Anda di halaman 1dari 52

Tutorial Klinik

Papiloma Laring pada Anak


Oleh :
Metyana Cahyaningtyas
NIM. 1610029005

Pembimbing
dr. Hj. Sukartini, Sp.A

Pendidikan Profesi Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
Latar Belakang

 Papiloma laring merupakan tumor jinak proliferatif yang sering dijumpai pada
saluran napas anak.
 Secara garis besar dibagi menjadi dua type yaitu juvenile-onset recurrent
respiratory papillomatosis (JORRP) dan adult-onset recurrent respiratory
papillomatosis (AORRP).
 Insiden papiloma laring pada anak-anak 80% pada usia kelompok usia di bawah
7 tahun, sedangkan pada orang dewasa 20-40 tahun.
 Anak-anak : 4,3 kasus per 100.000 populasi
Dewasa : 1,8 kasus per 100.000 populasi.
 Papiloma laring pada anak merupakan salah satu masalah yang menyebabkan
gangguan pada sistem pernapasan berupa kesulitan bernapas bahkan sampai
dapat mengakibatkan gagal napas jika tidak mendapat penanganan yang tepat.
Tujuan

 Sebagai salah satu syarat dalam menjalani proses pendidikan di


laboratorium Ilmu Kesehatan Anak
 Menambah pemahaman mengenai penyakit papiloma laring.
 Mengkaji ketepatan penegakan diagnosis dan penatalaksanaan
papiloma laring.
Laporan Kasus
Anamnesis

Identitas Pasien Identitas Orangtua


 Nama Ayah : Tn. G
 Nama : An. RDA
 Usia : 34 tahun
 Usia : 1 tahun 1 bulan  Pekerjaan : Swasta
 JK : Laki-laki  Pendidikan Terakhir : S1
 Ayah perkawinan ke : 1
 Agama : Islam
 
 Suku : Toraja-Jawa  Nama Ibu : Ny. LA
 Alamat : Jalan Gerilya No.42,  Usia : 30 tahun
Samarinda  Pekerjaan : IRT
 Anak ke: 2 dari 2 bersaudara  Pendidikan Terakhir : SMA
 Ibu perkawinan ke : 1
Anamnesis
Keluhan Utama
 Sesak napas sejak usia 7 bulan.

Riwayat Penyakit Sekarang


 Pasien datang dengan keluhan sesak napas yang sudah dialami sejak anak usia 7
bulan. Sesak napas semakin memberat seiring bertambahnya usia. Sesak napas
dirasakan terus menerus sepanjang hari, terutama lebih berat pada malam
hari sehingga anak terganggu saat tidur. Ibu pasien mengatakan bahwa napas anak
berbunyi seperti mengorok, dan lebih jelas terdengar saat malam hari saat
anak tidur terlentang. Selain sesak napas dan napas berbunyi, ibu pasien juga
mengatakan bahwa suara anaknya parau sejak usia 7 bulan, awalnya terdengar
parau saat menangis saja, namun lama kelamaan suara anak parau terus menerus baik
saat menangis maupun saat berbicara seperti biasa sampai pada akhirnya saat ini suara
anak hilang sama sekali. Sesak napas kali ini dirasakan memberat sejak ± 2 minggu
sebelum masuk rumah sakit. Pasien merupakan rujukan dari RS Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan, sudah pernah dilakukan pemeriksaan laringoskopi dan didapatkan kesan
terdapat massa pada laring. Keluhan lain berupa batuk (+) hilang timbul sejak
usia 7 bulan, batuk sering kambuh seiring munculnya sesak, demam (-), pilek (-),
muntah (-), BAB dan BAK dalam batas normal.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien selama ini berobat ke puskesmas dan hanya diberi obat puyer batuk untuk
mengurangi sesak.
 Pernah 2 kali rawat inap di rumah sakit Balikpapan sebelumnya karena keluhan sesak
napas ini.
 Pernah dilakukan pemeriksaan laringoskopi dan dirujuk ke RS AWS untuk dilakukan
tindakan lebih lanjut.
 Pasien belum pernah dilakukan tindakan operasi sebelumnya, dan tidak pernah ada
keluhan penyakit yang lain.
 Riwayat asma (+), riwayat penyakit lain disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


 Tidak ada anggota keluarga yang sedang atau pernah mengalami keluhan yang sama.
 Riwayat penyakit tumor atau keganasan pada keluarga tidak ada.
 Riwayat asma (+) diderita oleh ayah kandung pasien.
 Riwayat penyakit lainnya pada anggota keluarga disangkal.
Anamnesis
Riwayat Lingkungan dan Sosio- Pertumbuhan Dan Perkembangan
ekonomi Anak
 Pasien tinggal bersama ayah dan ibu  BB lahir : 2400 gram
kandung, bersama saudara-  PBlahir : 43 cm
saudaranya. Ayah pasien merokok.
 Berat badan sekarang : 8,6 kg
 Di rumah tidur menggunakan bantal
dan tilam busa (bukan kapuk).  Panjang badan sekarang : 75 cm
 Rumah dengan dapur, kamar mandi  Miring : 4 bulan
dan wc di dalam rumah, serta  Tengkurap : 5 bulan
ventilasi cukup, sinar matahari dapat
masuk. Lingkungan rumah  Tersenyum : 3 bulan
pemukiman cukup padat, namun  Gigi keluar : 5 bulan
tidak kumuh.
 Duduk : 6 bulan
 Kesadaran untuk menjalankan hidup
 Berdiri : 8 bulan
bersih dan sehat baik.
 Berjalan : 9 bulan
 Berobat langsung ke puskesmas bila
sakit.  Berbicara 2 suku kata : 13 bulan
Anamnesis
Makan dan minum anak Pemeliharaan Prenatal
 Periksa di : Bidan
 ASI : sejak lahir usia 6 bulan
 Penyakit Kehamilan : -
 Susu sapi/ buatan : usia 6  Obat-obatan yang sering diminum :
bulan hingga sekarang Vitamin dan tablet penambah darah
 Bubur susu : Sejak usia 6 bulan  
Riwayat Kelahiran
 Tim saring : 9 bulan
 Lahir di : Rumah Sakit
 Buah, lauk dan makan padat :  Penolong : Bidan
usia 1 tahun, 3 x 1 piring (lauk,
 Usia kehamilan : 8 bulan
ikan/ayam, sayur) ikut menu
 Jenis partus : Spontan pervaginam
orang tua

Pemeliharaan postnatal
 Periksa di : Puskesmas
 Keadaan anak : Baik
 Keluarga berencana : Tidak
Anamnesis
Riwayat Imunisasi Dasar
 Imunisasi : belum lengkap (belum melakukan imunisasi campak)

Usia saat imunisasi


Imunisasi
I II III IV Booster I Booster II
BCG 1 bulan //////////// //////////// //////////// //////////// ////////////

Polio 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan - -


Campak (belum) //////////// //////////// //////////// //////////// ////////////

DPT 2 bulan 3 bulan 4 bulan //////////// - -

Hepatitis 0 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan - -


B
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal Status Gizi
30 September 2017.
 Berat badan : 8,6 kg
 Keadaan umum : Lemah
 Panjang Badan : 75 cm
 Kesadaran :
Composmentis, GCS E4VETTM6
 BB/U : Z Score -2 s/d 0 SD (Gizi
Baik)
 Tanda-tanda vital
 PB/U : Z Score -2 s/d 0 SD (Gizi
 Frekuensi Nadi : 122 x/menit, Baik)
regular, kuat angkat
 BB/PB : Z Score -2 s/d -1 SD (Gizi
 Frekuensi Nafas : 32 x/menit, Baik)
regular, stridor (+)
 Suhu : 36,8 oC, aksiler
 SpO2 : 98%
Pemeriksaan Fisik
Regio Kepala/Leher Regio Thorax
Paru
 Bentuk kepala normal, rambut
berwarna hitam  Inspeksi : Bentuk dada normal,
pergerakan dinding dada simetris
 Edema palpebra (-/-), konjungtiva dekstra = sinistra, retraksi suprasternal
anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), (+), retraksi interkostal (+), retraksi
sianosis (-), pembesaran KGB colli substernal (+)
(-), pupil isokor 3 mm, refleks  Palpasi : Pergerakan nafas simetris
cahaya (+/+). dekstra = sinistra
 Perkusi: sonor seluruh lapangan paru,
 Pernapasasan cuping hidung (-)
redup jantung (+)
 Faring hiperemis (-), mulut  Auskultasi : stridor (+), rhonki (-/-),
berselaput putih (-), perdarahan wheezing (-/-).
gusi (-), lidah kotor (-), stomatitis Jantung
(-)  Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Auskultasi : S1 S2 tunggal, regular,
murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Fisik
Regio Abdomen Regio Ekstremitas
 Inspeksi : Distensi (-), tampak  Inspeksi : Sianosis (-),
simetris dekstra = sinistra Edema (-), deformitas (-), petekie
(-)
 Auskultasi : Peristaltik usus (+)
kesan normal  Palpasi : Akral hangat, edema
(-), nyeri tekan (-), tonus dan
 Perkusi : Distribusi timpani di
kekuatan otot normal, CRT <2
keempat kuadran
detik.
 Palpasi : Soefl, nyeri tekan
Status Neurologis
epigastrium (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-), pembesaran  GCS : E4V5M6
KGB inguinal (-)  Sensoris : baik
 Motoris : gerakan otot baik,
peningkatan tonus otot (-)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Darah
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laringoskopi Direk (Fiber Flexible Laringoscopy)  di
RSUD Balikpapan
 Kesan : Papiloma laring di ¼ plika vokalis anterior
 
Pemeriksaan Patologi Anatomi (tanggal 12/09/2017)
 Makroskopis : Diterima jaringan abu-abu kenyal tidak beraturan
ukuran 0,1 cc.
 Mikroskopis : Sediaan jaringan terlihat struktur polip dengan epitel
berlapis pipih, susunan sel masih baik, membran basal intak, dengan
stroma jaringan ikat terlihat satu pembuluh darah berdilatasi.
 Kesimpulan : Papiloma Laring
Pemeriksaan Penunjang
Foto Thorax tanggal 8/9/2017
Kesan :
 Atelektasis pulmo dextra et
causa obstruksi airway
 Pneumomediastinum
 Emfisema subkutis
Pemeriksaan Penunjang
Foto Thorax tanggal
29/9/2017
Kesan :
 Gambaran pneumothorax
bilateral dengan terpasang
tube pada hemithorax
kanan. Ujung tube berada
pada level costa VII
posterior.
Diagnosis dan Tata Laksana
Diagnosis Penatalaksanaan
Di IGD :
 Upper Airway Obstruction et
causa Papiloma Laring  Trakeostomi CITO oleh dokter Sp.THT
 Terapi post trakeostomi :
 O2 Jackson Rees via ETT 6 lpm
 IVFD D5 ½ NS 500 cc/hari
 Inj. Ceftriaxone 2 x 250 mg IV
 Inj. Antrain 3 x 100 mg IV
 In. Asam Tranexamat 3 x 100 mg IV
 Inj. Metoclopramide 3 x 2 mg IV
 Inj. Dexamethason 3 x 2,5 mg IV
 N. Asetil sistein 3 x 100 mg
 Diet per NGT : MLP 8 x 50 cc

Prognosis : dubia
Follow Up

Tanggal Pemeriksaan Planning


07/09/201 S: sesak (+) P:
7   O2 Jackson Rees via ETT 6 lpm
Hari ke 1 O: CM, GCS E4VettM6 IVFD D5 ½ NS 500 cc/hari
(PICU) TD : 110/50, N: 150 x/i, RR: 40 x/i, T: 37,3oC, Inj. Ceftriaxone 2 x 250 mg IV
SpO2 : 97%, BB 8,6 kg Inj. Antrain 3 x 100 mg IV
Thorax : retraksi suprasternal, intercostal & Inj. Asam Tranexamat 3 x 100
substernal (+), stridor (+), rhonki (+/+), mg IV
wheezing (-/-) Inj. Metoclopramide 3 x 2 mg
Hasil lab : IV
Hb : 10,0 g/dl Inj. Dexamethason 3 x 2,5 mg
Ht : 30,8 % IV
Leu : 15.770 /µl N. Asetil sistein 3 x 100 mg IV
Plt : 436.000 /µl Diet per NGT : MLP 8 x 50 cc
 
A: Upper Airway Obstruction et causa Papiloma
laring post trakeostomi
Follow Up

Tanggal Pemeriksaan Planning


08/09/201 S: sesak (+) P:
7   Pemasangan Chest tube CITO
Hari ke 2 O: CM, GCS E4VettM6 O2 Jackson Rees via ETT 6 lpm
TD : 110/60, N: 126 x/i, RR: 19 x/i, T: 37,3oC, SpO2 :
(PICU) IVFD D5 ½ NS 500 cc/hari
97%, BB 8,6 kg
Thorax : Inj. Ceftriaxone 2 x 250 mg IV
Inspeksi : retraksi suprasternal, intercostal & substernal Inj. Antrain 3 x 100 mg IV
(+) Inj. Asam Tranexamat 3 x 100
Palpasi : krepitasi (+) mg IV
Perkusi : hipersonor (+) lapang paru dextra Inj. Metoclopramide 3 x 2 mg
Auskultasi : stridor (+), vesikuler menurun pada paru IV
dextra, Inj. Dexamethason 3 x 2,5 mg
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
 
IV
A: N. Asetil sistein 3 x 100 mg IV
Papiloma laring post trakeostomi Diet per NGT : MLP 8 x 50 cc
Pneumothorax dextra
Emfisema subkutis
Follow Up

Tanggal Pemeriksaan Planning


12/09/201 S: sesak (+) P:
7   Dilakukan operasi Bedah
Hari ke 6 O: CM, GCS E4VettM6 Laring Mikroskopis (Ekstirpasi
(PICU) TD : 105/74, N: 140 x/i, RR: 30 x/i, T: 36,5oC, papiloma)
SpO2 : 100%, BB 8,6 kg Jaringan diperiksakan ke Lab.
Thorax : Patologi Anatomi
Inspeksi : retraksi suprasternal, intercostal & Terapi tetap
substernal (+)
Palpasi : krepitasi (+)
Perkusi : sonor
Auskultasi : stridor (+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
 
A:
Papiloma laring post trakeostomi
Pneumothorax dextra post WSD
Emfisema subkutis
Follow Up
Tanggal Pemeriksaan Planning
16/09/201 S: sesak (+) berkurang P:
7   O2 simple mask 4 lpm
Hari ke 10 O: CM, GCS E4VettM6 IVFD D5 ½ NS 100 cc/hari
TD : 100/50, N: 116 x/i, RR: 26 x/i, T: 36,9oC, SpO2 : Inj. Vancomycin 3 x 140 mg IV
(PICU)
100%, BB 8,6 kg (Hari ke 1)
Thorax : Inj. Asam Tranexamat 3 x 100 mg
Inspeksi : retraksi suprasternal, intercostal & substernal IV
(+) Inj. Dexamethason 3 x 2,5 mg IV
Palpasi : krepitasi (-) N. Asetil sistein 3 x 100 mg IV
Perkusi : sonor Inj. Antrain & Metoclopramide 
Auskultasi : stridor (+), rhonki (+/+), wheezing (-/-) stop
  Salbutamol 3 x 1 mg PO
Hasil kultur sputum : Ambroxol 3 x 10 mg PO
Bakteri coccus gram positif, sensitif terhadap Cetirizine 1 x ¼ cth PO
Vancomycin Nebu Ventolin 1 amp/8 jam
  Aff NGT
A: Diet per oral :
Papiloma laring post Bedah Laring Mikroskopis Susu 8 x 100 cc
(Ekstirpasi) Bubur tim 3 x ½ porsi
Pneumothorax dextra post WSD
Follow Up
Tanggal Pemeriksaan Planning
27/09/201 S: sesak (-) P:
 
7 O: CM, GCS E4VettM6
Aff O2
Hari ke 21 TD : 118/56, N: 134 x/i, RR: 24 x/i, T: 37,0oC, SpO2 : 100%, BB Inj. Vancomycin 3 x 140 mg IV
(PICU) 8,6 kg (Hari ke 12)
Thorax : Terapi lain tetap
Inspeksi : retraksi intercostal & substernal (+)
Palpasi : krepitasi (-)
Perkusi : sonor
Auskultasi : stridor (+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
 
Hasil lab terbaru tanggal 25/9/2017
Hb : 11,2 g/dl
Ht : 35,6 %
Leu : 25.980 /µl
Plt : 464.000 /µl
Na : 137 mmol/L
K : 4,4 mmol/L
Cl : 96 mmol/L
 
A:
Papiloma laring post Bedah Laring Mikroskopis (Ekstirpasi)
Pneumothorax dextra post WSD
Follow Up

Tanggal Pemeriksaan Planning


29/09/201 S: napas berbunyi P:
7   IVFD D5 ½ NS 300 cc/hari
Hari ke 23 O: CM, GCS E4VettM6 Inj. Vancomycin 3 x 140 mg IV
(Melati) TD : 100/60, N: 112 x/i, RR: 26 x/i, T: 36,7oC, (Hari ke 14)
SpO2 : 100%, BB 8,6 kg N. Asetil sistein 3 x 100 mg IV
Thorax : Nebulisasi dengan 20 gtt
Inspeksi : retraksi intercostal & substernal (+) Bisolvon dalam 1 cc aquadest
Palpasi : krepitasi (-) 4x/hari lanjut suction
Perkusi : sonor
Auskultasi : stridor (+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
 
A:
Papiloma laring post Bedah Laring Mikroskopis
(Ekstirpasi)
Pneumothorax dextra post WSD
Follow Up

Tanggal Pemeriksaan Planning


02/10/201 S: napas berbunyi P:
7   IVFD D5 1/4 NS 800 cc/hari
Hari ke 26 O: CM, GCS E4VettM6 Inj. Vancomycin 3 x 140 mg IV
(Melati) TD : 100/60, N: 108 x/i, RR: 24 x/i, T: 36,7oC, (Hari ke 17)
SpO2 : 100%, BB 8,6 kg Inj. Dexamethason 3 x 1,5 mg
Thorax : IV (selama 3 hari)
Inspeksi : retraksi intercostal & substernal (+)
Palpasi : krepitasi (-)
Perkusi : sonor
Auskultasi : stridor (+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
A:
Papiloma laring post Bedah Laring Mikroskopis
(Ekstirpasi)
Pneumothorax dextra post WSD
Tinjauan Pustaka
Definisi
 Papiloma laring adalah suatu tumor jinak pada laring yang berasal dari
jaringan epitel skuamosa .
 Papiloma laring adalah tumor jinak yang sering dijumpai pada anak-
anak, papiloma laring biasanya terletak di saluran nafas yang sering kali
menimbulkan sumbatan jalan nafas yang dapat mengakibatkan
kematian.
Epidemiologi
 Dijumpai pada anak-anak 80% pada usia kelompok usia di bawah 7
tahun, pada orang dewasa 20-40 tahun.
 Di Amerika Serikat terdapat 1500 sampai 2500 kasus baru setiap
tahunnya.
Pada anak-anak : 4,3 kasus per 100.000 populasi
Pada dewasa 1,8 kasus per 100.000 populasi.
 Menurut jenis kelamin.
JORRP pada laki-laki dan perempuan sama banyak
AORRP lebih sering dijumpai pada laki-laki dengan perbandingan 4:1.
 Degenerasi maligna pada sel skuamosa karsinoma dapat terjadi, tetapi
sangat jarang. Prevalensinya berkisar 2 tiap 100.000 orang dewasa
sampai 4,5 tiap 100.000 anak-anak. Walaupun begitu, lebih dari 10.000
Orang Amerika menderita gangguan pernafasan karena papilloma.
Etiologi
 Etiologi papiloma laring tidak diketahui dengan pasti.
 Diduga Human Papilloma Virus (HPV) tipe 6 dan 11 berperan
terhadap terjadinya papiloma laring. Diduga ada hubungan antara
infeksi HPV genital pada ibu hamil dan papiloma laring pada anak.
 Diduga ada faktor lain yang berperan, mengingat papiloma laring dapat
menghilang spontan saat pubertas.
 Teori yang melibatkan faktor hormonal sebagai salah satu penyebab
pertama kali dikemukakan oleh Holinger.
 Beberapa faktor predisposisi papiloma laring :
1. Sosial ekonomi rendah
2. Higiene yang buruk
3. Infeksi saluran napas kronik
4. Kelainan imunologis.
Klasifikasi
Tumor ini dapat digolongkan dalam 2 jenis :
1. Papiloma laring juvenile (Juvenile-Onset Reccurent Respiratory
Papillomatosis)
 Ditemukan pada anak-anak
 Berbentuk multiple
 Dapat mengalami regresi pada waktu dewasa.

2. Pada orang dewasa (Adult-Onset Recurrent Respiratory


Papillomatosis )
 Biasanya berbentuk tunggal
 Tidak akan mengalami resolusi
 Merupakan prakanker dan menjadi ganas bila dijumpai subtype yang
spesifik yaitu HVP 16.
Patogenesis
 Pada tipe juvenile diduga transmisi pada saat peripartum (partus
spontan) dari seorang ibu yang terinfeksi “genital warts”.
 Terdapat beberepa factor yang memicu perkembangan HVP yaitu :
1. Status imunologi dari anak tersebut
2. Lamanya waktu kelahiran
3. Jumlah virus pada jalan lahir
4. Cara kelahiran
5. Adanya Riwayat trauma

 Pada papilloma orang dewasa, cara transmisi virus dengan cara


kontak seksual, 10% dari lelaki dan perempuan yang berada masa
“sexual active” dengan dan tanpa gejala klinik, dijumpai adanya infeksi
laten HPV pada penis dan serviks.
Patogenesis
Mekanisme virus :
 Virus masuk melalui saluran nafas
 Virus HVP akan menetap lapisan basal mukosa
 virus DNA masuk kedalam sel dan memproduksi Asam Ribonukleat
(RNA) untuk memproduksi virus protein, sama seperti mekanisme
replikasi pada virus lain.
 Hal ini akan mengakibatkan terjadinya transformasi dari mukosa
menjadi formasi papilloma.
 Pada tahun 1993, Kashima melaporkan peningkatan resiko papilloma
pada saluran nafas terjadi pada epitel skuamosa atau terjadinya
metaplasia skuamos.
Manifestasi Klinik
 Perubahan suara  90% kasus terjadi perubahan suara. Suara serak merupakan
gejala dini dan keluhan yang paling sering dikemukakan apabila tumor tersebut terletak
di pita suara.
 Papilloma laring yang membesar, dapat mengakibatkan sumbatan jalan nafas 
stridor dan sesak.
 Timbulnya sesak  tanda bahwa telah terjadi sumbatan jalan nafas bagian atas dan
biasanya diperlukan tindakan trakeostomi.

Sumbatan pada saluran nafas dapat dibagi menjadi 4 bagian menurut kriteria jakson yaitu:
 Jakson I ditandai dengan sesak, stridor (ngorok) inspirasi ringan, penarikan pada sela
iga.
 Jakson II sesuai dengan gejala jakson I tetapi diperberat dengan retraksi supra dan
infra klavikula, sianosis ringan dan pasien tampak gelisah.
 Jakson III sesuai dengan gejala jakson II ditambah dengan retraksi interkostal,
epigastrium dan sianosis lebih berat
 Jakson IV, sesuai dengan gejala jakson III ditambah dengan wajah yang tegang dan
terkadang gagal napas.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan:
1. Anamnesis
 Adanya suara parau sampai afonia.
2. Gejala klinis
 Suara serak merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan. Pada
papilloma yang besar bisa terjadi stridor sampai sesak nafas.
3. Pemeriksaan Penunjang
 Laringoskopi indirek dan direk.
 Pada anak-anak dapat dipertimbangkan pemakaian “flexible fibreoptic
nasopharyngoscopy”.
 Biopsi dan pemeriksaan histopatologi.
Pemeriksaan Penunjang
 Laringoskopi indirek dan direk.
Pemeriksaan Penunjang
 Pada anak-anak dapat dipertimbangkan pemakaian “flexible
fibreoptic nasopharyngoscopy”.
Pemeriksaan Penunjang
 Biopsi dan pemeriksaan histopatologi.
Papilloma menunjukkan cabang-cabang fibrovaskular yang ditutupi oleh
lapisan "well - differentiated stratified squamous epithelium" yang tebal
yang sering parakeratotik pada permukaannya.
Mitosis dan focal keratosis sering dijumpai. “Squamous metaplasia”,
“dysplasia” atau “squamous cell carcinoma” merupakan tanda - tanda
akan adanya keganasan.
Diagnosis Banding
 Laryngitis akut
tanda-tanda radang umum, seperti demam, malaise dll. Suara menjadi serak sampai
afonia disertai nyeri saat berbicara dan menelan.
 Nodul pita suara
Pertumbuhan jaringan parut yang bersifat jinak, disebabkan karena penyalahgunaan
pemakaian suara dalam waktu lama. 9 Nodul ini biasanya ditemukan bilateral pada kedua
pita suara, letaknya simetris, diperbatasan antara segitiga anterior dan sepertiga tengah
pita suara.
 Kista pita suara
Kista sering ditemukan di laring, dan dapat dibagi dalam kista epidermoid, kista retensi
dan kista limfe. Dengan mikrolaringoskopi tampak warna kekuningan melalui selaput
lendir yang mengkilat, dan kadang-kadang tampak kristal kolesterin di dalam kista itu.
Penyebab belum jelas, diduga karena trauma atau infeksi kronis
 Polip pita suara
Biasanya disebabkan oleh penggunaan suara yang terlampau lama, reaksi menahun pada
laring, menghirup iritan. Pada pemeriksaan, polip paling sering ditemukan disekitar
komisura anterior, tampak bulat, kadang-kadang berlobul, berwarna pucat, mengkilat
dengan dasarnya yang lebar di pita suara, dan tampak kapiler darah sangat sedikit.
Penatalaksanaan
Prinsip tata laksana papiloma laring yaitu mengangkat papiloma, mengurangi sumbatan nafas dan
menghindari rekurensi.
Tindakan Bedah
 Prosedur bedah ditujukan untuk menghilangkan papiloma dan/atau memperbaiki dan
mempertahankan jalan napas.
 Beberapa teknik yang digunakan antara lain: trakeostomi, laringofissure, mikrolaringoskopi
langsung, mikrolaringoskopi dan ekstirpasi dengan forseps, mikrokauter,
mikrolaringoskopi dengan diatermi, mikrolaringoskopi dengan ultrasonografi,
kriosurgeri, microdebrider dan carbondioxide laser surgery.
 Khusus untuk type papilloma dewasa, saat ini telah diperkenalkan ablasi papilloma menggunakan
PDL (pulsed-dye laser). Biasanya dapat dilakukan di klinik menggunakan laryngoscope flexible
tanpa harus ke ruangan operasi.

Efek penggunaan PDL,


papiloma yang terkena
sinar laser berubah
menjadi putih.
Penatalaksanaan
Medikamentosa
 Obat yang digunakan antara lain antivirus, hormon (dietilstilbestrol),
steroid, dan podofilin topikal. Terapi medikamentosa ini tidak terlalu
bermanfaat.
Imunologis
 Pengobatan imunologi untuk papilloma laring biasanya hanya
merupakan terapi suportif yaitu dengan menggunakan interferon.

Terapi Fotodinamik
 Terapi ini menggunakan dihematoporphyrin ether (DHE) yang tadinya
dikembangkan untuk terapi kanker. Jika diaktivasi dengan cahaya
dengan panjang gelombang yang sesuai (630 nm), DHE menghasilkan
agen sitotoksik yang secara selektif menghancurkan sel-sel yang
mengandung substansi tersebut, terapi fotodinamik efektif
menghilangkan lesi endobronkial, tetapi tidak untuk lesi parenkim.
Komplikasi
 Progresifitas papilloma menjadi skuamosa sel karsinoma (SCC)
dapat terjadi, tetapi hal ini jarang. Perubahan menjadi SCC ditandai
juga dengan adanya penyebaran ke paru.
 Komplikasi dari penyakit dan pembedahan termasuk stenosis glottis
posterior, web glottis anterior atau stenosis ( paling sering 20-
30% kasus ), stenosis subglotis atau trakea stenosis.
 Komplikasi intraoperatif termasuk pneumothorak dan perasaan
terbakar pada saluran nafas, yang dapat terjadi akibat trauma pada
trakea dan paru.
Prognosis
 Prognosis papiloma laring umumnya baik.
 Angka rekurensi (berulang) dapat mencapai 40%.
 Sampai saat ini belum diketahui secara pasti faktor-faktor yang
mempengaruhi rekurensi pada papiloma.
 Diagnosis dini dan penanganan yang tepat diduga merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap rekurensi.
 Penyebab kematian biasanya karena penyebaran ke paru.
Pembahasan
Anamnesis

Teori Fakta
Papiloma Laring
 Pasien anak laki-laki usia 1 tahun 1 bulan
 Gejala yang didapatkan :
Keluhan Utama
 Perubahan suara (90% kasus).  Sesak napas sejak usia 7 bulan.
Gejala dini berupa suara serak. Riwayat Penyakit Sekarang
 Napas berbunyi  stridor  Pasien datang dengan keluhan sesak
napas yang sudah dialami sejak anak usia
 Sesak napas  suatu tanda 7 bulan.
bahwa telah terjadi sumbatan  napas anak berbunyi seperti mengorok
jalan nafas bagian atas.  suara anaknya parau sejak usia 7 bulan
 saat ini suara anak hilang sama sekali
 Keluhan lain berupa batuk (+) hilang
timbul sejak usia 7 bulan, batuk sering
kambuh seiring munculnya sesak
Pemeriksaan Fisik

Teori Fakta
Papiloma Laring
Keadaan umum : Lemah
Sumbatan pada saluran nafas dapat dibagi Kesadaran : Composmentis, GCS E4VETTM6
menjadi 4 bagian menurut kriteria Jakson
Tanda-tanda vital
yaitu:
 N : 122 x/menit, RR : 32 x/menit, stridor (+)
 Jakson I : sesak, stridor (ngorok)  SpO2 : 98%, Suhu : 36,8 oC, aksiler
inspirasi ringan, penarikan pada sela iga.
Regio Thorax
 Jakson II : sesuai dengan gejala jakson I  Inspeksi : retraksi suprasternal (+), retraksi interkostal (+),
tetapi diperberat dengan retraksi supra retraksi substernal (+)
dan infra klavikula, sianosis ringan dan
 Palpasi : Pergerakan nafas simetris dekstra = sinistra
pasien tampak gelisah.
 Perkusi : sonor seluruh lapangan paru, redup jantung (+)
 Jakson III : sesuai dengan gejala jakson  Auskultasi : stridor (+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).
II ditambah dengan retraksi interkostal,
epigastrium dan sianosis lebih berat. Regio Ekstremitas
 Inspeksi : Sianosis (-), Edema (-), deformitas (-), petekie (-)
 Jakson IV : sesuai dengan gejala jakson
 Palpasi : Akral hangat, edema (-), nyeri tekan (-), tonus dan
III ditambah dengan wajah yang tegang
kekuatan otot normal, CRT <2 detik.
dan terkadang gagal napas.
Pemeriksaan Penunjang

Teori Fakta
Papiloma Laring
Pemeriksaan Laringoskopi Direk (Fiber
 Laringoskopi indirek dan direk. Flexible Laringoscopy)  di RSUD
Balikpapan
 Pada anak-anak dapat  Kesan : Papiloma laring di ¼ plika vokalis
dipertimbangkan pemakaian anterior
“flexible fibreoptic  
nasopharyngoscopy”. Pemeriksaan Patologi Anatomi (12/09/2017)
 Makroskopis : Diterima jaringan abu-abu
 Biopsi dan pemeriksaan kenyal tidak beraturan ukuran 0,1 cc.
histopatologi.  Mikroskopis : Sediaan jaringan terlihat
struktur polip dengan epitel berlapis pipih,
susunan sel masih baik, membran basal intak,
dengan stroma jaringan ikat terlihat satu
pembuluh darah berdilatasi.
 Kesimpulan : Papiloma Laring
Penatalaksanaan

Teori Fakta
Papiloma Laring
Tindakan Bedah
 Tindakan Bedah
 Trakeostomi CITO oleh dokter Sp.THT
 Medikamentosa  Bedah Laring Mikroskopis (Ekstirpasi papiloma)
Obat yang digunakan antara lain
antivirus, hormon (dietilstilbestrol), Terapi medikamentosa post trakeostomi
steroid, dan podofilin topikal.  O2 Jackson Rees via ETT 6 lpm
 Imunologis  IVFD D5 ½ NS 500 cc/hari

Hanya merupakan terapi suportif yaitu  Inj. Ceftriaxone 2 x 250 mg IV


dengan menggunakan interferon.  Inj. Antrain 3 x 100 mg IV
 In. Asam Tranexamat 3 x 100 mg IV
 Terapi Fotodinamik
 Inj. Metoclopramide 3 x 2 mg IV
Terapi ini menggunakan  Inj. Dexamethason 3 x 2,5 mg IV
dihematoporphyrin ether (DHE) yang
 N. Asetil sistein 3 x 100 mg
tadinya dikembangkan untuk terapi
kanker.  Diet per NGT : MLP 8 x 50 cc
Kesimpulan
 Papiloma laring merupakan tumor jinak proliferatif yang sering dijumpai
pada saluran napas anak terutama yang berusia dibawah 7 tahun.
 Penyebab pasti belum diketahui, namun saat ini sangkaan utama adalah
virus HVP (Human Papilloma Virus) type 6 dan 11.
 Secara garis besar dibagi menjadi dua type yaitu juvenile-onset
recurrent respiratory papillomatosis (JORRP) dan adult-onset recurrent
respiratory papillomatosis (AORRP).
 Gejala utama yang paling dini adalah suara yang serak sampai afonia,
pada pemeriksaan laringoscopy dijumpai lesi seperti bunga kol, dan
pada orang dewasa merupakan keadaan premalignant.
 Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa yang teliti, gejala klinik,
pemeriksaan laring secara langsung, biopsy dan pemeriksaan
histopatologik.
 Penatalaksanaannya dapat berupa pembedahan, terapi medikamentosa,
imunologis maupun terapi fotodinamik.
Terima kasih ..

Anda mungkin juga menyukai