Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

BRONKOPNEUMONIA

Disusun oleh:

dr. Martha Digna Olivia

STR Internsip: 3121100119220530

Pendamping:

dr. Ari Revianto

dr. Prava Giesma

PROGRAM INTERNSIP

PERIODE 28 FEBRUARI 2020 – 28 NOVEMBER 2020

RS ELIZABETH PTPN XI

SITUBONDO

2020

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN………………………...………………………………….….........3
BAB II LAPORAN KASUS………………………...………………………………….........4
2.1 Identitas.............................................................................................................4
2.2 Anamnesis.........................................................................................................5
2.3 Pemeriksaan Jasmani.........................................................................................6
2.4 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................9
2.5 Diagnosis Kerja...............................................................................................10
2.6 Diagnosis Banding...........................................................................................10
2.7 Penatalaksanaan ..............................................................................................10
2.8 Pemeriksaan Anjuran.......................................................................................10
2.9 Prognosis.........................................................................................................10
2.10 Follow Up Pasien..........................................................................................11

BAB III TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………......…….....…...14


3.1 Definisi..............................................................................................................14
3.2. Patogenesis.......................................................................................................14
3.3. Manifestasi Klinis............................................................................................15
3.4. Pemeriksaan Penunjang...................................................................................15
3.5. Tatalaksana......................................................................................................16
3.6. Komplikasi.......................................................................................................17

BAB IV KESIMPULAN……………..........…………………………………......…………18
DAFTAR PUSTAKA……………………......………………………………….......………19

2
BAB I

PENDAHULUAN

Bronkopneumonia merupakan radang dari saluran pernapasan yang terjadi pada


bronkus sampai dengan alveolus paru. Bronkopneumonia lebih sering dijumpai pada anak
kecil dan bayi, biasanya sering disebabkan oleh bakteri streptokokus pneumonia dan
hemofilus influenza yang sering ditemukan pada dua pertiga dari hasil isolasi. Berdasarkan
data WHO, kejadian infeksi pneumonia di Indonesia pada balita diperkirakan antara 10-20%
pertahun.1

Bronkopneumonia adalah radang paru-paru pada bagian lobularis yang ditandai


dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan agen infeksius seperti bakteri, virus ,
jamur dan benda asing, yang ditandai dengan gejala demam tinggi, gelisah, dispnoe, napas
cepat dan dangkal (terdengar adanya ronki basah), muntah, diare, batuk kering dan
produktif.2 Bronkopneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak
berusia dibawah 5 tahun ( balita ). Diperkirakan hampir seperlima kematian anak diseluruh
dunia, lebih kurang 2 juta anak balita meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian
besar terjadi di Afrika dan Asia tenggara. Insiden pneumonia di negara berkembang yaitu 30-
45 % per 1000 anak dibawah usia 5 tahun , 16-22 % per 1000 anak pada usia 5-9 tahun dan
7-16 % per 1000 anak pada yang lebih tua.3,4

Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang
kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah
umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi. 5,6 Penyebab utama virus pneumoni pada
anak adalah respiratory synctial virus yang mencakup 15-40 % kasus diikuti virus inflamasi
A dan B, parainfluenza, human metapneumovirus dan adenovirus.7

3
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas
Identitas Pasien
Tanggal masuk : 19 Mei 2020
Nama : An. A
Tanggal Lahir : 1 Agustus 2019
Usia : 9 bulan 18 hari
Berat Badan : 8.4 kg
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Desa Bukkolan, Lamongan, Arjasa

Identitas Orang Tua


Ayah : Ibu:
Nama : Tn. S Nama : Ny. D
Umur : 28 tahun Umur : 26 tahun
Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : Desa Bukkolan, Lamongan, Arjasa
Suku : Jawa Suku : Jawa
Hubungan dengan orangtua : anak kandung

4
2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis terhadap ibu pasien pada hari Selasa, 19 Mei
2020 di bangsal RS Elizabeth PTPN XI Situbondo.

Keluhan Utama : Batuk grok-grok


Keluhan Tambahan : Demam, Sesak nafas, Pilek, Mual, Muntah

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke bangsal RS Elizabeth PTPN XI Situbondo dengan keluhan batuk
grok-grok sejak 4 hari SMRS. Dahak sulit dikeluarkan. Pilek (+). Demam (+) terus menerus
sepanjang hari, semakin hari semakin tinggi, tidak disertai dengan keringat pada malam hari.
Ibu pasien mengatakan 6 jam SMRS, anak terlihat sesak napas dengan pernapasan yg
terengah-engah. Mual (+). Muntah (+) 1x hari ini berisi cairan dan makanan. Setiap BAB
keluar lendir, darah (-), cair (-), ampas (+). BAK normal. Nafsu makan menurun. Kejang (-).
Mimisan (-). Gusi berdarah (-). Pasien hanya diberikan obat syrup penurun panas dari rumah,
namun keluhan tidak membaik. Riwayat alergi obat dan makanan disangkal. Riwayat asma
disangkal. Riwayat kejang disangkal. Riwayat bepergian keluar kota disangkal. Riwayat
kontak dengan covid 19 disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu : Disangkal


Riwayat Penyakit Keluarga : Disangkal
Riwayat Saat Hamil
Perawatan antenatal :
Trimester 1 : 2x/ bulan di Puskesmas
Trimester 2 : 1x/ bulan di Puskesmas
Trimester 3 : 3x/ bulan di Puskesmas
Tempat bersalin : Praktek Bidan
Penolong Persalinan : Bidan
Cara persalinan : Spontan
Penyulit : Disangkal
Usia kehamilan : Cukup bulan (39 minggu)
Berat badan lahir : 3200 gram
Panjang badan lahir : Ibu tidak ingat
Keadaan bayi : Lahir normal, langsung menangis, sianosis (-), kejang (-)

5
Kelainan bawaan : Disangkal

Riwayat Tumbuh Kembang : Sesuai dengan usia

Riwayat Imunisasi
Tabel 2.1 Riwayat Imunisasi
Vaksin Dasar Umum Ulangan (umur)
BCG 0 bulan - - -
DTP 2 bulan 3 bulan 4 bulan -
Polio Lahir 2 bulan 3 bulan 4 bulan
Hepatitis B Lahir 2 bulan 3 bulan 4 bulan
Campak - - - -
Imunisasi dasar lengkap sesuai dengan jadwal imunisasi IDAI tahun 2017

Riwayat Makanan
0-6 bulan : ASI eksklusif sehari 8-10 kali, hisapan kuat, durasi menyusu ±10 – 15 menit,
bergantian payudara kanan dan kiri
6-9 bulan 18 hari : ASI eksklusif sehari 8-10 kali, hisapan kuat, durasi menyusu ±10 – 15
menit, bergantian payudara kanan dan kiri + bubur saring 1 mangkok kecil + buah
dilumatkan + susu formula 1-2x 120 cc sehari + biskuit 1 keping
Kesan : Asupan makanan sesuai dengan usia, kualitas dan kuantitas makanan cukup

2.3 Pemeriksaan Jasmani


Pemeriksaan saat pertama kali datang ke bangsal RS Elizabeth PTPN XI Situbondo
(19 Mei 2020), pukul 12.00.
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Frekuensi Nadi : 117 x/menit (isi cukup, reguler, kuat angkat)
Frekuensi Pernafasan : 62 x/menit (cepat, dalam)
Suhu tubuh : 37,2 °C (suhu axilla)
Saturasi oksigen : 84 % --> 99% via oksigen nasal 1 lpm
Kepala

6
Kepala : bulat, normosefali, ubun – ubun datar
Rambut : warna hitam, rambut tidak mudah dicabut, kulit kepala
pertumbuhan rata
Mata : konjungtiva anemis -/-, mata cekung -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : normotia, liang telinga lapang/lapang, serumen -/-
Hidung : Cavum nasi lapang/lapang, sekret -/-, napas cuping hidung (+)
Mulut : Mukosa bibir kering (-), sianosis (-)
Lidah : sikap lidah di tengah, coated tongue(-)
Leher : kelenjar getah bening tidak teraba membesar

Thorax
Dinding thorax : normochest, laterolateral > antero posterior

Paru
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, retraksi sela
iga (+)
Palpasi : vokal fremitus kanan dan kiri sama, tidak mengeras
Perkusi : sonor / sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : bunyi napas dasar vesikuler, rhonki kasar +/+, wheezing +/+

Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung kanan dan kiri normal
Auskultasi : bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : perut tampak datar
Auskultasi : bising usus (+)
Perkusi : timpani

7
Palpasi : supel, turgor kulit kembali cepat, hepatomegali (-) , splenomegali (-)

Ekstremitas
Kanan atas-bawah : edema (-), akral hangat, CRT < 2”
Kiri atas-bawah : edema (-), akral hangat, CRT < 2”

Kulit : Dalam batas normal


Anus : atresia ani (-), fisura ani (-), fistula ani (-)

Pemeriksaan Neurologis
Nervus Cranialis
III,IV,VI : Refleks cahaya langsung +/+, Refleks cahaya tidak langsung +/+,
Pupil isokor 3mm/3mm

Refleks Meningen
Kaku kuduk : (-)

Refleks Fisiologis
Refleks biceps ++/++ Refleks KPR ++/++
Refleks triceps ++/++ Refleks APR ++/++

Refleks Patologis
Babinski -/- oppeinheim -/- klonus kaki -/-
chaddock -/- schaffer -/- klonus lutut -/-

8
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Tabel 2.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap, GDA, SE, Dengue Blood (19
Mei 2020)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 9.5 g/dL 10.5 – 12.9 g/dL
Eritrosit 4.63 juta/µL 3.60 – 5.20 juta/µL
Hematokrit 33.1 % 35.0 - 43.0 %
MCV 71.5 fL 74.0 – 106.0 fL
LED 30/60 mm/jam <30 mm/jam
MCH 20.5 pg 21.0 – 33.0 pg
MCHC 28.7 g/L 28.0 – 32.0 g/L
RDW-SD 48.7 fL 37-54 fL
RDW-CV 18.9 % 11.5-14.5 %
Leukosit 4800/µL 6000 –17.500/µL
Eosinofil 0.4 % 1.0 – 5.0 %
Basofil 0.2 % 0–1%
Neutrofil 48.4 % 17.0 – 60.0 %
Limfosit 43.1 % 20.0 – 70.0 %
Monosit 7.9 % 1.0 – 11.0 %
Trombosit 414000/µL 217.000 – 497.000/µL
PDW 11.0 fL 9.0-17.0 fL
MPV 9.2 fL 6.8-10.0 fL
P-LCR 21.9 % 13.0-43.0 %
PCT 0.38 % 0.17-0.35 %
GDA 104 mg/dL <200 mg/dL
Natrium 131 mmol/L 135-145 mmol/L
Kalium 4.0 mmol/L 3.5-5.5 mmol/L

Chlorida 96 mmol/L 96-106 mmol/L


Calsium 9.2 mg/dL 8.1-10.4 mg/dL
Anti Dengue IgG negatif negatif
Anti Dengue IgM negatif negatif

Foto Thoraks PA (19 Mei 2020)

9
Kesimpulan: Suspek Bronkopneumonia dd/ bronkitis, bronkiolitis

2.5 Diagnosis Kerja


Bronkopneumonia

2.6 Diagnosis Banding


- Bronkitis Akut
- Bronkiolitis

2.7 Penatalaksanaan
- Oksigen Nasal 1 lpm (Target SpO2 > 92%)
- Bila SpO2 <92% dengan oksigen nasal 1 lpm--> oksigen ganti dengan BCPAP PEEP 8
FiO2
- IVFD : D5 1/4 NS 800cc/24 jam
- Nebulisasi combivent 1cc + PZ 2cc (tiap 6 jam)
- Medikamentosa :
- Inj. Ceftriaxon 2x250 mg (IV)
- Inj. Gentamisin 1x40 mg (IV)
- Inj. Dexametason 3x1.5 mg (IV)
- Inj. Santagesik 85 mg (IV) k/p
- Inj. Ranitidin 2x10 mg (IV)

2.8 Pemeriksaan Anjuran : (-)

2.9 Prognosis
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam

2.10 Follow Up Pasien

10
TABEL 2.3 FOLLOW UP PASIEN PH 1
Hari / Tgl Subjektif Objektif Assesment Planning
Selasa, -Demam KU : TSS Bronkopneumonia - Oksigen Nasal 1 lpm
19/05/20 (Target SpO2 > 92%)
- Sesak (+) Kesadaran : CM
PH: 1 - Bila SpO2 <92% dengan
-Pilek N : 117x/menit, reguler, isi oksigen nasal 1 lpm-->
PP : 5 cukup, kuat angkat oksigen ganti dengan
-Batuk grok-
grok , dahak RR :62 x/menit BCPAP PEEP 8 FiO2
sulit keluar - IVFD : D5 1/4 NS
Suhu : 37.2°C
- Mual, 800cc/24 jam
muntah 1x isi SpO2: 84%--> 99%
- Nebulisasi combivent
cairan dan oksigen nasal 1 lpm
1cc + PZ 2cc (tiap 6 jam)
makanan
- Medikamentosa :
-nafsu makan THT: Napas cuping hidung
menurun (+) - Inj. Ceftriaxon 2x250
mg (IV)
Thoraks :
- Inj. Gentamisin 1x40 mg
I : pergerakan dinding dada (IV)
simetris , retraksi sela iga
+/+ - Inj. Dexametason 3x1.5
mg (IV)
P: sonor/sonor di kedua
lapangan paru - Inj. Santagesik 85 mg
(IV) k/p
A: bunyi nafas vesikuler ,
Rhonki +/+ , wheezing +/ - Inj. Ranitidin 2x10 mg
+ , murmur (-) , gallop (-) (IV)

TABEL 2.4 FOLLOW UP PASIEN PH 2

11
Hari / Tgl Subjektif Objektif Assesment Planning

Rabu, -Demam (-) KU : TSS Bronkopneumonia - Oksigen Nasal 1 lpm


20/05/20 (Target SpO2 > 92%)
- Sesak (+) Kesadaran : CM
PH: 2 berkurang - IVFD : D5 1/4 NS
N : 102x/menit, reguler, isi 800cc/24 jam
PP : 6 -Pilek cukup, kuat angkat
- Nebulisasi pulmicort 1cc
-Batuk grok- RR :50 x/menit + PZ 3cc, 1 jam setelahnya
grok , dahak --> Nebulisasi pulmicort
sulit keluar Suhu : 36.8°C
1cc + PZ 3cc, 4 jam
- Mual (-), SpO2: 99% oksigen nasal 1 setelahnya --> Nebulisasi
muntah (-) lpm combivent 1cc + PZ 3cc
(tiap 4 jam)
-nafsu makan
membaik - Medikamentosa :
THT: Napas cuping hidung
(-) - Inj. Ceftriaxon 2x250
mg (IV)
Thoraks :
- Inj. Gentamisin 1x40 mg
I : pergerakan dinding dada
(IV)
simetris , retraksi sela iga
+/+ - Inj. Dexametason 3x1.5
mg (IV)
P: sonor/sonor di kedua
lapangan paru - Inj. Santagesik 85 mg
(IV) k/p
A: bunyi nafas vesikuler ,
Rhonki +/+ , wheezing +/ - Inj. Ranitidin 2x10 mg
+ , murmur (-) , gallop (-) (IV)
- Inj. Aminofilin 2x20 mg
(IV)
- Cetirizin drop 1x0.25cc
(po)
- Fluimucil 3x40 mg (po)
- Cek lab DL dan Rontgen
thoraks

TABEL 2.5 FOLLOW UP PASIEN PH 3

12
Hari / Tgl Subjektif Objektif Assesment Planning
Kamis, -Demam (-) KU : TSS Bronkopneumonia - IVFD : D5 1/4 NS
21/05/20 800cc/24 jam
- Sesak (-) Kesadaran : CM
PH: 3 - Medikamentosa :
-Pilek (-) N : 100x/menit, reguler, isi
PP : 7 cukup, kuat angkat - Inj. Ceftriaxon 2x250
-Batuk (-) mg (IV)
RR :40 x/menit
- Mual (-), - Inj. Gentamisin 1x40 mg
muntah (-) Suhu : 36.8°C (IV)
-nafsu makan SpO2: 99% - Inj. Dexametason 3x1.5
membaik mg (IV)

THT: Napas cuping hidung - Inj. Santagesik 85 mg


(-) (IV) k/p

Thoraks : - Inj. Ranitidin 2x10 mg


(IV)
I : pergerakan dinding dada
simetris , retraksi sela iga - Inj. Aminofilin 2x20 mg
-/- (IV)

P: sonor/sonor di kedua - Cetirizin drop 1x0.25cc


lapangan paru (po)

A: bunyi nafas vesikuler , - Fluimucil 3x40 mg (po)


Rhonki -/- , wheezing -/- , - Boleh pulang
murmur (-) , gallop (-)

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

13
I. Definisi
Bronkopneumonia adalah peradangan supuratif eksudatif akut paru-paru yang
ditandai dengan fokus konsolidasi yang dikelilingi oleh parenkim normal. 10 Etiologi
pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi Streptococcus Group B dan bakteri
Gram Negatif seperti E.colli, Pseudomonaa sp, atau klabisella sp. Pada bayi yang lebih
besar dan anak balita sering disebabkan oleh infeksi Streptococcus pneumoniae,
Haemophillus influenzae tipe B, dan Staphylococcus aureus sedangkan pada anak yang
lebih besar dan remaja, bisa disebabkan karena mycoplasma pneumoniae. Bisa juga
disebabkan oleh virus yaitu Respiratory Syncytial Virus (RSV), Rhinovirus, dan virus
para influenzae.2

II. Patogenesis
Umumnya, mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui
saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah
proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena
mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema,
dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah.
Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan lekosit PMN di
alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi
kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami
degenerasi fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut stadium
resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal.10

Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk
mencegah infeksi yang terdiri dari :

1. Susunan anatomis rongga hidung


2. Jaringan limfoid di naso-oro-faring
3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret
4. Refleks batuk
5. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi
6. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional
7. Fagositosis, aksi enzimatik dan respon immuno-humoral terutama dari
immunoglobulin A (IgA)11

14
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme penyebab terhisap ke paru
perifer melalui saluran napas menyebabkan reaksi jaringan berupa edema yang
mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman.

III. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis bronkopneumonia bisa ditemukan pada anak-anak dengan


gejala yang berbeda-beda, gejala muncul tergantung pada penyebab dari pneumonia,
terbanyak disebabkan oleh infeksi bakteri dengan gejala :

- Batuk dengan produksi mukus


- Sakit dada
- Penurunan napsu makan
- Muntah-muntah sampai diare
- Cepat lelah
- Demam
- Sesak nafas

Sebagian besar gambaran klinis pneumoni pada anak berkisar antara ringan
sampai sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat,
mengancam kehidupan. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti
pekak perkusi, suara nafas melemah, dan ronkhi. Temuan pada pemeriksaan paru pada se
mua kelompok usia mungkin termasuk adanya kerja otot pernapasan aksesori, seperti na
pas cuping hidung dan retraksi di situs subkostal, interkostal, atau suprasternal. Tanda-ta
nda seperti grunting, flaring, takipnea berat, dan retraksi harus mendorong dokter untuk
segera memberikan bantuan pernapasan.10

IV. Pemeriksaan Penunjang


 Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit membantu menentukan
terapi antibiotik
 C-reactive protein (CRP) diperiksa untuk membedakan antara faktor infeksi
dan non infeksi, infeksi virus dan bakteri, atau infeksi bakteri superfisialis dan
profunda. Kadar CRP yang rendah biasanya pada infeksi virus dan infeksi
bakteri superfisialis daripada infeksi bakteri profunda

15
 Pemeriksaan kultur dan pewarnaan sputum (untuk pneumonia berat)
 Kultur darah direkomendasikan untuk kondisi berat pada tiap anak yang
dicurigai pneumonia bakterial
 Pungsi cairan pleura jika ada efusi pleura
 Pemeriksaan uji tuberkulin pada anak dengan riwayat kontak dengan penderita
TB dewasa

 Pemeriksaan Radiologi
 Tidak direkomendasikan pada anak dengan infeksi saluran napas bawah akut
ringan tanpa komplikasi
 Foto dada direkomendasikan pada penderita yang dirawat inap atau bila tanda
dan gejala klinis yang ditemukan membingungkan
 Folllow up foto dada hanya dilakukan bila didapatkan ada kolaps lobus atau
curiga terjadi komplikasi atau gejala menetap yang memburuk atau tidak respon
terhadap antibiotik
 Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru,
berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru,
disertai dengan peningkatan corakan peribronkial

 Pemeriksaan lain
Dapat dilakukan pemeriksaan pulse oxymetry pada pasien anak yang dirawat inap,
guna untuk memantau kondisi pasien.10

V. Tatalaksana

Pada bronkopneumonia tatalaksana awal yang diberikan adalah dengan


memberikan oksigen sebesar 1 liter per menit , berdasarkan pedoman pelayanan medis
World health Organization (WHO), pasien dengan saturasi oksigen < 92 % pada saat
bernapas dengan udara ruangan harus diberikan oksigen dengan nasal kanul atau
sungkup untuk mempertahankan saturasi oksigen >92 %.12 Sebagian besar pneumonia
pada anak tidak perlu rawat inap. Indikasi perawatan terutama berdasarkan berat-
ringannya penyakit, misalnya toksis, distres pernapasan, tidak mau makan/minum,
atau ada penyakit dasar lain, komplikasi, dan terutama mempertimbangakan usia
pasien. Neonatus dan bayi kecil dengan kemungkinan klinis pneumonia harus dirawat

16
inap.10

Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan


antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif. Untuk nyeri dan demam dapat diberikan
analgetik/antipiretik. Terapi antibiotik harus segera diberikn pada anak dengan
pneumonia yang diduga disebabkan oleh bakteri. Pada pneumonia ringan rawat jalan
dapat diberikan antibiotik lini pertama secara oral, yaitu amoksisilin aatau
kotrimoksazol.10

VI. Komplikasi

Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis


purulenta, pneumothoraks, atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis purulenta.
Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia
bakteri.10

BAB IV
KESIMPULAN

Bronkopneumonia merupakan radang dari saluran pernapasan yang terjadi

17
pada bronkus sampai dengan alveolus paru. Etiologi pneumonia pada neonatus dan
bayi kecil meliputi Streptococcus Group B dan bakteri Gram Negatif seperti E.colli,
Pseudomonaa sp, atau klabisella sp. Pada bayi yang lebih besar dan anak balita sering
disebabkan oleh infeksi Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenzae tipe B,
dan Staphylococcus aureus sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, bisa
disebabkan karena mycoplasma pneumoniae. Bisa juga disebabkan oleh virus yaitu
Respiratory Syncytial Virus (RSV), Rhinovirus, dan virus para influenzae. Bila
pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme penyebab terhisap ke paru perifer
melalui saluran napas menyebabkan reaksi jaringan berupa edema yang
mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman.
Sebagian besar gambaran klinis pneumoni pada anak berkisar antara ringan
sampai sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat,
mengancam kehidupan. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti
pekak perkusi, suara nafas melemah, dan ronkhi. ebagian besar pneumonia pada anak
tidak perlu rawat inap. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi. Indikasi perawatan terutama
berdasarkan berat-ringannya penyakit, misalnya toksis, distres pernapasan, tidak mau
makan/minum, atau ada penyakit dasar lain, komplikasi, dan terutama
mempertimbangakan usia pasien. Neonatus dan bayi kecil dengan kemungkinan klinis
pneumonia harus dirawat inap. Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema
torasis, perikarditis purulenta, pneumothoraks, atau infeksi ekstrapulmoner seperti
meningitis purulenta.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Hood A, Wibisono MJ, Winariani. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
Graha Masyarakat Ilmiah Kedokteran Universitas Airlangga. 2004.
2. Saputri ND. Evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia pediatrik di
instalansi rawat inap RSUP Dr. Soeradji Tritonegoro Klaten tahun 2011: Jakarta.
2018.
3. William F. Evidence-based pediatrics, pneumonia and bronchiolitis. Canada:
University of toronto. 2000.
4. Anggraini o, rahanoe M. Bayi usia 3 bulan dengan bronkopneumonia. Journal of
Lampung University. Medula Unila. 2014; 2(3): 66-72.
5. Administrated by the Alberta Medical Association (intrnet). Guideline for the
diagnosis and management pf community acquired pneumonia: pediatrics. Available
from url:
http//www.centralhelath.nl.ca/assets/pandemicInfluenza/PNEUMONIAPEDIATRIC
S.PD|
6. Fadhila A. Penegakan diagnosis dan tatalaksana bronkopneumonia pada pasien
bayi laki-laki berusia 6 bulan. Medula Unila. 2013; 1(2): 1-10.
7. Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson: ilmu kesehatan anak. Edisi ke-15. Volume 2.
Jakarta: EGC.2000.
8. Grigore T, popa. Atlas Of Pathology. 3rd edition; University Of Medicine And
Pharmacyiasi,Romania.; 02june2014. on web:
http///www.pathologyatlas.ro/bronchopneumonia\
9. Rahajoe, Nastini N. Buku ajar respirologi anak. Edisi ke1. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI. 2010.
10. Rahajoe N, Supriyatno B, Setyanto D. Pneumonia. Buku Ajar Respirologi Anak.
Edisi Pertama. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2008:350-65.
11. UNICEF. The challenge: Pneumonia is the leading killer of children. On web : New
york: Unicef; 2014 http://ww.childinfo.org /pneumonia.html
12. Pudjiadi H.A. Hegar B. Handryastuti S. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta:IDAI.
2009: 251-2.

19

Anda mungkin juga menyukai