Anda di halaman 1dari 17

BAB I

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang
Sekitar 60 persen orang Indonesia mengalami infeksi cacing. Kelompok
umur terbanyak adalah pada usia 5-14 tahun. Angka prevalensi 60 persen itu, 21
persen di antaranya menyerang anak usia SD dan rata-rata kandungan cacing per
orang enam ekor. Data tersebut diperoleh melalui survei dan penelitian yang
dilakukan di beberapa provinsi pada tahun 2006.
Lingkungan hidup menurut Undang-Undang nomor 23 tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia beserta
perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya. Bila ditinjau lebih lanjut mengenai.Undang-
Undang tersebut, maka manusia dengan lingkungan sebenarnya tidak dapat
dipisahkan. Keadaan sanitasi yang belum memadai, keadaan sosial ekonomi yang
masih rendah didukung oleh iklim yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangan cacing merupakan beberapa faktor penyebab tingginya
prevalensi infeksi cacing usus yang ditularkan di Indonesia (Zit, 2000).
Ada 3 jenis cacing yang terpenting adalah cacing gelang (Ascaris
lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus) dan cacing cambuk (Trichuris trichura). (Depkes RI, 2004). Ascaris
lumbricoides merupakan helmintiasis yang paling sering menyerang anak-anak,
cacing ini telah menyebabkan lebih dari satu milyar kasus kecacingan di seluruh
dunia. Angka kejadian infeksi Ascaris lumbricoides di Indonesia sebesar 70 ± 80%,
keadaan ini menyebabkan penyakit ascariasis menjadi penting dan hingga saat ini
masih merupakan masalah dibidang ilmu kesehatan anak dan kesehatan
masyarakat. Penyakit cacingan merupakan salah satu masalah kesehatan di
Indonesia. Penyakit cacing ditularkan melalui tangan yang kotor, kuku panjang
dan kotor menyebabkan telur cacing terselip.

1
Penyebaran cacing salah satu penyebabnya adalah kebersihan perorangan
yang masih buruk. Dan dapat menular diantara murid sekolah yang sering
berpegangan tangan sewaktu bermain. Sampai saat ini penyakit cacingan masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, terutama daerah
pedesaan. Pencegahan infeksi berulang sangat penting dengan membiasakan
perilaku hidup bersih dan sehat seperti menghindari kontak dengan tanah yang
kemungkinan terkontaminasi feses manusia, cuci tangan dengan sabun dan air
sebelum memegang makanan, lindungi makanan dari tanah dan cuci atau
panaskan makanan yang jatuh kelantai. Beberapa peneliti ternyata menunjukkan
bahwa usia sekolah merupakan golongan yang sering terkena infeksi cacingan
karena sering berhubungan dengan tanah (Depkes RI, 2004).
Waspadai dan kenali penyakit cacing pada anak. Penyakit yang sering
terjadi ini sangat menganggu tumbuh kembang anak. Sehingga sangat penting
untuk mengenali dan mencegah penyakit cacing pada anak sejak dini. Gagguan
yang ditimbulkan mulai dari yang ringan tanpa gej ala hingga sampai yang berat
bahkan sampai mengancam jiwa. Secara umum gangguan nutrisi atau anemia dapat
terjadi pada penderita. Hal ini secara tidak langsung akan mengakibatkan
gangguan kecerdasan pada anak.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah selesai melakukan penyuluhan ini diharapkan siswa/i dapat memahami
tentang penyakit cacingan dan fakto-faktor yang mempengaruhi tentang
penyakit cacingan.
2. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan siswa tentang penyakit cacingan
2. Meningkatkan pengetahuan siswa penyebab terjadinya penyakit cacingan
3. Meningkatkan pengetahuan siswa akibat penyakit cacingan
4. Meningkatkan pengetahuan siswa gejala penyakit cacingan
5. Meningkatkan pengetahuan siswa pengobatan penyakit cacingan
6. Meningkatkan pengetahuan siswa pencegahan penyakit cacingan

2
C. Manfaat
1. Bagi Siswa
Sebagai bahan informasi siswa/i agar dapat mengetahui dan memahami
mengenai penyakit cacingan, sehingga dapat mencegah untuk terpapar
penyakit cacingan.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian
Ascariasis merupakan infeksi cacing yang paling sering ditemui.
Diperkirakan prevalensi di dunia 25 % atau 1,25 miliar penduduk di dunia. Biasanya
bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah tropis dan di negara
berkembang dimana sering terjadi kontaminasi tanah oleh tinja manusia atau
penggunaan tinja sebagai pupuk (Soegijanto, 2005).
Ascaris lumbricoides merupakan nematoda kedua yang paling banyak
menginfeksi manusia. Ascaris telah dikenal pada masa Romawi sebagai
Lumbricus teres dan mungkin telah menginfeksi manusia selama ribuan tahun.
Jenis ini banyak terdapat di daerah yang beriklim panas dan lembab, tetapi juga
dapat hidup di daerah beriklim sedang.

Askariasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing gelang


Ascaris lumbricoides. Askariasis adalah penyakit kedua terbesar yang
disebabkan oleh makhluk parasit.

B. Penyebab
1. Kebersihan Lingkungan
Di Indonesia seharusnya tidak lagi menggunakan septictank untuk keperluan
buang air besar. Ketika seorang anak yang cacingan buang air besar di lantai,
maka telur atau sporanya bisa tahan berhari-hari, meskipun sudah dipel.
Sebelum dapat rumah, larva tidak akan keluar (menetas). Begitu masuk ke usus,
baru ia akan keluar. Telur cacing keluar dari perut manusia bersama feses. Jika
limbah manusia itu dialirkan ke sungai atau got, maka setiap tetes air akan
terkontaminasi telur cacing. Meskipun seseorang buang air besar di WC, ia tetap
saja bisa menyebarkan telur ini bila kakusnya meluber saat musim banjir.
2. Kebiasaan yang Buruk
Telur lainnya terbang ke tempat-tempat yang sering dipegang tangan manusia.
Lewat interaksi sehari-hari, mereka bisa berpindah dari satu tangan ke tangan

4
lain. Mereka akan masuk ke dalam perut jika biasa makan tanpa cuci tangan.
Jika orang – orang selalu menggaruk-garuk lubang pantatnya saat sedang tidur,
bisa jadi ia terserang cacing kremi. Saat digaruk, telur-telur ini bersembunyi di
jari dan kukunya. Sebagian lagi menempel di seprei, bantal, guling, dan
pakaiannya. Lewat kontak langsung, telur menular ke orang-orang yang tinggal
serumah dengannya. Lalu, siklus cacingan pun dimulai lagi
3. Makanan yang Tercemar oleh Larva Cacing.
Jika air yang telah tercemar dipakai untuk menyirami tanaman atau aspal jalan,
telur-telur itu naik ke darat. Begitu air mengering, mereka menempel pada
butiran debu. Saking kecilnya telur-telur itu tak akan pecah, meskipun dilindas
ban mobil atau sepeda motor. Bersama debu, telur itu tertiup angin, lalu
mencemari gorengan atau es doger yang dijual terbuka di pinggir-pinggir jalan.
Karena menular lewat makanan, korban cacingan umumnya anak-anak yang
biasa jajan di pinggir jalan. Mereka juga bisa menelan telur cacing dari sayuran
mentah yang dicuci kurang bersih. Misalnya, hanya dicelup-celup di baskom
tanpa dibilas dengan air mengalir. Buang air besar sembarangan juga
berbahaya. Prosesnya kotoran yang mengandung telur cacing mencemari tanah
lalu telur cacing menempel di tangan atau kuku lalu masuk ke mulut bersama
makanan. Kotoran yang dikerumuni lalat kemudian lalat hinggap di makanan,
juga bisa masuk melalui mulut.
4. Tanah yang Mengandung Larva Cacing
Tanah yang mengandung larva cacing dan masuk melalui pori – pori tubuh.
Selain melalui makanan yang tercemar oleh larva cacing, cacing juga masuk ke
tubuh manusia melalui kulit (pori-pori). Dari tanah, misalnya lewat kaki anak
telanjang yang menginjak larva atau telur. Bisa juga larva cacing masuk melalui
pori-pori, yang biasanya ditandai dengan munculnya rasa gatal
C. Akibat Penyakit Cacingan
Pada kasus ringan cacingan memang tidak menimbulkan gejala nyata, tetapi
pada kasus-kasus infeksi berat bisa berakibat fatal. Cacing dapat bermigrasi ke
organ lain yang menyebabkan infeksi pada usus dan dapat berakhir pada kematian.

5
Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat menurunnya status gizi penderita
yang menyebabkan daya tahan tubuh menurun sehingga memudahkan terjadinya
infeksi penyakit lain termasuk HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria.
Dampaknya dapat dilihat dari terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan
anak-anak, komplikasi kehamilan, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), kerusakan
tubuh secara signifikan hingga kecacatan, kebutaan, stigma sosial, serta
produktivitas ekonomi dan pendapatan rumah tangga yang menurun. Bisa juga
terjadi “erratic“, yakni, cacing keluar keluar lewat hidung atau mulut.”
Cacingan menyebabkan anemia sehingga membuat anak mudah sakit karena tidak
punya daya tahan. Anak juga akan kehilangan berat badan, dan prestasi belajar
turun. Dari pertumbuhan fisik yang terhambat, hingga IQ loss (penurunan
kemampuan mental). Dalam perjalanannya, anak bisa jadi batuk seperti TBC,
berdahak seperti asma.
D. Gejala Penyakit Cacingan
a. Gejala Umum
Perut buncit, badan kurus, rambut seperti rambut jagung, lemas dan cepat lelah,
muka pucat, serta mata belekan. sakit perut, diare berulang dan kembung, kolik
yang tidak jelas dan berulang,
b. Gejala Khusus
- Cacing Gelang
Sering kembung, mual, dan muntah-muntah. Kehilangan nafsu makan
dibarengi diare, akibat ketidakberesan di saluran pencernaan. Pada kasus yang
berat, penderita mengalami kekurangan gizi. Cacing gelang yang jumlahnya
banyak, akan menggumpal dan berbentuk seperti bola, sehingga menyebabkan
terjadinya sumbatan di saluran pencernaan.
- Cacing Cambuk
Dapat menimbulkan peradangan di sekitar tempat hidup si cacing,
misalnya di membrane usus besar. Pada kondisi ringan, gejala tidak terlalu
tampak. Tapi bila sudah parah dapat mengakibatkan diare berkepanjangan.
Jika dibiarkan akan mengakibatkan pendarahan usus dan anemia. Peradangan
bisa menimbulkan gangguan perut yang hebat, yang menyebabkan mual,

6
muntah, dan perut kembung.
- Cacing Tambang
Cacing tambang menetas di luar tubuh manusia, larvanya masuk kedalam
tubuh melalui kulit. Cacing tambang yang hidup menempel di usus halus
menghisap darah si penderita. Gejala yang biasa muncul adalah lesu, pucat,
dan anemia berat.
- Cacing Kremi
Telur cacing ini masuk ke dalam tubuh melalui mulut, lalu bersarang di
usus besar. Setelah dewasa, cacing berpindah ke anus. Dalam jumlah banyak,
cacing ini bisa menimbulkan gatal-gatal di malam hari. Tidak heran bila si kecil
nampak rewel akibat gatal-gatal yang tidak dapat ditahan. Olesi daerah anusnya
dengan baby oil dan pisahkan semua peralatan yang bisa menjadi media
penyebar, seperti handuk, celana, pakaian.
E. Pencegahan Penyakit Cacingan
a) Menjaga Kebersihan Perorangan
1. Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar dengan
menggunakan air dan sabun.
2. Potong kuku anak secara teratur. Kuku panjang bisa menjadi tempat
bermukim larva cacing.
3. Ajari anak untuk tidak terbiasa memasukkan tangan ke dalam mulutnya.
Selalu pakaikan sandal atau sepatu setiap kali anak bermain di luar rumah.
4. Bilas sayur mentah dengan air mengalir atau mencelupkannya beberapa
detik ke dalam air mendidih.
5. Juga tidak jajan di sembarang tempat, apalagi jajanan yang terbuka
6. Menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum, dan mandi :
7. Memasak air untuk minum
8. Mencuci dan memasak makanan dan minuman sebelum dimakan;
9. Mandi dan membersihkan badan paling sedikit dua kali sehari;
10. Memakai alas kaki bila berjalan di tanah, dan memakai sarung tangan bila
melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan tanah;

7
11. Menutup makanan dengan tutup saji untuk mencegah debu dan lalat
mencemari makanan tersebut;
b) Menjaga Kebersihan Lingkungan
1. Membuang tinja di jamban agar tidak mengotori lingkungan.
2. Jangan membuang tinja, sampah atau kotoran di sungai.
3. tidak menyiram jalanan dengan air got
4. Mengusahakan pengaturan pembuangan air kotor.
5. Membuang sampah pada tempatnya untuk menghindari lalat dan lipas.
6. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya.
F. Pengobatan Penyakit Cacingan
1. Obat pilihan: piperazin sitrat (antepar) 150 mg/kg BB/hari, dosis tunggal dengan
dosis maksimum 3 g/hari.
2. Heksil resorsinol dengan dosis 100 mg/tahun (umur)
3. Oleum kenopodii dengan dosis 1 tetes/tahun (umur)
4. Santonin : tidak membinasakan askaris tetapi hanya melemahkan. Biasanya
dicampur dengan kalomel (HgCl= laksans ringan) dalam jumlah yang sama
diberikan selama 3 hari berturut-turut.
Dosis : 0-1tahun = 3 x 5 mg

1-3 tahun = 3 x 10 mg

1-4 3-5 tahun = 3 x 15 mg

1-5 Lebih dari 5 tahun =3 x 20 mg


1-6 Dewasa = 3 x 25 mg

5. Pirantel pamoat (combantrin) dengan dosis 10 mg/ kg BB/hari dosis tunggal.


6. Papain yaitu fermen dari batang pepaya yang kerjanya menghancurkan
cacing Preparatnya : Fellardon.
7. Pengobatan gastrointestinal ascariasis menggunakan albendazole (400 mg
P.O. sekali untuk semua usia), mabendazole (10 mg P.O. untuk 3 hari atau 500
mg P.O. sekali untuk segala usia) atau yrantel pamoate (11 mg/kg P.O.
sakali, dosis maksimum 1 g). Piperazinum citrate (pertama : 150 mg/kg P.O.

8
diikuti 6 kali dosis 6 mg/kg pada interval 12 hari). Prognosis pengobatan. baik,
terutama jika tidak terdapat komplikasi dan cepat diberikan pengobatan.

9
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Kerangka Pemecahan Masalah


Kerangka berpikir untuk memecahkan masalah kegiatan ini digambarkan seperti pada
Gambar 1. Dari permasalahan yang muncul disusun berbagai alternatif untuk
memecahkan masalah. Selanjutnya dari berbagai alternatif, dipilih alternatif yang
paling mungkin dilaksanakan. Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, maka
metode dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut :

Pemecahan Masalah

Permasalahan  Meningkatkan pengetahuan


siswa tentang penyakit cacingan
 Para Siswa Siswi SD
Yang tidak tahu tentang  Meningkatkan pengetahuan
penyakit cacingan siswa penyebab terjadinya
penyakit cacingan
 Meningkatkan pengetahuan
siswa akibat penyakit cacingan
 Meningkatkan pengetahuan
siswa gejala penyakit cacingan
 Meningkatkan pengetahuan
siswa pengobatan penyakit
cacingan

Meningkatkan pengetahuan siswa


pencegahan penyakit cacingan
Metode Kegiatan Alternatif Pemecahan Masalah

 Ceramah tentang penyakit  Meningkatkan pengetahuan


cacingan pada anak anak siswa siswi tentang penyakit
 Penyuluhan tentang penyakit cacingan
cacingan

Gambar 3.1. Bagan Skematis Metode Pemecahan Masalah

10
B. Realisasi Pemecahan Masalah
1) Cearamah dan Diskusi
Kegiatan ceramah dan diskusi dilakukan untuk memberikan pemahaman siswa
siswi SD Kelas IV-VI tentang penyakit cacingan . Materi yang diberikan memuat
berbagai persoalan tentang penyakit cacingan seperti Pengertian cacingan, jenis jenis
cacing, tanda dan gejala penyakit cacingan dan cara pengobatan.Pelaksanaan kegitan
dilakukan pada hari Sabtu 26 November 2016
Jadwal Kegiatan penyuluhan

No. Materi Pemateri Waktu Ket.

1. Pembukaan Adolfina Bumbungan 08.00-08.30

2. Penyajian Materi Adolfina Bumbungan 08.30-09.30 Teori

3. Tanya Jawab/Diskusi Adolfina Bumbungan 09.30-10.30

4. Penutupan Adolfina Bumbungan 10.40-11.00

C. Khalayak Sasaran
Khayalak sasaran dalam pengabdian pada masyarakat adalah :
Siswa siswi Kelas IV-VI SD Kristen Nania Ambon.
D. Metode Pengabdian
Metode pengabdian kepada siswa siswi kelas IV-VI SD Kristen Nania Berupa
penyuluhan tentang penyakit cacingan antara lain :
a. Memberi penjelasan melalui ceramah tentang pengertian penyakit cacing
b. Menjelaskan tentang penularan penyakit cacing
c. Menjelaskan tentang gejala gejala penyakit cacing
E. Waktu dan tempat Kegiatan
Kegiatan pengabdian pada masyarakat dilksanakan hari sabtu tanggal 26 November
2016 bertempat di SD Kristen Nania Ambon.
 Sarana Dan alat yang digunakan
Sarana yang digunakan dalam pengabdian masyarakat antara lain : laptop, LCD

11
 Pihak yang terlibat
Dalam kegiatan pengabdian masyarakat berupa penyuluhan tentang penyakit
cacingan di SD Kristen nania Ambon ada beberapa pihak yang terlibat dalam
kegiatan tersebut yaitu kepala sekolah SD Kristen nania,para guru SD Kristen nania
& Siswa siswi SD Kristen Nania.
 Kendala dan pemecahan
Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan terdapat kendala seperti tidak adanya
auditorium / ruangan khusus untuk pertemuan.
 Penilaian
Penilaian dalam kegiatan yang dilakukan pada peserta penyuluhan tentang penyakit
cacingan dengan melakukan evaluasi sebelum dan sesudah kegiatan dilakukan
dalam bentuk kuisioner memilih jawaban yang benar.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

Kebersihan diri yang buruk merupakan cerminan dari kondisi lingkungan dan
perilaku individu yang tidak sehat. Pengetahuan penduduk yang masih rendah dan
kebersihan yang kurang baik mempunyai kemungkinan lebih besar terkena infeksi
cacing.

B. Pembahasan

Upaya mencegah timbulnya penyakit kecacingan karena pengaruh


lingkungan kesehatan serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa
sehingga terjamin pemeliharaan kesehatanya antara lain:

a. Menjaga Kebersihan Perorangan


 Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar dengan
menggunakan air dan sabun.
 Potong kuku anak secara teratur. Kuku panjang bisa menjadi tempat bermukim
larva cacing.
 Ajari anak untuk tidak terbiasa memasukkan tangan ke dalam mulutnya. Selalu
pakaikan sandal atau sepatu setiap kali anak bermain di luar rumah.
 Bilas sayur mentah dengan air mengalir atau mencelupkannya beberapa detik ke
dalam air mendidih.
 Juga tidak jajan di sembarang tempat, apalagi jajanan yang terbuka
 Menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum, dan mandi :
 Memasak air untuk minum
 Mencuci dan memasak makanan dan minuman sebelum dimakan;
 Mandi dan membersihkan badan paling sedikit dua kali sehari;
 Memakai alas kaki bila berjalan di tanah, dan memakai sarung tangan bila
melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan tanah;
 Menutup makanan dengan tutup saji untuk mencegah debu dan lalat mencemari
makanan tersebut;

13
b. Menjaga Kebersihan Lingkungan
 Membuang tinja di jamban agar tidak mengotori lingkungan.
 Jangan membuang tinja, sampah atau kotoran di sungai.
 tidak menyiram jalanan dengan air got
 Mengusahakan pengaturan pembuangan air kotor.
 Membuang sampah pada tempatnya untuk menghindari lalat dan .
 Menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya.
Berdasarkan hasil pelaksanaan pengabdian pada masyarakat pada siswa siswi
kelas IV-VI SD Kristen nania tentang penyakit cacingan sebagian besar siswa siswi
belum mengetahui tentang penyakit cacingan dan cara penceghanya.

14
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari kegiatan pengabdian pada masyarakat pada siswa siswi kelas IV-
VI SD Kristen nania adalah :

1. Pengetahuan siswa siswi tentang penyakit cacingan hampir semua tidak tahu

2. Setelah dilakukan penyuluhan siswa siswi dapat mengetahui tentang penyakit


cacingan dan cara pencegahanya

B. Saran

Diharapkan setelah selesai melakukan pemyuluhan ini, siswa/i SD Kristen nania


dapat mencegah dan mewaspadai terjadinya penyakit cacingan, dengan cara
mencuci tangan dengan sabun setiap habis ke toilet atau sebelum menyentuh
makanan ,dan hindari juga untuk menutup mulut dengan tangan yang belum dicuci.
Menjaga kebersihan diri merupakan salah satu kunci untuk mencegah timbulnya
penyakit cacingan.

15
DAFTAR PUSTAKA

- Berhman RE, Kliegman RM, dan Arvin AM. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson.
Editor edisi bahasa Indonesia A. Samik Wahab. Edisi 15. Volume 2. Jakarta: EGC.
- Rudolph, Abraham M. dkk. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Editor edisi bahasa
Indonesia A. Samik Wahab. Edisi 20. Volume 1. Jakarta : EGC.
- Soegijanto, Soegeng. 2005. Kumpulan Makalah Penyakit Ttopis dan Infeksi di
Indonesia. Cetakan 1. Surabaya : Airlangga University Press.
- Soegijanto, Soegeng.2005.Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di
Indonesia Jilid 4.Surabaya : Airlangga University Press
- Viqar Z., Loh AK, 1999. Buku Penuntun Parasitologi Kedokteran. Penerbit
Binacipta.

16
17

Anda mungkin juga menyukai