksi cacing tambang merupakan akibat dari kehilangan
darah karena invasi parasit di mukosa dan submukosa usus halus. Gejala
tergantung spesies dan jumlah cacing serta keadaan gizi Penderita. Seekor N.
americanus menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005 - 0,1 cc/hari,
sedangkan A. duodenale 0,08 - 0,34 cc/hari. Biasanya terjadi anemia hipokrom
mikrositer dan eosinofilia. Cacing tambang biasanya tidak menyebabkan
kematian, tetapi daya tahan berkurang dan prestasi kerja turun.

Gambar 3. Siklus hidup cacing tambang


II. TERAPI

A. Strategi Terapi
Bertujuan untuk :
1. Menurunkan prevalensi serendah mungkin
2. Menurunkan risiko penularan Cacingan di suatu wilayah.

B. Tata Laksana Terapi


1. Terapi Non Farmakologi
Berikut ini adalah beberapa cara untuk melakukan perawatan alami yang bisa
Anda lakukan.
1. Mengatur Pola Makan: Makanan juga sangat berpengaruh untuk seorang anak
agar tidak mudah terkena infeksi cacing kremi. Jenis makanan yang sangat
disarankan adalah berupa sayuran dan buah-buahan serta makanan yang tidak
banyak mengandung gula dan karbohidrat. Konsumsi berbagai jenis makanan
kaya serat juga sangat disarankan, karena mendorong agar metabolisme usus
besar lancar sehingga tinja bisa keluar sebagaimana mestinya. Jika bakteri
dalam organ pencernaan baik maka cacing kremi yang masuk ke dalam tubuh
akan terbunuh secara alami.
2. Menerapkan Pola Hidup Bersih: Dengan menerapkan pola hidup yang bersih
maka, cacing kremi juga tidak akan mudah masuk ke dalam tubuh. Beberapa
langkah yang bisa dilakukan adalah seperti menerapkan cara mencuci tangan
yang benar sesering mungkin. Menggunakan sabun anti bakteri, mencuci
tangan dengan air hangat sebelum tidur, selalu membersihkan bagian bawah
kuku dan kuku secara teratur.
3. Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
4. Anak-anak harus dibiasakan untuk mencuci tangan dengan sabun setelah
bermain di tempat umum.
5. Sesering mungkin cuci tangan dengan sabun agar tidak terkena infeksi cacing
kremi dari tempat umum.
6. Biasakan mencuci selimut, seprai, sarung bantal dan guling setiap dua hari
sekali atau sesering mungkin.
7. Selalu berganti pakaian luar dan pakaian dalam setiap hari atau sesering
mungkin.
8. Selalu menjaga lingkungan tempat bermain anak terutama yang ada dibagian
dalam rumah. Beberapa area yang harus selalu dibersihkan adalah seperti
mainan, tempat bermain, karpet, sofa, kursi bermain dan semua benda yang
paling sering dipegang oleh anak.
9. Anak-anak harus selalu membersihkan dubur saat pagi hari namun, jika
belum mampu maka orang tua bisa membantu memastikan hingga benar-
benar bersih.
10. Mencuci handuk dengan air panas untuk menghindari infeksi cacing yang
sudah berkembang biak pada handuk.
11. Potong kuku anak-anak sehingga mereka tidak melukai bagian sekitar anus
ketika menggaruk dan bisa menyebabkan infeksi bakteri yang lebih buruk.
12. Jangan berbagi keperluan pribadi antara anak yang satu dengan yang lain
misalnya handuk dan pakaian tidur.

2. Terapi Farmakologi
Pengobatan Cacingan:
Pengobatan dapat dilakukan secara individu atau masal pada masyarakat.
Obat yang mempunyai efek sebagai anti parasit dapat digunakan untuk
pengobatan cacingan ini, ada 2 jenis obat yang biasa digunakan yaitu: Pyrantel
pamoat: Dewasa/anak-anak : 10 mg/kg BB, diberikan dalam dosis tunggal.
Mebendazole: Dewasa/anak-anak: 10 mg/kg BB, diberikan dalam dosis tunggal.
Pengobatan Infeksi Cacing Antelmintik atau obat cacing ialah obat yang
digunakan untuk memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau
jaringan tubuh. Kebanyakan obat cacing efektif terhadap satu macam cacing,
sehingga diperlukan diagnosa tepat sebelum menggunakan obat tertentu.
Kebanyakan obat cacing diberikan secara oral, pada saat makan atau sesudah
makan. Beberapa obat cacing perlu diberikan bersama pencahar (Syarif dan
Elysabeth, 2011).

Obat-obat untuk Pengobatan infeksi cacing

a. Albendazol
Albendazol merupakan obat cacing berspektrum luas. Obat bekerja dengan
menghambat pembentukan energi cacing sehingga mati. Albendazol juga
memiliki efek larvisida terhadap cacing gelang (A. lumbricoides) dan cacing
tambang serta memiliki efek ovisida terhadap cacing gelang (A.lumbricoides),
cacing tambang (A.duodenale) dan cacing cambuk (T.trichiura).
Setelah pemberian oral, albendazol akan segera mengalami metabolisme lintas
pertama dihati menjadi metabolit aktif albendazol-sulfoksida. Absorbsi obat akan
meningkat bila diberikan bersama makanan berlemak.
Waktu paruh albendazol adalah 8 – 12 jam dengan kadar puncak plasma
dicapai dalam 3 jam.
Pada pasien dewasa dan anak usia 2 tahun diberikan dosis tunggal 400 mg per
oral. Untuk askariasis berat dapat diberikan selama 2 – 3 hari. WHO
merekomendasikan dosis 200 mg untuk anak usia antara 12 – 24 bulan.
Penggunaan yang tidak lebih dari 3 hari, hampir bebas dari efek samping. Efek
samping biasanya ringan dan berlangsung sekilas yaitu rasa tidak nyaman di
lambung,
mual, muntah, diare, nyeri kepala, pusing, sulit tidur dan lesu.
Albendazol tidak boleh diberikan pada Penderita yang memiliki riwayat
hipersensitivitas terhadap obat golongan benzimidazol dan penderita sirosis. Pada
askariasis berat, dapat terjadi erratic migration yaitu hiperaktivitas A.
lumbricoides yang bermigrasi ke tempat lain dan menimbulkan komplikasi serius
seperti sumbatan saluran empedu, apendisitis, obstruksi usus dan perforasi
intestinal yang disertai peritonitis. Pada pasien dengan demam serta wanita hamil
trimester satu. Pengobatan dapat ditunda bila terdapat salah satu kontra indikasi di
atas.

b. Mebendazole
Mebendazole, suatu senyawa benzimidazole sintetik, efektif melawan
spektrum nematoda yang luas. Obat ini banyak digunakan sebagai monoterapi
untuk penanganan massal penyakit cacing, juga pada infeksi campuran dengan
dua atau lebih cacing (Tjay dan Rahardja, 2002). Obat ini merupakan obat
terpilipada terapi infeksi oleh cacing cambuk, cacing kremi, cacing tambang, dan
cacing gelang. Mebendazole bekerja dengan mengikat dan mengganggu
pembentukan mikrotubulus parasit dan juga menurunkan ambilan glukosa
(Tjahyanto dan Salim, 2013; Tjay dan Rahardja, 2002).
Mebendazol memiliki mekanisme kerja yang sama dengan albendazol. Setelah
pemberian oral, kurang dari 10% obat akan diabsorpsi kemudian diubah menjadi
metabolit yang tidak aktif dengan waktu paruh 2 – 6 jam. Ekskresi terutama
melalui urin dan sebagian kecil melalui empedu. Absorpsi akan meningkat bila
diberikan bersama makanan berlemak.
Dosis untuk dewasa dan anak usia lebih dari 2 tahun adalah 2 X 100 mg/hari,
selama 3 hari berturut-turut untuk askariasis, cacing tambang dan trikuriasis.
Sebelum ditelan sebaiknya tablet dikunyah lebih dulu. Pemberian jangka pendek
hampir bebas dari efek samping yaitu mual, muntah, diare dan nyeri perut yang
bersifat ringan. Pada dosis tinggi sehingga ada efek sistemik dapat terjadi
agranulositosis, alopesia, peningkatan enzim hati dan hipersensitivitas.
Kontraindikasi untuk ibu hamil karena ditemukan efek teratogenik pada hewan
coba. Pada anak usia dibawah 2 tahun, perlu berhati hati karena data penggunaan
masih terbatas dan ada laporan terjadi kejang. Seperti pada albendazol erratic
migration dapat terjadi pada askariasis berat.

c. Pyrantel pamoate
Pyrantel pamoate bersama dengan mebendazole, efektif pada pengobatan
infeksi yang disebabkan oleh cacing gelang, cacing kremi, dan cacing tambang.
Obat ini bekerja sebagai agen penghambat neuromuskular dan depolarisasi,
menyebabkan aktivasi permanen pada reseptor nikotinik parasit, cacing yang
terparalisis dikeluarkan dari saluran cerna (Tjahyanto dan Salim, 2013).
Dosis yang dianjurkan 10 mg-11 mg/kg BB per oral, maksimum 1 gram, tidak
dipengaruhi oleh makanan. Efek sampingnya jarang, ringan dan berlangsung
sekilas antara lain mual, muntah, diare, kram perut, pusing, mengantuk, nyeri
kepala, susah tidur, demam, lelah. Hati-hati pada penderita gangguan fungsi hati,
karena dapat meningkatkan serum amino transferase pada sejumlah kecil
Penderita yang memperoleh pirantel. Data penggunaan obat pada ibu hamil dan
anak usia dibawah 1 tahun masih terbatas, oleh karena itu penggunaan untuk
kelompok tersebut tidak dianjurkan.
III. DESKRIPSI KASUS

Pak Andi datang ke apotek dan membawa anaknya Tita (4 tahun). Anaknya
selama 1 minggu ini mual, mulas, pucat, dan berat badannya turun drastis. Setelah
melakukan pemeriksaan lab, dari hasil tinja tita menunjukkan adanya larva cacing.

IV. Analisis SOAP

A. Subyektif
An Tita ( 4 th ) selama 1 minggu mual, mulas, pucat, dan berat badan turun drastis.

B. Obyektif
Hasil Lab : tinja menunjukkan adanya larva cacing.

C. Assesment
Cacingan, diperlukan pemeriksaan morfologi dan karakteristik telur cacing.

D. Plan
Tata laksana terapi yang meliputi :

1. Terapi non farmakologi (terapi selain obat)


Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat guna memelihara kesehatan dan
mencegah Cacingan. Perilaku hidup bersih dan sehat dilakukan melalui:
1. cuci tangan pakai sabun;
2. menggunakan air bersih untuk keperluan rumah tangga;
3. menjaga kebersihandan keamanan makanan;
4. menggunakan jamban sehat; dan
5. mengupayakan kondisi lingkungan yang sehat .
2. Terapi farmakologi,
Obat-obat untuk infeksi cacing adalah :

1. MEBENDAZOLE
Nama Obat
Mebendazol
Sifat fisik :
- Paling luas spektrumnya
- Tidak larut dalam air
- Tidak bersifat higroskopis
- Sifat Kimia
- Senyawa yang merupakan turunan benzimidazol
Nama Kimia:
methyl [(5-benzoyl-3H-benzoimidazol-2-yl)amino]formate
Rumus Kimia :
C16H13N3O3
Golongan kelas terapi
Obat Anti helmintes
Khasiat obat dan mekanisme kerjanya
Khasiat obat
 Efektif terhadap cacing Toxocara canis, Toxocara cati, Toxascaris leonina,
Trichuris vulpis, Uncinaria stenocephala, Ancylostoma caninum, Taenia
pisiformis, Taenia hydatigena, Echinococcus granulosus dan aeniaformis
hydatigena
 Berefek menghambat pemasukan glukosa ke dalam cacing secara
irreversibel sehingga terjadi pengosongan glikogen dalam cacing
 Menyebabkan kerusakan struktur subseluler
 Menghambat sekresi asetilkolinesterase cacing
Kontra indikasi, efek samping, interaksi obat, informasi obat, informasi
farmakokinetik dan farmakodinamik lainnya

Kontra indikasi
Studi toksikologi obat ini memiliki batas keamanan yang lebar. Tetapi
pemberian dosis tunggal sebesar 10 mg/kg BB pada tikus hamil
memperlihatkan efek embriotoksik dan teratogenik
Efek samping
Diare dan sakit perut ringan yang bersifat sementara.
Informasi obat
Mebendazol tidak menyebabkan efek toksik sistemik mungkin karena
absorbsinya yang buruk sehingga aman diberikan pada penderita dengan
anemia maupun malnutrisi.
Informasi Farmakokinetik
Mebendazol tidak larut dalam iar dan rasanya enak. Pada pemberian oral
absorbsinya buruk. Obat ini memiliki bioavailabilitas sistemik yang rendah
yang disebabkan oleh absorbsinya yang rendah dan mengalami first pass
hepatic metabolisme yang cepat. Diekskresikan lewat urin dalam bentuk yang
utuh dan metabolit sebagai hasil dekarboksilasi dalam waktu 48 jam. Absorbsi
mebendazol akan lebih cepat jika diberikan bersama lemak (Ganirwarna,
1995).

2. PIRANTEL PAMOAT
a) Nama Obat
Pirantel Pamoat
Nama dagang pirantel pamoat yang beredar di Indonesia bermacam-macam, ada
Combantrin, Pantrin, Omegpantrin, dan lain-lain.
b) Golongan kelas terapi
Obat Anti helmintes
c) Khasiat obat dan mekanisme kerjanya
Khasiat obat
Pirantel pamoat dapat membasmi berbagai jenis cacing di usus. Beberapa
diantaranya adalah cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma
duodenale), cacing gelang (Ascaris lumbrocoides), dan cacing kremi
(Enterobius vermicularis)
Mekanisme kerja nitrogliserin
Cara kerja pirantel pamoat adalah dengan melumpuhkan cacing. Cacing
yang lumpuh akan mudah terbawa keluar bersama tinja. Setelah keluar dari
tubuh, cacing akan segera mati.Pirantel pamoat dapat diminum dengan
keadaan perut kosong, atau diminum bersama makanan, susu atau jus.
d) Regimen dosis pemberian untuk pasien (dalam mg, mg/kg berat badan,
mg/luas permukaan tubuh atau satuan lainnya )
Pemberian dengan Dosis tunggal
Pemakaiannya berupa dosis tunggal, yaitu hanya satu kali diminum.Dosis
biasanya dihitung per berat badan (BB), yaitu 10 mg / kgBB. Walaupun
demikian, dosis tidak boleh melebihi 1 gr. Sediaan biasanya berupa sirup (250
mg/ml) atau tablet (125 mg /tablet). Bagi orang yang mempunyai berat badan 50
kg misalnya, membutuhkan 500 mg pirantel. Jadi jangan heran jika orang
tersebut diresepkan 4 tablet pirantel (125 mg) sekali minum.

3. ALBENDAZOLE
Albendazole adalah kelompok obat antelmintik yang berfungsi mengatasi
infeksi yang disebabkan oleh cacing, seperti cacing pita babi, cacing tambang,
cacing cambuk, cacing gelang, dan cacing kremi. Obat ini bekerja dengan cara
mencegah cacing menyerap gula atau glukosa, hingga akhirnya kehabisan energi
dan mati.

KOMPOSISI

Tiap tablet kunyah Albendazole mengandung albendazole 400 mg.

FARMAKOLOGI (CARA KERJA OBAT)

 Berdasarkan uji preklinis dan klinis menunjukkan bahwa Albendazole


mempunyai khasiat membunuh cacing, menghancurkan telur dan larva cacing.
Efek antelmintik albendazol dengan jalan menghambat pengambilan glukosa
oleh cacing sehingga produksi ATP sebagai sumber energi untuk
mempertahankan hidup cacing berkurang, hal ini mengakibatkan kematian
cacing karena kurangnya energi untuk mempertahankan hidup.

INDIKASI

 Albendazol berkhasiat membasmi cacing di usus yang hidup sebagai parasit


tunggal atau majemuk.
 Albendazol efektif untuk pengobatan cacing gelang (Ascaris lumbricoides),
cacing cambuk (Trichuris trichiura), cacing kremi (Enterobius vermicularis),
cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus), cacing pita
(Taenia sp.) dan Strongyloides stercoralis.

KONTRAINDIKASI

 Albendazol menunjukkan efek teratogenik embriotoksis pada percobaan


dengan hewan. Karena itu obat ini tidak boleh diberikan pada wanita yang
sedang mengandung. Pada wanita dengan usia kehamilan masih dapat terjadi
(15 – 40 tahun), albendazol dapat diberikan hanya dalam waktu 7 hari dihitung
mulai dari hari pertama haid.
.

Peringatan:
 Bagi wanita hamil atau sedang merencanakan kehamilan dilarang
mengonsumsi obat ini karena dapat menyebabkan cacat lahir dan gangguan
lain. Bagi ibu yang menyusui juga sebaiknya tidak mengonsumsi obat ini
karena dampaknya pada ASI belum diketahui.

 Obat ini tidak boleh diberikan kepada anak yang berusia di bawah dua tahun.

 Harap berhati-hati dalam mengonsumsi obat ini bagi penderita penyakit hati,
penyumbatan saluran empedu, kelainan pada darah atau sumsum tulang, dan
sindrom Steve-Johnson.

 Ketika mengonsumsi obat ini, sebaiknya batasi konsumsi minuman keras


karena berpotensi meningkatkan risiko efek samping pada organ hati.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter atau pergi ke
rumah sakit terdekat.

Cara Penggunaan Obat

 Pastikan untuk membaca petunjuk pada kemasan obat dan mengikuti anjuran
dokter dalam mengonsumsi albendazole. Jangan menambahkan atau
mengurangi dosis tanpa izin dokter.
 Obat ini lebih baik dikonsumsi dengan makanan agar mempermudah
penyerapan oleh tubuh, tapi bisa juga tanpa makanan. Albendazole bisa
dikunyah atau ditelan secara utuh. Khususnya jika Anda atau anak kesulitan
menelan tablet, Anda bisa menghancurkan tablet untuk dicampurkan dengan
air.
 Selesaikan mengonsumsi obat ini sesuai anjuran dari dokter atau petunjuk
peraturan pemakaian, berhenti terlalu awal bisa menyebabkan kembalinya
infeksi yang terjadi. Hindari makangrapefruit atau minum jus grapefruitsaat
mengonsumsi obat ini karena bisa meningkatkan risiko efek samping.
 Bagi pasien yang lupa mengonsumsi albendazole, disarankan untuk segera
mengonsumsinya begitu teringat jika jadwal dosis berikutnya tidak terlalu
dekat. Jangan menggandakan dosis albendazole pada jadwal berikutnya untuk
mengganti dosis yang terlewat.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI

 Dosis umum untuk dewasa dan anak di atas 2 tahun adalah 400 mg sehari,
diberikan sekaligus sebagai dosis tunggal. Tablet bisa dikunyah, ditelan atau
digerus lalu dicampur dengan makanan. Pada kasus yang diduga atau terbukti
adanya penyakit cacing pita atauStrongyloides stercoralis, dosis 400 mg
albendazol setiap hari diberikan selama tiga hari berturut-turut.

EFEK SAMPING

 Efek samping Albendazole diantaranya adalah perasaan kurang nyaman pada


saluran pencernaan dan sakit kepala. Efek samping tersebut pernah terjadi
pada sejumlah kecil penderita, tetapi tidak dapat dibuktikan bahwa efek
samping ini ada hubungannya dengan pengobatan. Selain itu dapat terjadi
gatal-gatal dan mulut kering.
 Mual dan muntah, sakit perut, sakit kepala.
 Rambut rontok (bersifat sementara).

 Jika efek samping yang terjadi terus berkepanjangan, mengganggu aktivitas,


atau Anda mengalami reaksi alergi, segera temui dokter atau datangi rumah
sakit terdekat.

PERINGATAN DAN PERHATIAN

 Hati-hati bila diberikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan hati.
 Albendazole jangan diberikan pada ibu menyusui. Sebaiknya tidak diberikan
pada anak-anak di bawah umur 2 tahun.

INTERAKSI OBAT

 Tidak tercantum dalam brosur.-


 Ketika mengonsumsi obat ini, sebaiknya batasi konsumsi minuman keras
karena berpotensi meningkatkan risiko efek samping pada organ hati.
 Hindari makangrapefruit atau minum jus grapefruit saat mengonsumsi
obat ini karena bisa meningkatkan risiko efek samping.

KEMASAN

 Albendazole 400 mg, kotak, 5 blister @ 6 tablet kunyah.


V. PEMBAHASAN

A. Evaluasi Produk
 Nama dagang obat yang direkomendasikan untuk kasus di atas yang saat ini beredar
di Indonesia + harganya adalah :

Produk Bentuk sediaan Komposisi Harga (Rp)


Vermox tablet kunyah 500 mg/tab 22.306
Combantrin Syrup 125 mg/5ml 16.946
Combantrin Tablet 250 mg/tab 6.655
Pyrantel Tab gen 125 mg/tab 458

Obat yang di rekomendasikan untuk kasus diatas (drug of choice) adalah :


Combantrin syrup
Alasannya :
1. Bentuk syrup cocok untuk pemakaian anak
2. Dosis tunggal
3. Dapat diminum dalam keadaan perut kosong dan bisa dicampur dengan susu
atau jus
4. Rasa orange yang disukai anak-anak

B. Monitoring dan Follow up


1. Monitoring dilakukan selama dua kali dalam setahun atau tiap enam bulan
sekali.
2. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
3. Menggunakan alas kaki saat beraktivitas diluar.
4. Mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi.
5. Praktek mencuci tangan yang baik dengan 6 langkah.

C. Komunikasi, edukasi, dan informasi.


 Menjelaskan aturan penggunaan obat.
 Menjelaskan gejala dan tanda cacingan.
 Menjelaskan faktor resiko cacingan.
 Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

D. Percakapan Swamedikasi untuk kasus cacingan adalah :

Kasus : Pak Andi datang ke apotek dan membawa anaknya Tita (4 tahun). Anaknya
selama 1 minggu ini mual, mulas, pucat, dan berat badannya turun drastis. Setelah
melakukan pemeriksaan lab, dari hasil tinja tita menunjukkan adanya larva cacing.

Apoteker : Selamat siang Pak, ada yang bisa dibantu?


Bp Andi : Anak saya sudah 1 minggu ini mual,mulas,pucat dan berat badannya
turun drastis, obat yang bagus apa ya?
Apoteker : Sudah dibawa ke dokter Pak ?
Bp Andi : Belum bu , belum sempat bu .
Apoteker : Baik pak , boleh minta waktunya sebentar ?, mari kita masuk ke
ruang konseling.
Apoteker : Bagaimana Bapak , apa yang bisa saya bantu ?.
Bp Andi : Begini bu, kemarin saya bawa ke laborat, hasilnya seperti ini bu
( sambil menyodorkan hasil Lab nya ) .
Dari hasil lab itu an Tita menunjukkan adanya larva cacing.
Apoteker : Sudah pernah minum obat cacing pak sebelum ini ?
Bp Andi : Belum bu.
Apoteker : Ada riwayat penyakit yang lain bapak ?
Bp Andi : Tidak ada bu.
Apoteker : Ada riwayat alergi obat bapak?
Bp Andi : Tidak ada bu.
Apoteker : Baik Bapak, ini ada obat namanya Combantrin. Ada dua sediaan
combantrin yaitu combantrin syrup dan tablet, Bapak boleh pilih tablet atau syrup.
Bp Andi : Syrup saja bu , mudah meminumkannya.
Apoteker : Baik Bapak. Combantrin ini di digunakan untuk infeksi yang
disebabkan oleh satu atau lebih jenis cacing. dosis nya tiap 5 ml 125 mg pirantel
pamoat. Pyrantel Pamoat ini bekerja untuk melumpuhkan cacing dan mengeluarkan
cacing dari dalam tubuh tanpa menggunakan pencahar. Combantrin ini bisa
digunakan untuk anak dan dewasa dengan dosis tunggal. Bisa diulang lagi dalam
waktu 6 bulan berikutnya.
Bp Andi : waktu meminumkannya kapan bu ?
Apoteker : Combantrin syrup bisa diminum pada malam hari, atau di minum
dalam keadaan perut kosong. Bisa diminum bersama susu atau jus kesukaan an Tita.
Combantrin ini rasanya orange sehingga banyak disukai anak-anak.
Bp Andi : Aman ya bu combantrin ini ?
Apoteker : Aman Bapak . Karena efek samping combantrin ini bersifat
sementara saja dan itupun respon tiap anak akan berbeda-beda.
Bp Andi : Efek sampingnya apa ya bu ?
Apoteker : Efek sampingnya berupa mual , muntah, pusing , nafsu makan
berkurang, tapi jangan takut bapak ini biasanya hanya bersifat sementara saja.
Apoteker : Begitu Bapak, ada yang bisa dibantu lagi ?
Bp Andi : Oh ya harganya berapa ya bu ?
Apoteker : Combantrin syrup harganya Rp 16.950 bapak , bapak bisa ke kasir
untuk membayar dan silakan mengambil obat di loket pengambilan obat.
Bp Andi : Baik bu, terimakasih atas informasinya.
Apoteker : Sama-sama Bapak , terimakasih dan semoga lekas sembuh .
VI. KESIMPULAN

1. Definisi infeksi kecacingan menurut WHO (2011) adalah sebagai infestasi


satu atau lebih cacing parasit usus yang terdiri dari golongan nematoda usus.
2. Diantara nematoda usus ada sejumlah spesies yang penularannya melalui
tanah atau biasa disebut dengan cacing jenis STH (soil transmitted helminths )
yaitu Ascaris lumbricoides (cacing gelang), Trichuris trichuira ( cacing
cambuk ), Necator americanus dan Ancylostoma duodenale ( cacing
tambanng). .
3. Gejala-gejala
• Mengeluarkan cacing pada saat buang air besar atau muntah
• Badan kurus dan perut buncit
• Kehilangan nafsu makan, lemas, lelah, pusing, nyeri kepala, gelisah dan
sukar tidur
• Gatal-gatal disekitar dubur terutama malam hari (cacing kremi)
• Pada jenis cacing yang menghisap darah (cacing pita, cacing tambang,
cacing cambuk) dapat terjadi anemia.
4. Gejala spesifik untuk tiap jenis cacing adalah
• Gejala penderita cacing kremi (Oxyuris/Entrobius vermicularis) adalah rasa
gatal sekitar anus terutama malam hari, gelisah dan sukar tidur.
• Gejala penderita cacing gelang (Askariasis) adalah gangguan lambung,
kejang perut diselingi diare, kehilangan berat badan dan demam
• Gejala penderita cacing tambang (Nekatoriasis/Ankilostomiasis) adalah
gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare dan nyeri ulu hati), pusing nyeri
kepala, lemah dan lelah, anemia, gatal di daerah masuknya cacing.
5. Obat-obat yang direkomendasikan untuk cacingan adalah : albendazole ,
Mebendazole dan Pyrantel Pamoat.
6. Hal yang dilakukan adalah :
 Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
 Mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi
VII.DAFTAR PUSTAKA

1. Hoan Tan Tjay,drs & Kirana Rahardja. 2003. Obat-obat penting, Khasiat, penggunaan
dan efek sampingnya : Elexmedia Computindo

2. Ganiswara, S.G., Setiabudi, R., Suyatna, F.D., Purwantyastuti, Nafrialdi


(Editor).1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4.. Bagian Farmakologi FK UI: Jakarta

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NO 15 Tahun 2017 tentang


Penanggulangan cacing.

4. Jurnal Teknologi Informasi & Komunikasi Digital Zone, Volume 8, Nomor 2,


November 2017: 170-184

5. http://www.mipa-farmasi.com/2016/04/penyebab-dan-cara-mengobati-cacingan.html,
diakses tanggal 3 Juni 2018 jam 21.30 WIB.

Anda mungkin juga menyukai