BRONKOPNEUMONIA
Disusun oleh:
Pendamping:
PROGRAM INTERNSIP
RS ELIZABETH PTPN XI
SITUBONDO
2020
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN………………………...………………………………….….........3
BAB II LAPORAN KASUS………………………...………………………………….........4
2.1 Identitas.............................................................................................................4
2.2 Anamnesis.........................................................................................................5
2.3 Pemeriksaan Jasmani.........................................................................................6
2.4 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................9
2.5 Diagnosis Kerja...............................................................................................10
2.6 Diagnosis Banding...........................................................................................10
2.7 Penatalaksanaan ..............................................................................................10
2.8 Pemeriksaan Anjuran.......................................................................................10
2.9 Prognosis.........................................................................................................10
2.10 Follow Up Pasien..........................................................................................11
BAB IV KESIMPULAN……………..........…………………………………......…………18
DAFTAR PUSTAKA……………………......………………………………….......………19
2
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang
kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah
umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi. 5,6 Penyebab utama virus pneumoni pada
anak adalah respiratory synctial virus yang mencakup 15-40 % kasus diikuti virus inflamasi
A dan B, parainfluenza, human metapneumovirus dan adenovirus.7
3
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
Identitas Pasien
Tanggal masuk : 19 Mei 2020
Nama : An. A
Tanggal Lahir : 1 Agustus 2019
Usia : 9 bulan 18 hari
Berat Badan : 8.4 kg
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Desa Bukkolan, Lamongan, Arjasa
4
2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis terhadap ibu pasien pada hari Selasa, 19 Mei
2020 di bangsal RS Elizabeth PTPN XI Situbondo.
5
Kelainan bawaan : Disangkal
Riwayat Imunisasi
Tabel 2.1 Riwayat Imunisasi
Vaksin Dasar Umum Ulangan (umur)
BCG 0 bulan - - -
DTP 2 bulan 3 bulan 4 bulan -
Polio Lahir 2 bulan 3 bulan 4 bulan
Hepatitis B Lahir 2 bulan 3 bulan 4 bulan
Campak - - - -
Imunisasi dasar lengkap sesuai dengan jadwal imunisasi IDAI tahun 2017
Riwayat Makanan
0-6 bulan : ASI eksklusif sehari 8-10 kali, hisapan kuat, durasi menyusu ±10 – 15 menit,
bergantian payudara kanan dan kiri
6-9 bulan 18 hari : ASI eksklusif sehari 8-10 kali, hisapan kuat, durasi menyusu ±10 – 15
menit, bergantian payudara kanan dan kiri + bubur saring 1 mangkok kecil + buah
dilumatkan + susu formula 1-2x 120 cc sehari + biskuit 1 keping
Kesan : Asupan makanan sesuai dengan usia, kualitas dan kuantitas makanan cukup
6
Kepala : bulat, normosefali, ubun – ubun datar
Rambut : warna hitam, rambut tidak mudah dicabut, kulit kepala
pertumbuhan rata
Mata : konjungtiva anemis -/-, mata cekung -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : normotia, liang telinga lapang/lapang, serumen -/-
Hidung : Cavum nasi lapang/lapang, sekret -/-, napas cuping hidung (+)
Mulut : Mukosa bibir kering (-), sianosis (-)
Lidah : sikap lidah di tengah, coated tongue(-)
Leher : kelenjar getah bening tidak teraba membesar
Thorax
Dinding thorax : normochest, laterolateral > antero posterior
Paru
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, retraksi sela
iga (+)
Palpasi : vokal fremitus kanan dan kiri sama, tidak mengeras
Perkusi : sonor / sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : bunyi napas dasar vesikuler, rhonki kasar +/+, wheezing +/+
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung kanan dan kiri normal
Auskultasi : bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : perut tampak datar
Auskultasi : bising usus (+)
Perkusi : timpani
7
Palpasi : supel, turgor kulit kembali cepat, hepatomegali (-) , splenomegali (-)
Ekstremitas
Kanan atas-bawah : edema (-), akral hangat, CRT < 2”
Kiri atas-bawah : edema (-), akral hangat, CRT < 2”
Pemeriksaan Neurologis
Nervus Cranialis
III,IV,VI : Refleks cahaya langsung +/+, Refleks cahaya tidak langsung +/+,
Pupil isokor 3mm/3mm
Refleks Meningen
Kaku kuduk : (-)
Refleks Fisiologis
Refleks biceps ++/++ Refleks KPR ++/++
Refleks triceps ++/++ Refleks APR ++/++
Refleks Patologis
Babinski -/- oppeinheim -/- klonus kaki -/-
chaddock -/- schaffer -/- klonus lutut -/-
8
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Tabel 2.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap, GDA, SE, Dengue Blood (19
Mei 2020)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 9.5 g/dL 10.5 – 12.9 g/dL
Eritrosit 4.63 juta/µL 3.60 – 5.20 juta/µL
Hematokrit 33.1 % 35.0 - 43.0 %
MCV 71.5 fL 74.0 – 106.0 fL
LED 30/60 mm/jam <30 mm/jam
MCH 20.5 pg 21.0 – 33.0 pg
MCHC 28.7 g/L 28.0 – 32.0 g/L
RDW-SD 48.7 fL 37-54 fL
RDW-CV 18.9 % 11.5-14.5 %
Leukosit 4800/µL 6000 –17.500/µL
Eosinofil 0.4 % 1.0 – 5.0 %
Basofil 0.2 % 0–1%
Neutrofil 48.4 % 17.0 – 60.0 %
Limfosit 43.1 % 20.0 – 70.0 %
Monosit 7.9 % 1.0 – 11.0 %
Trombosit 414000/µL 217.000 – 497.000/µL
PDW 11.0 fL 9.0-17.0 fL
MPV 9.2 fL 6.8-10.0 fL
P-LCR 21.9 % 13.0-43.0 %
PCT 0.38 % 0.17-0.35 %
GDA 104 mg/dL <200 mg/dL
Natrium 131 mmol/L 135-145 mmol/L
Kalium 4.0 mmol/L 3.5-5.5 mmol/L
9
Kesimpulan: Suspek Bronkopneumonia dd/ bronkitis, bronkiolitis
2.7 Penatalaksanaan
- Oksigen Nasal 1 lpm (Target SpO2 > 92%)
- Bila SpO2 <92% dengan oksigen nasal 1 lpm--> oksigen ganti dengan BCPAP PEEP 8
FiO2
- IVFD : D5 1/4 NS 800cc/24 jam
- Nebulisasi combivent 1cc + PZ 2cc (tiap 6 jam)
- Medikamentosa :
- Inj. Ceftriaxon 2x250 mg (IV)
- Inj. Gentamisin 1x40 mg (IV)
- Inj. Dexametason 3x1.5 mg (IV)
- Inj. Santagesik 85 mg (IV) k/p
- Inj. Ranitidin 2x10 mg (IV)
2.9 Prognosis
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
10
TABEL 2.3 FOLLOW UP PASIEN PH 1
Hari / Tgl Subjektif Objektif Assesment Planning
Selasa, -Demam KU : TSS Bronkopneumonia - Oksigen Nasal 1 lpm
19/05/20 (Target SpO2 > 92%)
- Sesak (+) Kesadaran : CM
PH: 1 - Bila SpO2 <92% dengan
-Pilek N : 117x/menit, reguler, isi oksigen nasal 1 lpm-->
PP : 5 cukup, kuat angkat oksigen ganti dengan
-Batuk grok-
grok , dahak RR :62 x/menit BCPAP PEEP 8 FiO2
sulit keluar - IVFD : D5 1/4 NS
Suhu : 37.2°C
- Mual, 800cc/24 jam
muntah 1x isi SpO2: 84%--> 99%
- Nebulisasi combivent
cairan dan oksigen nasal 1 lpm
1cc + PZ 2cc (tiap 6 jam)
makanan
- Medikamentosa :
-nafsu makan THT: Napas cuping hidung
menurun (+) - Inj. Ceftriaxon 2x250
mg (IV)
Thoraks :
- Inj. Gentamisin 1x40 mg
I : pergerakan dinding dada (IV)
simetris , retraksi sela iga
+/+ - Inj. Dexametason 3x1.5
mg (IV)
P: sonor/sonor di kedua
lapangan paru - Inj. Santagesik 85 mg
(IV) k/p
A: bunyi nafas vesikuler ,
Rhonki +/+ , wheezing +/ - Inj. Ranitidin 2x10 mg
+ , murmur (-) , gallop (-) (IV)
11
Hari / Tgl Subjektif Objektif Assesment Planning
12
Hari / Tgl Subjektif Objektif Assesment Planning
Kamis, -Demam (-) KU : TSS Bronkopneumonia - IVFD : D5 1/4 NS
21/05/20 800cc/24 jam
- Sesak (-) Kesadaran : CM
PH: 3 - Medikamentosa :
-Pilek (-) N : 100x/menit, reguler, isi
PP : 7 cukup, kuat angkat - Inj. Ceftriaxon 2x250
-Batuk (-) mg (IV)
RR :40 x/menit
- Mual (-), - Inj. Gentamisin 1x40 mg
muntah (-) Suhu : 36.8°C (IV)
-nafsu makan SpO2: 99% - Inj. Dexametason 3x1.5
membaik mg (IV)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
13
I. Definisi
Bronkopneumonia adalah peradangan supuratif eksudatif akut paru-paru yang
ditandai dengan fokus konsolidasi yang dikelilingi oleh parenkim normal. 10 Etiologi
pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi Streptococcus Group B dan bakteri
Gram Negatif seperti E.colli, Pseudomonaa sp, atau klabisella sp. Pada bayi yang lebih
besar dan anak balita sering disebabkan oleh infeksi Streptococcus pneumoniae,
Haemophillus influenzae tipe B, dan Staphylococcus aureus sedangkan pada anak yang
lebih besar dan remaja, bisa disebabkan karena mycoplasma pneumoniae. Bisa juga
disebabkan oleh virus yaitu Respiratory Syncytial Virus (RSV), Rhinovirus, dan virus
para influenzae.2
II. Patogenesis
Umumnya, mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui
saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah
proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena
mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema,
dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah.
Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan lekosit PMN di
alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi
kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami
degenerasi fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut stadium
resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal.10
Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk
mencegah infeksi yang terdiri dari :
14
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme penyebab terhisap ke paru
perifer melalui saluran napas menyebabkan reaksi jaringan berupa edema yang
mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman.
Sebagian besar gambaran klinis pneumoni pada anak berkisar antara ringan
sampai sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat,
mengancam kehidupan. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti
pekak perkusi, suara nafas melemah, dan ronkhi. Temuan pada pemeriksaan paru pada se
mua kelompok usia mungkin termasuk adanya kerja otot pernapasan aksesori, seperti na
pas cuping hidung dan retraksi di situs subkostal, interkostal, atau suprasternal. Tanda-ta
nda seperti grunting, flaring, takipnea berat, dan retraksi harus mendorong dokter untuk
segera memberikan bantuan pernapasan.10
15
Pemeriksaan kultur dan pewarnaan sputum (untuk pneumonia berat)
Kultur darah direkomendasikan untuk kondisi berat pada tiap anak yang
dicurigai pneumonia bakterial
Pungsi cairan pleura jika ada efusi pleura
Pemeriksaan uji tuberkulin pada anak dengan riwayat kontak dengan penderita
TB dewasa
Pemeriksaan Radiologi
Tidak direkomendasikan pada anak dengan infeksi saluran napas bawah akut
ringan tanpa komplikasi
Foto dada direkomendasikan pada penderita yang dirawat inap atau bila tanda
dan gejala klinis yang ditemukan membingungkan
Folllow up foto dada hanya dilakukan bila didapatkan ada kolaps lobus atau
curiga terjadi komplikasi atau gejala menetap yang memburuk atau tidak respon
terhadap antibiotik
Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru,
berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru,
disertai dengan peningkatan corakan peribronkial
Pemeriksaan lain
Dapat dilakukan pemeriksaan pulse oxymetry pada pasien anak yang dirawat inap,
guna untuk memantau kondisi pasien.10
V. Tatalaksana
16
inap.10
VI. Komplikasi
BAB IV
KESIMPULAN
17
pada bronkus sampai dengan alveolus paru. Etiologi pneumonia pada neonatus dan
bayi kecil meliputi Streptococcus Group B dan bakteri Gram Negatif seperti E.colli,
Pseudomonaa sp, atau klabisella sp. Pada bayi yang lebih besar dan anak balita sering
disebabkan oleh infeksi Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenzae tipe B,
dan Staphylococcus aureus sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, bisa
disebabkan karena mycoplasma pneumoniae. Bisa juga disebabkan oleh virus yaitu
Respiratory Syncytial Virus (RSV), Rhinovirus, dan virus para influenzae. Bila
pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme penyebab terhisap ke paru perifer
melalui saluran napas menyebabkan reaksi jaringan berupa edema yang
mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman.
Sebagian besar gambaran klinis pneumoni pada anak berkisar antara ringan
sampai sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat,
mengancam kehidupan. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti
pekak perkusi, suara nafas melemah, dan ronkhi. ebagian besar pneumonia pada anak
tidak perlu rawat inap. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi. Indikasi perawatan terutama
berdasarkan berat-ringannya penyakit, misalnya toksis, distres pernapasan, tidak mau
makan/minum, atau ada penyakit dasar lain, komplikasi, dan terutama
mempertimbangakan usia pasien. Neonatus dan bayi kecil dengan kemungkinan klinis
pneumonia harus dirawat inap. Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema
torasis, perikarditis purulenta, pneumothoraks, atau infeksi ekstrapulmoner seperti
meningitis purulenta.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Hood A, Wibisono MJ, Winariani. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
Graha Masyarakat Ilmiah Kedokteran Universitas Airlangga. 2004.
2. Saputri ND. Evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia pediatrik di
instalansi rawat inap RSUP Dr. Soeradji Tritonegoro Klaten tahun 2011: Jakarta.
2018.
3. William F. Evidence-based pediatrics, pneumonia and bronchiolitis. Canada:
University of toronto. 2000.
4. Anggraini o, rahanoe M. Bayi usia 3 bulan dengan bronkopneumonia. Journal of
Lampung University. Medula Unila. 2014; 2(3): 66-72.
5. Administrated by the Alberta Medical Association (intrnet). Guideline for the
diagnosis and management pf community acquired pneumonia: pediatrics. Available
from url:
http//www.centralhelath.nl.ca/assets/pandemicInfluenza/PNEUMONIAPEDIATRIC
S.PD|
6. Fadhila A. Penegakan diagnosis dan tatalaksana bronkopneumonia pada pasien
bayi laki-laki berusia 6 bulan. Medula Unila. 2013; 1(2): 1-10.
7. Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson: ilmu kesehatan anak. Edisi ke-15. Volume 2.
Jakarta: EGC.2000.
8. Grigore T, popa. Atlas Of Pathology. 3rd edition; University Of Medicine And
Pharmacyiasi,Romania.; 02june2014. on web:
http///www.pathologyatlas.ro/bronchopneumonia\
9. Rahajoe, Nastini N. Buku ajar respirologi anak. Edisi ke1. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI. 2010.
10. Rahajoe N, Supriyatno B, Setyanto D. Pneumonia. Buku Ajar Respirologi Anak.
Edisi Pertama. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2008:350-65.
11. UNICEF. The challenge: Pneumonia is the leading killer of children. On web : New
york: Unicef; 2014 http://ww.childinfo.org /pneumonia.html
12. Pudjiadi H.A. Hegar B. Handryastuti S. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta:IDAI.
2009: 251-2.
19