Anda di halaman 1dari 41

PENGENDALIAN PENYAKIT INFEKSI CACING

Farmasi sosial
Kelompok 5

Dosen Pengampuh: apt. Peppy Octaviani, DM, M.H,


M.Sc.

Nama anggota kelompok :

1. Afif Setyaji Adiguna (200105002)


2. Azhar Pratama Nugraha (200105014)
3. Dwi Maolani Nur Janah (200105024)
4. Eka Amalia Rakhmadani (200105026)
5. Tuti Endarwati (200105074)
6. Vina Yuliana Cahyani (200105078)
● 
Outline
01 02 03 04 05
Definisi Infeksi Jenis Cacing Etiologi Infeksi Epidemiologi
Patofisiologi
Cacing yang Hidup Cacing Infeksi cacing
Infeksi
Pada Tubuh Cacing
Manusia

06 07 08 09

Upaya Promosi Upaya Preventiv Upaya Kuratif Upaya


Infeksi Infeksi Rehabilitatif
Cacing Cacing
01
DEFINISI INFEKSI
CACING
Apa itu infeksi cacing?
Infeksi cacing merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit
berupa cacing. nfeksi cacing atau Soil Transmitted Helminths (STH) yang
ditularkan melalui tanah adalah infeksi yang paling umum di seluruh dunia,
dan sampai sekarang masih menjadi persoalan yang penting terutama
dinegara yang berpenghasilan rendah dan menengah, meskipun begitu
Infeksi cacing (STH) juga terjadi di negara-negara berpenghasilan tinggi
dalam populasi yang rentan dan manusia yang hidup dalam kemiskinan
paling rentan terhadap Infeksi.
Menurut World Health Organization (2019) Lebih dari 1,5 miliar orang,
atau 24% dari populasi dunia, terinfeksi dengan Infeksi cacing yang ditularkan
melalui tanah. Infeksi cacing merupakan masalah yang sangat beresiko dan
rentan dihadapi anak usia sekolah dasar karena anak di usia tersebut belum
bisa menjaga kebersihan dirinya dan masih bermain dengan tanah (Ibrahim,
2014).
02
Jenis Cacing Yang Hidup Pada Tubuh
Manusia
Jenis yang hidup di tubuh manusia ada 3 jenis yaitu
1. Ascaris lumbricoides (Cacing Gelang)
 Klasifikasi Ascaris lumbricoides
Kelas : Nematoda
Subkelas : Phasmida
Superfamilia : Ascaroridea
Genus : Ascaris
Spesies : Ascaris lumbricoides (Irianto, 2009).
 Morfologi dan siklus hidup
Cacing jantan mempunyai panjang 10-30 cm sedangkan cacing betina 22-35 cm. Cacing betina dapat
bertelur 100.000 – 200.000 butir sehari, terdiri atas telur dibuahi dan telur tidak dibuahi. Telur cacing yang
telah dibuahi yang keluar bersama tinja penderita, dalam tanah yang lembap dan suhu yang optimal akan
berkembang menjadi telur infektif, yang mengandung larva cacing. Bentuk infektif ini akan menetas menjadi
larva di usus halus, larva tersebut menembus dinding usus menuju pembuluh darah atau saluran limfa dan
dialirkan ke jantung lalu mengikuti aliran darah ke paru-paru menembus dinding pembuluh darah, lalu melalui
dinding alveolus masuk rongga alveolus, kemudian naik ke trachea melalui bronchiolus dan broncus. Dari
trachea larva menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan batuk, kemudian tertelan masuk ke dalam
esofagus lalu menuju ke usus halus, tumbuh menjadi cacing dewasa. Seekor cacing betina mulai mampu
bertelur, yang jumlah produksi telurnya dapat mencapai 200.000 butir perhari
 Manifestasi klinik
Gejala yang timbul pada penderita dapat disebabkan oleh cacing dewasa dan larva. Gangguan karena
larva biasanya terjadi pada saat berada di paru. Gangguan yang disebabkan cacing dewasa
biasanya ringan. Kadang-kadang penderita mengalami gejala gangguan usus ringan seperti mual,
nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi. Pada infeksi berat, terutama pada anak dapat terjadi
malabsorbsi sehingga memperberat keadaan malnutrisi.
 Diagnosis
Diagnosis dilakukan dengan menemukan telur A.lumbricoides pada sediaan basah tinja langsung.
Penghitungan telur per gram tinja dengan teknik katokatz dipakai sebagai pedoman untuk
menentukan berat ringannya infeksi. Selain itu diagnosis dapat dibuat bila cacing dewasa keluar
sendiri melalui mulut, hidung atau anus (Permenkes, 2017).
Siklus hidup cacing gelang
2. Ancylostoma Duodenale dan Necator Americanus (Cacing Tambang)
Terdapat dua spesies hookworm yang sangat sering menginfeksi manusia yaitu: “The Old World
Hookworm” yaitu Ancylostoma duodenale dan “The New World Hookworm” yaitu Necator
americanus (Hotez dkk, 2004).
 Morfologi dan siklus hidup
Cacing dewasa hidup di dalam usus halus manusia, cacing melekat pada mukosa usus dengan bagian
mulutnya yang berkembang dengan baik. Cacing dewasa jantan berukuran 8 sampai 11 mm sedangkan
betina berukuran 10 sampai 13 mm. Cacing N.americanus betina dapat bertelur ±9000 butir/hari
sedangkan cacing A.duodenale betina dapat bertelur ±10.000 butir/hari. Bentuk badan N.americanus
biasanya menyerupai huruf S sedangkan A.duodenale menyerupai huruf C. Infeksi pada manusia dapat
terjadi melalui penetrasi kulit oleh larva filariorm yang ada di tanah. Cacing betina menghasilkan
9.000-10.000 butir telur sehari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira
0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti hurup S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi.
Daur hidup cacing tambang dimulai dari keluarnya telur cacing bersama feses, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur
tersebut menetas menjadi larva rhabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang
dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah.
 Patologi dan gejala
1) Stadium larva

Bila banyak larva filariform sekaligus menembus kulit, maka terjadi perbahan kulit yang disebut ground itch.
Perubahan pada paru biasanya ringan.

2) Stadium dewasa
Gejala tergantung pada spesies dan jumlah cacing, serta keadaan gizi penderita (Fe dan Protein). Tiap cacing
Ancylostoma duodenale menyebabkan kehilangan darah 0,08-0,34 cc sehari, sedangkan Necator americanus 0,005-
0,1 cc sehari. Biasanya terjadi anemia hipokrom mikrositer. Disamping itu juga terdapat eosinofilia. Bukti adanya
toksin yang menyebabkan anemia belum ada. Biasanya tidak menyebabkan kematian, tetapi daya tahan berkurang
dan prestasi kerja menurun.Larva cacing menembus kulit akan menyebabkan reaksi erythematous. Larva di paru-paru
akan menyebabkan perdarahan, eosinophilia, dan pneumonia. Kehilangan banyak darah dapat menyebabkan anemia .
 Diagnosis
Diagnosa Laboratorium ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja segar. Untuk membedakan spesies A.duodenale
dan N. americanus dapat dilakukan biakan tinja dengan cara Harada-M.ori
3. Trichuris Trichiura (Cacing Cambuk)
 Morfologi dan siklus hidup
Cara infeksi adalah telur yang berisi embrio tertelan manusia, larva aktif akan keluar di usus halus masuk ke usus
besar dan menjadi dewasa dan menetap. Telur yang infektif akan menjadi larva di usus halus pada manusia. Larva
menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limpa kemudian terbawa oleh darah sampai ke jantung
menuju paru-paru. Cara infeksi adalah telur yang berisi embrio tertelan manusia, larva aktif akan keluar di usus halus
masuk ke usus besar dan menjadi dewasa dan menetap. Telur yang infektif akan menjadi larva di usus halus pada manusia.
Larva menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limpa kemudian terbawa oleh darah sampai ke
jantung menuju paru-paru. Cara infeksi langsung bila secara kebetulan hospes menelan telur matang. Larva keluar melalui
dinding telur dan masuk ke dalam usus halus. Sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke
daerah kolon, terutama sekum. Jadi cacing ini tidak mempunyai siklus paru. Masa pertumbuhan mulai dari telur yang
tertelan sampai cacing dewasa betina meletakkan telur kira-kira 30-90 hari .
 Patologi dan gejala klinis
Pada infeksi berat, terutama pada anak, cacing ini tersebar di seluruh kolon dan rektum. Kadang-kadang terlihat di
mukosa rektum yang mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita pada waktu defekasi. Cacing ini memasukkan
kepalanya ke dalam mukosa usus, hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus. Penderita
terutama anak dengan infeksi Trichuris trichuira yang berat dan menahun, menunjukkan gejala-gejala nyata seperti diare
yang sering diselingi dengan sindrom disentri, anemia, berat badan turun, dan kadang-kadang disertai prolapsus rektum.
Infeksi berat Trichuris trichuira sering disertai infeksi Infeksi cacing lainnya atau protozoa. Infeksi ringan biasanya tidak
memberikan gejala klinis yang jelas atau sama sekali tanpa gejala. Parasit ini ditemukan pada pemeriksaan tinja rutin.
Siklus hidup cacing cambuk
03
ETIOLOGI INFEKSI
CACING
A . Ascaris lumbricoides (Cacing Gelang)
Askariasis disebabkan oleh karena dalam makanan / minuman terdapat telur yang
mengandung emberio A. limbricoides. Telur dikeluarkan bersama tinjau dan matur
dalam waktu 5-10 hari. Penularan askariasis dapat terjadi melalui Beberapa jalan, yaitu
telur infektif masuk mulut bersama makana dan minuman yang tercemar, melalui
tangan yang kotor tercemar terutama pada anak, atau telur infektif terhirup melalui
udara bersama debu. Pada keadaan terakhir ini, telur menetes ke mukoasa jalan nafas
bagian atas, larva segera menembus pembulu darah dan beredar bersama aliran darah.
(Soedarto, 2009).

Gambar cacing gelang


B. Enterobiosis (Cacing Kremi)

Infeksi disebabkan oleh cacing oxyuris oxyuria (Enterobius vermicularis).


Cacing berwarna putih dan dan berukuran panjang 13 mm pada betina dan 5
mm pada jantan. Penularan entrebiosis manusia adalah salah satunya hospes
cacing ini, infeksi enterebiosis terjadi melalui 3 jalan yaitu penularan melalui
mulut, melalui pernapasan dan retrofeksi.

Gambar cacing kremi


C. Ankilostomiasis (Cacing Tambang)
Terdapat dua jenis penyebab yaitu necator americanus, dan Ancylostoma duodenale
larva yang terdapat ditanah menembus kulit atau tertelan lalu menembus mukosa usus,
kemudian mengikuti sirkulasi vena sampai di paru, tertelan dan akhirnya menetas di usus
halus. Cacing dilengkapi dengan gigi atau lempeng pemotong untuk melekat dan melukai
mukosa usus. Cacing bisa menetap di usus selama 1-5 tahun, Penularan ankilostomiasis
telur yang keluar dari usus penderita dalam waktu dua hari akan tumbuh di tanah menjadi
larva rabditiform (tidak infektif).(Soedarto, 2009).

Gambar cacing tambang


D. Trichuris Trichiura (Cacing Cambuk)
Trikuriasis adalah cacing Trichiura yang tedapat dialam bebas separuh badan berbentuk
seperti benang dan yang dimakan ialah sekresi dari jaringan (bukan darah). Penularan
Trikuriasis hanya dapat di tularkan dari manusi ke manusia. Infeksi terjadi jika manusia
tertelan cacing yang efektif, di usus halus dinding telur pecah dan larva cacing keluar
menuju sekum lalu berkembang menjadi cacing dewasa. Telur dapat juga disebarkan
olehlalat dan seragga lainnya.(Soedarto, 2009).

Gambang cacing cambuk


04
PATOFISIOLOGI INFEKSI
CACING
PATOFISIOLOGI INFEKSI CACING
Penularan kecacingan secara umum melalui dua cara:
1. Anak buang air besar sembarangan→Tinja yang mengandungi telur cacing mencemari
tanah→Telur menempel di tangan atau kuku ketika mereka sedang bermain→Ketika
makan atau minum, telur cacing masuk ke dalam mulut→tertelan→kemudian orang akan
cacingan dan seterusnya terjadilah infestasi cacing.
2. Anak buang air besar sembarangan
Tinja yang mengandung telur cacing mencemari tanah→dikerumuni lalat→lalat hinggap di makanan
atau minuman→makanan atau minuman yang mengandungi telur cacing masuk melalui
mulut→tertelan→dan selanjutnya orang akan cacingan→infestasi cacingpun terjadi .
Siklus masuknya penyakit kecacingan pada tubuh manusia melaui dua cara:
3. Telur yang infektif yaitu dengan masuk melalui mulut, tertelan kemudian masuk usus besar,beberapa
lama hari kemudian menetas jadi larva lalu menjadi dewasa dan berkembang biak.
4. Telur menetas ditanah lalu menjadi larva infektif kemudian masuk melalui kulit kaki atau tangan
menerobos masuk ke pembuluh darah terus ke jantung berpindah paru-paru, lalu terjerat di tenggorakan
masuk kerongkongan lalu usus halus kemudian menjadi dewasa dan berkembang biak.
05
EPIDEMIOLOGI INFEKSI
CACING
Berdasarkan etiologi (kausa) suatu penyakit infeksi dan penyakit non infeksi,
penyakit kecacingan ini diklasifikasikan sebagai penyakit infeksi atau merupakan
mikroorganisme penyebab penyakit yang dapat ditularkan (Communicable Diseases-
biological agents). Dan berdasarkan durasi kejadian akut, sub akut-sub kronik dan
kejadian kronik, penyakit kecacingan ini biasanya digolongan sebagai penyakit kronik
yaitu diatas 3 bulan baru ditahu gejala-gejalanya, sehingga spektrum penyakitnya atau
luas penyakitnya biasa endemik. Penyebaran geografis T.trichuira sama
A.lumbricoides sehingga seringkali kedua cacing ini ditemukan bersama-sama dalam
satu hospes. Frekuensinya di Indonesia tinggi, terutama di daerah pedesaan,
frekuensinya antara 30%-90%. Cacing Tambang menyebabkan infeksi pada lebih dari
900 juta orang dan mengakibatkan hilangnya darah sebanyak 7 Liter. Cacing ini
ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Kondisi yang optimal untuk daya tahan larva
adalah kelembaban sedang dengan suhu berkisar 23°-33°C.
UPAYA PROMOTIF,PREVENTIF,KURATIF
DAN REHABILITATIF
Upaya pengendalian
1. Promotif
Pelayanan kesehatan promotif yaitu serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan
kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. Sedangkan pelayanan kesehatan preventif yaitu kegiatan pencegahan
terhadap suatu masalah kesehatan atau penyakit
2. Preventif
Merupakan upaya pengendalian sosial dengan bentuk pencegahan terhadap adanya gangguan.
3. Kuratif
suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita
dapat terjaga seoptimal mungkin.
4. Rehabilitatif
Yaitu kegiatan dan/ atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat.
06
UPAYA PROMOTIF INFEKSI
CACING
Sasaran kolompok yang beresiko tinggi terkena infeksi
cacing(cacingan):
1. Anak-anak
Anak-anak lebih rentan terhadap infeksi cacing karena sistem kekebalan tubuh mereka belum
sepenuhnya terbentuk, dan kebersihan diri mereka masih kurang terjaga.
2. Orang dewasa yang bekerja di sektor pertanian atau perkebunan
Orang dewasa yang bekerja di sektor pertanian atau perkebunan dapat terkena infeksi cacing
karena mereka sering bersentuhan dengan tanah yang terkontaminasi cacing.
3. Orang dewasa yang bekerja dengan hewan
Orang dewasa yang bekerja dengan hewan, seperti peternak atau dokter hewan, juga berisiko
tinggi terkena infeksi cacing karena mereka sering bersentuhan dengan hewan yang terinfeksi
cacing.
4. Orang yang tinggal di daerah dengan sanitasi yang buruk
Orang yang tinggal di daerah dengan sanitasi yang buruk, seperti daerah pedesaan atau
kawasan kumuh perkotaan, berisiko lebih tinggi terkena infeksi cacing karena sanitasi yang buruk
dapat memfasilitasi penyebaran cacing.
5. Orang yang tidak menjaga kebersihan diri dengan baik
6. Orang yang tidak memasak makanan dengan benar
Upaya promosi infeksi cacing

Strategi dalam mewujudkan target program penanggulangan cacingan meliputi:


1. Pembuatan leaflet dan poster tentang pencegahan infeksi cacing
2. Melakukan pembinaan dan evaluasi dalam pelaksanaan penanggulangan cacingan di daerah.
3. Meningkatkan perilaku mengkonsumsi obat cacing secara rutin terutama bagi anak balita dan
anak usia sekolah
4. Meningkatkan koordinasi lintas program, lintas sector dan peran serta masyarakat dengan
5. mendorong kemitraan baik dengan kelompok usaha maupun lembaga swadaya masyarakat.
6. Mengintegrasikan kegiatan penanggulangan cacingan dengan kegiatan popm filariasis, 7.
penjaringan anak sekolah, usaha kesehatan sekolah, dan pemberian vitamin a di posyandu dan
pendidikan anak usia dini serta menggunakan pendekatan keluarga.
7. Mendorong program penanggulangan cacingan masuk dalam rencana perbaikan kualitas air
serta berkoordinasi dengan kementerian yang bertanggung jawab dalam penyediaan sarana air
bersih.
8. Melakukan sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat dipendidikan anak usia dini dan sekolah
dasar atau madrasah ibtidaiyah.
07
UPAYA PREVENTIF
INFEKSI CACING
Pengendalian infeksi cacing (Cacingan)
Pengendalian cacingan adalah serangkaian upaya untuk mencegah,
mengendalikan, dan mengurangi penyebaran infeksi cacing pada
manusia dan hewan. Infeksi cacing dapat terjadi ketika parasit cacing
hidup di dalam tubuh manusia atau hewan dan mengambil nutrisi dari
inangnya. Infeksi cacing dapat menyebabkan berbagai masalah
kesehatan, seperti anemia, kekurangan nutrisi, penurunan daya tahan
tubuh, dan bahkan kematian.
1. Pengendalian primer pada cacingan adalah upaya untuk mencegah
terjadinya infeksi cacing secara keseluruhan
Upaya pengendalian primer:
1. Kebiasaan mencuci tangan
Spesies cacing Ascaris lumbricoides memiliki sifat telur yang lengket sehingga perlu
menggunakan sabun saat mencuci tangan untuk meluruhkan telur cacing tersebut. Selain
penggunaan sabun, penggunaan air yang mengalir juga penting pada saat mencuci tangan,
karena kotoran dapat sepenuhnya hilang dan tidak akan menempel kembali ke tangan.
Perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir sebelum makan dapat
memutus rantai transmisi telur cacing yang berasal dari tanah maupun material lain (Isa,
2013 dalam Nurmarani, 2017).
2. Kebiasaan memakai alas kaki/sandal
Pencegahan Infeksi cacing terutama tergantung pada sanitasi pembuangan tinja dan
melindungi kulit dari tanah yang terkontaminasi, misalnya dengan memakai alas kaki.
Menggunakan alas kaki bertujuan agar terhindar dari infeksi parasit Strongyloides
stercoralis dimana jenis cacing siklus hidupnya dapat menembus kulit hospes secara
langsung. (Bethony dkk, 2006 ).
3. Sarana air bersih Air bersih
Air dapat mempengaruhi penularan penyakit melalui jalur fekal-oral apabila air yang
terkontaminasi tinja memindahkan organisme penyebab penyakit secara langsung ke host baru,
sehingga ketika air tersebut dikonsumsi dapat menyebabkan infeksi pada host. Cara penularan
berikutnya adalah melalui water-washed transmission, yaitu transmisi penyakit akibat praktik higiene
yang 33 buruk karena jumlah air yang tidak cukup untuk mencuci, dengan langkanya kuantitas air,
maka sulit bagi seseorang untuk menjaga kebersihan tangan, kebersihan makanan dan lingkungan
sekitar (Isa, 2013)
4. Pembuangan tinja (Jamban)
Pembuangan kotoran (tinja) manusia merupakan bagian yang penting dalam kesehatan
lingkungan. Di sebagian besar negaranegara, pembuangan tinja yang layak merupakan kebutuhan
kesehatan masyarakat yang mendesak. Pembuangan yang tidak saniter dari tinja manusia dapat
menyebabkan terjadinya kontaminasi terhadap air tanah dan sumber-sumber air bersih. Kondisi ini
mengakibatkan agen penyakit dapat berkembang biak dan menyebarkan infeksi terhadap manusia
(Chandra, 2007
Upaya preventif infeksi cacing
Adapun yang menjadi upaya pengendalian dan pemberantasan Infeksi cacing adalah sebagai
berikut:
1. Defekasi jamban, menjaga kebersihan, cukup air bersih dijamban, untuk mandi dan cuci tangan secara
teratur, penyuluhan kepada masyarakat mengenai sanitasi lingkungan yang baik dan cara menghindari
Infeksi cacing, dan memberikan pengobatan massal dengan obat antelmik yang efektif, terutama pada
golongan rawan (Utama, 2009).
2. Kebersihan perorangan terutama tidak kontak dengan tinja, tidak BAB di tanah, menggunakan sarung
tangan apabila hendak berkebun, mengonsumsi makanan dan minuman yang dimasak, pendidikan
kesehatan, dan sanitasi lingkungan (Ideham B dan Pusarawati S, 2007).
3. Mengendalikan ketentuan-ketentuan sanitasi jamban dan pembuangan tinja, menggunakan pelindung
alas kaki, mencuci sayuran yang kemungkinan terkontaminasi larva, menghindari sayuran lalapan
seperti salad, tidak menggunakan tinja sebagai pupuk, dan perbaikan kondisi sanitasi lingkungan
yang buruk (Zaman V, 2008).
4. Penyuluhan kepada masyarakat penting sekali dan di titikberatkan pada perubahan kebiasaan dan
mengembangkan sanitasi lingkungan yang baik dimana pada pengobatan massal sulit dilaksanakan
mekipun ada obat yang ampuh karena harus di lakukan 3−4 kali setahun dan harga obat tidak
terjangkau. Dengan demikian keadaan endemi dapat dikurangi sampai angka kesakitan (morbiditas)
yang tinggi diturunkan (Utama, 2009).
Pengendalian sekunder
Pengendalian sekunder cacingan adalah upaya untuk mengurangi dampak dan
komplikasi yang disebabkan oleh infeksi cacing. Upaya pengendalian sekunder ini
meliputi penanganan terhadap gejala dan komplikasi akibat infeksi cacing.

Beberapa cara pengendalian sekunder cacingan antara lain:


1. Pemberian obat antiinflamasi: Obat antiinflamasi dapat membantu mengurangi
gejala inflamasi pada organ atau jaringan yang terkena infeksi cacing.
2. Pemberian obat anti alergi: Obat anti alergi dapat membantu mengurangi gejala
alergi yang disebabkan oleh infeksi cacing.
3. Pemberian obat pencahar: Obat pencahar dapat membantu mengurangi gejala
sembelit atau konstipasi yang disebabkan oleh infeksi cacing.
4. Pemberian nutrisi tambahan: Infeksi cacing dapat menyebabkan kekurangan
nutrisi yang dapat berdampak pada kesehatan tubuh. Oleh karena itu, pemberian
nutrisi tambahan seperti vitamin dan mineral dapat membantu mengembalikan
keseimbangan nutrisi dalam tubuh.
5.Tindakan operasi: Jika infeksi cacing telah menyebabkan kerusakan organ atau
jaringan, tindakan operasi mungkin diperlukan untuk memperbaiki kerusakan
tersebut.
08
UPAYA KURATIF
● Menurut PERMENKES RI No 15 tahun 2017 Pasal 11 tentang penanggulangan cacingan ayat 1
Penanganan Penderita dilakukan melalui:
1. Pengobatan Penderita
2. Penanganan komplikasi Cacingan; dan
3. Konseling kepada Penderita dan keluarga

 Pengobatan Penderita
● Pengobatan Penderita dilakukan pada setiap Penderita yang ditemukan oleh tenaga kesehatan atau
pada fasilitas pelayanan kesehatan. Pengobatan diberikan terhadap penduduk yang hasil
pemeriksaan tinjanya positif Cacingan
• Macam-macam obat cacing adalah:
● 1. Albendazol

Waktu paruh albendazol adalah 8 – 12 jam dengan kadar puncak plasma dicapai dalam 3 jam. Pada
pasien dewasa dan anak usia 2 tahun diberikan dosis tunggal 400 mg per oral. Untuk askariasis berat
dapat diberikan selama 2 – 3 hari. WHO merekomendasikan dosis 200 mg untuk anak usia antara 12 –
24 bulan. Penggunaan yang tidak lebih dari 3 hari, hampir bebas dari efek samping.Efek samping
biasanya ringan dan berlangsung sekilas yaitu rasa tidak nyaman di lambung, mual, muntah, diare,
nyeri kepala, pusing, sulit tidur dan lesu.
● 2. Mebendazol

Mebendazol memiliki mekanisme kerja yang sama dengan albendazol. Setelah pemberian oral, kurang
dari 10% obat akan diabsorpsi kemudian diubah menjadi metabolit yang tidak aktif dengan waktu
paruh 2 – 6 jam, Dosis untuk dewasa dan anak usia lebih dari 2 tahun adalah 2 X 100 mg/hari, selama
3 hari berturut-turut untuk askariasis, cacing tambang dan trikuriasis. Sebelum ditelan sebaiknya tablet
dikunyah lebih dulu. Pemberian jangka pendek hampir bebas dari efek samping yaitu mual, muntah,
diare dan nyeri perut yang bersifat ringan. Pada dosis tinggi sehingga ada efek sistemik dapat terjadi
agranulositosis, alopesia, peningkatan enzim hati dan hipersensitivitas. Kontraindikasi untuk ibu hamil
karena ditemukan efek teratogenik pada hewan coba. Pada anak usia dibawah 2 tahun, perlu berhati
hati karena data penggunaan masih terbatas dan ada laporan terjadi kejang

o 3. Pirantel pamoat
Pirantel pamoat efektif untuk askariasis dan cacing tambang. Obat tersebut bekerja sebagai
neuromuscular blocking agent yang menyebabkan pelepasan asetilkolin dan penghambatan
kokinesterase sehingga menghasilkan paralisis spastik. Dosis yang dianjurkan 10 mg-11 mg/kg BB per
oral, maksimum 1 gram, tidak dipengaruhi oleh makanan. Efek sampingnya jarang, ringan dan
berlangsung sekilas antara lain mual, muntah, diare, kram perut, pusing, mengantuk, nyeri kepala,
susah tidur, demam, lelah.
ALBENDAZOL   MEBENDAZOL PIRANTEL PAMOAT
Sasaran Dosis Dosis Sasaran Dosis Sasaran Dosis

(tablet (sirup 200 (tablet (tablet 125 mg)


mg/5 ml)
400 mg) 500 mg)
4 - < 9 bulan (6 - ½ tablet
½ tablet < 8 kg)
1 - < 2 tahun 5 ml 1 - < 2 tahun 1 tablet 9 bulan-< 1 tahun ¾ tablet
(200 mg)
(8 - <10 kg)
1 - < 3 tahun 1 tablet
1 tablet (10 - < 14 kg)
2 - < 5 tahun 1 tablet 10 ml 2 - < 5 tahun
3 - < 5 tahun 1½ tablet

(14 – < 19 kg)


10-11 mg/KgBB
1 tablet
>5 tahun 1 tablet 10 ml >5 tahun >5 tahun (maksimal 1
gram)
Ibu Hamil Ibu Hamil Ibu Hamil 10 – 11

(> trimester ke 2) (> trimester ke 1 tablet (di atas trimester ke mg/KgBB


1 tablet 10 ml
2) 2)
(maksimal 1
gram)
 Penanganan Komplikasi Cacingan
Jika ditemukan anak Cacingan dengan gizi buruk maka tangani sesuai dengan tatalaksana anak gizi buruk.
Jika anak gizi buruk berumur 4 bulan atau lebih dan belum pernah mendapatkan obat cacing dalam 6 bula
terakhir dengan hasil pemeriksaan tinjanya positif, beri pirantel pamoat di klinik sebagai dosis tunggal
(diberikan pada fase transisi).

Pirantel Pamoat (125 mg/tab)


Umur Berat badan (Dosis Tunggal)

4-9 bln 6-<8 kg ½ tablet

9-12 bln 8-<10 kg ¾ tablet

1-3 th 10-<14 kg 1 tablet

3-5 th 14-<19 kg 1 ½ tablet

Pemberian Obat Pencegahan Massal Cacingan dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan tinja
9
UPAYA
REHABILITATIF
Rehabilitatif
 1. menjaga imunitas dengan mengkonsumsi vitamin
2. mengkonsumsi buah dan sayur
3. menjaga kebersihan makanan agar tetap steril terhindar dari debu dan hinggapan
serangga
4. menggunakan sabun antiseptik setelah BAB,sebelum makan dan setelah beraktivitas
THANKS YOU

Anda mungkin juga menyukai