Anda di halaman 1dari 57

Presentasi Kasus

PNEUMONIA
Oleh:

Muhammad Razan Fathurrahman, S.Ked 04084821921086


 

Pembimbing:
dr. KH. Yangtjik, Sp.A(K)
OUTLINE
PENDAHULUAN

STATUS PASIEN

TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KASUS

2
BAB 1.
PENDAHULUAN

3
PENDAHULUAN
Pneumonia adalah suatu peradangan
yang mengenai parenkim paru yang
disebabkan oleh berbagai macam
etiologi dimana kuman atau zat (agen)
yang terinspirasi akan menimbulkan
ketidakseimbangan antara ventilasi
dan perfusi di sistem pernafasan, yang
tercermin melalui gejala klinis,
radiologis, maupun laboratoris.

Pada 2015, WHO Berdasarkan data Badan PBB


melaporkan hampir 6 juta untuk Anak – Anak (Unicef),
anak balita meninggal pada 2015 terdapat kurang lebih
dunia, 16 persen dari 14 persen dari 147.000 anak
jumlah tersebut Menurut Standar Kompetensi dibawah 5 tahun di Indonesia
Dokter Indonesia (SKDI), meninggal karena pneumonia.
disebabkan pneumonia.
pneumonia memiliki kompetensi
4a untuk dokter umum.
4
BAB 2. STATUS PASIEN

5
IDENTITAS
‐ Nama : An. HR
‐ Umur / Tanggal Lahir : 3 bulan (27 September 2019)
‐ Jenis kelamin : Laki-laki
‐ Agama : Islam
‐ Nama Ayah : Tn. S
‐ Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
‐ Nama Ibu : Ny. N
‐ Pekerjaan Ibu : Wiraswasta
‐ Alamat : Kelurahan Sukamoro, Kecamatan Talang
kelapa, Kab. Banyuasin
‐ Suku Bangsa : Sumatera Selatan
‐ MRS : 21 Desember 2019 pukul 00.30 WIB
6
ANAMNESI
S
(Alloanamnesis dengan Ibu kandung pasien, tanggal 23 Desember 2019 – Pukul 10.00 WIB)

Keluhan Utama : Sesak Nafas


Keluhan Tambahan : Batuk
Riwayat Perjalanan Penyakit
± 5 hari SMRS ± 6 Jam SMRS

Sejak ± 5 hari SMRS, pasien batuk (+) ± 6 jam SMRS, pasien sesak napas (+) sesak tidak
berdahak, dahak berwarna putih, sesak napas dipengaruhi posisi dan cuaca, batuk (+) berdahak,
(-) demam (+) tidak tinggi, suhu 38°C terus dahak sulit dikeluarkan, demam (+) tidak terlalu
menerus, kejang (-), sesak napas (-), muntah tinggi, kejang (-), muntah(-), BAB dan BAK tidak
(-). BAB dan BAK biasa tidak ada keluhan. ada keluhan. pasien kemudian dibawa ke IGD
Pasien tidak dibawa berobat. RSMH.

7
RIWAYAT SEBELUM MASUK RUMAH
SAKIT
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

Riwayat sesak napas, demam, batuk, dan Kehamilan


pilek sebelumnya disangkal. Perawatan antenatal : Periksa ke bidan setiap bulan
Penyakit kehamilan : Tidak ada
Riwayat dirawat di rumah sakit selama
Kelahiran
sebulan dan keluar rumah sakit sekitar 2 Masa Kehamilan : Cukup bulan (37 minggu)
minggu SMRS, dirawat karena pendarahan di Partus : Spontan, per vaginam
otak dan dioperasi. Tempat : Rumah Sakit
Ditolong oleh : Dokter
Tanggal : 27 Juni 2019
BB : 4000 gram
PB : 48 cm
Lingkar kepala : Ibu tidak ingat
Kondisi saat lahir : Lahir tidak langsung menangis
Riwayat ketuban hijau, kental, dan bau: Tidak ada

88
RIWAYAT SEBELUM MASUK RUMAH
SAKIT
Riwayat Makanan

ASI : 0 hari – 2 bulan


Susu : 2 bulan – sekarang
Nasi Tim/lembek : -
Bubur Nasi :-
Nasi Biasa :-
Daging :-
Ikan :-
Ayam :-
Sayuran :-
Buah :-
Kesan : Anak diberikan makanan sesuai dengan usianya
Kualitas : Baik

9
RIWAYAT SEBELUM MASUK RUMAH
SAKIT
Riwayat Imunisasi

Vaksin I II III IV V
BCG -        
DPT          
POLIO -        
HEPATITIS B -        
HiB          
CAMPAK          

Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap

10
RIWAYAT SEBELUM MASUK RUMAH
SAKIT
Riwayat Keluarga

Perkawinan : Perkawinan pertama


Umur : Ayah 35 tahun, Ibu 30 tahun
Pendidikan Terakhir Ayah : SMA
Pendidikan Terakhir Ibu : SMA
Penyakit yang pernah diderita : Riwayat penyakit serupa disangkal

11
RIWAYAT SEBELUM MASUK RUMAH
SAKIT
Riwayat Perkembangan

Gigi Pertama :-
Berbalik :-
Tengkurap :-
Merangkak : -
Duduk :-
Berdiri :-
Berjalan :-
Berbicara :-

Kesan : Perkembangan sesuai usia

12
RIWAYAT SEBELUM MASUK RUMAH
SAKIT
Riwayat Perkembangan Mental

Isap Jempol : Ya
Ngompol : Ya
Sering Mimpi : Tidak ada
Aktivitas : Aktif
Membangkang :-
Ketakutan :-
Prestasi :-
Kesan : Perkembangan mental baik

13
PEMERIKSAAN FISIK
UMUM

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang Suhu : 36,8oC


Kesadaran : Compos mentis Respirasi : 37x/menit
BB : 4610 g Tipe Pernapasan : abdominotorakal
TB : 58 cm Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Status gizi : Gizi baik Nadi : 130x/ menit
Isi/kualitas : Isi cukup, tegangan cukup
BB/U : -2<z<0 (normoweight) Regularitas : Reguler
TB/U : -2<z<0 (normoheight)
Kulit : Petechiae (-), pucat (-), ikterik (-)
BB/TB : gizi baik

14
PEMERIKSAAN FISIK
KHUSUS
Kepala : Normocephali, luka bekas operasi ditutupi kassa
Rambut : Hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata : Palpebra superior tidak edema, mata tidak cekung, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikterik, pupil bulat isokor, diameter 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+)
Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, tidak ada sekret, pernapasan cuping hidung ada
Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, tidak ada sekret
Mulut : Bentuk normal, bibir tidak kering, tidak ada sianosis
Gigi : Gigi geligi belum ada
Lidah : Atrofi papil tidak ada, tidak ada lidah kotor, tidak ada tremor lidah
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang
Leher : Tidak ada pembesaran KGB, trakea di tengah, tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak teraba
pembesaran KGB submandibula, supra-infra clavicula dan cervical 15
PEMERIKSAAN FISIK
KHUSUS
Paru
- Inspeksi : Pergerakan dada simetris dalam keadaan statis dan dinamis, terdapat retraksi intercostae dan
retraksi suprasternal
- Palpasi : Stem fremitus kanan-kiri dan depan-belakang sama kuat
- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
- Auskultasi : Suara pernapasan vesikuler (+) normal, ronkhi basah kasar (+/+). wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
- Palpasi : Iktus kordis teraba
- Perkusi : Batas jantung sulit dinilai
- Auskultasi : BJ I dan II murni, murmur tidak ada, gallop tidak ada

16
PEMERIKSAAN FISIK
KHUSUS

ABDOMEN
- Inspeksi : Tampak cembung, venektasi tidak ada, distensi abdomen tidak ada
- Palpasi : Lemas, hepar just palpable dan lien tidak teraba
- Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
 
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <3”, deformitas (-), edema (-)
Kulit : Turgor baik
Genitalia : Tidak diperiksa
 
STATUS PUBERTAS
Status : Belum pubertas

17
STATUS NEUROLOGIKUS
  Lengan Tungkai

Kanan Kiri Kanan Kiri


Fungsi motorik N N N N
Gerakan Luas Luas Luas Luas
Kekuatan bdd bdd bdd Bdd
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Klonus     - -
Reflek fisiologis Normal Normal Normal Normal
Reflek patologis - - - -
Gejala rangsang - - - -
meningeal
Fungsi sensorik Bdd Bdd Bdd Bdd

18
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(Pemeriksaan Laboratorium tanggal 21 Desember 2019)

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan


Hemoglobin 9,0 10,7-17,1 g/dL
Eritrosit 3,19 3,75-4,95 106/mm3
Leukosit 12,74 6,0-17,5 103/mm3
Hematokrit 27 38-52 %
Trombosit 271 217-497 103/L
MCV 85 93-115 Fl
MCH 28 29-35 Pg
MCHC 33 28-34 g/dL
RDW-CV 13,7 11-15 %
LED 35 <20 mm/jam
Hitung Jenis
0-1/1-6/50-70/20-40/
(Basofil/Eosinofil/Netrofil/Lim 0/5/40/44/11 %
2-8/
fosit/ Monosit)
CRP Kuantitatif <5 <5 %

19
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(Pemeriksaan Laboratorium tanggal 21 Desember 2019)

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan


SGOT 56 0-38 U/L
SGPT 86 0-41 U/L
Albumin 3,6 3,8-5,4 g/dL
Ureum 13 16,6-48,5 mg/dL
Kreatinin 0,43 0,17-0,42 mg/dL
Calsium 9,3 8,4-10,8 mg/dL
Phospor 4,8 2,5-5 mg/dL
Magnesium 2,6 1,5-2,6 mg/dL
Natrium 138 135-155 mEq/L
Kalium 4,4 3,5-6 mEq/L
Klorida 107 96-106 mmol/L

20
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(Pemeriksaan Laboratorium tanggal 30 Juli 2019)

Jenis
Hasil Rujukan Satuan
Pemeriksaan
Temperatur 37,0   C
FIO2 60   %
pH 7,420 7,35-7,45  
pCO2 32,1 35-45 mmHg
pO2 200,7 83-108 mmHg
SO2% 99,9    
Hct 33 39-49 %
Hb 10,8 13,2-17,3 g/dL
Na+ 137,6 136-136 mmol/L
Ca++ 1,32 1,09-1,30 mmol/L
K+ 3,98 3,5-5,1 mmol/L
Lactat 1,5 0,7-2,5 mmol/L
PO2/FIO2 334,4   mmHg

21
Rontgen Thorax AP
(Pemeriksaan pada tanggal 21 Desember 2019)

Kesan:
CTR 50%, bentuk jantung normal.
Trachea di tengah, mediastinum superior
tidak melebar
Sinus costo kanan kiri lancip, Diafragma
normal
Kedua hilus tidak melebar, corakan
bronkovaskuler meningkat. Tampak
konsolidasi di lapang atas paru kanan.
Tampak infiltar di suprahiler dan
parakardial kiri.
Tulang-tulang dan jaringan lunak baik
Pada posisi lateral: tampak konsolidasi di
lapang atas. Tampak infiltrate di lapang
tengah dan bawah.

Diagnosis : BP sinistra, Pneumonia dextra


22
DAFTAR MASALAH

SESAK
NAPAS

BATUK

DEMAM

23
DIAGNOSIS BANDING

Bronkhiolitis
Bronkhitis akut
Sepsis

24
DIAGNOSIS KERJA

Pneumonia + Post Operasi craciectomi ai SDH

25
TATALAKSANA
Pemeriksaan Anjuran

Pemeriksaan darah rutin dan kimia, pemeriksaan analisis gas darah, rontgen thorax.

Non Farmakologis

KIE :
1. Ajarkan kepatuhan pengobatan pada keluarga pasien dalam pemberian obat.
2. Ajarkan keluarga pasien untuk memberikan nutrisi yang cukup pada pasien.

26
TATALAKSANA
(con’t)
Farmakologis

• IVFD D5%1/4 NS kec 16 cc/jam


• O2 nasal 3 Lpm
• Ampicilin 3 x 300 mg (IV)
• Ceftazidime 3 x 150 mg (IV)
• Fenitoin 2 x20 mg (IV)

27
PROGNOSIS

QUO AD VITAM : DUBIA AD BONAM


QUO AD FUNCTIONAM : DUBIA AD BONAM
QUO AD SANATIONAM : DUBIA AD BONAM

28
FOLLOW UP
(Tanggal 22 Desember 2019)

S: Keluhan : batuk (+), sesak (+), demam (-)


O : N: 147x/menit. RR :60x/menit T : 36.9oC SpO2 terintubasi: 96%
Kepala : nafas cuping hidung (+), konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-), mata cekung
(-/-)
Thoraks : simetris, retraksi intercostal (+), retraksi suprasternal (+)
Pulmo : vesikuler (+/+), ronkhi basah kasar (+/+), wheezing ekspirasi (+)
Cor : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, hepar just palpable dan lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT <3”
A : Distress napas berat ec Pneumonia aspirasi + post craniectomy ec SDH + Susp bronkiolitis
P : IVFD D5% ¼ NS kec 16 cc/jam
Ampicilin 4 x 300 mg (IV)
Ceftazidime 3 x 150 mg (IV)
Fenitoin 2 x 20 mg (IV)
Pemasangan ETT ukuran 4, kedalaman 11 cm
Rencana pindah rawat ke PICU

29
FOLLOW UP
(Tanggal 26 Desember 2019)

S : Keluhan : sesak (+)


O : N: 134x/menit. RR :38x/menit T : 36.9oC SpO2: 96%
Kepala : nafas cuping hidung (+), konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-), mata cekung
(-/-)
Thoraks : simetris, retraksi intercostal (+)
Pulmo : vesikuler (+/+), ronkhi basah kasar (+/+), wheezing (-)
Cor : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, hepar just palpable dan lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT <3”
A : OSNA ec Floppy Trachea dd/edema laring ec pemakaian ett lama + craniectomy ec SDH
perbaikan + anemia + hyperkalemia ringan + Pneumonia
P : O2 10 lpm NRM
IVFD D5% ½ NS kec 6 cc/jam
Ampicilin 4 x 300 mg (IV)
Ceftazidime 3 x 150 mg (IV)
Fenitoin 2 x 20 mg (IV)
Rencana bronkoskopi
30
FOLLOW UP
(Tanggal 27 Desember 2019)

S : Keluhan : sesak (+)


O : N: 136x/menit. RR :38x/menit T : 36.5oC SpO2: 96%
Kepala : nafas cuping hidung (+), konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-), mata cekung
(-/-)
Thoraks : simetris, retraksi intercostal (+)
Pulmo : vesikuler (+/+), ronkhi basah kasar (+/+), wheezing (-)
Cor : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, hepar just palpable dan lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT <3”
A : OSNA ec Floppy Trachea dd/edema laring ec pemakaian ett lama + craniectomy ec SDH
perbaikan + anemia + hyperkalemia ringan + Pneumonia
P : O2 10 lpm NRM
IVFD D5% ½ NS kec 6 cc/jam
Ampicilin 4 x 300 mg (IV)
Ceftazidime 3 x 150 mg (IV)
Fenitoin 2 x 20 mg (IV)
Rencana bronkoskopi
31
FOLLOW UP
(Tanggal 28 Desember 2019)

S : Keluhan : sesak (+)


O : N: 136x/menit. RR :38x/menit T : 36.5oC SpO2: 96%
Kepala : nafas cuping hidung (+), konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-), mata cekung
(-/-)
Thoraks : simetris, retraksi intercostal (+)
Pulmo : vesikuler (+/+), ronkhi basah kasar (+/+), wheezing (-)
Cor : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, hepar just palpable dan lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT <3”
A : OSNA ec Floppy Trachea dd/edema laring ec pemakaian ett lama + craniectomy ec SDH
perbaikan + anemia + hyperkalemia ringan + Pneumonia
P : O2 10 lpm NRM
IVFD D5% ½ NS kec 6 cc/jam
Ampicilin 4 x 300 mg (IV)
Ceftazidime 3 x 150 mg (IV)
Fenitoin 2 x 20 mg (IV)
Rencana bronkoskopi
32
FOLLOW UP
(Tanggal 29 Desember 2019)

S : Keluhan : sesak (+)


O : N: 136x/menit. RR :38x/menit T : 36.5oC SpO2: 96%
Kepala : nafas cuping hidung (+), konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-), mata cekung
(-/-)
Thoraks : simetris, retraksi intercostal (+)
Pulmo : vesikuler (+/+), ronkhi basah kasar (+/+), wheezing (-)
Cor : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, hepar just palpable dan lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT <3”
A : OSNA ec Floppy Trachea dd/edema laring ec pemakaian ett lama + craniectomy ec SDH
perbaikan + anemia + hyperkalemia ringan + Pneumonia
P : O2 10 lpm NRM
IVFD D5% ½ NS kec 6 cc/jam
Ampicilin 4 x 300 mg (IV)
Ceftazidime 3 x 150 mg (IV)
Fenitoin 2 x 20 mg (IV)

33
BAB 3. TINJAUAN PUSTAKA

34
Pneumonia adalah suatu peradangan yang mengenai
parenkim paru yang disebabkan oleh berbagai macam
etiologi dimana kuman atau zat (agen) yang ter-inspirasi
DEFINISI akan menimbulkan ketidakseimbangan antara ventilasi
dan perfusi di sistem pernafasan.

35
EPIDEMIOLOGI

Tahun 2018,
Tahun 2015, prevalens pneumonia pada bayi di Indonesia
WHO melaporkan hampir 6 juta anak balita adalah 4,8 % dengan rentang antar provisi
meninggal dunia, 16 persen dari jumlah tersebut sebesar 2,7-8,8%. Prevalensi tertinggi adalah
disebabkan pneumonia. Berdasarkan data Badan pada provinsi papua(7%), sedangkan provinsi
PBB untuk Anak – Anak (Unicef), pada 2015 lainnya di bawah 10%. Pada tahun 2018,
terdapat kurang lebih 14 persen dari 147.000 prevalensi terbanyak adalah di kelompok usia
anak dibawah 5 tahun di Indonesia meninggal 0-4 tahun sebesar 3,8-5% dan paling banyak
karena pneumonia.4 terjadi pada laki-laki.4

36
ETIOLOGI
Pada semua kelompok umur :
S. Pneumoniae

Pada bayi baru lahir atau neonatus (0-30 hari) :


B. Streptococcus, L. monocytogen, atau basil gram negative seperti
E.coli dan klebsiella pneumonia

Pada bayi muda (usia 1-3 bulan) :


S pneumonia, S aureus dan H influenza. Infeksi bordetella pertussis 20%
pada anak dapat berkembang menjadi pneumonia.

Pada anak-anak :
Mycoplasma Pneumoniae, Chlamydia Pneumoniae

37
PATOGENESIS
Secara patologis, terdapat 4 stadium pneumonia, yaitu:

• Stadium I (4-12 jam pertama atau stadium kongesti)


Disebut hiperemia, respon peradangan permulaan mengakibatkan
perpindahan eksudat plasma kedalam ruang interstisium sehingga terjadi
pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus.

• Stadium II (48 jam berikutnya)


Disebut hepatisasi merah, Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena
adanya penumpukan leukosit, eritrosit, dan cairan, sehingga warna paru
menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar.

38
• Stadium III (3-8 hari berikutnya)
Disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Warna merah menjadi pucat
kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.

• Stadium IV (7-11 hari berikutnya)


Disebut stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda.

PATOGENESIS
CONT’
39
MANIFESTASI
KLINIS
Gejala:

• Batuk
• Takipnea
• Retraksi
• Hipoksemia
• Kongesti
• Demam
• Penurunan
• Mengi
• Muntah, terutama emesis posttussive.

40
FAKTOR RISIKO

• defek anatomi bawaan,


• deficit imunologi,
• polusi,
• gastroesophageal reflux,
• aspirasi,
• gizi buruk,
• berat badan lahir rendah,
• tidak mendapatkan ASI,
• imunisasi tidak lengkap,
• adanya saudara serumah yang menderita batuk, dan
• kamar tidur yang terlalu padat penghuninya.

41
KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi lesi di paru :
Pneumonia lobaris.
Pneumonia interstitialis
Bronkopneumonia
 
Berdasarkan asal infeksi :
Pneumonia yang didapat dari masyarkat(community acquired pneumonia) 
Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia)
 
Berdasarkan karakteristik penyakit :
Pneumonia tipikal
Pneumonia atipikal

42
Berdasarkan mikroorganisme penyebab :
Pneumonia bakteri
Pneumonia virus
Pneumonia mikoplasma
Pneumonia jamur

Berdasarkan lama penyakit :


Pneumonia akut
Pneumonia persisten

KLASIFIKASI cont’ 43
WHO merekomendasikan penggunaan peningkatan frekuensi
napas dan retraksi subkosta untuk mengklasifikasikan pneumonia
di negara berkembang.

Bayi kurang dari 2 bulan


Pneumonia berat : napas cepat atau retraksi yang berat
Pneumonia sangat berat: tidak mau menetek/ minum, kejang,
letargis, demam atau hipotermia, bradipnea atau
pernapasan irreguler

Anak umur 2 bulan-5 tahun


Pneumonia ringan : napas cepat
Pneumonia berat: retraksi
Pneumonia sangat berat: tidak dapat minum/makan, kejang,
letargis, malnutrisi

KLASIFIKASI cont’ 44
PENEGAKAN
DIAGNOSIS DIAGNOSIS
PENEGAKAN
Kriteria Diagnosis

Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari dari 5 gejala berikut :


• Sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada
• Demam
• Ronki basah halus-sedang nyaring (crackles)
• Pada hasil foto thoraks ditemukan gambaran infiltrate difus
• Pada hasil pemberiksaan laboratorium dijumpai leuksitosis ( pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3
dengan limfosit predominan, sementara pada infeksi bakteri 15.000-40.000/mm3 yang predominan)

45
PENEGAKAN
DIAGNOSIS DIAGNOSIS
PENEGAKAN
Kriteria Diagnosis

Pneumonia Ringan.
Di samping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat napas cepat saja. Napas cepat:
pada anak umur 2 bulan – 11 bulan: ≥ 50 kali/menit
pada anak umur 1 tahun – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit
Pastikan bahwa anak tidak mempunyai tanda-tanda pneumonia berat

Pneumonia Berat.
Batuk dan atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal berikut ini:
Kepala terangguk-angguk
Pernapasan cuping hidung
Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrat luas, konsolidasi, dll)

46
PENEGAKAN
DIAGNOSIS DIAGNOSIS
PENEGAKAN

Selain itu bisa didapatkan pula tanda berikut ini: Suara pernapasan menurun
• Napas cepat: Suara pernapasan bronkial
Anak umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit
Anak umur 2 – 11 bulan : ≥ 50 kali/menit Dalam keadaan yang sangat berat dapat dijumpai:
Anak umur 1 – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit • Tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau
Anak umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit memuntahkan semuanya
• Suara merintih (grunting) pada bayi muda • Kejang, letargis atau tidak sadar
• Pada auskultasi terdengar: • Sianosis
Crackles (ronki) • Distres pernapasan berat.

47
KOMPLIKASI

Komplikasi biasanya akibat adanya penyebaran bakteri dalam rongga thoraks seperti
efusi pleura, empyema dan pericarditis atau bakteri dalam darah.

48
TATALAKSANA
• Oksigen 2-4 LPM hingga sesak nafas hilang
• Pemberian carian dan kalori yang cukup sesuai dengan berat badan
• Bila sesak sudah tidak terlalu hebat dapat dimulai diet enteral bertahap
melalui NGT maupun secara oral.
• Koreksi kelainan asam basa atau elektrolit.
• Pemilihan antibitotik berdasarkan usia.
• Atasi penyakit penyerta lain.

49
TATALAKSANA
Pemilihan antibiotic bila tidak ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotic awal (24-
72 jam pertama) menurut kelompok usia :

• Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan)


Ampicillin 200mg/kgbb/hari IM/IV terbagi 4 dosis + gentamicin 5-7mg/kgbb/hari
IM/IV terbagi dalam 1-2 kali pemberian

• > 2 bulan
Lini pertama : Ampisilin bila dalam 3 hari tidak ada perbaikan dapat
ditambahkan kloramfenikol.
Lini kedua : Seftriakson. Bila klinis membaik, antibiotic intravena dapat diganti
preparat oral dengan antibiotic golongan yang sama dengan antibiotic intravena
sebelumnya.

50
PROGNOSIS

QUO AD VITAM : DUBIA AD BONAM


QUO AD FUNCTIONAM : DUBIA AD BONAM
QUO AD SANATIONAM : DUBIA AD BONAM

51
BAB 4. ANALISA KASUS

52
Resume

Pasien HR, bayi laki-laki usia 3 bulan masuk rumah sakit melalui IGD tanggal 21 Desember 2019 dengan
keluhan utama sesak dan batuk sejak ± 6 jam. yang lalu. Sejak ± 5 hari SMRS, pasien batuk (+) berdahak, dahak
berwarna putih, sesak napas (-) demam (+) tidak tinggi, suhu 38°C terus menerus, kejang (-), sesak napas (-),
muntah (-). BAB dan BAK biasa tidak ada keluhan. Pasien tidak dibawa berobat. ± 6 jam SMRS, pasien sesak
napas (+) sesak tidak dipengaruhi posisi dan cuaca, batuk (+) berdahak, dahak sulit dikeluarkan, demam (+)
tidak terlalu tinggi, kejang (-), muntah(-), BAB dan BAK tidak ada keluhan. pasien kemudian dibawa ke IGD
RSMH.
Riwayat menderita penyakit yang sama sebelumnya disangkal. Riwayat dirawat di rumah sakit selama
sebulan dan keluar rumah sakit sekitar 2 minggu SMRS, dirawat karena pendarahan di otak dan dioperasi.
Pasien sebelumnya tidak pernah sakit seperti ini. Dari riwayat penyakit keluarga tidak ada yang menderita asma
maupun riwayat atopi.

53
Resume (con’t)

Pasien didiagnosa dengan pneumonia karena pada pasien didapatkan dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang sesuai dengan gejala klinis pada penyakit pneumonia pada anak. Gejala gangguan respiratori juga
terjadi pada pasien anak ini, seperti batuk, sesak napas, dan takipnea. Pada pemeriksaan fisik ditemukan, retraksi
intercostal, retraksi suprasternal dan pada auskultasi dinding dada didapatkan suara ronkhi basah nyaring seluruh
lapang paru.
Penatalaksanaan pada pasien ini antara lain yaitu terapi oksigen dan pemberian cairan sesuai kebutuhan.
Untuk terapi antibiotik, diberikan berdasarkan umur, keadaan umum penderita dan etiologi penyakit yang di
evaluasi setiap 48-72 jam.

54
Resume (con’t)

Tatalaksana yang diberikan yaitu IVFD D5 1/4 NS kec 16 cc/jam, O2 nasal kanul 2 lpm. Antibiotik yang
digunakan Ampicilin 3 x 300 mg (IV) dan Ceftazidime 3 x 150 mg (IV). Lama pemberian antibiotik diberikan
tergantung pada kemajuan klinis penderita, evaluasi hasil pemeriksaan penunjang (darah dan foto thoraks) dan
jenis kuman penyebab, pada umumnya membutuhkan waktu 10-14 hari, kecuali untuk kuman staphylococcus
dapat diberikan selama 6 minggu. Atasi penyakit penyerta yang lain jika ada.

55
Resume (con’t)

Prognosis pada pneumonia ini adalah sembuh total, mortalitas kurang dari 1%, mortalitas bisa lebih tinggi
didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk pengobatan.
Penyakit pneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan penderita atau mengobati secara
dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya pneumonia ini. Selain itu hal-hal yang dapat
dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti cara
hidup sehat, Asi ekslusif, makan makanan bergizi dan teratur, menjaga kebersihan ,beristirahat yang cukup, dan
lain-lain. Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi.

56
THANK
YOU!

57

Anda mungkin juga menyukai