Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Prevalensi angka kecacingan di Indonesia masih cukup tinggi, antara 45 – 65%, bahkan
pada daerah –daerah tertentu yang kondisi lingkungannya buruk bisa mencapai 80%, angka
tersebut tergolong tinggi. Di beberapa daerah di Indonesia terutama di daerah pedalam belum
semua mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak, kasus infeksi cacing yang kronik banyak
ditemukan di daerah pedalaman yang secara latar belakang pengetahuan kesehatan dan
pendidikan rendah.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi tingginya angka kecacingan pada masyarakat
Indonesia selain karena kondisi lingkungan geografis, juga karena factor kersadaran untuk
melakukan pola hidup bersih dan sehat, rendahnya pengetahuan kesehatan, dan kurangnya
penyuluhan kepada masyarakat terutama di daerah terpencil memberi kontribusi tingginya angka
kecacingan di Indonesia.
Apabila dicermati lebih lanjut, infeksi cacing ini sepele, tetapi pengaruhnya bisa sangat
mengganggu terutama pada anak-anak yang dalam masa pertumbuhan, infeksi ringan
mengakhibatkan anemia dengan berbagai manifestasi kilinis, baik yang terlihat secara nyata
maupun yang tidak terlihat. Kasus infeksi yang sedang sampai berat bisa mengakhibatkan
adanya gangguan penyerapan pada usus dan gangguan beberapa fungsi organ dalam. Apabila hal
ini terjadi pada masa anak-anak terutama disekolah, maka akan sangat mengganggu proses
belajar mengajar, secara nyata anak bisa mengalami kemunduran prestasi, yang disadari atau
tidak hal tersebut mempengaruhi masa depan mereka. Kasus infeksi pada orang dewasa
biasanya tidak disadari, contoh kasus pada infeksi filaria, membutuhkan waktu yang cukup
panjang dari infeksi sampai terjadinya elephantiasis (Kaki gajah) beberapa kasus menunjukkan
bahwa orang yang terinfeksi mengetahui bahwa dirinya terkena elephantiasis setelah kakinya
membesar.
Fenomena infeksi cacing ini seperti gunging es, yang muncul ke permukaan kecil,
tetapi sebenarnya banyak kasus dan kejadian infeksi cacing yang tidak terekspos. Kita sebagai
warga masyarakat kesehatan yang mengetahui tentang hal ini idealnya turut memberi sumbangan
terhadap peningkatan derajat kesehatan, dalam hal ini adalah menekan kejadian infeksi cacing.
Penyakit yang sering terjadi ini sangat menganggu tumbuh kembang anak. Sehingga
sangat penting untuk mengenali dan mencegah penyakit cacing pada anak sejak dini. Gagguan
yan ditimbulkan mulai dari yang ringan tanpa gejala hingga sampai yang berat bahkan sampai
mengancam jiwa. Secara umum gangguan nutrisi atau anmeia dapat terjadi pada penderita. Hal
ini secara tidak langsung akan mengakibatkan gangguan kecerdasan pada anak.
Sekitar 60 persen orang Indonesia mengalami infeksi cacing. Kelompok umur
terbanyak adalah pada usia 5-14 tahun. Angka prevalensi 60 persen itu, 21 persen di antaranya
menyerang anak usia SD dan rata-rata kandungan cacing per orang enam ekor. Data tersebut
diperoleh melalui survei dan penelitian yang dilakukan di beberapa provinsi pada tahun 2006.
Hasil penelitian sebelumnya (2002-2003), pada 40 SD di 10 provinsi menunjukkan
prevalensi antara 2,2 persen hingga 96,3 persen. Sekitar 220 juta penduduk Indonesia cacingan,
dengan kerugian lebih dari Rp 500 miliar atau setara dengan 20 juta liter darah per tahun.
Penderita tersebar di seluruh daerah, baik di pedesaan maupun perkotaan. Karena itu, cacingan
masih menjadi masalah kesehatan mendasar di negeri ini.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun masalah yang akan kami bahas pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian cacingan
2. Cacing-cacing apa sajakah yang menyebabkan caingan ?
3. Bagaimana gejala-gejala jika manusia mengalami cacingan ?
4. Bagaimana dampak dari cacingan ?
5. Bagaimana cara penularan cacingan ?
6. Bagaimana cara pencegahan agar terhindar dari penyakit cacingan ?
7. Swamedikasi cacingan

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah
1. Pembaca dapat memahami dan mengerti apa yang dimaksud dengan penyakit cacingan.
2. Pembaca dapat mengetahui dan memahami jenis-jenis cacing yang menyebabkan
cacingan.
3. Dapat mengetahui gejala-gejala pada manusia jika mengidap penyakit cacingan.
4. Mengetahui dampak dari penyakit cacingan.
5. Dapat mengetahui cara penularan cacing.
6.. Mengetahui cara pencegahan untuk menghindari penyakit cacingan.
7. Dapat mengetahui swamedikasi cacingan.

.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Infeksi cacing atau biasa disebut dengan penyakit cacingan termasuk dalam infeksi yang
di sebabkan oleh parasit. Parasit adalah mahluk kecil yang menyerang tubuh inangnya dengan cara
menempelkan diri (baik di luar atau di dalam tubuh) dan mengambil nutrisi daritubuh inangnya.
Pada kasus cacingan, maka cacing tersebut bahkan dapat melemahkantubuh inangnya dan
menyebabkan gangguan kesehatan.
Cacing merupakan salah satu parasit pada manusia dan hewan yang sifatnya merugikan,
dimana manusia merupakan hospes untuk beberapa jenis cacing yang termasuk nematode usus.
Sebagian besar dari nematode ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Cacingan atau sering disebut kecacingan merupakan penyakit endemic yang diakibatkan oleh
cacing parasit dengan prevalensi tinggi, tidak mematikan tetapi mengganggu kesehatan tubuh
manusia sehingga berakibat menurunkan kondisi gizi dan kesehatan masyarakat. Orang
dikatakan menderita cacingan apabila di dalam tubuhnya (perutnya) terdapat cacing, bila keluar
cacing dari mulut, hidung atau saat buang air besar, atau pada pemeriksaan laboratorium tinjanya
terdapat telur cacing maka orang tersebut dikatakan cacingan
Cacingan biasanya terjadi karena kurangnya kesadaran akan kebersihan baik terhadap diri sendiri
ataupun terhadap lingkungannya. Cacingan dapat menular melalui larva/telur yang tertelan &
masuk ke dalam tubuh. Cacing merupakan hewan tidak bertulang yang berbentuk lonjong &
panjang yang berawaldari telur/larva hingga berubah menjadi bentuk cacing dewasa. Cacing dapat
menginfeksibagian tubuh manapun yang ditinggalinya seperti pada kulit, otot, paru-paru, ataupun
usus/saluran pencernaan Penyakit cacingan, khususnya pada anak sering dianggap sebagai
penyakit yang sepeleoleh sebagian besar kalangan masyarakat. Padahal penyakit ini bisa
menurunkan tingkatkesehatan anak. Di antaranya, menyebabkan anemia, IQ menurun, lemas tak
bergairah,ngantuk, malas beraktivitas serta berat badan rendah.

2.2 Jenis-Jenis Cacing


Cacing pada manusia pun banyak jenisnya, ada cacing gelang, cacing pita dan cacing
pipih. Berikut jenis-jenis cacing :
1. CACING GELANG (Ascaris lumbricoides)
 Warna : Merah muda atau putih
 Besarnya : 20 - 30 cm
 Hidup di : Usus kecil
 Cara Penularannya:
o Telur cacing masuk melalui mulut
o Menetas di usus kecil menjadi larva
o Larva dibawa oleh aliran darah ke paru-paru melalui hati
o Bila larva ini sampai ke tenggorokan dan tertelan, mereka masuk ke dalam usus
kecil danmenjadi dewasa di sana.
o Cacing gelang dapat mengisap 0,14 gr karbohidrat setiap hari.

2. CACING CAMBUK(Tricuris Trichiura)


 Warna : Merah muda atau abu-abu
 Besarnya : 3 - 5 cm
 Hidup di : Usus besar
 Cara Penularannya:
o Telur cacing tertelan bersama dengan air atau makanan
o Menetas di usus kecil dan tinggal di usus besar
o Telur cacing keluar melalui kotoran dan jika telur ini tertelan, terulanglah siklus ini.

3 . C A C I N G T A M B A N G ( A n c yl o s t o m i a s i s )
 Warna : MerahBesarnya : 8 - 13 mm
 Hidup di : Usus keciL
 Cara Penularannya:
o Larva menembus kulit kaki
o Melalui saluran darah larva dibawa ke paru-paru yang menyebabkan batuk
o Larva yang ditelan menjadi dewasa pada usus kecil dimana mereka menancapkan dirinya untuk
mengisap darah.
o Cacing tambang merupakan infeksi cacing yang paling merugikan
kesehatan anak-anak.Infeksi cacing tambang dapat menyebabkan anemia
(kurang darah). Cacing tambang dapatmengisap darah 10 - 12 mililiter setiap hari.

4. CACING KREMI (Enterobius Vermicularis)


 Warna : PutihBesarnya : 1 cm
 Hidup di : Usus besar
 Cara Penularannya:
o Cacing betina bertelur pada malam hari di anus. Anus menjadi gatal, garukan
pada anus membawa telur cacing ini menyebar. Melaluikontak dengan
tempat tidur, bantal, sprei, pakaian, telur cacing kremi dibawa ke tempatlain.
5. CACING PITA (Taenia saginata/Taenia solium/Taenia lata)
Cacing pipih beruas-ruas, Taenia saginata terdapat dalam daging sapi, Taenia solium
terdapat dalam daging babi, Taenia lata terdapat dalam daging ikan.
.
6. FILARIA
Ditularkan oleh larva microfilaria dari cacing Wucheria bancrofti dan Brugia malay melalui
gigitan nyamuk culex sehingga mengakibatkan pembengkakan yang disebut elephantiasis.
7. CACING BENANG (Strongiloides stercularis)
Ditularkan melalui kulit oleh larva yang berbentuk benang dan hidup dalam usus.

2.3 Gejala – Gejala Cacingan


 Mengeluarkan cacing pada saat buang air besar atau
muntah Badan kurus dan perut buncit
 Kehilangan nafsu makan, lemas, lelah, pusing, nyeri kepala, gelisah dan
 sukar tidur
 Gatal-gatal disekitar dubur terutama malam hari (cacing kremi)
 Pada jenis cacing yang menghisap darah (cacing pita, cacing
tambang, cacing cambuk) dapat terjadi anemia
Secara khususnya :

 C a c i n g k r e m i : Gejalanya adalah rasa gatal di sekitar daerah anus atau


vulva(kemaluan wanita). Gejala ini akan memburuk di malam hari ketika
cacing kremib i a s a n y a akan keluar dari permukaan tubuh untuk
m e n a r u h t e l u r n ya d i s e k i t a r anus/vulva. Cacing juga biasanya dapat terlihat di
feses.
 Cacing gelang : Biasanya tidak menimbulkan gejala, meskipun untuk jenis
Toxocaracanis dapat menyebabkan masalah penglihatan apabila terdapat di mata
karenamenimbulkan radang & luka pada retina mata. Cacing gelang ini juga
dapatberpindah ke bagian paru-paru menyebabkan timbulnya batuk & asma, sertamenimbulkan
bengkak di organ tubuh lain.
 Cacing Tambang : Dapat menimbulkan rasa sakit di daerah perut. Cacing pita dapat
menutupi daerah otot, kulit, jantung, mata & otak.

Selain hal tersebut di atas, gejala lain yang mungkin timbul adalah :
o Rasa mual
o Lemas
o Hilangnya nafsu makan
o Rasa sakit di bagian perut
o Diare
o Turunnya berat badan karena penyerapan nutrisi yang tidak mencukupi
dari makanan.

Pada infeksi yang lebih lanjut apabila cacing sudah berpindah tempat dari usus ke
organlain, sehingga menimbulkan kerusakan organ & jaringan, dapat timbul gejala :
o Demam
o Adanya benjolan di organ/jaringan tersebut
o Dapat timbul reaksi alergi terhadap larva cacing
o Infeksi bakteri
o Kejang atau gejala gangguan syaraf apabila organ otak sudah terkena.
2.4 Dampak
Anak-anak akan mengalami berbagai dampak psikologis bila mereka terkena
penyakit cacingan. Dampak psikologis yang terjadi pa da si anak bila menderita
penyakit cacing kremi, si anak akan merasakan gatal di anusnya pada malam hari sehingga si
anak akan menagis dan terganggu waktu tidurnya. Pada anak yag menderita penyakit karena
cacing tambang, Cacing tambang ini merupakan infeksi cacing yang paling merugikan kesehatan
anak-anak. Infeksi cacing tambang dapat menyebabkan anemia (kurang darah), sehingga sianak
akan lemas untuk beraktivitas jadi terganggu aktivitas sehari-harinya, Konsetrasi dan daya ingat
anak yang menurun sehingga anak sulit mencerna pelajaran di sekolah.
Penderita cacingan di kalangan anak sekolah juga cukup tinggi. Menurut
survei yang pernah dilakukan di Jakarta, terutama pada anak Sekolah Dasar (SD) menyebutkan
sekitar 49,5 persen dari 3.160 siswa di 13 SD ternyata menderita cacingan. Siswa perempuan
memiliki prevalensi lebih tinggi, yaitu 51,5 persen dibandingkan dengan siswa laki-laki yang
hanya 48,5 persen. Biasanya seorang siswa yang terinfeksi cacing akan mengalami kekurangan
hemoglobin (Hb) hingga 12 gr persen, dan akan berdampak terhadapkemampuan darah
membawa oksigen ke berbagai jaringan tubuh, termasuk ke otak. Akibatnya, penderita cacingan
terserang penurunan daya tahan tubuh serta metabolisme jaringan otak. Bahkan, dalam jangka
panjang, penderita akan mengalami kelemahan fisik dan intelektualitas. Kategori infeksi cacing
ditentukan dari jumlah cacing yang dikandungnya. Jika anak-anak itu sudah terinfeksi cacing,
biasanya akan menunjukkan gejala keterlambatan fisik, mental dan seksual.
Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat menurunnya status gizi penderita yang
menyebabkan daya tahan tubuh menurun, sehingga memudahkan terjadinya infeksi penyakit
lain, termasuk HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria. Jenis penyakit parasit ini kecil sekali
perhatiannya dari pemerintah bila dibandingkan dengan HIV/AIDS yang menyedot anggaran
cukup besar, padahal semua bentuk penyakit sama pentingnya dan sikap masyarakat sendiri juga
tak peduli terhadap penyakit jenis ini.

2.5 Cara Penularan


Cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang tercemar
telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus yang banyak berisi
makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar. Penularan penyakit cacing dapat lewat
berbagai cara, telur cacing bisa masuk dan tinggal dalam tubuh manusia. Ia bisa masuk lewat
makanan atau minuman yang dimasak menggunakan air yang tercemar. Jika air yang telah
tercemar itu dipakai untuk menyirami tanaman, telur-telur itu naik ke darat. Begitu air
mengering, mereka menempel pada butiran debu. Telur yang menumpang pada debu itu bisa
menempel pada makanan dan minuman yang dijajakan di pinggir jalan atau terbang ke tempat-
tempat yang sering dipegang manusia. Mereka juga bisa berpindah dari satu tangan ke tangan
lain. Setelah masuk ke dalam usus manusia, cacing akan berkembang biak, membentuk koloni
dan menyerap habis sari-sari makanan. Cacing mencuri zat gizi, termasuk protein untuk
membangun otak.
Setiap satu cacing gelang memakan 0,14 gram karbohidrat dan 0,035 protein per hari.
Cacing cambuk menghabiskan 0,005 milimeter darah per hari dan cacing tambang minum 0,2
milimeter darah per hari. Kalau jumlahnya ratusan, berapa besar kehilangan zat gizi dan darah
yang digeogotinya. Seekor cacing gelang betina dewasa bisa menghasilkan 200.000 telur setiap
hari. Bila di dalam perut ada tiga ekor saja, dalam sehari mereka sanggup memproduksi 600.000
telur.

2.6 Pencegahan
o Cucilah tangan sebelum makan.
o Budayakan kebiasaan dan perilaku pada diri sendiri, anak dan keluarga untuk
mencuci tangan sebelum makan. Kebiasaan akan terpupuk dengan baik apabila
orangtua meneladani. Dengan mencuci tangan makan akan mengeliminir
masuknya telur cacing ke mulut sebagai jalan masuk pertama ke tempat
berkembang biak cacing di perut kita.
o Pakailah alas kaki jika menginjak tanah. Jenis cacing ada macamnya. Cara
masuknya pun beragam macam, salah satunya adalah cacing tambang (Necator
americanus ataupun Ankylostoma duodenale). Kedua jenis cacing ini masuk
melalui larva cacing yang menembus kulit di kaki, yang kemudian jalan-jalan
sampai ke usus melalui trayek saluran getah bening. Kejadian ini sering disebut
sebagai Cutaneus Larva Migran (dari namanya ini kita sudah tahu lah apa artinya;
cutaneus: kulit, larva: larva, migrant: berpindah). Nah, setelah larva cacing sampai
ke usus, larva ini tumbuh dewasa dan terus berkembang biak dan menghisap
darah manusia. Oleh sebab itu Anda akan anemia. berbagi darah dan hidup
dengan cacing
o Gunting dan bersihkan kuku secara teratur. Kadang telur cacing yang terselip di
antara kuku Anda dan selamat masuk ke usus Anda dan mendirikan koloni di
sana.
o Jangan buang air besar sembarangan dan cuci tangan saat membasuh. Setiap
kotoran baiknya dikelola dengan baik, termasuk kotoran manusia. Di negara kita
masih banyak warga yang memanfaatkan sungai untuk buang hajat. Dengan
perilaku ini maka kotoran-kotoran ini akan liar tidak terjaga, sehingga mencemari
lingkungannya. Dan, jika lingkungan sudah cemar, penularan sering tidak
pandang bulu. Orang yang sudah menjaga diri sebersih mungkin sekalipun masih
dapat dihinggapi parasit cacing ini.
o Bertanam atau Berkebunlah dengan baik. Ambillah air yang masih baik untuk
menyiram tanaman. Agar air ini senantiasa baik maka usahakan lingkungan
sebaik mungkin. Menjaga alam ini termasuk bagian dalam merawat kesehatan.⁠
o Peduli lah dengan lingkungan, maka akan dapat memanfaatkan hasil yang baik.
Jika air yang digunakan terkontaminasi dengan tinja manusia, bukan tidak
mungkin telur cacing bertahan pada kelopak-kelopak tanaman yang ditanam dan
terbawa hingga ke meja makan.
o Cucilah sayur dengan baik sebelum diolah. Cucilah sayur di bawah air yang
mengalir. Mengapa demikian? Ya, agar kotoran yang melekat akan terbawa air
yang mengalir, di samping itu nilai gizi sayuran tidak hilang jika dicuci di bawah
air yang mengalir. Cara mengolah sayuran yang baik dapat Anda lihat di artikel
Cerdas mengolah Sayuran : Menjamin Ketersediaan Nutrisi.
o Hati-hatilah makan makanan mentah atau setengah matang, terutama di daerah
yang sanitasinya buruk. Perlu dicermati juga, makanan mentah tidak selamanya
buruk. Yang harus diperhatikan adalah kebersihan bahan makanan agar makanan
dapat kita makan sesegar mungkin sehingga enzim yang terkandung dalam
makanan dapat kita rasakan manfaatnya. Ulasan saya tentang makanan mentah
yang menyehatkan dapat dilihat pada artikel Diet Sunda ini.
o Buanglah kotoran hewan hewan peliharaan kesayangan Anda seperti kucing atau
anjing pada tempat pembuangan khusus
o Pencegahan dengan meminum obat anti cacing setiap 6 bulan, terutama bagi Anda
yang risiko tinggi terkena infestasi cacing ini, seperti petani, anak-anak yang
sering bermain pasir, pekerja kebun, dan pekerja tambang (orang-orang yang
terlalu sering berhubungan dengan tanah.

2.7 Swamedikasi cacingan


1. Terapi Non Farmakologi
Berikut ini adalah beberapa cara untuk melakukan perawatan alami yang bisa Anda
lakukan.
1. Mengatur Pola Makan: Makanan juga sangat berpengaruh untuk seorang anak agar tidak
mudah terkena infeksi cacing kremi. Jenis makanan yang sangat disarankan adalah
berupa sayuran dan buah-buahan serta makanan yang tidak banyak mengandung gula dan
karbohidrat. Konsumsi berbagai jenis makanan kaya serat juga sangat disarankan, karena
mendorong agar metabolisme usus besar lancar sehingga tinja bisa keluar sebagaimana
mestinya. Jika bakteri dalam organ pencernaan baik maka cacing kremi yang masuk ke
dalam tubuh akan terbunuh secara alami.
2. Menerapkan Pola Hidup Bersih: Dengan menerapkan pola hidup yang bersih maka,
cacing kremi juga tidak akan mudah masuk ke dalam tubuh. Beberapa langkah yang bisa
dilakukan adalah seperti menerapkan cara mencuci tangan yang benar sesering mungkin.
Menggunakan sabun anti bakteri, mencuci tangan dengan air hangat sebelum tidur, selalu
membersihkan bagian bawah kuku dan kuku secara teratur.
3. Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
4. Anak-anak harus dibiasakan untuk mencuci tangan dengan sabun setelah bermain di
tempat umum.
5. Sesering mungkin cuci tangan dengan sabun agar tidak terkena infeksi cacing kremi dari
tempat umum.
6. Biasakan mencuci selimut, seprai, sarung bantal dan guling setiap dua hari sekali atau
sesering mungkin.
7. Selalu berganti pakaian luar dan pakaian dalam setiap hari atau sesering mungkin.
8. Selalu menjaga lingkungan tempat bermain anak terutama yang ada dibagian dalam
rumah. Beberapa area yang harus selalu dibersihkan adalah seperti mainan, tempat
bermain, karpet, sofa, kursi bermain dan semua benda yang paling sering dipegang oleh
anak.
9. Anak-anak harus selalu membersihkan dubur saat pagi hari namun, jika belum mampu
maka orang tua bisa membantu memastikan hingga benar-benar bersih.
10. Mencuci handuk dengan air panas untuk menghindari infeksi cacing yang sudah
berkembang biak pada handuk.
11. Potong kuku anak-anak sehingga mereka tidak melukai bagian sekitar anus ketika
menggaruk dan bisa menyebabkan infeksi bakteri yang lebih buruk.
12. Jangan berbagi keperluan pribadi antara anak yang satu dengan yang lain misalnya
handuk dan pakaian tidur.

2. Terapi farmakologi.
1. Pirantel Pamoat
a. Kegunaan Obat
Pengobatan askariasis, oksiuriasis, ankilostomiasis dan nekatoriasis.

b. Hal yang harus diperhatikan


Aturan pakai harus dibaca dan dipatuhi

c. Kontra Indikasi
• Penderita gangguan fungsi hati
• Anak di bawah umur 2 tahun
• Ibu hamil

d. Efek Samping
• Nafsu makan hilang (anoreksia), mual, muntah, diare, kram lambung,
meningkatkan SGOT, sakit kepala, pusing, mengantuk, ruam kulit
e. Bentuk sediaan
• Tablet 125mg
• Tablet 250 mg f.
Aturan pemakaian
• Tablet 125 mg
- 1 – 5 tahun : 1 tablet

- 5 – 9 tahun : 2 tablet

- 10 – 15 tahun : 3 tablet

- diatas 15 tahun dan dewasa : 4 tablet

• Tablet 250 mg

- 1 – 5 tahun : ½ tablet

- 5 – 9 tahun : 1 tablet

- 10 – 15 tahun : 1½ tablet

- diatas 15 tahun dan dewasa : 2 table

2. Mebendazol
a. Kegunaan Obat

• Pengobatan askariasis, trikuriasis, enterobiasis, ankilostomiasis,


nekatoriasis dan infeksi campuran.
b. Hal yang harus diperhatikan

• Konsultasikan ke dokter atau Apoteker untuk penderita diabet dan


ibu menyusui.
• Penggunaan jangka panjang dengan dosis besar dapat
menimbulkan penurunan sel darah putih (neutropenia) kembali
normal bila obat dihentikan.

c. Kontra Indikasi
Anak balita dan ibu hamil akan mengakibatkan pembentukan sel
yang tidak normal (teratogenik)

d. Efek Samping

Nyeri pada lambung, diare

e. Bentuk Sediaan

Tablet 100 mg

f. Aturan pemakaian
• Untuk cacing kremi, 1 tablet sehari
• Untuk cacing cambuk, 1 tablet setiap pagi dan 1 tablet setiap
malam selama 3 hari berturut-turut.
• Untuk cacing gelang, 1 tablet setiap pagi dan 1 tablet setiap
malam selama 3 hari berturut-turut.
3. Piperazin
a. Kegunaan Obat
Pengobatan askariasis, oksiuriasis atau enterobiasis

b. Hal yang harus diperhatikan


• aturan pakai harus dibaca dan dipatuhi
c. Kontraindikasi
• Penderita epilepsi
• Alergi terhadap piperasin
• Gangguan fungsi hati atau ginjal
d. Efek Samping
• Mual, muntah, gangguan pada fokus mata, dermatitis, diare dan
reaksi alergi
e. Bentuk Sediaan

• Sirup piperazin sitrat 1 g/5 ml (kemasan sirup 15 ml)


• Sirup piperazin heksahidrat 1 g/5 ml (kemasan sirup 15 ml)
f. Aturan pemakaian untuk :
• Askariasis (cacing gelang)
Dosis tunggal :

- bayi : 2,5 ml

- 1 – 2 tahun : 5 ml

- 3 – 5 tahun : 10 ml

- diatas 6 tahun dan dewasa : 15 ml

• Oksiurasis
Diminum setelah makan, selama 4 hari berturut-turut.

- Bayi : 1 kali sehari, 2,5 ml

- 1 – 2 tahun : 2 kali sehari, 2 – 5 ml

- 3 – 5 tahun : 2 kali sehari, 5 ml

- Diatas 6 tahun dan dewasa : 3 kali sehari, 5 ml


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
· Infeksi cacing atau biasa disebut dengan penyakit cacingan termasuk dalam
infeksi yang di sebabkan oleh parasit. Parasit adalah mahluk kecil yang menyerang tubuh inangnya dengan
cara menempelkan diri (baik di luar atau di dalam tubuh) dan mengambil nutrisi daritubuh
inangnya.
· Jenis-jenis cacing yang dapat menginfeksi adalah
CACING GELANG: (Ascaris lumbricoides)
CACING CAMBUK: (Tricuris Trichiura)
CACING TAMBANG: (Ancylostomiasis)
CACING KREMI: (Enterobius Vermicularis)
· Gejala umum jika terinfeksi cacing adalah timbulnya rasa mual, lemas, hilangnya nafsu makan, rasa sakit
di bagian perut, diare, dan turunnya berat badan karena penyerapan nutrisi yang tidak
mencukupi dari makanan. Pada infeksi yang lebih lanjut apabila cacing sudah berpindah
tempat dari usus ke organlain, sehingga menimbulkan kerusakan organ & jaringan, dapat
timbul gejala demam, adanya benjolan di organ/jaringan tersebut, dapat timbul reaksi alergi
terhadap larva cacing, infeksi bakteri, kejang atau gejala gangguan syaraf apabila organ otak sudah
terkena.
· Penderita cacingan akan mengalami penurunan daya tahan tubuh serta
metabolisme jaringan otak. Bahkan, dalam jangka panjang, penderita akan mengalami
kelemahan fisik dan intelektualitas. Kategori infeksi cacing ditentukan dari jumlah cacing
yang dikandungnya. Jika anak-anak itu sudah terinfeksi cacing, biasanya akan menunjukkan
gejala keterlambatan fisik, mental dan seksual. Infeksi usus akibat cacingan, juga
berakibat menurunnya status gizi penderita yang menyebabkan daya tahan tubuh menurun,
sehingga memudahkan terjadinya infeksi penyakit lain, termasuk HIV/AIDS, Tuberkulosis
dan Malaria.
· Penularan cacing : cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman
yang tercemar telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus yang
banyak berisi makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar.
· Pencegahan infeksi ini relative mudah, yaitu dengan pola hidup bersih dan sehat, menjaga
kesehatan diri dan lingkungan, mengkonsumsi obat cacing setiap 6 bulan sekali, dan
konsultasi kesehatan apabila ada gejala yang tidak beres di dalam tubuh kita dan keluarga
kita.

3.2 Saran
Sebaiknya pengobatan diberikan kepada seluruh anggota keluarga untuk mencegah
atau mewaspadai terjadinya cacingan tersebut. Selama masa pengobatan hindari penularan
cacingan ke anggota keluarga lain dengan cara mencuci tangan dengan sabun setiap habis ke
toilet atau sebelum menyentuh makanan, hindari juga untuk menutup mulut
dengan tangan yang belum dicuci. Menjaga kebersihan diri adalah salah satu kunci
untuk mencegah timbulnya cacingan kembali.
DAFTAR PUSTAKA

Aivi. 2012. Penyakit Kecacingan. http://aivi-blogger-remaja.blogspot.com/, diakses pada


tanggal 09 April 2013.

Judarwanto, Widodo. 2013. Permasalahan Penyakit Cacing Pada


Anak. http://clinicforchild.wordpress.com/, diakses pada 13 April 2013.

NN. 2011. Kecacingan. http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/, diakses pada tanggal 13


April 2013.

NN. 2011. Kecacingan. http://id.wikipedia.org/, diakses pada tanggal 09 April 2013.

Wahyudi, Didik. 2012. Pencegahan Infeksi Cacing. http://aaknasional.wordpress.com/,


diakses pada tanggal 13 Appril 2013.
TUGAS SWAMEDIKASI

MAKALAH CACINGAN

Dosen Pengampu: Annis Rahmawati, S. Farm., Apt

Disusun Oleh :
Nama : Utatik
Nim : 201505105

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

CENDIKIA UTAMA KUDUS

2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya
.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna , Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini
di waktu yang akan datang.

Kudus, 12 mei 2018

Utatik

Anda mungkin juga menyukai