Anda di halaman 1dari 12

REFLEKSI KASUS JANUARI 2018

“VARICELLA”

Nama : NURFITRIANI A
No. Stambuk : N 111 17 069
Pembimbing : dr.Kartin Akune, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2018
PENDAHULUAN

Varicella adalah suatu penyakit infeksi akut primer oleh virus Varicella
Zoster yang menyerang kulit, mukosa dan selaput lendir, secara klinis terdapat
gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf ditandai oleh adanya vesikel-vesikel,
terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. Sinonimnya adalah cacar air,chicken
pox.1Varicella merupakan penyakit infeksi virus akut dan cepat menular. Penyakit
ini merupakan hasil infeksi primer pada penderita yang rentan.2
Virus Varicella Zoster dapat menyebabkan 2 jenis, yaitu infeksi primer
dan sekunder. Varicella (chicken pox), merupakan suatu bentuk infeksi primer
virus Varicella Zoster yang pertama kali pada individu yang berkontak langsung
dengan virus tersebut sedangkan infeksi sekunder/rekuren (karena persistensi
virus) disebut herpes Zoster/shingles.3
Virus Varicella Zoster masuk kedalam tubuh dan menyebabkan terjadinya
infeksi primer, setelah ada kontak dengan virus tersebut akan terjadi varicella.
Kemudian setelah penderita varicella (infeksi primer) sembuh, mungkin virus itu
tetap ada dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) pada dasar akar
ganglia dan nervus spinalis. Virus tersebut dapat menjadi aktif kembali dalam
tubuh individu dan menyebabkan terjadinya Herpes Zoster.4
Infeksi varicella primer (cacar air) susah dibedakan dengan cacar sampai
akhir abad ke-19. Pada tahun 1875, Steiner menunjukkan bahwa cacar air
disebabkan oleh cairanvesikula yang berasal dari pasien dengan akut
varicella.Observasi klinis mengenai hubunganantara varicella dan herpes zoster
dibuat pada tahun 1888 oleh von Bokay, ketika anak-anak yang tidak terbukti
memiliki kekebalan terhadap varicella setelah kontak dengan herpeszoster. Virus
varicella zoster diisolasi dari kedua cairan vesikular yang berasal dari cacar air
dan lesi zoster dalam kultur sel oleh Thomas Weller pada tahun 1954. Penelitian
laboratorium virus ituselanjutnya menyebabkan pengembangan vaksin varicella
hidup yang dilemahkan di Jepang pada 1970-an. Vaksin ini berlisensi untuk
digunakan di Amerika Serikat pada Maret 1995.Vaksin pertama untuk
mengurangi risiko herpes zoster ini dilisensikan pada Mei 2006.5
KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : By. FR
Umur : 2 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 22 Oktober 2017

ANAMNESIS
Keluhan Utama : Demam
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien bayi laki-laki masuk dengan keluhan
demam sejak 3 hari SMRS, demam dirasakan
naik turun, menggigil (-), kejang (-).
Ibu pasien juga mengeluhkan adanya bintik-
bintik merah yang muncul sejak 2 hari SMRS di
tubuh anaknya. Ibu pasien mengaku awalnya
muncul bintik-bintik di area perut dan dada
kemudian menyebar ke muka, tangan dan kaki.
Bintik merah lebih terlihat jelas pada area perut
dan badan, dan jarang terlihat pada bagian telapak
kaki dan tangan.
Batuk (-), pilek (-), sesak (-). Mual (-)
muntah (-). Buang air besar biasa, buang air kecil
lancar.
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak pernah mengalami hal serupa sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga : saudara pasien pernah mengalami keluhan yang
sama, beberapa minggu sebelum bayi mengalami
keluhan yang sama.
Riwayat Sosial-ekonomi : Menengah
Riwayat Kehamilan dan Persalinan : Lahir spontan langsung menangis, cukup
bulan, di RSdi bantu oleh bidan. BBL :
2800gr
Anamnesis Makanan :ASI + Susu Formula : 0 bulan- Sekarang
Riwayat Imunisasi : Belum pernah imunisasi

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Berat Badan : 5,5 kg
Panjang Badan : 60 cm
Status Gizi : (0) (-1) Gizi Baik
Tanda Vital : Denyut Nadi : 138 x/menit
Respirasi : 48 x/menit
Suhu : 37,6°C
Kulit : Ruam (-), Turgor < 2 detik, tampak vesikel pada
seluruh bagian tubuh pasien.
Kepala : Normocephal (+)
Mata : Konjungtiva hiperemis (-), sklera tidak ikterik,
konjungtiva tidak anemis, tidak cekung.
Hidung : Rhinorrhea (-), epistaksis (-), pernapasan cuping
hidung (-)
Mulut : Sianosis (-), mukosa bibir kering(+), Tonsil T1/T1
tidak hiperemis
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid

Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral, retraksi (-)
Palpasi : Vocal fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor pada lapang paru kanan dan kiri
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Teraba pulsasi ictus cordis pada SIC V midclavicula sinistra
Perkusi : Batas atas pada SIC II para sternal sinistra,
Batas kiri jantung pada SIC V midclavicula sinistra
Batas kanan pada SIC IV para sternal dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, tidak ada murmur

Abdomen
Inspeksi : Datar. Tidak tampak sikatrik, dan tidak tampak massa
Auskultasi : Peristaltik usus (+), kesan normal
Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

Testis : Dalam batas normal


Anggota Gerak : Akral hangat, tidak dijumpai edema

PEMERIKSAAN PENUNJANG
22 oktober 2017
Laboratorium:
Darah Rutin:
Jenis Komponen Nilai Hasil Nilai Rujukan Satuan
WBC 4.4 5.0 – 10.0 103/mm3
RBC 4,5 4.00 – 6.00 106/mm3
HGB 12.7 10.0 – 18.0 g/dl
HCT 32.6 42.0 – 55.0 %
PLT 158 150 – 600 103/mm3
RESUME
Pasien bayi laki-laki usia 2 bulan, berat badan 4 kg, panjang badan 47 cm,
status gizi baik, dengan keluhan adanya demam sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit, demam tidak disertai menggigil dan kejang. Pada tubuh pasien juga
ditemukan vesikel-vesikel.Awalnyavesikelmuncul di area perut dan dada
kemudian menyebar ke muka, tangan dan kaki. Kakak pasien pernah mengalami
keluhan yang sama, 2 minggu sebelum pasien mengalami keluhan yang sama.
Pada pemeriksaan fisik didapat keadaan umum sakit sedang, kesadaran
compos mentis. Pemeriksaan tanda vital, Nadi 138 x/menit, Respirasi 44 x/menit,
Suhu 36,9°C. Pada kulit tampak vesikel pada seluruh bagian tubuh pasien.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil penurunan WBCdan HCT

DIAGNOSIS: Varicella

TERAPI:
- IVFD RL 10 tpm
- Paracetamol drip 3x0,5 ml
- Asiklovir 50 mg 4x1 pulv
- Asiklovir salep

FOLLOW UP I
23 oktober 2017,
S : Jumlah vesikel tetap, sebagian menjadi krusta, Demam (-), Pusing (-),Batuk
(-), Sesak (-),BAB (+) biasa, BAK (+) lancar.
O : Suhu : 36,5°C
Nadi : 135 x/menit
Pernafasan : 44 x/menit
Kulit
Tampak vesikel pada dada, perut, punggung, wajah, kaki, dan tangan
jumlahnya sama, juga tampak krusta dibagian wajah

Paru-paru
Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral, retraksi (-)
Palpasi : Vocal fremitus bilateral kesan normal
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesicular (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Tampak datar
Auskultasi : Terdengar peristaltik usus (+), kesan normal
Perkusi : Timpani pada 4 kuadran abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (-), Organomegali (-)

Ekstremitas
Akral hangat, edema (-)
A : Varicella
P : -IVFD RL10 tpm
-Asiklovir 50mg 4x1 pulv
-Asiklovir salep 5%

24 oktober 2017, PH II.


S : Krusta mengering, Demam (-), Pusing (-),Batuk (-), Sesak (-), BAB (+)
biasa, BAK (+) lancar.
O : Suhu : 37,0°C
Nadi : 140 x/menit
Pernafasan : 52 x/menit
Kulit
Tampak krusta pada wajah dan kaki, mulai berkurang
A : Varicella
P :
- IVFD RL % 10 tpm
- Asiklovir 50mg 4x1 pulv
- Asiklovir salep 5%
DISKUSI

Penyakit Varicella adalah Infeksi akut primer oleh virus varicella zoster
yang menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusional, kelainan
kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. Virus ini menyerang
anak kurang dari 10 tahun terutama usia 5-9 tahun bahkan orang dewasa. 1
PatogenesaVaricella disebabkan oleh VZV yang termasuk dalam famili
virus herpes. Virusmasuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran napas
dan orofaring atau kontak langsung dengan kulit penderita. Multiplikasivirus di
tempat tersebut diikuti oleh penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui darah
dan limfe (viremia primer). Virus VZV dimusnahkan oleh sel sistem
retikuloendotelial, yangmerupakan tempat utama replikasi virus selama masa
inkubasi. Selama masa inkubasi infeksivirus dihambat sebagian oleh mekanisme
pertahanan tubuh dan respon yang timbul.Pada sebagian besar individu replikasi
virus dapat mengatasi pertahanan tubuh yang belum berkembang sehingga dua
minggu setelah infeksi terjadi viremia sekunder dalam jumlah yang lebih banyak.
Lesi kulit muncul berturut-berturut, yang menunjukkan telahmemasuki siklus
viremia, yang pada penderita yang normal dihentikan setelah sekitar 3 harioleh
imunitas humoral dan imunitas seluler VZV. Virus beredar di leukosit
mononuklear,terutama pada limfosit. Bahkan pada varicella yang tidak disertai
komplikasi, hasil viremiasekunder menunjukkan adanya subklinis infeksi pada
banyak organ selain kulit.6
Perjalanan penyakit dibagi menjadi 2 stadium yaitu stadium prodromal
dan stadium erupsi. Stadium prodromal yaitu 24 jam sebelum kelainan kulit
timbul, terdapat gejala seperti demam, malaise, kadang-kadang terdapat
kelainanscarlatinaform ataumorbiliform. Stadium erupsi dimulai dengan
terjadinya papul merah, kecil, yang berubah menjadi vesikel yang berisi cairan
jernih dan mempunyai dasar eritematous. Permukaan vesikel tidak
memperlihatkan cekungan ditengah (unumbilicated).4Penyebaran terutama di
daerah badan dan kemudian menyebar secara sentrifugal ke muka dan ekstremitas,
serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut, dan saluran napas bagian atas.
Jika terdapat infeksi sekunder terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional.
Penyakit ini biasanya disertai gatal.1
Varicella biasanya mudah didiagnosa berdasarkan penampilan dan
perubahan padakarakteristik dari ruam yang timbul, terutama apabila ada riwayat
terpapar varicella 2-3minggu sebelumnya.6Lesi pada varicella dan herpes zoster
tidak dapat dibedakan secara histopatologi. Pada pemeriksaan menunjukkan sel
raksasa berinti banyak dan sel epitel yang mengandung badan inklusi intranuklear
yang asidofilik.Pemeriksaan dapat dilakukan dengan percobaan Tzanck dengan
cara membuat sediaan hapus yang diwarnai, dimana bahan pemeriksaan diambil
dari kerokan dari dasar vesikel yang muncul lebih awal, kemudian diletakkan di
atas object glass, dan difiksasi dengan ethanol atau methanol, dan diwarnai
dengan pewarnaan hematoxylin-eosin, giemsa, papanicolaou, atau pewarnaan
Paragon. Hasilnya akan didapati sel datia berinti banyak.6
Varicella dapat dibedakan dengan beberapa kelainan kulit, antara lain
harus dibedakan dengan variola. Pada variola, penyakit lebih berat, memberi
gambaran lesi monomorf, dan penyebarannya sentripetal dimulai dari bagian akral
tubuh, yakni telapak tangan dan telapak kaki, baru ke badan. Bedakan juga
dengan herpes zoster. Pada herpes zoster lesi monomorf, nyeri, biasanya
unilateral. Pada herpes zoster juga sama-sama biasanya didahului oleh fase
prodromal, setelah fase prodromal sering disertai dengan rasa nyeri, perubahan
pada kulit terjadi pada setengah bagian badan (unilateral) dan berbentuk garis
berkaitan dengan daerah dermatom dengan lesi yang berupa gelembung-
gelembung kecil yang berkelompok di atas dasar eritematosa.7
Tidak ada terapi spesifik terhadap varicella. Pengobatan bersifat
simptomatik dengan antipiretik dan analgesik. Untuk panasnya dapat diberikan
asetosal atau antipiretik lain seperti asetaminofen dan metampiron. Untuk
menghilangkan rasa gatal dapat diberikan antihistamin oral atau sedative, topikal
diberikan bedak yang ditambah obat anti gatal (mentol, kamfora) seperti bedak
salisilat 1-2% atau lotio kalamin untuk mencegah pecahnya vesikel secara dini
serta menghilangkan rasa gatal. Jika timbul infeksi sekunder dapat diberikan
antibiotika berupa salep dan oral, dapat pula diberikan obat-obat antivirus.4Anti
virus pada anak dengan pengobatan dini varicella dengan pemberian acyclovir
(dalam 24 jam setelah timbul ruam)pada anak dengan dosis 4x10 mg/KgBB/hari
selama 7 hari menurunkan jumlah lesi, penghentian terbentuknya lesi yang baru,
dan menurunkan timbulnya ruam, demam, dan gejala konstitusi bila dibandingkan
dengan placebo.6
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda Andhi, dkk. Varisela. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi
Keenam. Jakarta Balai Penerbit FKUI; 2011. H.115-116.
2. Harahap marwali. Varisela. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates;
2000. H.94-96.
3. Rassner, Steinert. Penyakit virus variselazoster. Dalam: Buku Ajar dan Atlas
Dermatologi; edisi 4. Jakarta; EGC; 1995. H. 44--45.
4. Hassan Rusepno, Alatas Husein. Varisela (cacar air,“chicken pox”).
Dalam:Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 2. Jakarta: INFOMDIKA;
2007. P.637-640.
5. Weinbaum Cindy. Centers for Disease Control and PreventionEpidemiology
and Prevention of Vaccine-Preventable Diseases, 13th Edition. CDC.
6. Straus, Stephen E. Oxman, Michael N. Schmader, Kenneth E. Fitzpatrick’s
Dermatology in general medicine seventh edition, vol 1 and 2, 2008, page
1885-1895
7. Siregar RS. Varisela. Dalam: Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit edisi 2.
Jakarta: EGC; 2004. H. 84-88

Anda mungkin juga menyukai