Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH HELMINTOOGI DAN

ENTOMOLOGI

DOSEN PENGAMPU: YUSTIN NUR K, M.Sc


DISUSUN OLEH:
1. : Deva Arlianda Feronika/1913453001
2. Venny Asyifa Putri/1913453002
3. KhartumRojiah AR/1913453003
4. Luthfiah Husnul Khotimah/1913453004
5. Dhiyar Najmuddin Al Qosam/1913453005
6. Wulan Febriyanti Karuna/1913453006
7. Alfitriana Khoirun Nisa/1913453007
8. Nandasari Aris Setiawati/1913453008
9. Farisa Dwi Rifani/1913453009
10. Desi Fitriana/1913453010
11. Adi Pratama/1913453011
12. Yulisya Mardiana/1913453012
13. Alif Tya Risnanda/1913453013
14. AgjovankaKresyaSugesbayu/1913453014
15. Devina Tiara Putri/1913453015
16. Bintang Cahya Anugra/1913453016
17. Amalia Nur Azizah/1913453017
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Spesies Nematoda usus banyak ditemukan di daerah tropis termasuk Indonesia


dan tersebar di seluruh dunia. Manusia merupakan hospes beberapa nematoda
usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan bagi
masyarakat Indonesia. Diantara nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang
ditularkan melalui tanah yang tercemar oleh cacing. Infeksi cacing menyerang
semua golongan umur terutama anak-anak dan balita. Apabila infeksi cacing
yang terjadi pada anak-anak dan balita maka dapat mengganggu tumbuh
kembang anak, sedangkan jika infeksi terjadi pada orang dewasa dapat
menurunkan produktivitas kerja. Diantara cacing usus yang menjadi masalah
kesehatan adalah kelompok “soil transmitted helminth” atau cacing yang
ditularkan melalui tanah, seperti Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura dan
Ancylostoma sp (cacing tambang).

Pencemaran tanah merupakan penyebab terjadinya transmisi telur cacing dari


tanah kepada manusia melalui tangan atau kuku yang mengandung telur cacing,
lalu masuk ke mulut bersama makanan. Tinggi rendahnya frekuensi tingkat
kecacingan berhubungan dengan kebersihan diri dan sanitasi lingkungan yang
menjadi sumber infeksi. Di Indonesia prevalensi kecacingan masih tinggi antara
60% – 90 % tergantung pada lokasi dan sanitasi lingkungan.(Mardiana, 2008).
Penularan cacingan lebih banyak terjadi pada daerah kumuh yang tidak
memenuhi syarat kesehatan seperti sanitasi lingkungan yang ditunjang dengan
kepadatan penduduk. Cacingan dapat menyebabkan kekurangan gizi yang dapat
mengakibatkan turunnya kualitas hidup.

Ascariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides. Ascaris


lumbricoides adalah salah satu spesies nematoda usus yang banyak menyerang
manusia, hampir 25% populasi penduduk dunia, yaitu lebih dari 1,4 miliar
orang telah terinfeksi cacing ini. Berdasarkan hasil penelitian Lamghari (2005),
disertai dengan hasil studi epidemiologi, ditemukan adanya hubungan antara
penyakit Ascariasis pada anak dengan tempat tinggal mereka yang dekat
dengan air limbah.
1.2 Tujuan

1. Mengetahui hospes, vektor, daur hidup, morfologi, sifat umum, cara


penularan, dan diagnosa dari Ascaris Lumbricoides

1. Mengetahui hospes, vektor, daur hidup, morfologi, sifat umum, cara


penularan, dan diagnosa dari Trichuris Trichiura
2. Mengetahui hospes, vektor, daur hidup, morfologi, sifat umum, cara
penularan, dan diagnosa dari Cacing Tambang( Anchilostoma duodenale
dan Necator Americanus)
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Ascaris lumbricoides
A. Klasifikasi

Phylum : Nemathelminthes

Class : Nematoda

Subclass : Secernentea

Ordo : Ascaridida

Famili : Ascarididae

Genus : Ascaris

Species : Ascaris lumbricoides

B. Hospes

Manusia merupakan satu-satunya hospes Ascaris Lumbricoides. Pada manusia,


larva Ascaris akan berkembang menjadi dewasa dan mengadakan kopulasi serta
akhirnya bertelur. Penyakit yang disebabkannya disebut askariasis.

C. Vektor

Ascariasis terjadi bila telur cacing Ascaris lumbricoides masuk ke dalam tubuh.
Telur cacing tersebut dapat ditemukan di tanah yang terkontaminasi oleh tinja
manusia. Oleh karena itu, bahan makanan yang tumbuh di tanah tersebut, dapat
menjadi penyebab ascariasis.

Telur yang masuk ke dalam tubuh akan menetas di usus dan menjadi larva.
Kemudian, larva akan masuk ke paru-paru melalui aliran darah atau aliran getah
bening. Setelah berkembang di paru-paru selama satu minggu, larva akan
menuju ke tenggorokan. Pada tahap ini, penderita akan batuk sehingga larva
tersebut keluar, atau bisa juga larva kembali tertelan dan kembali ke usus.

C. Siklus Hidup/ Daur Hidup

Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk
infektif dalam waktu kurang lebih 3 (tiga) minggu. Bentuk infektif ini bila
tertelan oleh manusia, menetas di usus halus. Larvanya menembus dinding usus
halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, lalu dialirkan ke jantung,
kemudian mengikuti aliran darah ke paru. Larva di paru menembus dinding
pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk rongga alveolus, kemudian naik
ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea larva ini menuju ke
faring, sehingga menimbulkan rangsangan pada faring. Penderita batuk karena
rangsangan ini dan larva akan tertelan ke dalam esophagus, lalu menuju usus
halus. Di usus halus berubah manjadi cacing dewasa. Sejak telur matang
tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2 (dua)
bulan.
Gambar siklus cacing Ascaris lumbricoides
D. Morfologi

Gambar cacing ascaris lumbricoides dewasa

Cacing jantan berukuran 10-30 cm, sedangkan betina 22-35 cm. Pada cacing
jantan ujung posteriornya lancip dan melengkung ke arah ventral, dilengkapi
pepil kecil dan dua buah spekulum berukuran 2 mm, sedangkan pada cacing
betina bagian posteriornya membulat dan lurus, dan 1/3 pada anterior tubuhnya
terdapat cincin kopulasi, tubuhnya berwarna putih sampai kuning kecoklatan
dan diselubungi oleh lapisan kutikula yang bergaris lurus.

Telur yang dibuahi, besarnya kurang lebih 60 x 45 mikron, dan yang tidak
dibuahi 90 x 40 mikron. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi
berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu.
Bentuk infektif ini, bila terbentuknya oval melebar, mempunyai lapisan yang
tebal dan berbenjol-benjol, dan umumnya berwarna coklat keemasan, ukuran
panjangnya dapat mencapai 75 μm dan lebarnya 50 μm. Telur yang belum
dibuahi umumnya lebih oval dan ukuran panjangnya dapat mencapai 90 μm,
lapisan yang berbenjol-benjol dapat terlihat jelas dan kadang-kadang tidak
dapat dilihat.

Telur Ascaris lumbricoides berkembang sangat baik pada tanah liat yang
mempunyai kelembaban tinggi dan pada suhu 25-30◦ C. Pada kondisi ini telur
tumbuh menjadi bentuk yang infektif (mengandung larva) dalam waktu 2-3
minggu.
E. Cara penularan

Cara penularan Ascariasis terjadi melalui beberapa jalan yakni telur infektif
A.lumbricoides yang masuk ke dalam mulut bersamaan dengan makanan dan
minuman yang terkontaminasi, melalui tangan yang kotor tercemar terutama
pada anak, atau telur infektif yang terhirup udara bersamaan dengan debu. Pada
keadaan telur infektif yang terhirup oleh pernapasan, telur tersebut akan
menetas di mukosa alat pernapasan bagian atas dan larva akan segera
menembus pembuluh darah dan beredar bersama aliran darah (Soedarto, 2009).
Cara penularan Ascariasis juga dapat terjadi melalui sayuran dan buah karena
tinja yang dijadikan pupuk untuk tanaman sayur-mayur maupun buah-buahan
(Sutanto dkk., 2008; Duc dkk, 2013)
F. Diagnosis
Infeksi oleh cacing dewasa biasanya didiagnosis berdasarkan adanya telur
didalam contoh tinja. Kadang di dalam tinja atau muntahan penderita ditemukan
cacing dewasa dan di dalam dahak ditemukan larva.Jumlah eosinofil di dalam
darah bisa meningkat.Tanda-tanda adanya perpindahan parasit bisa terlihat pada
foto rontgen dada.
Infeksi awal dari cacing ini biasanya tidak ada gejalanya. Gejala akan muncul
seiring pertumbuhan cacing yang semakin berkembang. Terdapat dua gejala
yang dapat terjadi, bergantung ke bagian tubuh mana cacing itu menginfeksi.
Organ tubuh yang biasa diserang adalah paru-paru dan usus.
Gejala yang akan muncul saat terjadi infeksi cacing gelang di paru-paru, yaitu:
- Batuk
- Napas terasa semakin pendek
- Ada darah di dalam mukus
- Dada terasa tidak nyaman
- Demam
Gejala yang akan muncul saat Ascaris lumbricoides menyerang bagian usus,
antara lain:
- Mual
- Muntah
- Diare
- Perut terasa tidak nyaman
- Penurunan berat badan
- Selera makan menurun
- Penyumbatan usus sehingga perut bisa terasa nyeri dan terjadi muntah parah

G. Pengobatan
Beberapa hasil studi terbaru dalam literature medis yang mengusulkan benih
semangka dan papaya yang dijemur dibawah terik matahari dapat mengurangi
infeksi cacing. Pada orang dewasa diberikan dosis satu sendok makan benih
yang dicampur dengan gula dalam satu gelas air satu kali seminggu selama dua
minggu. Gula memberikan rasa pahit yang bertindak sebagai obat pencuci
perut. Bisa juga dengan menggunakan piperasin,pirantek pamoat 10 mg/kg
berat badan, dosis tunggal mebendazol 500 mg atau albendazol 400 mg.

2.Trichuris Trichiura
A. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas : Enoplea
Ordo : Trichocephalida
Famili : Trichuridae
Genus : Trichuris
Spesies : Trichuris trichiura

B. Hospes
Cacing ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia, jika
menginfeksi dalam jumlah yang banyak. Apabila jumlahnya sedikit, pasien
biasanya tidak akan terlalu terpengaruh dengan adanya cacing ini. Penyakit
yang disebabkan cacing ini dinamakan trichuriasis atau trichocephaliasis.
C. Vector
Penyakit ini biasanya menyebar ketika orang makan makanan atau minum air
yang mengandung telur cacing ini. Hal ini dapat terjadi ketika sayuran yang
terkontaminasi tidak sepenuhnya dibersihkan atau dimasak. Seringkali telur-
telur ini berada di tanah di tempat orang buang air besar di luar dan tempat
kotoran manusia yang tidak diolah digunakan sebagai pupuk. Telur ini berasal
dari kotoran orang yang terinfeksi. Anak-anak kecil bermain di tanah seperti itu
dan memasukkan tangan ke mulut juga mudah terinfeksi.Cacing-cacing ini
hidup di usus besar dan panjangnya sekitar empat sentimeter. Whipworm
didiagnosis dengan melihat telur ketika memeriksa feses dengan mikroskop .
Telur berbentuk tong. Trichuriasis termasuk dalam kelompok cacing yang
ditularkan melalui tanah .

D. Siklus Hidup
Siklus hidup trichirus trichiura berawal dari telurnya yang keluar bersama tinja
yang selanjutnya mengalami pematangan di dalam tanah. Dalam prosesnya,
pematangan telur ini membutuhkan waktu 3 minggu hingga 5 minggu. Telur
yang sudah matang akan bersifat infektif. Telur yang infektif inilah yang
kemudian dapat meninfeksi manusia.
Prosesnya, dapat melalui vektor mekanik atau benda–benda lain yang telah
terkontaminasi. Misalnya tanah yang terkontaminasi dengan tinja manusia,
(yang mengandung telur cacing cambuk) atau sayuran yang disemprot
menggunakan feses. Infeksi dapat langsung terjadi apabila secara kebetulan
telur cacing yang telah matang atau siap menetas tidak sengaja tertelan. Telur
yang tertelan oleh manusia akan masuk dalam usus dan menetas didalamnya.
Dalam proses penetasannya, larva akan keluar melalui dinding telur dan masuk
ke bagian-bagian usus halus. Selanjutnya akan menjadi dewasa. Setelah
dewasa, cacing yang berada pada bagian distal usus selanjutnya menuju ke
daerah colon. Masa pertumbuhan yang dilalui sejak dari telur sampai pada
bentuk cacing dewasa kurang lebih selama 30hari sampai 90 hari. Cacing
dewasa jantan dan betina melakukan tindakan kopulasi, sehingga cacing betina
mengalami gravid. Pada saatnya nanti, cacing betina akan bertelur dan
bercampur bersama dengan feses di dalam usus besar. Telur cacing akan keluar
bersama feses pada saat manusia buang air besar.
Selanjutnya telur tersebut akan mengalami pematangan dalam waktukurang-
lebih 6 minggu. Proses pematangan akan berjalan dalam lingkungan yang
sesuai yaitu pada tanah yang lembab dan tempat yang teduh. Yang dimaksud
dengan Hospes atau inang dari trichuriasis adalah manusia. Siklus hidup
trichuris trichuaris sangat berkaitan dengan apa yang dikonsumsi manusia dan
apa yang ada dalam feses manusia.
Gambar siklus hidup trichuris trichiura
E. Morfologi

Gambar telur trichuris trichiura

Ciri-ciri telur :
- berbentuk oval
- ukuran : panjang ± 50 μm dan lebar ± 23 μm dinding 2
- lapis : lapisan luar berwarna kekuningan dan lapisan dalam transparan
- pada kedua ujung telur terdapat tonjolan yang disebut mucoid plug / polar
plug / clear knop
- telur berisi embrio
Gambar cacing dewasa

Ciri-ciri cacing dewasa :


- cacing dewasa berbentuk seperti cambuk dimana 3/5 dari panjang tubuhnya
(sebelah anterior) tipis seperti benang sedangkan 2/5 bagian (sebelah posterior)
terlihat lebih tebal
- cacing jantan panjangnya ± 4 cm
- cacing betina panjangnya ± 5 cm ujung
- posterior cacing jantan melingkar / melengkung ke arah ventral dengan sebuah
spicula di ujungnya
- ujung posterior cacing betina lurus dan tumpul membulat

E. Cara penularan
Cara penularan adalah secara tidak langsung, terutamana karena kebiasaan
menggigit atau menjilat benda-benda yang terkontaminasi atau sayuran yang
terkontaminasi. Trichuris tidak ditularkan langsung dari orang ke orang, telur
yang keluar dari tina untuk menjadi infektif membutuhkan waktu paling sedikit
10-14 hari ditanah yang hangat dan lembab, seelah telur tertelan, telur menetas
dan larva menempel pada mukosa cecum dan colon proksimal dan berkembang
menjadi cacing dewasa. Telur cacing ditemukan dalam tinja setelah 70-90 hari
sejak menelan telur dengan embrio.
F. Diagnosis
Cara melakukan diagnosa penyakit adalah dengandilakukannya pemeriksaan
tinja. Parasites Load Trichuris trichura untuk infeksi ringan adalah 1-999 EPG,
untuk infeksi sedang adalah 1.000-9.999 EPG, dan untuk infeksi berat adalah
≥10.000 EPG. Penderita terutama anak-anak, infeksi trichuriasis yang berat dan
kronis menunjukkan gejala yang sangat jelas seperti diare yang diselingi dengan
sindroma desentri, anemia berat, mual muntah dan berat badan menurun. Pada
infeksi ringan biasanya tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas. Biasanya
mereka akan mengalami diare berat, angka eritrosit dalam tubuh di bawah 2,5
juta dan hemoglobin 30% di bawah normal. Anemia yang cukup berat ini dapat
terjadi karena infeksi trichuris trichiura mampu menghisap darah sekitar 0,005
ml/hari/cacing.

G. Pengobatan
- Albendazol 400 mg ( dosis tunggal)
- Mebendazol 100 mg ( dua kali sehari selama tiga hari berturut turut)

3.Cacing Tambang ( Anchilostoma duodinale dan Necator


Americanus)
A. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas : Secernentea
Ordo : Strongylida
Famili : Ancylostomatidae
Genus : Necator / Ancylostoma
Spesies : Ancylostoma duodenale / Necator americanus

B. Hospes
Hospes parasit ini adalah manusia,cacing ini dapat menyebabkan nekatoriasis
dan ankilostomiasis.
C. Siklus Hidup dan Penularan Cacing Tambang
Telur yang keluar bersama feses manusia merupakan telur yang non-
infektif (biasanya berisi blastomere), butuh proses perkembangan terlebih
dahulu sampai telur tersebut bisa menjadi larva yang mampu menembus kulit
manusia (larva filariform). Untuk menjadi larva filarifrom, telur hookworm
harus berada di tanah dengan kondisi yang gembur, lembab, berpasir, teduh,
dan hangat.

Ketika telur sudah menemukan lokasi tanah yang sesuai, maka dia akan
menetas dan menjadi larva stadium awal (rhabditiform), larva ini ukurannya
sangat kecil (0,25-0,30 mm) dan buccal cavitynya terbuka, buccal cavity yang
terbuka menjadi pertanda stadium larva rhabditiform karena dalam stadium
awal ini larva sangat aktif memakan (stadium feeding) bakteri dan bahan-bahan
organik dilingkungan sekitarnya.

Dalam waktu 6-8 hari, larva akan berganti kulit (moulting) sebanyak dua kali
dan menjadi larva filariform, pada stadium ini (stadium non feeding) mulut
larva sudah menutup, tubuhnya juga ditutupi oleh semacam sheath atau
selaput dari ujung anterior sampai posterior sebagai perlindungan diri. Larva
filariform ini merupakan bentuk yang infektif, mereka mampu menembus kulit
manusia.

Larva rhabditiform antara N.americanus dan A.duodenale tidak dapat


dibedakan, namun ketika sudah menjadi larva filariform akan tampak
perbedaan dimana pada sheath N.americanus tampak garis atau striae
transversal, sedangkan sheath pada A.duodenale tidak.

Jika kulit manusia kontak dengan larva filariform (biasanya kulit interdigiti
melalui follicle rambut atau epidermis yang mengelupas), kemudian larva akan
bermigrasi mengikuti peredaran darah sampai ke jantung, kemudian
melakukanlung migration, setelah itu larva akan menelusuri saluran pernafasan
atas sampai ke pharynx dan masuk oesophagus.

Ketika sampai di usus, larva akan melakukan moultinguntuk ketiga kalinya,


kemudian larva akan melekatkan diri pada mucosa usus, tumbuh menjadi
cacing dewasa dan mengadakan diferensiasi seksual kemudian akan
terbentuk mulut yang sempurna.

Selain infeksi yang terjadi akibat inokulasi dan penetrasilarva filariform melalui
kulit, infeksi juga dapat terjadi peroral, dimana larva langsung masuk melalui
mulut dan langsung mencapai usus halus tanpa harus melakukan lung
migration.
D. Morfologi

Bentuk telur hookworm baik N.americanus dan A.duodenale tidak dapat


dibedakan, telur hookworm memiliki ciri sebagai berikut:
1. Dinding tipis transparan dari bahan hialin
2. Bentuk oval atau lonjong
3. Dapat berisi ovum, morula, blastomore, larva (tergantung stadium
perkembangannya )

MORFOLOGI LARVA CACING TAMBANG


1. Rhabditiform (non-infektif)
Antara N.americanus dan A.duodenale tidak dapat dibedakan.
2. Filariform (Infektif)
N.americanus: sheath atau selaputnya bergaris (striae transversal)
A.duodenale: sheath atau selaputnya tidak bergaris

MORFOLOGI CACING TAMBANG

Cara membedakan N.americanus dengan A.duodenale adalah melihat hal-hal


berikut:
1. Bentuk dan ukuran dari cacing dewasa
2. Bentuk buccal cavity
3. Bentuk bursa copulatrix pada cacing jantan
4. Bentuk cacing dalam keadaan istirahat

1. Necator americanus
Cacing dewasa N.americanus berukuran lebih kecil dibandingkan A.duodenale
dan pada buccal cavity nya memiliki semilunar cutting plate, kemudian bursa
pada cacing jantan N.americanus berbentuk bifide. Saat beristirahat, cacing ini
akan berbentuk seperti hurus "S".

2. Ancylostoma duodenale
Cacing dewasa A.duodenal berukuran lebih besar dibandingkan N.americanus
dan pada bagian buccal cavity nya memiliki 2 pasang gigi, kemudian bursa
pada cacing jantan A.duodenale berbentuk tripartite. Saat beristirahat, cacing ini
akan berbentuk seperti hurus "C".

E. Diagnosis

Penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan feses penderita


melalui mikroskop dan menemukan telur cacing pada feses tersebut, bila
merasa ragu-ragu, telur dapat dibiakkan menurut metode Harada mori supaya
mendapatkan larvanya. Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan bensidine
test untuk mengetahui adanya darah pada feses penderita ditambah
ditemukannya kristal charcot leyden juga dapat mengarahkan diagnosa.
Ditambah lagi dengan pemeriksaan apusan darah yang akan tampak mikrositik
hipokromik.
F. Pengobatan

Pirantel pamoat 10 mg/kg berat badan memberikan hasil cukup baik, bilamana
digunakan beberapa hari berturut-turut.

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai