KECACINGAN
Diare yang juga menjadi salah satu penyakit yang masih sering terjadi di
Indonesia dapat disebabkan oleh berbagai hal. Salah satu penyebab yang sering
luput dari perhatian kita adalah diare akibat infeksi parasit yaitu cacing. Indonesia
sebagai negara berkembang dan negara tropis diperkirakan memiliki angka
kejadian infeksi parasit yang cukup tinggi.2
Salah satu jenis penyakit dari kelompok cacing adalah penyakit kecacingan
yang diakibatkan oleh infeksi cacing kelompok Soil Transmitted Helminth (STH),
yaitu kelompok cacing yang siklus hidupnya melalui tanah. Penyakit parasitik yang
termasuk ke dalam neglected diseases tersebut merupakan penyakit tersembunyi
atau silent diseases, dan kurang terpantau oleh petugas kesehatan.3 Penyakit
kecacingan yang diakibatkan oleh infeksi Soil Transmitted Helminth merupakan
salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Infeksi
1
kecacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi,
kecerdasan dan produktivitas penderita sehingga secara ekonomi banyak
menyebabkan kerugian, karena adanya kehilangan karbohidrat dan protein serta
kehilangan darah yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas sumber daya
manusia. Prevalensi infeksi kecacingan di Indonesia masih relatif tinggi pada tahun
2006, yaitu sebesar 32,6 %, terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu
dari sisi ekonomi.1,2,3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
pada umur 10 tahun. Infeksi cacingan juga dipengaruhi oleh perilaku individu.
Intensitas dan prevalensi yang tinggi pada anak disebabkan oleh kebiasaan
memasukkan jari-jari tangan yang kotor ke dalam mulut. Pada infeksi cacing
tambang, prevalensi yang tinggi di dapatkan pada anak dengan umur lebih tua,
hal ini kemungkinan disebabkan oleh mobilitas anak.6
Banyak telur yang dihasilkan satu ekor cacing adalah sebagai berikut :
Ascaris kira-kira 200.000 sehari, Trichuris kira-kira 5.000 sehari dan cacing
tambang 9.000-10.000 sehari. Jumlah telur yang dapat berkembang semakin
banyak pada masyarakat dengan infeksi yang semakin berat akibat defekasi di
sembarang tempat khususnya di tanah.
4
(berpasir dan humus) serta lembab sangat baik untuk perkembangan larva
dengan suhu optimum 28-320C.6
5
Keterangan :
1. Cacing dewasa hidup di saluran usus halus, seekor cacing betina mampu
menghasilkan telur sampai 240.000 perhari yang akan keluar bersama
feses.
2. Telur yang sudah dibuahi mengandung embrio dan menjadi infective
setelah 18 hari sampai beberpa minggu di tanah.
3. Tergantung pada kondisi lingkungan (kondisi optimum, lembab, hangat,
tempat teduh)
4. Telur infective tertelan
5. Masuk ke usus halus dan menetas mengeluarkan larva yang kemudian
menembus mucosa usus, masuk kelemjar getah bening dan aliran darah
dan terbawa sampai ke paru-paru
6. Larva mengalami pendewasaan di dalam paru-paru (10 –14), menembus
dinding alveoli, naik ke saluran pernafasan dan akhirnya terlelan
kembali. Ketika mencapai usus halus, larva tumbuh menjadi cacing
dewasa. Waktu yang diperlukan mulai tertelan telur infeksi sampai
menjadi cacing dewasa sekitar 2 sampai 3 bulan. Cacing dewasa dapat
hidup 1 sampai 2 tahun dalam tubuh.
6
untuk bertelur di kulit sekitar dubur. Infeksi cacing kermi adalah satu-
satunya infeksi yang dapt ditularkan dari orang ke orang, sehingga semua
anggota keluarga harus diobati serentak, walaupun tidak menunjukkkan
sebarang gejala. Ini karena, cacing betina bertelur 3-6 minggu setelah
infeksi.
Siklus Hidup
C. Ancylostomiasis
Infeksi cacing tambang (hookworm) pada manusia disebabkan oleh
Necator americanus (nekatoriasis) dan Ancylostoma duodenale
(ankilostomiasis). Cacing tambang mempunyai siklus hidup yang
kompleks, infeksi oleh larva melalui kulit dan mengalami migrasi ke paru –
7
paru dan berkembang menjadi dewasa pada usus halus. Infeksi cacing
tambang menyebabkan anemia mikrositik dan hipokromik karena
kekurangan zat besi akibat kehilangan darah secara kronis. Cacing dewasa
terutama hidup di daerah yeyunum dan duodenum. Telur dikeluarkan
melalui tinja dan tidak infektif pada manusia. Larva filariform yang bersifat
infektif hidup secara bebas di dalam tanah dan air.6
Siklus Hidup
8
ke jantung terus ke paru-paru. Di paru-paru menembus pembuluh darah
masuk ke bronchus lalu ke trachea dan larynk. Dari larynk, larva ikut
tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi
terjadi bila larva filariform menembus kulit atau ikut tertelan bersama
makanan.
D. Trichiuriasis
Trichuris trichiura merupakan penyebab penyakit trikuriasis. Karena
bentuknya mirip cambuk, cacing ini sering disebut sebagai cacing cambuk
(whip worm). Cacing ini tersebar luas di daerah tropis yang berhawa panas
dan lembab. Trichuris trichiura hanya dapat ditularkan dari manusia ke
manusia sehingga cacing ini bukan parasit zoonosis. Manusia adalah hospes
utama cacing Trichuris trichiura. Cara infeksi adalah langsung, tidak
diperlukan hospes perantara. Adapun cacing dewasa melekat pada mukosa
usus penderita, terutama di daerah sekum dan kolon, dengan membenamkan
kepalanya di dalam dinding usus. Larva menembus dinding usus halus
menuju pembuluh darah atau saluran limpa kemudian terbawa oleh darah
sampai ke jantung menuju paru-paru. Kadang – kadang cacing ini
ditemukan hidup di apendiks dan ileum bagian distal.
9
ditimbulkan oleh cacing cambuk biasanya tanpa gejala pada infeksi ringan.
Pada infeksi menahun dapat menimbulkan anemia, diare, sakit perut, mual
dan berat badan turun.
Siklus Hidup
10
2.4 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Infeksi Kecacingan
Faktor-faktor yang berhubungan dengan infeksi kecacingan sangat
banyak. Beberapa diantaranya adalah faktor lingkungan dan faktor perilaku
higiene perorangan.6
a. Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan yang berpengaruh pada infeksi kecacingan adalah
ada tidaknya sumber air bersih dan jamban yang memenuhi syarat
kesehatan.
Kulit, tangan, kaki dan kuku harus dipelihara dan ini tidak terlepas dari
kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari – hari. Selain
indah dipandang mata, tangan, kaki dan kuku yang bersih juga dapat
menghindarkan kita dari berbagai penyakit.6
11
1. membersihkan tangan sebelum makan
2. membersihkan lingkungan
3. memotong kuku secara teratur
4. mencuci kaki sebelum tidur
Perkembangan telur dan larva cacing sangat cocok pada iklim tropik
dengan suhu optimal adalah 23°C sampai 30°C. Jenis tanah liat merupakan
tanah yang sangat cocok untuk perkembangan telur cacing, sementara dengan
bantuan angin maka telur cacing yang infektif bersama dengan debu dapat
menyebar ke lingkungan.2,6
12
Berbagai penyakit dapat ditularkan oleh lalat, misalnya telur cacing. Lalat
Musca domestica yang sering terdapat pada tumpukan sampah dapat membawa
telur cacing Oxyrus vermicularis, Trichuris trichiura, cacing tambang, serta
acsaris lumbricoides. Lalat suka hidup di tempat kotor yaitu tumpukan
sampah, makanan, dan tinja, dari situlah lalat membawa berbagai
mikroorganisme, karena tubuh lalat tertutup bulu-bulu yang mengandung
semacam perekat. Telur ascaris banyak ditemukan di sekitar tumpukan sampah
(55%) dan di tempat teduh di bawah pohon (33,3%). Telur juga banyak
ditemukan di sekitar sumur, tempat cuci, dekat jamban, pinggir kali bahkan di
dalam rumah. Kepadatan penghuni dalam rumah juga berperan dalam
penularan cacing.
13
Transmisi melalui sayuran yang dimakan mentah (tidak dimasak) dan
proses membersihkannya tidak sempurna juga dapat terjadi, terlebih jika
sayuran tersebut diberi pupuk dengan tinja segar. Di beberapa negara
penggunaan tinja sebagai pupuk harus diolah dahulu dengan bahan kimia
tertentu berupa desinfestasi.6
14
cacing tambang umumnya berlangsung secara menahun, cacing tambang ini
sudah dikenal sebagai penghisap darah. Seekor cacing tambang mampu
menghisap darah 0,2 ml per hari. Apabila terjadi infeksi berat, maka penderita
akan kehilangan darah secara perlahan dan dapat menyebabkan anemia berat.6
15
Diagnosis infeksi cacing tambang dapat dilakukan dengan beberapa cara:
Pemeriksaan Sediaan langsung
Diambil tinja kira-kira 0,2 g diletakan pada kaca benda. Kemudian
ditambah 1-2 tetes larutan garam fisiologis dan diratakan. Selanjutnya
ditutup dengan kaca penutup dan langsung diperiksa dibawah mikroskop.
Untuk memberikan warna pada tinja agar telur cacing tampak lebih jelas,
dapat digunakan 1 tetes eosin 0,2% sebagai pengganti garam fisilogis.
Tehnik Pengapungan Dengan NaCl jenuh.
Dimasukan tinja kurang lebih 5 g kedalam tabung reaksi dan ditambah
NaCl jenuh, diaduk sampai homogen, diambil kaca tutup, dan diamkan 10-
15 menit di dalam tabung reaksi. Diambil kaca tutup tanpa mengubah
kedudukannya langsung diletakan pada kaca benda dan diperiksa telur-
telurnya.2,3
2.8 Antihelmintik
Antihelmintik atau obat anti cacing adalah obat yang dapat memusnahkan
cacing dalam tubuh manusia dan hewan. Dalam istilah ini termasuk semua zat
yang bekerja lokal menghalau cacing dari saluran cerna maupun obat-obat
sistemik yang membasmi cacing serta larvanya yang menghinggapi organ dan
jaringan tubuh. Obat-obat yang tidak diresorpsi lebih diutamakan untuk cacing
di dalam rongga usus agar kadar setempat setinggi mungkin. Sebaliknya
terhadap cacing yang dapat menembus dinding-dinding usus dan menjalar ke
jaringan dan organ lain, misalnya cacing gelang, hendaknya digunakan obat
sistemik yang justeru diresorpsi baik ke dalam darah hingga mencapai jaringan.
Berikut jenis-jenis antihelmintik;6
Mebendazol
Ester-metil dari benzimidazol ini adalah antihelmintik berspektrum luas
yang sangat efektif terhadap cacing kermi, gelang, pita, cambuk dan
tambang. Obat ini banyak digunakan sebagai monoterapi untuk penanganan
massal penyakit cacing, juga pada infeksi campuran dengan dua atau lebih
jenis cacing. Mebendazol bekerja sebagai vermisid, larvisid dan juga ovisid.
16
Mekanisme kerjanya melalui perintangan pemasukan glukosa dan
mempercepat penggunaan glikogen pada cacing. Penggunaan mebendazol
tdak memerlukan laksans. Resorpsinya dari usus adalah kecil yaitu kurang
dari 10%. Ekskresinya berlangsung lewat empedu dan urin.
Albendazol
Adalah derivat karbamat dari benzimidazol berspektrum luas terhadap
cacing kermi, gelang, pita, cambuk dan tambang. Di dalam hati, zat ini
segera diubah menjadi sulfoksida, yag kemudian diekskresikan melalui
empedu dan urin
Piperazin
Zat basa ini sangat efektif terhadap cacing gelang (Ascaris) dan cacing
kermi (Oxyuris) berdasarkan perintangan penerusan-impuls neuromuskuler,
hingga cacing dilumpuhkan dan kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui
gerakan peristaltik usus. Di samping itu juga, piperazin juga mempunyai
khasiat sebagai laksans lemah. Dahulu obat ini banyak digunakan kerana
efektif dan murah, tetapi sejak tahun 1984, banyak negara Barat
menghentikan penggunaannya berhubung efek samping terutama
neurotoksisitasnya. Resorpsi dari usus adalah cepat dan kurang lebih 20%
diekskresikan melalui urin dalam keadaan utuh.
Pirantel
Derivat pirimidin ini berkhasiat terhadap Ascaris, Oxyuris dan Necator,
tetapi tidak efektif terhadap Trichiuris. Mekanisme bekerjanya
melumpuhkan cacing dengan jalan menghambat propagasi impuls
neuromuskuler. Kemudian, parasit dikeluarkan oleh peristaltik usus tanpa
memerlukan laksans, diekskresikan dalam keadaan utuh bersama
metabolitnya melalui tinja sebanyak 50% dan lebih kurang 7% dikeluarkan
melalui urin.
Levamisol
Derivat imidazol ini sangat efektif terhadap cacing gelang dan cacing
tambang dengan jalan melumpuhkannya. Khasiat lainnya yang sangat
17
penting adalah stimulasi sistem imunologi tubuh (imunostimulator pada
kemoterapi).
Praziquantel
Derivat pirazino-isokinolin ini (1980) berkhasiat baik terhadap jenis
tertentu Schistosoma dan Taenia, sedangkan terhadap cacing hati Fasciola
hepatica tidak efektif. Obat ini satu-satunya digunakan pada schistosomiasis
dan juga dianjurkan pada taeniasis. Khasiatnya berdasarkan kontraksi cepat
pada cacing dan disintegrasi membran cacing.
18
b. Pencegahan Sekunder
1. Memberi pengobatan masal secara berkala 6 bulan sekali dengan obat
antelmintik yang efektif, terutama pada golongan rawan.
2. Apabila diketahui seseorang positif terinfeksi, maka orang tersebut harus
segera diberi obat cacing.2,3
Hasil pemeriksaan tinja pada anak sekolah dasar yang dilakukan oleg Sub
Dit Diare, Kecacingan dan Infeksi Saluran Pencernaan lain pada tahun 2002-
2009 di 398 SD yang tersebar di 33 Provinsi menunjukkan rata-rata prevalensi
cacingan adalah 31,8%.
19
kesehatan menyarankan agar PMT-AS diberikan dengan pemberian obat
cacing. Pemikiran ini didasarkan pada kajian teknis medis dampak Cacingan
terhadap keadaan zat gizi. Cacing sebagai hewan parasit tidak saja mengambil
zat-zat gizi dalam usus anak, tetapi juga merusak dinding usus sehingga
mengganggu penyerapan zat–zat gizi tersebut.
20
1) Pengobatan
Pengobatan dilakukan dengan dua cara pendekatan yaitu “Blanket
Treatment” dan “Selective Treatment” dengan mengunakan obat yang aman
dan berspektrum luas, efektif, tersedia dan terjangkau harganya, serta dapat
membunuh cacing dewasa, larva dan telur.
Pada awal pelaksanaan kegiatan pengobatan harus didahului dengan
survei untuk mendapat data dasar. Bila pemeriksaan tinja dilakukan secara
sampling dan hasil pemeriksaan tinja menunjukan prevalensi 30% atau
lebih, dilakukan pengobatan massal, sebaliknya bila prevalensi kurang dari
30%, maka dilakukan pemeriksaan tinja secara menyeluruh (total
screening). Apabila hasil pemeriksaan total screening menunjukkan
prevalensi di atas 30%, maka harus dilakukan pengobatan massal. Apabila
prevalensi kurang dari 30%, maka lakukan pengobatan selektif, yaitu yang
positif saja.
- Blanket Mass Treatment
Suatu jenis pengobatan yang dilakukan secara menyeluruh kepada
seluruh penduduk yang menjadi sasaran program. Blanket Treatment
dilakukan bila sarana dan prasarana laboratorium tidak ada/tidak
memadai atau ada sarana laboratorium tapi kondisi geografis
menyulitkan pengumpulan sampel tinja, pengobatan massal ini dapat
dilakukan sampai 3 tahun tanpa survei evaluasi. Daerah yang
melaksanakan sistem Blanket, agar diikuti dengan kegiatan penyuluhan
tentang hidup bersih dan memperbaiki sanitasi lingkungan di wilayah
tersebut. Disamping itu agar diupayakan meningkatkan SDM dan sarana
laboratorium untuk menunjang kemampuan pemeriksaan tinja, dengan
harapan suatu saat mampu melaksanakan pengobatan selektif di
wilayahnya.
Selain itu pengobatan massal dilakukan apabila di daerah sasaran
pernah mempunyai prevalensi 30 % atau lebih.
- Selective Mass Treatment
21
Pengobatan yang dilakukan terhadap penduduk yang menjadi
sasaran program, tetapi hanya kepada penduduk yang hasil pemeriksaan
tinjanya positif. Hal ini dilakukan pada daerah yang mempunyai sarana
dan prasarana laboratorium yang memadai, karena pemeriksaan tinja
harus dilakukan pada seluruh sasaran. Di samping itu kondisi geografis
memungkinkan untuk pengumpulan sediaan tinja secara berkala.
Pengobatan dilakukan secara berurutan (satu per satu) dan harus
diminum didepan petugas (tidak boleh dibawa pulang).
2) Pencegahan
Tindakan preventif yaitu dengan melakukan pengendalian faktor risiko,
yang meliputi kebersihan lingkungan, keberhasilan pribadi, penyediaan air
bersih yang cukup, semenisasi lantai rumah, pembuatan dan penggunaan
jamban yang memadai, menjaga kebersihan makanan, pendidikan kesehatan
di sekolah baik untuk guru maupun murid.
3) Promotif
Pendidikan kesehatan dapat diberikan melalui penyuluhan kepada
masyarakat pada umumnya atau kepada anak-anak sekolah, yaitu melalui
program UKS, sedangkan untuk masyarakat dapat dilakukan penyuluhan
secara langsung atau melalui media massa baik cetak maupun media
elektronik.
22
BAB III
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
24