CACINGAN
DI SUSUN OLEH :
2018
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
A. Epidemiologi
B. Definisi
C. Etiologi
Infeksi cacing umumnya masuk melalui mulut atau langsung melalui luka di
kulit (cacing tambang dan benang) atau lewat telur (kista) atau larvanya, yang ada di
atas tanah. Terlebih pada pembuangan kotoran yang dilakukan dengan sembarangan
dan tidak memenuhi syarat kebersihan (Zulkoni, 2010; Tjay dan Rahardja, 2002).
Kemudian kebiasaan penggunaan kotoran sebagai pupuk tanaman menyebabkan
semakin luasnya pengotoran tanah. Persediaan air rumah tangga dan makanan
tertentu, misalnya sayuran yang tidak dicuci bersih akan meningkatkan penderita
kecacingan. Demikian juga kebiasaan makan masyarakat, menyebabkan terjadinya
penularan penyakit cacing tertentu, misalnya kebiasaan mengkonsumsi makanan
mentah atau setengah matang sepeti ikan, kerang, daging atau sayuran. Bila dalam
makanan tersebut terdapat kista atau larva cacing maka dapat terjadi kecacingan pada
manusia (Entjang, 2003). Tergantung dari jenisnya, cacing tetap bermukim dalam
saluran cerna atau berpenetrasi ke jaringan. Jumlah cacing merupakan faktor
menentukan apakah orang menjadi sakit atau tidak. Cacing dalam tubuh manusia akan
hidup, mendapatkan perlindungan, dan menerima makanan dari manusia itu sebagai
inang. Cacing menyerap nutrisi dari tubuh manusia yang ditumpanginya, penyerapan
ini akan menyebabkan kelemahan dan penyakit. Jika di dalam saluran pencernaan
terdapat 20 ekor cacing dewasa, cacing-cacing tersebut bisa menyedot 2,8 gram
karbohidrat dan 0,7 gram protein dalam sehari (Zulkoni, 2010; Tjay dan Rahardja,
2002).
Penyebab utama dari infeksi cacing kremi adalah cacing jenis E. Vermicularis.
Cacing akan menyebar dengan cepat dari lingkungan secara langsung. Cacing betina
yang masuk ke dalam bagian bawah kuku atau anus kemudian akan bertelur yang
disimpan disekitar anus. Satu buah cacing betina bisa bertelur hingga sekitar 10 ribu
telur. Sehingga jika ada satu cacing betina yang masuk ke tubuh maka infeksi cacing
kremi bisa berkembang dengan sangat cepat. Cacing yang sudah menetas bisa hidup
selama satu hingga dua hari dilingkungan yang lembab, hangat dan kering. Tapi ada
beberapa cacing yang masih tetap bisa hidup hingga dua minggu.
Gejala dan keluhan kecacingan dapat disebabkan oleh efek toksik dari produk
pertukaran zat cacing, penyumbatan usus halus, dan saluran empedu atau penarikan
gizi yang penting bagi tubuh. Sering kali gejala tidak begitu nyata dan hanya berupa
gangguan lambung-usus, seperti mual, muntah, mulas, kejang-kejang, dan diare
berkala dengan hilangnya nafsu makan. Pada sejumlah cacing yang menghisap darah,
tuan rumah dapat menderita kekurangan darah, misalnya disebabkan oleh cacing
tambang, pita, dan cambuk. Sebagian penderita tidak memberikan keluhan atau gejala
kecacingan (Tjay dan Rahardja, 2002).
Ciri-Ciri Orang yang Cacingan berdasarkan jenis cacing yang menginfeksinya:
1. Cacing kremi Gejalanya adalah rasa gatal di sekitar daerah anus atau vulva
(kemaluan wanita). Gejala ini akan memburuk di malam hari ketika cacing kremi
biasanya akan keluar dari permukaan tubuh untuk menaruh telurnya di sekitar
anus/vulva. Cacing juga biasanya dapat terlihat di feses.
2. Cacing gelang Biasanya tidak menimbulkan gejala, meskipun untuk jenis toxocara
canis dapat menyebabkan masalah penglihatan apabila terdapat di mata karena
menimbulkan radang & luka pada retina mata. Cacing gelang ini juga dapat berpindah
ke bagian paru-paru menyebabkan timbulnya batuk & asma, serta menimbulkan
bengkak di organ tubuh lain.
3. Cacing pita Dapat menimbulkan rasa sakit di daerah perut. Cacing pita dapat
menutupi daerah otot, kulit, jantung, mata & otak. Gejala yang bisa dilihat secara
umum: Wajah agak pucat, lesu dan kurang bergairah Kurus dan perut agak buncit
Berat badan tidak naik-naik meski nafsu makan tidak berkurang Pada anak(bayi)
tampak gelisah dimalam hari dan sering-garuk pantat (bagian anus) Sering mengalami
gangguan lambung, mulas, diare atau sulit buang air besar (seperti gejala penyakit
maag).
E. Patogenesisa.
Patologi Cacingan:
a. Stadium larva
Bila banyak larva filariform sekaligus menembus kulit, maka terjadi
perubahan kulit yang disebut ground itch yaitu reaksi lokal eritematosa dengan
papul-papul yang disertai rasa gatal.
Infeksi larva filariform A. duodenale secara oral menyebabkan penyakit wakana
dengan gejala mual, muntah, iritasi faringeal, batuk, sakit leher, dan suara serak.
Larva cacing di paru dapat menimbulkan pneumonitis dengan gejala yang lebih
ringan dari pnemonitis Ascaris.
b. Stadium dewasa
Manifestasi klinis infeksi cacing tambang merupakan akibat dari kehilangan
darah karena invasi parasit di mukosa dan submukosa usus halus. Gejala
tergantung spesies dan jumlah cacing serta keadaan gizi Penderita. Seekor N.
americanus menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005 - 0,1 cc/hari,
sedangkan A. duodenale 0,08 - 0,34 cc/hari. Biasanya terjadi anemia hipokrom
mikrositer dan eosinofilia. Cacing tambang biasanya tidak menyebabkan
kematian, tetapi daya tahan berkurang dan prestasi kerja turun.
A. Strategi Terapi
Bertujuan untuk :
1. Menurunkan prevalensi serendah mungkin
2. Menurunkan risiko penularan Cacingan di suatu wilayah.
2. Terapi Farmakologi
Pengobatan Cacingan:
Pengobatan dapat dilakukan secara individu atau masal pada masyarakat.
Obat yang mempunyai efek sebagai anti parasit dapat digunakan untuk
pengobatan cacingan ini, ada 2 jenis obat yang biasa digunakan yaitu: Pyrantel
pamoat: Dewasa/anak-anak : 10 mg/kg BB, diberikan dalam dosis tunggal.
Mebendazole: Dewasa/anak-anak: 10 mg/kg BB, diberikan dalam dosis tunggal.
Pengobatan Infeksi Cacing Antelmintik atau obat cacing ialah obat yang
digunakan untuk memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau
jaringan tubuh. Kebanyakan obat cacing efektif terhadap satu macam cacing,
sehingga diperlukan diagnosa tepat sebelum menggunakan obat tertentu.
Kebanyakan obat cacing diberikan secara oral, pada saat makan atau sesudah
makan. Beberapa obat cacing perlu diberikan bersama pencahar (Syarif dan
Elysabeth, 2011).
a. Albendazol
Albendazol merupakan obat cacing berspektrum luas. Obat bekerja dengan
menghambat pembentukan energi cacing sehingga mati. Albendazol juga
memiliki efek larvisida terhadap cacing gelang (A. lumbricoides) dan cacing
tambang serta memiliki efek ovisida terhadap cacing gelang (A.lumbricoides),
cacing tambang (A.duodenale) dan cacing cambuk (T.trichiura).
Setelah pemberian oral, albendazol akan segera mengalami metabolisme lintas
pertama dihati menjadi metabolit aktif albendazol-sulfoksida. Absorbsi obat akan
meningkat bila diberikan bersama makanan berlemak.
Waktu paruh albendazol adalah 8 – 12 jam dengan kadar puncak plasma
dicapai dalam 3 jam.
Pada pasien dewasa dan anak usia 2 tahun diberikan dosis tunggal 400 mg per
oral. Untuk askariasis berat dapat diberikan selama 2 – 3 hari. WHO
merekomendasikan dosis 200 mg untuk anak usia antara 12 – 24 bulan.
Penggunaan yang tidak lebih dari 3 hari, hampir bebas dari efek samping. Efek
samping biasanya ringan dan berlangsung sekilas yaitu rasa tidak nyaman di
lambung,
mual, muntah, diare, nyeri kepala, pusing, sulit tidur dan lesu.
Albendazol tidak boleh diberikan pada Penderita yang memiliki riwayat
hipersensitivitas terhadap obat golongan benzimidazol dan penderita sirosis. Pada
askariasis berat, dapat terjadi erratic migration yaitu hiperaktivitas A.
lumbricoides yang bermigrasi ke tempat lain dan menimbulkan komplikasi serius
seperti sumbatan saluran empedu, apendisitis, obstruksi usus dan perforasi
intestinal yang disertai peritonitis. Pada pasien dengan demam serta wanita hamil
trimester satu. Pengobatan dapat ditunda bila terdapat salah satu kontra indikasi di
atas.
b. Mebendazole
Mebendazole, suatu senyawa benzimidazole sintetik, efektif melawan
spektrum nematoda yang luas. Obat ini banyak digunakan sebagai monoterapi
untuk penanganan massal penyakit cacing, juga pada infeksi campuran dengan
dua atau lebih cacing (Tjay dan Rahardja, 2002). Obat ini merupakan obat
terpilipada terapi infeksi oleh cacing cambuk, cacing kremi, cacing tambang, dan
cacing gelang. Mebendazole bekerja dengan mengikat dan mengganggu
pembentukan mikrotubulus parasit dan juga menurunkan ambilan glukosa
(Tjahyanto dan Salim, 2013; Tjay dan Rahardja, 2002).
Mebendazol memiliki mekanisme kerja yang sama dengan albendazol. Setelah
pemberian oral, kurang dari 10% obat akan diabsorpsi kemudian diubah menjadi
metabolit yang tidak aktif dengan waktu paruh 2 – 6 jam. Ekskresi terutama
melalui urin dan sebagian kecil melalui empedu. Absorpsi akan meningkat bila
diberikan bersama makanan berlemak.
Dosis untuk dewasa dan anak usia lebih dari 2 tahun adalah 2 X 100 mg/hari,
selama 3 hari berturut-turut untuk askariasis, cacing tambang dan trikuriasis.
Sebelum ditelan sebaiknya tablet dikunyah lebih dulu. Pemberian jangka pendek
hampir bebas dari efek samping yaitu mual, muntah, diare dan nyeri perut yang
bersifat ringan. Pada dosis tinggi sehingga ada efek sistemik dapat terjadi
agranulositosis, alopesia, peningkatan enzim hati dan hipersensitivitas.
Kontraindikasi untuk ibu hamil karena ditemukan efek teratogenik pada hewan
coba. Pada anak usia dibawah 2 tahun, perlu berhati hati karena data penggunaan
masih terbatas dan ada laporan terjadi kejang. Seperti pada albendazol erratic
migration dapat terjadi pada askariasis berat.
c. Pyrantel pamoate
Pyrantel pamoate bersama dengan mebendazole, efektif pada pengobatan
infeksi yang disebabkan oleh cacing gelang, cacing kremi, dan cacing tambang.
Obat ini bekerja sebagai agen penghambat neuromuskular dan depolarisasi,
menyebabkan aktivasi permanen pada reseptor nikotinik parasit, cacing yang
terparalisis dikeluarkan dari saluran cerna (Tjahyanto dan Salim, 2013).
Dosis yang dianjurkan 10 mg-11 mg/kg BB per oral, maksimum 1 gram, tidak
dipengaruhi oleh makanan. Efek sampingnya jarang, ringan dan berlangsung
sekilas antara lain mual, muntah, diare, kram perut, pusing, mengantuk, nyeri
kepala, susah tidur, demam, lelah. Hati-hati pada penderita gangguan fungsi hati,
karena dapat meningkatkan serum amino transferase pada sejumlah kecil
Penderita yang memperoleh pirantel. Data penggunaan obat pada ibu hamil dan
anak usia dibawah 1 tahun masih terbatas, oleh karena itu penggunaan untuk
kelompok tersebut tidak dianjurkan.
III. DESKRIPSI KASUS
Pak Andi datang ke apotek dan membawa anaknya Tita (4 tahun). Anaknya
selama 1 minggu ini mual, mulas, pucat, dan berat badannya turun drastis. Setelah
melakukan pemeriksaan lab, dari hasil tinja tita menunjukkan adanya larva cacing.
A. Subyektif
An Tita ( 4 th ) selama 1 minggu mual, mulas, pucat, dan berat badan turun drastis.
B. Obyektif
Hasil Lab : tinja menunjukkan adanya larva cacing.
C. Assesment
Cacingan, diperlukan pemeriksaan morfologi dan karakteristik telur cacing.
D. Plan
Tata laksana terapi yang meliputi :
1. MEBENDAZOLE
Nama Obat
Mebendazol
Sifat fisik :
- Paling luas spektrumnya
- Tidak larut dalam air
- Tidak bersifat higroskopis
- Sifat Kimia
- Senyawa yang merupakan turunan benzimidazol
Nama Kimia:
methyl [(5-benzoyl-3H-benzoimidazol-2-yl)amino]formate
Rumus Kimia :
C16H13N3O3
Golongan kelas terapi
Obat Anti helmintes
Khasiat obat dan mekanisme kerjanya
Khasiat obat
Efektif terhadap cacing Toxocara canis, Toxocara cati, Toxascaris leonina,
Trichuris vulpis, Uncinaria stenocephala, Ancylostoma caninum, Taenia
pisiformis, Taenia hydatigena, Echinococcus granulosus dan aeniaformis
hydatigena
Berefek menghambat pemasukan glukosa ke dalam cacing secara
irreversibel sehingga terjadi pengosongan glikogen dalam cacing
Menyebabkan kerusakan struktur subseluler
Menghambat sekresi asetilkolinesterase cacing
Kontra indikasi, efek samping, interaksi obat, informasi obat, informasi
farmakokinetik dan farmakodinamik lainnya
Kontra indikasi
Studi toksikologi obat ini memiliki batas keamanan yang lebar. Tetapi
pemberian dosis tunggal sebesar 10 mg/kg BB pada tikus hamil
memperlihatkan efek embriotoksik dan teratogenik
Efek samping
Diare dan sakit perut ringan yang bersifat sementara.
Informasi obat
Mebendazol tidak menyebabkan efek toksik sistemik mungkin karena
absorbsinya yang buruk sehingga aman diberikan pada penderita dengan
anemia maupun malnutrisi.
Informasi Farmakokinetik
Mebendazol tidak larut dalam iar dan rasanya enak. Pada pemberian oral
absorbsinya buruk. Obat ini memiliki bioavailabilitas sistemik yang rendah
yang disebabkan oleh absorbsinya yang rendah dan mengalami first pass
hepatic metabolisme yang cepat. Diekskresikan lewat urin dalam bentuk yang
utuh dan metabolit sebagai hasil dekarboksilasi dalam waktu 48 jam. Absorbsi
mebendazol akan lebih cepat jika diberikan bersama lemak (Ganirwarna,
1995).
2. PIRANTEL PAMOAT
a) Nama Obat
Pirantel Pamoat
Nama dagang pirantel pamoat yang beredar di Indonesia bermacam-macam, ada
Combantrin, Pantrin, Omegpantrin, dan lain-lain.
b) Golongan kelas terapi
Obat Anti helmintes
c) Khasiat obat dan mekanisme kerjanya
Khasiat obat
Pirantel pamoat dapat membasmi berbagai jenis cacing di usus. Beberapa
diantaranya adalah cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma
duodenale), cacing gelang (Ascaris lumbrocoides), dan cacing kremi
(Enterobius vermicularis)
Mekanisme kerja nitrogliserin
Cara kerja pirantel pamoat adalah dengan melumpuhkan cacing. Cacing
yang lumpuh akan mudah terbawa keluar bersama tinja. Setelah keluar dari
tubuh, cacing akan segera mati.Pirantel pamoat dapat diminum dengan
keadaan perut kosong, atau diminum bersama makanan, susu atau jus.
d) Regimen dosis pemberian untuk pasien (dalam mg, mg/kg berat badan,
mg/luas permukaan tubuh atau satuan lainnya )
Pemberian dengan Dosis tunggal
Pemakaiannya berupa dosis tunggal, yaitu hanya satu kali diminum.Dosis
biasanya dihitung per berat badan (BB), yaitu 10 mg / kgBB. Walaupun
demikian, dosis tidak boleh melebihi 1 gr. Sediaan biasanya berupa sirup (250
mg/ml) atau tablet (125 mg /tablet). Bagi orang yang mempunyai berat badan 50
kg misalnya, membutuhkan 500 mg pirantel. Jadi jangan heran jika orang
tersebut diresepkan 4 tablet pirantel (125 mg) sekali minum.
3. ALBENDAZOLE
Albendazole adalah kelompok obat antelmintik yang berfungsi mengatasi
infeksi yang disebabkan oleh cacing, seperti cacing pita babi, cacing tambang,
cacing cambuk, cacing gelang, dan cacing kremi. Obat ini bekerja dengan cara
mencegah cacing menyerap gula atau glukosa, hingga akhirnya kehabisan energi
dan mati.
KOMPOSISI
INDIKASI
KONTRAINDIKASI
Peringatan:
Bagi wanita hamil atau sedang merencanakan kehamilan dilarang
mengonsumsi obat ini karena dapat menyebabkan cacat lahir dan gangguan
lain. Bagi ibu yang menyusui juga sebaiknya tidak mengonsumsi obat ini
karena dampaknya pada ASI belum diketahui.
Obat ini tidak boleh diberikan kepada anak yang berusia di bawah dua tahun.
Harap berhati-hati dalam mengonsumsi obat ini bagi penderita penyakit hati,
penyumbatan saluran empedu, kelainan pada darah atau sumsum tulang, dan
sindrom Steve-Johnson.
Pastikan untuk membaca petunjuk pada kemasan obat dan mengikuti anjuran
dokter dalam mengonsumsi albendazole. Jangan menambahkan atau
mengurangi dosis tanpa izin dokter.
Obat ini lebih baik dikonsumsi dengan makanan agar mempermudah
penyerapan oleh tubuh, tapi bisa juga tanpa makanan. Albendazole bisa
dikunyah atau ditelan secara utuh. Khususnya jika Anda atau anak kesulitan
menelan tablet, Anda bisa menghancurkan tablet untuk dicampurkan dengan
air.
Selesaikan mengonsumsi obat ini sesuai anjuran dari dokter atau petunjuk
peraturan pemakaian, berhenti terlalu awal bisa menyebabkan kembalinya
infeksi yang terjadi. Hindari makangrapefruit atau minum jus grapefruitsaat
mengonsumsi obat ini karena bisa meningkatkan risiko efek samping.
Bagi pasien yang lupa mengonsumsi albendazole, disarankan untuk segera
mengonsumsinya begitu teringat jika jadwal dosis berikutnya tidak terlalu
dekat. Jangan menggandakan dosis albendazole pada jadwal berikutnya untuk
mengganti dosis yang terlewat.
Dosis umum untuk dewasa dan anak di atas 2 tahun adalah 400 mg sehari,
diberikan sekaligus sebagai dosis tunggal. Tablet bisa dikunyah, ditelan atau
digerus lalu dicampur dengan makanan. Pada kasus yang diduga atau terbukti
adanya penyakit cacing pita atauStrongyloides stercoralis, dosis 400 mg
albendazol setiap hari diberikan selama tiga hari berturut-turut.
EFEK SAMPING
Hati-hati bila diberikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan hati.
Albendazole jangan diberikan pada ibu menyusui. Sebaiknya tidak diberikan
pada anak-anak di bawah umur 2 tahun.
INTERAKSI OBAT
KEMASAN
A. Evaluasi Produk
Nama dagang obat yang direkomendasikan untuk kasus di atas yang saat ini beredar
di Indonesia + harganya adalah :
Kasus : Pak Andi datang ke apotek dan membawa anaknya Tita (4 tahun). Anaknya
selama 1 minggu ini mual, mulas, pucat, dan berat badannya turun drastis. Setelah
melakukan pemeriksaan lab, dari hasil tinja tita menunjukkan adanya larva cacing.
1. Hoan Tan Tjay,drs & Kirana Rahardja. 2003. Obat-obat penting, Khasiat, penggunaan
dan efek sampingnya : Elexmedia Computindo
5. http://www.mipa-farmasi.com/2016/04/penyebab-dan-cara-mengobati-cacingan.html,
diakses tanggal 3 Juni 2018 jam 21.30 WIB.