Anda di halaman 1dari 35

Tutorial Klinik

Neurologi

Kejang Demam
Oleh :
Metyana Cahyaningtyas
NIM. 1610029005

Pembimbing : dr. Annisa Muhyi, Sp.A. M.Biomed


Kasus

Identitas Orang Tua


Identitas Pasien Nama Ayah : Tn. AI
Nama : An. RAI Usia : 40 tahun
JK : Laki-laki Alamat : Jl. Lambung Mangkurat RT. 16
Usia : 4 tahun Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Lambung
Mangkurat RT. 16 Nama Ibu : Ny. S
Anak ke : 4 dari 4 bersaudara Usia : 33 tahun
Alamat : Jl. Lambung Mangkurat RT. 16
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Anamnesis
(dilakukan pada tanggal 11 September 2017)
• Keluhan utama : Kejang
• Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dibawa oleh orang tuanya ke IGD RS AWS pada pagi hari (pukul 10.00 WITA)
dengan keluhan kejang seluruh tubuh ± 30 menit sebelum masuk rumah sakit. Kejang
sebanyak 1 kali selama di rumah. Durasi ± 5 menit, kemudian anak sadar penuh
setelah kejang. Kejang muncul lagi pada hari yang sama sore harinya (pada pukul 16.00
WITA) sebanyak 1 kali. Kejang ini selalu didahului dengan demam tinggi. Anak sudah
mengalami demam sejak 1 hari yang lalu, demam semakin lama semakin tinggi.
Demam turun jika diberi obat penurun panas, namun kemudian panas lagi setelah 1
jam kemudian. Keluhan lain berupa BAB cair seiring dengan timbulnya demam. BAB
cair sebanyak > 5 kali sehari, warna kuning, ampas (-), lendir (-), darah (-).
• Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sudah mengalami keluhan kejang seperti ini ± 6 kali dalam setahun
terakhir.
Riwayat penyakit lain disangkal.
• Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu : pernah mengalami kejang demam (step) saat masih kecil
Riwayat penyakit lain dalam keluarga disangkal.
• Riwayat Kehamilan • Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pemeliharaan Prenatal
Periksa di : Bidan
Berat badan lahir : 2200 gram
Penyakit kehamilan : tidak ada Panjang badan lahir : 48 cm
Obat-obatan yang sering diminum : tablet penambah darah dan
vitamin Tersenyum : 2-3 bulan
Miring : 3 bulan
• Riwayat Kelahiran
Lahir di : Klinik bersalin
Tengkurap : 4 bulan
Di tolong oleh : Bidan Duduk : 8 bulan
Berapa bulan dalam kandungan : 9 bulan
Gigi keluar : 4 bulan
Jenis partus : spontan per vaginam
Merangkak : 6 bulan
• Riwayat Postnatal Berdiri : 9 bulan
Pemeliharaan postnatal
Periksa di : Bidan Berjalan : 11 bulan
Keadaan anak : sehat Berbicara dua suku kata : 1 tahun 5 bulan

• Riwayat Keluarga Berencana


Penggunaan KB : Tidak
• Riwayat Makan Minum anak : • Riwayat Imunisasi : lengkap
ASI : 0 bulan sampai sekarang Usia saat imunisasi

Imunisasi
Susu sapi/buatan : - I II III IV Booster I Booster II

BCG 1 bulan //////// //////// //////// //////// ////////


Buah : 6 bulan
Bubur susu :- Polio 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan - -

Tim saring : 9 bulan Campak 9 bulan //////// //////// //////// //////// ////////

Makanan padat dan lauknya : 1,5 tahun, 3 DPT 2 bulan 3 bulan 4 bulan //////// - -
x 1 piring (lauk, ikan/ayam, sayur) ikut
menu orang tua Hepatitis B 0 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan - -
Pemeriksaan Fisik
(dilakukan pada tanggal 11 September 2017)
• Status Generalis • Status Antropometri
KU : sakit sedang Berat Badan : 13 kg
Kesadaran : CM, GCS E4V5M6 Tinggi Badan : 96 cm
Tanda Vital
Status Gizi
TD : 100/60 mmHg
• BB/U : Z Score -2 s/d 0 SD (Gizi Baik)
Nadi : 114 kali/menit
• TB/U : Z Score -2 s/d 0 SD (Normal)
RR : 30 kali/menit
Suhu (axila) : 39,2o C
• BB/TB : Z Score -2 s/d -1 SD (Gizi Baik)
Regio Kepala/Leher Regio Thoraks
• Bentuk kepala normal, rambut berwarna Paru-paru
hitam • Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan
• Edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis dinding dada simetris dekstra = sinistra,
retraksi intercosta (-)
(-/-), sklera ikterik (-/-), sianosis (-),
pembesaran kelenjar getah bening (-), • Palpasi : Pergerakan nafas simetris dekstra
pupil besar isokor 2mm, refleks cahaya = sinistra
(+/+). • Perkusi : sonor seluruh lapangan paru, redup
jantung (+)
• Pernapasasan cuping hidung (-)
• Auskultasi : Suara napas simetris, rhonki (-/-),
• Faring hiperemis (-), T1│T1, edema tonsil wheezing (-/-)
& uvula (+), membran tonsil (-), detritus
(-),
• Mulut berselaput putih (-) Jantung

• Perdarahan gusi (-) • Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak


• Auskultasi: S1 S2 tunggal, regular, murmur (-),
gallop (-)
Regio Abdomen Status Neurologis
• Inspeksi : Distensi (-), tampak simetris
dekstra = sinistra • GCS : E4V 5 M 6
• Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan • Sensoris : baik
normal
• Perkusi : Distribusi timpani di keempat • Motoris : MMT keempat
kuadran ekstremitas 5, peningkatan tonus otot (-)
• Palpasi : Soefl, nyeri tekan empat • Refleks fisiologis : Biceps (+/+),
kuadran (-), hepatomegali (-), splenomegali (-
), massa (-) Triceps (+/+), Patella (+/+), Achilles
(+/+)
Regio Ekstremitas • Refleks patologis : Hoffman (-/-),
• Inspeksi : Edema (-), deformitas (-). Tromner (-/-), Babinsky (-/-), Chaddock
Petekie (-) (-/-)
• Palpasi : Akral hangat, edema (-), • Meningeal signs : negatif
nyeri tekan (-), tonus dan kekuatan otot
normal, CRT <2 detik.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Tanggal 07/09/2017 Nilai Rujukan
Hemoglobin 11,9 g/dL 14,0 – 18,0 g/dL
Hematokrit 35,0 % 34,0 – 40,0 %
Leukosit 22.510/µL 6.000 – 17.000/µL
Trombosit 275.000/µL 150.000 – 450.000/µL
GDS 158 mg/dL 70 – 140 mg/dL
Na 129 mmol/L 135 – 155 mmol/L
K 4,0 mmol/L 3,6 – 5,5 mmol/L
Cl 96 mmol/L 98 – 108 mmol/L
Diagnosis Penatalaksanaan
• Diagnosis Kerja : Kejang • IVFD DS ½ NS 15 tpm
Demam Kompleks • Cefotaxime 3 x 450 mg IV
• Diagnosis Sekunder : Diare • Paracetamol 3 x 150 mg IV
Akut Dehidrasi Ringan-Sedang
• Diazepam 3 x 2,25 mg PO
• Diagnosis Komplikasi : -
• Zink 1 x 20 mg PO
• Oralit ad libitum
Tanggal Subjektif & Objektif Assesment & Planning
Jum’at S : demam hari ke 2, kejang 1 kali, BAB cair > 3 kali/hari A:
08/09/17 O: 1. Kejang Demam Kompleks
Melati GCS E4V5M6 2. Diare akut dehidrasi ringan-sedang
T: 38,4°C, N: 112 x/i, RR: 28 x/i
Kepala/Leher : anemis (-/-), ikterik (-/-), RC (+/+) P:
Thoraks : Vesikuler, Rhonki (-/-), S1 S2 tunggal reguler, murmur (-) IVFD DS ½ NS 15 tpm
Abdomen : soefl, nyeri tekan (-), timpani, BU (+) normal Cefotaxime 3 x 450 mg IV
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik Paracetamol 3 x 150 mg IV
Diazepam 4 mg (kp/kejang) IV
Zink 1 x 20 mg PO
Oralit ad libitum
Sabtu S : demam (+), kejang 3 kali, BAB cair (-) A:
09/09/17 O: 1. Kejang Demam Kompleks
Melati GCS E4V5M6 2. Diare akut dehidrasi ringan-sedang
T: 39,0°C, N: 122 x/i, RR: 32 x/i
Kepala/Leher : anemis (-/-), ikterik (-/-), RC (+/+) P:
Thoraks : Vesikuler, Rhonki (-/-), S1 S2 tunggal reguler, murmur (-) IVFD DS ½ NS 1200 cc/hari
Abdomen : soefl, nyeri tekan (-), timpani, BU (+) normal Cefotaxime 3 x 450 mg IV
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik Paracetamol 4 x 150 mg IV
Fenitoin 2 x 50 mg
Diazepam 4 mg (kp/kejang) IV
Zink 1 x 20 mg PO
Oralit ad libitum
Tanggal Subjektif & Objektif Assesment & Planning
Senin S : demam (-), kejang (-), BAB cair (-) A:
11/09/17 O: 1. Kejang Demam Kompleks
Melati GCS E4V5M6 2. Diare akut dehidrasi ringan-sedang
T: 37,1°C, N: 96 x/i, RR: 26 x/i
Kepala/Leher : anemis (-/-), ikterik (-/-), RC (+/+) P:
Thoraks : Vesikuler, Rhonki (-/-), S1 S2 tunggal reguler, murmur (-) IVFD DS ½ NS 1200 cc/hari
Abdomen : soefl, nyeri tekan (-), timpani, BU (+) normal Cefotaxime 3 x 450 mg IV
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik Paracetamol 4 x 150 mg IV
Fenitoin 2 x 30 mg (tappering off)
Diazepam 4 mg (kp/kejang) IV
Zink 1 x 20 mg PO
Oralit ad libitum
Selasa S : demam (-), kejang (-), BAB cair (-) A:
12/09/17 O: 1. Kejang Demam Kompleks
Melati GCS E4V5M6 2. Diare akut dehidrasi ringan-sedang
T: 36,5°C, N: 88 x/i, RR: 24 x/i
Kepala/Leher : anemis (-/-), ikterik (-/-), RC (+/+) P:
Thoraks : Vesikuler, Rhonki (-/-), S1 S2 tunggal reguler, murmur (-) ACC KRS dengan obat pulang :
Abdomen : soefl, nyeri tekan (-), timpani, BU (+) normal Asam valproat 2 x 3 ml
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
Tinjauan Pustaka
Kejang Demam

DEFINISI EPIDEMIOLOGI
• Kejang demam adalah bangkitan • Kejang demam terjadi pada 2-5% anak
kejang yang terjadi pada anak berumur berumur 6 bulan – 5 tahun.
6 bulan sampai 5 tahun yang • Kejang demam sederhana merupakan
mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu 80% di antara seluruh kejang demam.
di atas 380C, dengan metode • Dari jumlah kejadian kejang demam
pengukuran suhu apa pun) yang tidak sederhana tersebut, sekitar 20-30%
disebabkan oleh proses intrakranial dapat berkembang menjadi kejang
(IDAI, 2016). demam kompleks.
Kejang demam
sederhana
Klasifikasi
kejang demam
Kejang demam
kompleks

Kejang demam sederhana Kejang demam kompleks


• Kejang demam yang berlangsung singkat Kejang demam dengan salah satu ciri berikut:
(kurang dari 15 menit),
• Bentuk kejang umum (tonik dan atau klonik), 1. Kejang lama (>15 menit)
serta tidak berulang dalam waktu 24 jam.
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau
kejang umum didahului kejang parsial
 Kejang demam sederhana merupakan 80% di 3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam
antara seluruh kejang demam
waktu 24 jam.
 Sebagian besar kejang demam sederhana
berlangsung kurang dari 5 menit dan berhenti
sendiri.
Patofisiologi
Kejang  manifestasi klinik akibat terjadinya pelepasan muatan listrik yang berlebihan
di sel neuron otak karena gangguan fungsi pada neuron tersebut, baik berupa fisiologi,
biokimiawi, maupun anatomi.
Terdapat interaksi 3 faktor sebagai penyebab kejang demam :
1. Imaturitas otak dan termoregulator.
2. Demam, sehingga kebutuhan oksigen meningkat.
3. Predisposisi genetik >7 lokus kromosom (poligenik, autosomal dominan) (IDAI,
2009).
Patofisiologi
Patofisiologi kejang demam secara pasti belum diketahui, diperkirakan bahwa pada keadaan
demam terjadi peningkatan reaksi kimia tubuh. Demam dapat menimbulkan kejang melalui
mekanisme sebagai berikut :
 Demam dapat menurunkan nilai ambang kejang pada sel-sel imatur.
 Timbul dehidrasi sehingga terjadi gangguan elektrolit yang menyebabkan gangguan
permeabilitas membran sel.
 Metabolisme basal meningkat, sehingga terjadi timbunan asam laktat dan CO2 yang akan
merusak neuron.
 Demam meningkatkan Cerebral Blood Flow (CBF) serta meningkatkan kebutuhan oksigen dan
glukosa sehingga menyebabkan gangguan pengaliran ion-ion keluar masuk sel
Faktor pencetus terjadinya kejang demam
 Genetik
Adanya variasi mutasi dari SCN1A, SCN1B, dan GABGR2 mempengaruhi kejadian kejang demam dan epilepsi
dalam keluarga.
 Faktor risiko intrauterine
Risiko tinggi kejang demam : gangguan pertumbuhan pada trimester kedua dan trimester ketiga, fetal growth
retardation, BBLR dan masa gestasi yang singkat
 Vaksinasi
Vaksinasi hanya dapat memicu kejadian kejang demam pada anak yang memiliki faktor genetik untuk terjadi
kejang demam.
 Abnormalitas metabolik dan defisiensi
Terdapat hubungan antara anemia defisiensi besi dengan kejadian kejang demam sederhana. Selain itu, adanya
infeksi dan rendahnya kadar zinc juga diduga terkait kejadian kejang demam (Seinfeld & Pellock, 2014).
Gejala Klinis
• Serangan kejang klonik atau tonik-klonik bilateral.
• Mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan atau kelemahan,
• Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau
kekakuan fokal.
• Pada saat kejang, anak mungkin kehilangan kesadaran atau tidak responsif, tangan
dan kaki bergetar. Anak dapat menjadi kaku atau berkedut hanya pada beberapa
bagian tubuh, seperti tangan atau kaki, atau hanya pada bagian kanan atau kiri
tubuh.
• Anak juga mungkin mengalami muntah atau mengompol (Jones & Jacobse, 2007).
Penegakan Diagnosis

Anamnesis Pemeriksaan Fisik


• Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama • Kesadaran : apakah terdapat penurunan kesadaran.
kejang.
• Suhu sebelum/saat kejang, frekuensi dalam 24 • Suhu tubuh : apakah terdapat demam.
jam, interval, keadaan anak pasca kejang, penyebab • Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk, Bruzinski
demam diluar infeksi susunan saraf pusat (gejala
infeksi saluran napas akut/ISPA, infeksi saluran I dan II, Kernique, dan Laseque.
kemih/ISK, otitis media akut/OMA, dll.). • Pemeriksaan nervus kranial.
• Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam dan
epilepsi dalam keluarga. • Tanda peningkatan tekanan intrakranial : ubun-
ubun besar (UUB) membonjol, papil edema.
• Menyingkirkan penyebab kejang yang lain
(misalnya diare/muntah yang mengakibatkan • Tanda infeksi diluar SSP : ISPA, OMA, ISK, dll.
gangguan elektrolit, sesak yang mengakibatkan
hipoksemia, asupan kurang yang dapat • Pemeriksaan neurologi : tonus, motorik, refleks
menyebabkan hipoglikemia) (IDAI, 2009). fisiologis, refleks patologis (IDAI, 2009).
Penegakan Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan laboratorium
• Tidak dikerjakan secara rutin, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan atas indikasi misalnya darah perifer, elektrolit, dan gula
darah
• Pungsi lumbal
Indikasi pungsi lumbal :
• Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal
• Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis
• Dipertimbangkan pada anak dengan kejang disertai demam yang sebelumnya telah mendapat antibiotik dan
pemberian antibiotik tersebut dapat mengaburkan tanda dan gejala meningitis.
• Elektroensefalografi (EEG)
Indikasi pemeriksaan EEG: bangkitan kejang bersifat fokal.
• Pencitraan
• Pemeriksaan neuroimaging (CT scan atau MRI kepala) tidak rutin dilakukan pada anak dengan kejang demam
sederhana. Pemeriksaan tersebut dilakukan bila terdapat indikasi, seperti kelainan neurologis fokal yang
menetap, misalnya hemiparesis atau paresis nervus kranialis.
Penatalaksanaan

Saat Kejang Saat Demam


Di rumah : Diazepam rektal Antipiretik
• Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 • Parasetamol 10-15 mg/kg/kali diberikan
mg/kg atau tiap 4-6 jam, atau
• BB > 12 kg : Diazepam rektal 5 mg • Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.
• BB > 12 kg : Diazepam rektal 10 mg
Antikonvulsan intermiten
Di rumah sakit : Diazepam intravena • Diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral
• Dosis diazepam intravena adalah 0,2-0,5 • atau rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk BB
mg/kg <12 kg dan 10 mg untuk BB>12 kg),
sebanyak 3 kali sehari,
• Diberikan perlahan-lahan dengan
kecepatan 2 mg/menit atau dalam waktu • Dosis maksimum diazepam 7,5 mg/kali.
3-5 menit,
• Diazepam intermiten diberikan selama 48
• Dosis maksimal 10 mg. jam pertama demam.
Penatalaksanaan

Pemberian antikonvulsan rumatan


Pengobatan jangka panjang hanya diberikan jika : Obat pilihan :
• Kejang lama >15 menit.
• Asam valproat adalah 15-40
• Kelainan neurologi yang nyata
sebelum/sesudah kejang, seperti hemiparesis,
mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis,
paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, dan atau
hidrosefalus.
• Fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam
• Kejang fokal.
1-2 dosis.

Pengobatan jangka panjang dipertimbangkan jika :


• Pengobatan diberikan hingga
selama 1 tahun bebas kejang,
• Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam.
• Terjadi pada bayi berusia kurang dari 12 bulan.
• Kejang demam ≥4 kali per tahun (IDAI, 2009).
Faktor risiko kejang demam Faktor risiko terjadinya
berulang epilepsi
• Riwayat kejang demam atau epilepsi • Terdapat kelainan neurologis atau
dalam keluarga perkembangan yang jelas sebelum
• Usia kurang dari 12 bulan kejang demam pertama
• Suhu tubuh kurang dari 390C saat • Kejang demam kompleks
kejang • Riwayat epilepsi pada orangtua atau
• Interval waktu yang singkat antara saudara kandung
awitan demam dengan terjadinya
kejang. • Kejang demam sederhana yang
berulang 4 episode atau lebih dalam
• Apabila kejang demam pertama satu tahun.
merupakan kejang demam kompleks.
Prognosis

Prognosis : baik
• Prognosis kejang demam secara umum sangat baik.
• Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan.
• Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal.
• Kelainan neurologis dapat terjadi pada kasus kejang lama atau kejang
berulang, baik umum maupun fokal.
• Gangguan recognition memory dapat terjadi pada anak yang mengalami kejang
lama.
Pembahasan
Anamnesis
Teori Fakta
• Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama • Pasien dibawa oleh orang tuanya ke IGD RS
kejang. AWS pada pagi hari (pukul 10.00 WITA)
dengan keluhan kejang seluruh tubuh ± 30
• Suhu sebelum/saat kejang, frekuensi dalam menit sebelum masuk rumah sakit. Kejang
24 jam, interval, keadaan anak pasca kejang, sebanyak 1 kali selama di rumah. Durasi ± 5
penyebab demam diluar infeksi susunan menit, kemudian anak sadar penuh
saraf pusat (gejala infeksi saluran napas setelah kejang. Kejang muncul lagi pada
akut/ISPA, infeksi saluran kemih/ISK, otitis hari yang sama sore harinya (pada pukul
media akut/OMA, dll.). 16.00 WITA) sebanyak 1 kali. Kejang ini
• Riwayat perkembangan, riwayat kejang selalu didahului dengan demam tinggi.
demam dan epilepsi dalam keluarga. Anak sudah mengalami demam sejak 1 hari
yang lalu, demam semakin lama semakin
• Menyingkirkan penyebab kejang yang lain tinggi. Demam turun jika diberi obat
(misalnya diare/muntah yang mengakibatkan penurun panas, namun kemudian panas lagi
gangguan elektrolit, sesak yang setelah 1 jam kemudian. Keluhan lain berupa
mengakibatkan hipoksemia, asupan kurang BAB cair seiring dengan timbulnya demam.
yang dapat menyebabkan hipoglikemia) BAB cair sebanyak > 5 kali sehari, warna
(IDAI, 2009). kuning, ampas (-), lendir (-), darah (-).
Pemeriksaan Fisik
Teori Fakta
• Kesadaran : apakah terdapat penurunan • Kesadaran : komposmentis GCS E4V5M6
kesadaran. • Suhu tubuh : 380C – 390C
• Suhu tubuh : apakah terdapat demam. Status Neurologis
• Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk, • GCS : E4V5M6
Bruzinski I dan II, Kernique, dan Laseque. • Sensoris : baik
• Pemeriksaan nervus kranial. • Motoris : MMT keempat ekstremitas 5,
peningkatan tonus otot (-)
• Tanda peningkatan tekanan intrakranial :
ubun-ubun besar (UUB) membonjol, papil • Refleks fisiologis : Biceps (+/+), Triceps (+/+),
edema. Patella (+/+), Achilles (+/+)
• Refleks patologis : Hoffman (-/-), Tromner (-/-),
• Tanda infeksi diluar SSP : ISPA, OMA, Babinsky (-/-), Chaddock (-/-)
ISK, dll.
• Meningeal signs : negatif
• Pemeriksaan neurologi : tonus, motorik,
refleks fisiologis, refleks patologis (IDAI,
2009). Tanda infeksi di luar SSP : tidak ada
Pemeriksaan Penunjang
Teori Fakta
• Pemeriksaan laboratorium • Pemeriksaan laboratorium darah
• Pungsi lumbal
• EEG
• Pencitraan (CT Scan/MRI)

• Tidak ada indikasi untuk melakukan


pemeriksaan pungsi lumbal, EEG
maupun pencitraan
Penatalaksanaan
Teori Fakta
Kejang di rumah sakit : Diazepam intravena
• Dosis diazepam intravena adalah 0,2-0,5 mg/kg • IVFD DS ½ NS 1200 cc/hari
Antipiretik
• Cefotaxime 3 x 450 mg IV
• Parasetamol 10-15 mg/kg/kali diberikan tiap 4-6
jam • Paracetamol 4 x 150 mg IV
Antikonvulsan intermiten • Fenitoin 2 x 50 mg
• Diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral • Diazepam 4 mg (kp/kejang) IV
• atau rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk BB <12 kg • Zink 1 x 20 mg PO
dan 10 mg untuk BB>12 kg), sebanyak 3 kali
sehari • Oralit ad libitum
Antikonvulsan intermiten
• Asam valproat adalah 15-40 mg/kg/hari dibagi
dalam 2 dosis Obat pulang :
Asam valproat 2 x 3 ml
Terima kasih ..

Anda mungkin juga menyukai