Anda di halaman 1dari 11

UNIVERSITAS TADULAKO

UMI EKA RAHAYU


N101191

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
PENDAHULUAN

DEFINISI: Askariasis adalah infeksi usus kecil yang disebabkan


oleh Ascaris lumbricoides (nematoda atau cacing gelang terbesar).
Askariasis paling banyak terjadi pada anak-anak baik di negara tropis
serta berkembang. umumnya terjadi tanpa adanya gejala serta bisa
bermanifestasi menjadi retardasi pertumbuhan, pneumonitis,obstruksi
usus, atau cedera hepatobilier dan pankreas. Cacing ini artinya parasit
yg menggunakan tubuh manusia menjadi inang buat pertumbuhan dari
larva atau telur hingga menjadi cacing dewasa. di tubuh manusia, cacing
gelang dewasa yg berkembang biak bisa mempunyai panjang sampai
lebih dari 30 sentimeter. Penyakit ini ditularkan melalui telur cacing di
feses insan yg mengkontaminasi tanah di daerah yg rendah sanitasinya.
Ascaris lumbricoides menginfeksi kira-kira 807 juta hingga 1,2milyar
penduduk sesuai data WHO pada tahun 2020.
Telur cacing yang ada pada feses insan yg mengkontaminasi
tanah akan ditularkan kepada orang lain melalui sayuran atau bahan
makanan yang menggunakan kotoran menjadi pupuk. Kecacingan juga
bisa ditimbulkan karena kebiasaan mencuci tangan yang rendah
dimana makan menggunakan tangan mengandung tanah yang
terkontaminasi telur cacing. Cacing ini ialah parasit yang kosmopolit
yaitu tersebar diseluruh dunia, lebih banyak di temukan di wilayah
beriklim panas dan lembab. pada beberapa daerah tropik derajat infeksi
dapat mencapai 100% berasal penduduk. di umumnya lebih banyak
ditemukan di anak-anak berusia lima - 10 tahun menjadi host (penjamu)
yang juga memberikan beban cacing yg lebih tinggi Cacing bisa
mempertahankan posisinya didalam usus halus sebab kegiatan otot-
otot ini. Bila otot-otot somatik di lumpuhkan menggunakan obat-obat
antelmintik, cacing akan dimuntahkan menggunakan pergerakan
peristaltik normal.
EPIDEMIOLOGI: Askariasis artinya infeksi yang paling umum
terjadi di seluruh dunia, biasa terjadi di wilayah tropis serta subtropis di
mana sanitasi dan kebersihan buruk. kurang lebih 1,5 miliar orang
terinfeksi Askaris di tahun 2002. kasus pada anaklebih acapkali terjadi
dibandingkanpada orang dewasa, yaitu dengan kelompok usia yang
paling umum antara 3-8 tahun. Status gizi buruk: infeksi yang lebih
serius Askariasis mungkin ada menjadi infeksi zoonosis yg terkait
menggunakan babi dan penggunaan kotoran babi. Orang yang
memelihara babi atau memakai kotoran babi menjadi pupuk mungkin
berisiko terinfeksi Infeksi Ascaris suum. kontamenggunakan babi harus
diselidiki sebagai penyebab potensial setelah diagnosis askariasis. pada
sebagian besar wilayah endemis, kemungkinan besar ditularkan dari
orang ke orang. Penularan infeksi Ascaris lumbricoides kepada orang
lain pada lingkungan masyarakat dapat dicegah dengan tidak buang air
besar di luar ruangan serta sistem pembuangan limbah yang efektif.
Ascariasis lumbricoides ialah jenis cacing terbanyak yg mengakibatkan
infeksi pada manusia. angka peristiwa infeksi A.lumbricoides ini relatif
tinggi di negara berkembang seperti Indonesia dibandingkan dengan
negara maju. Tingginya angka peristiwa Ascariasis

ini terutama disebabkan oleh karena banyaknya telur disertai


dengan daya tahan larva cacing pada keadaan tanah kondusif. Parasit
ini lebih banyak ditemukan di tanah liat dengan kelembaban tinggi dan
suhu 25°- 30°C sehingga sangat baik buat menunjang perkembangan
telur cacing A.lumbricoides tersebut Telur A. lumbricoides mudah
meninggal di suhu diatas 40° C sedangkan dalam suhu dingin tidak
mempengaruhinya. Telur cacing tadi tahan terhadap desinfektan serta
rendaman yg bersifat ad interim di berbagai bahan kimiawi keras.
Infeksi A. lumbricoides bisa terjadi pada semua usia, tetapi cacing ini
terutama menyerang anak usia 5-9 tahun dengan frekuensi kejadian
sama antara laki-laki serta perempuan. Bayi yang menderita Ascariasis
kemungkinan terinfeksi telur Ascariasis dari tangan ibunya yg telah
tercemar oleh larva infektif . Prevalensi A. lumbricoides ditemukan tinggi
pada beberapa pulau pada Indonesia yaitu di pulau Sumatera (78%),
Kalimantan (79%), Sulawesi (88%), Nusa Tenggara Barat (92%), dan
Jawa Barat (90%). Data epidemiologi membagikan bahwa lebih dari 1
juta orang pada dunia terinfeksi askariasis, dan secara umum dikuasai
berada pada Asia, yaitu sebanyak 73%. Prevalensi ditemukan paling
tinggi pada negara tropis, pada mana udara yg hangat serta lembap
mendukung proses transmisi. Epidemiologi askariasis juga sangat
ditentukan oleh proporsi populasi pada suatu wilayah, status sanitasi,
level edukasi, penggunaan feses manusia sebagai pupuk, jenis diet yang
dikonsumsi, serta higienitas personal.

ETIOLOGI: Ascariasis terjadi bila telur cacing Ascaris


lumbricoides masuk ke dalam tubuh. Telur cacing tersebut dapat
ditemukan pada tanah yg tercemar oleh tinja manusia. oleh sebab itu,
bahan kuliner yg tumbuh pada tanah tersebut, bisa menjadi penyebab
ascariasis. Telur yg masuk ke dalam tubuh akan menetas pada usus
dan menjadi larva. kemudian, larva akan masuk ke paru-paru melalui
sirkulasi darah atau sirkulasi getah bening. sesudah berkembang di paru
-paru selama satu minggu, larva akan menuju ke tenggorokan. di tahap
ini, penderita akan batuk sehingga larva tersebut keluar, atau bisa juga
larva kembali tertelan serta kembali ke usus. Larva yang balik ke usus
akan tumbuh menjadi cacing jantan dan betina, dan berkembang biak.
Askariasis tidak ditularkan secara langsung dari satu orang ke orang
lainnya. seorang umumnya terinfeksi setelah terdapat hubungan dengan
tanah yang tercampur feses manusia yg mengandung telur askariasis
maupun menggunakan air yg terinfeksi.
Di relatif banyak negara berkembang, feses manusia digunakan sebagai
popok.
Selain itu, pada area menggunakan sanitasi rendah, feses
manusia juga dapat bercampurdengan tanahdi lapangan, ladang, atau
selokan. Selain itu, anak-anak juga bisa bermain di dekat tanah, serta
infeksi juga bisa terjadi bila mereka memasukkan tangan yg kotor ke
pada mulut. butir dan sayuran yang belum dicuci dan tumbuh di tanah
yang terkontaminasi juga bisa menyebabkan transmisi berasal telur
askariasis.

MORFOLOGI: Ascaris lumbricoides memiliki tiga bibir (prominent


lips) yang masingmasing memiliki dentigerous ridge (peninggian
bergigi), tetapi tidak memiliki interlabia atau alae. Ascaris lumbricoides
jantan memiliki panjang 15-31 cm dan lebar 2-4 mm, dengan ujung
posterior yang melingkar ke arah ventral, dan ujung ekor yang tumpul.
Ascaris lumbricoides betina memiliki panjang 20-49 cm dan lebar 3-6
mm, dengan vulva pada sepertiga panjang badan dari ujung anterior.
Ascaris betina memiliki ovarium yang luas dan dapat mengandung 27
juta telur pada satu waktu, dengan 200.000 telur dikeluarkan setiap
harinya
(Sumber : http://www.dpd.cdc.gov/dpdx)

SIKLUS HIDUP: Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang


dibuahi berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang
lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan manusia, menetas
di usus halus. Larvanya menembus dinding usus halus menuju
pembuluh darah atau saluran limfe, lalu dialirkan ke jantung,
kemudian mengikuti aliran darah ke paru. Larva di paru
menembus diding pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk
rongga alveolus, kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan
bronkus. Dari trakea larva menuju faring, sehingga menimbulkan
rangsangan pada faring. Penderita batuk karena rangsangan
tersebut dan larva akan tertelan ke dalam esophagus, lalu menuju
ke usus halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing
dewasa. Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa
bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2-3 bula

PATOGENESIS:cacing usus masih merupakan masalah


kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk
Indonesia. Askariasis adalah penyakit kedua terbesar yang
disebabkan oleh makhluk parasit, Ascaris Jumbricoides
dewasa dapat menimbuJkan berbagai akibat mekanik seperti
obstruksi usus, perforasi ulkus usus, sumbatan pemapasan.
frekuensi tertingi penyakit ini diderita oleh anak-anak. Untuk
menegakkan diagnosis pasti harus ditemukan cacing dewasa
dalam tinja atau muntahan penderita dan telur cacing dengan
bentuk yang khas. Pemeriksaan tinja dapat dilakukan dengan 3
cara, yaitu cara sederhana, cara konsentrasi (cara Kato) dan cara
kuantitatif (Kato Katz). Selain itu bisa pula dilakukan pemeriksaan
Radiologi untuk melihat adanya pengaruh dari infiltrat di paru
seperti sindrom loeffler, pneumonitis eosinovili. Pencegahan
dapat dilakukan dengan cara penyuluhan kesehatan tentang
sanitasi yang baik dan tepat

GEJALA KLINIS:

a. Fase migrasi larva


Pada fase migrasi, larva dapat mencetus timbulnya reaksi pada
jaringan yang dilaluinya. Di paru, antigen larva menimbulkan
respons inflamasi berupa infiltrat yang tampak pada foto toraks
dan akan menghilang dalam waktu tiga minggu. Terdapat gejala
pneumonia atau radang paru seperti mengi, dispnea, batuk
kering, demam dan pada infeksi berat dapat timbul dahak yang
disertai darah. Pneumonia yang disertai eosinofilia dan
peningkatan IgE disebut sindrom Loeffler.Larva yang mati di hati
dapat menimbulkan granuloma eosinofilia.

b. Fase intestinal
Cacing dewasa yang hidup di saluran intestinal jarang
menimbulkan gejala klinis. Jika terdapat gejala klinis biasanya
tidak khas yaitu mual, nafsu makan berkurang, diare atau
konstipasi, lesu, tidak bergairah, dan kurang konsentrasi. Cacing
Ascaris dapat menyebabkan intoleransi laktosa, malabsorsi
vitamin A dan mikronutrisi. Pada anak infeksi kronis dapat
menyebabkan kegagalan pertumbuhan akibat dari penurunan
nafsu makan, terganggunya proses pencernaan dan malabsorbsi.

Efek yang serius terjadi bila cacing menggumpal dalam usus


sehingga terjadi obstruksi usus (ileus).Selain itu cacing dewasa
dapat masuk ke lumen usus buntu dan dapat menimbulkan
apendisitis (radang usus buntu) akut atau gangren.Jika cacing
dewasa masuk dan menyumbat saluran empedu dapat terjadi
kolik, kolesistitis (radang kantong empedu), kolangitis (radang
saluran empedu), pangkreatitis dan abses hati.Selain ke
bermigrasi ke organ, cacing dewasa juga dapat bermigrasi
keluar melalui anus, mulut atau hidung. Migrasi cacing dewasa
dapat terjadi karena rangsangan seperti demam tinggi atau obat-
obatan.

Diagnosis

Diagnosis dilakukan dengan menemukan telur A.lumbricoides


pada sediaan basah tinja langsung. Penghitungan telur per gram
tinja dengan teknik katokatz dipakai sebagai pedoman untuk
menentukan berat ringannya infeksi. Selain itu diagnosis dapat
dibuat bila cacing dewasa keluar sendiri melalui mulut,hidung
atau anus

PEMERIKSAAN PENUNJANG: Diagnosis infeksi STH


dapat ditegakkan dengan ditemukannya telur cacing pada
pemeriksaan feses. Kecacingan dapat terjadi apabila telur yang
infektif masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara tertelannya
telur atau masuknya larva menembus kulit. Cacing akan dewasa
di usus dan bertelur di usus manusia, kemudian telur akan keluar
bersamaan dengan feses dan berkembang di tanah. 4 Beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi tertelannya telur cacing
berkaitan dengan kebiasaan tidak memotong kuku, tidak
mencuci tangan dengan bersih ketika mengkonsumsi makanan
dan setelah buang air besar (BAB).

Pemeriksaan feses merupakan pemeriksaan gold


standard yang dapat dilakukan untuk mendeteksi infeksi STH,
namun berdasarkan pada beberapa penelitian, pada kotoran
kuku juga dapat terdeteksi telur cacing. Berdasarkan hal tersebut
peneliti tertarik untuk meneliti sensitivitas dan spesifisitas
pemeriksaan kotoran kuku dibandingkan dengan gold standard
pemeriksaan penunjang infeksi kecacingan
TATALAKSANA: Albendazol dan mebendazol merupakan
obat pilihan untuk askariasis. Dosis albendazol untuk dewasa dan
anak usia lebih dari 2 tahun adalah 400 mg per oral. WHO
merekomendasikan dosis 200 mg untuk anak usia 12 – 24 bulan.
Dosis mebendazol untuk dewasa dan anak usia lebih dari 2 tahun
yaitu 500 mg. Albendazol dan mebendazol diberikan dosis
tunggal. Pirantel pamoat dapat digunakan untuk ascariasis
dengan dosis 10–11 mg/kg BB per oral, dosis maksimum 1 gram.

kOMPLIKASI :

 Hilangntan usus buntu yang memicu radang usus buntu.


 Penyumbatan saluran enzim pankreas dan cairan empedu yang
ditandai dengan nyeri perut hebat.
 Penyumbatan usus olehya nafsu makan yang berujung
kekurangan nutrisi (malnutrisi).
 Gangguan tumbuh kembang anak akibat malnutrisi.
 Penyumba cacing yang dapat mengakibatkan robekan dan
perdarahan di usus.

PROGNOSIS:

Infeksi terjadi ketika inang menelan telur yang ditemukan di


tanah yang terkontaminasi tinja. Begitu berada di duodenum,
larva dilepaskan dan masuk ke sirkulasi melalui mukosa enterik.
Begitu berada di kapiler (vena, arteri atau limfatik), ia mencapai
hati melalui vena portal dan kemudian paru-paru dalam minggu
pertama. Di paru-paru, mereka merusak membran alveolar dan
matang di alveolus. Akhirnya, larva dikeluarkan dan ditelan,
masuk kembali ke saluran pencernaan. Begitu berada di lumen
usus kecil, larva matang menjadi cacing dewasa dalam waktu
sekitar 20 hari. Ketika cacing betina dan jantan dewasa hadir,
mereka bersanggama, dan betina dapat menghasilkan sekitar
200.000 telur per hari. Mereka kemudian dihilangkan dalam
kotoran tanah. Dalam kondisi lingkungan yang lembab, teduh,
dan hangat, telur matang menjadi bentuk infektif dalam dua
hingga delapan minggu dan tetap hidup hingga 17 bulan. Mereka
dapat tertelan dan memulai kembali siklus infektif

DAFTAR PUSTAKA

Kusumasari R., 2019. Askariaris. [online]. Available at:


https://parasito.fkkmk.ugm.ac.id/askariasis/

Pratama Y., 2022. Apa iti Ascariasis?. [online].


Available at: https://fastlab.id/apa-itu-ascariasis/

Zakzuk J, Casadiego S, Mercado A, Alvis-Guzman N, Caraballo L. Ascaris


lumbricoides infection induces both, reduction and increase of asthma
symptoms in a rural community. Acta Trop. 2018 Nov;187:1-4. [PubMed]

Moersintowarti, B. Pengaruh cacingan Pada Tumbuh Kembang Anak.


Makalah disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Penanggulangan
Cacingan. Fakultas Kedokteran Unair. Surabaya Viqar Zaman, Loh Ah
Keong : BukuPenuntun Parasitologi Kedokteran. Surabaya:
Binacipta.1992.Supali T. Rahmah N.dkk.Rangkuman
Sekartini R, Wawolumaya C, Kesume W, Memy YD, Yulianti, Syihabul S, et
al. Pengetahuan, sikap, dan perilaku Ibu yang memiliki anak usia SD
tentang penyakit cacingan di Kelurahan Pisangan Baru, Jaktim. [serial
on the internet]. [cited 2016 September 29 ]. Available from: http://www.
tempo.co.id/medika/arsip/102002/art-1.htm

Anda mungkin juga menyukai