PENDAHULUAN
1
I.3 Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
memerlukan hospes perantara, telur cacing yang keluar dari tubuh manusia
harus berkembang lebih infektif lebih dahulu sebelum dapat menginfeksi
manusia atau hospes definitif lainnya (FKUI,1992).
Secara umum, morfologi cacing dewasa dari kelas Nematoda memiliki
ukuran yang berbeda-beda, mulai dari 2 cm sampai lebih dari 1 meter
dengan bentuk bulat panjang seperti benang, tidak bersegmen, dan kulit
diliputi kutikula. Cacing jantan lebih kecil dari cacing betina, biasanya ujung
posterior melengkung kedepan. Saluran pencernaan makanan, sistem
saraf, sistem ekskresi, serta pada sistem reproduksi cacing nematoda
terpisah tetapi tidak memiliki sistem sirkulasi darah. Cairan rongga badan
mengandung hemoglobin, glukosa, protein, garam, dan vitamin. Infeksi
yang terjadi umumnya bersifat ringan dan tidak menimbulkan gejala serius,
akan tetapi jika jumlah cacing banyak dan berasal dari beberapa jenis
spesies cacing dapat menimbulkan penyakit yang berujung kematian
(FKUI,1992).
Jenis-jenis golongan Nematoda cacing Ascariasis;
II.1.1 Ascariasis lumbricoedes
II.1.1.1 Morfologi
Ascaris lumbricoides merupakan parasit nematoda terbesar
pada
usus manusia, dengan ukuran betina dewasa 20-35 cm, dan jantan
dewasa 15-30 cm. Cacing dewasa berbentuk silinder dan berwarna
merah muda. Cacing betina dapat bertelur sebanyak 100.000-
200.000 butir sehari yang terdiri dari telur yang dibuahi dan telur
yang tidak dibuahi Telur yang dikeluarkan diletakkan di lumen usus
(FKUI,1992).
Telur Ascaris lumbricoides yang dibuahi berukuran 40 X 60
µm, ditandai dengan adanya mamillated outer coat dan thick hyaline
shell. Telur yang tidak dibuahi berukuran 90x40 µm, berbentuk
lonjong tidak teratur, dindingnya terdiri dari dua lapisan dan bagian
dalam telur bergranula. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang
dibuahi akan berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu lebih
kurang 3 minggu. Bentuk infektif tersebut yang apabila tertelan oleh
manusia, akan menetas di usus. Kemudian larva menembus
dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, lalu
dialirkan ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru. Di
paru, larva menembus dinding pembuluh darah, kemudian dinding
alveolus, lalu naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari
4
trakea, larva menuju faring sehingga menimbulkan rangsangan
batuk pada faring. Batuk karena rangsangan tersebut
menyebabkan larva tertelan kembali ke esofagus, lalu menuju usus
halus. Di usus 10 halus larva berubah menjadi cacing dewasa.
Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur
diperlukan waktu sekitar 2- 3 bulan (FKUI,2008).
II.1.1.2 Patofisiologi
Manusia merupakan satu-satunya hospes Ascaris
lumbricoides.
Ascaris lumbricoides menyebabkan penyakit askariasis. Gejala
klinis yang timbul disebabkan oleh cacing dewasa dan larva.
Gangguan pada larva terjadi saat larva berada di paru-paru. Pada
orang-orang yang rentan, terjadi perdarahan kecil di dinding
alveolus dan timbul gangguan pada paru yang disertai batuk,
demam, dan eosinofilia. Pada foto toraks tampak infiltrat yang
menghilang dalam waktu 3 minggu. Keadaan ini disebut dengan
sindrom Loeffler. Gangguan yang disebabkan oleh cacing dewasa
biasanya ringan. Gangguan dapat berupa gangguan usus ringan,
seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi. Pada
infeksi berat, terutama pada anak dapat menyebabkan malabsorbsi
sehingga memperberat keadaan malnutrisi dan penurunan status
kognitif pada anak sekolah dasar. Efek serius akan terjadi bila
cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi usus
(ileus). Pada keadaan tertentu, cacing dewasa dapat menjalar ke
saluran empedu, apendiks, atau ke bronkus sehingga menimbulkan
keadaan gawat darurat yang memerlukan tindakan operatif
(FKUI,1992).
5
betina dan jantan. Cacing betina berukuran 7,2–11,6 cm dan
memiliki ujung posterior yang lurus sedangkan cacing jantan
berukuran 5,1-7,6 cm dan memiliki ujung posterior yang
melengkung. Kedua jenis kelamin memiliki mulut yang menonjol
dengan tiga bibir pada ujung anterior. Tellur Ascaridia galli
berbentuk oval, lebar sekitar 45-57 µm (FKUI,1992).
III.1.1.3 Patogenesis
Ascaridia galli dapat ditemukan pada semua umur ayam
jumlah infeksi cacing dalam usus. Produksi telur ayam betina juga
6
gangguan proses digesti serta penyerapan nutrisi yang dapat
(FKUI,1992).
7
2. Makanan, minuman dan lingkungan yang tidak bersih dan
memungkinkan tercemar oleh telur cacing.
3. Penularan terhadap penderita di mana tinjanya yang mengandung telur
cacing.
8
4. Makanan yang mentah dan setengah matang, terutama didaerah
sanitasi buruk
5. Pencegahan dengan meminum obat anti cacing setiap 6 bulan.
Obat yang digunakan untuk pengobatan penyakit kecacingan disebut
antelmintik. Antelmintik adalah obat yang bekerja secara lokal untuk
mengeluarkan cacing dari saluran gastroinstetinal ataupun secara sistemik
untuk membasmi cacing dewasa atau bentuk berkembangnya yang
menyerang organ dan jaringan. Antelmintik ditujukan pada target
metabolik yang terdapat dalam parasit. Obat yang dapat digunakan untuk
mencegah atau mengurangi penyakit kecacingan ialah;
1. Mebendazol
Mebendazole adalah obat untuk mengatasi infeksi di dalam
saluran pencernaan yang disebabkan oleh berbagai jenis cacing, antara
lain cacing kremi, cacing gelang, cacing pita, cacing tambang, dan cacing
cambuk (Soedarto,2011). Mebendazole adalah antihelmintik sintetik
yang berspektrum luas. Mebendazole bekerja dengan menghambat efek
polimerasasi tubulin pada helmin sehingga helmin akan kehilangan
mikrotubul di sitoplasma helmin. Kemudian helmin dewasa dan larvanya
akan mengalami gangguan dalam konsumsi glukosa sehingga terjadi
penurunan produksi adenosine triphosphate (ATP) sehingga helmin
akan berhenti bergerak dan berkembang biak, lalu mati (Katzung,2004)
Mebendazol yang diminum hanya akan diabsorpsi kurang dari
10%. Mebendazole yang diminum akan mencapai kadar puncak di dalam
serum sekitar 2-4 jam. Absorbsi akan meningkat jika mebendazole
dikonsumsi dengan makanan berlemak. Mebendazole dapat
didistribusikan ke dalam darah, lemak omental, panggul, paru-paru, kistik
hepar, otot, melewati sawar plasenta, dan kadar tertinggi di hepar. Untuk
mendistribusikannya, mebendazole harus berikatan dengan protein dan
sesegera itu langsung diubah dalam bentuk metabolit inaktif.
Mebendazole dimetabolisme utama di hepar. Bentuk awal akan diubah
menjadi 2-amino-5-benzoylbenzimidazole dan beberapa bentuk inaktif
seperti metabolit hidroksi dan hidroksi amino. Waktu paruh yang
dibutuhkan mebendazole pada dewasa tanpa gangguan liver adalah 2.5
hingga 5.5 jam. Pada pasien dewasa dengan adanya gangguan liver,
mebendazole akan bertahan dalam tubuh hingga 35 jam. Pada dewasa,
mebendazole yang dikonsumsi akan diekskresikan sebanyak 2% melalui
urin dan feses dalam bentuk metabolis awal. Dosis mebendazol ialah
500mg (Katzung,2004).
9
2. Pirantel Pamoat
Pirantel pamoat diindikasikan untuk pengobatan cacing gelang,
cacing kremi, cacing tambang (ISO,2012). Farmakologi obat Pirantel
Pamoat memiliki mekanisme kerja utama dengan melumpuhkan otot-otot
tubuh cacing dewasa, kemudian terjadi ekspulsi cacing. Farmakodinamik
pirantel pamoat bekerja sebagai penghambat depolarisasi
neuromuskular, yang menginhibisi enzim asetil
kolinesterase. Akibatnya, akan terjadi paralisis otot-otot tubuh cacing
secara spastik, kemudian berlanjut dengan kontraktur otot. Cacing yang
mengalami paralisis akan melepaskan cengkramannya pada dinding
mukosa usus, kemudian akan dikeluarkan dari tubuh melalui proses
alami (Katzung,2004)
Obat ini absorpsinya buruk di gastrointestinal, dengan waktu
absorbsi terjadi 1-3 jam setelah konsumsi suatu dosis obat. Metabolisme
pirantel pamoat terjadi di hepar secara parsial. Waktu paruh terjadi
sekitar 2 jam. Pirantel pamoat dieksresikan Sekitar 50% dari dosis obat
per oral diekskresikan di feses dalam bentuk tidak berubah.Sekitar 7%
diekskresikan di urine, dalam bentuk tidak berubah dan sebagai metabolit
obat (Katzung,2004).
3. Albendazol
10
BAB III
PENUTUP
III. 1 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat disimpulkan bahwa;
1. Infeksi cacing atau penyakit kecacingan termasuk dalam infeksi yang
disebabkan oleh parasit. Parasit adalah mahluk kecil yang menyerang
tubuh inangnya dengan cara menempelkan diri baik diluar atau didalam
tubuh dan mengambil nutrisi dari tubuh inangnya. Cacing dapat
melemahkan tubuh inangnya dan menyebabkan gangguan kesehatan.
2. Penularan Penyakit ini ditularkan melalui telur matang yang tertelan dan
masuk kedalam tubuh sehingga telur berubah menjadi larva dan
berkembang menjadi cacing dewasa. Manusia yang terinfeksi cacing
memiliki gejala seperti; mudah lemas dan lemah, nyeri perut, berat
badan turun, terjadi diare ataupun sembelit.
3. Pencegahan penyakit kecacingan dapat dicegah dengan cara; mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan, menggunakan alas kaki, masak
makanan hingga matang dan pencegahan dengan minum obat cacing
sekurang-kurangnya setiap 6 bulan sekali. Obat cacing dapat berupa
mebendazol ataupun pirantek pamoat.
III. 2 Saran
1. Menambah lebih banyak referensi guna memberikan pengetahuan yang
lebih mendalam mengenai penyakit kecacingan sehingga masyarakat
luas dapat mencegah terjadi infeksi cacing.
11