SKENARIO A BLOK 23
PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul “Laporan Tutorial
Skenario A Blok 23 Tahun 2016” sebagai tugas kompetensi kelompok. Salawat beriring
salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para
keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa
mendatang. Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih kepada:
1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan,
2. Tutor kelompok A7, dr. Ella Amalia
3. Teman-teman sejawat FK Unsri,
4. Semua pihak yang telah membantu kami.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat
bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah
SWT. Amin.
Kelompok A1
i
DAFTAR ISI
Pendahuluan……………………………………………………………....iii
BAB II : Pembahasan
I. SkenarioKasus
………………………………………………........1
II. KlarifikasiIstilah. ................
………………………………………2
III. IdentifikasiMasalah...........
……………………………..................3
IV. AnalisisMasalah ...............................
……………………………..4
V. Learning Issue...................................
…………………………….34
VI. Sintesis …...................……………………………...
……………62
VII. Kerangka Konsep...…...
……………….........................................65
BAB III :Penutup
3.1 Kesimpulan .................................................................................
........66
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................................67
3
BAB I
PENDAHULUAN
KEGIATAN TUTORIAL
iii
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Paru: dalam batas normal
Jantung: dalam batas normal
Abdomen: dalam batas normal
Ekstremitas superior: pembesaran kelenjar limfa (-)
Ekstremitas inferior: pembesaran kelenjar limfa inguinal (-)
Pemeriksaan Laboratorium:
Darah rutin Hb: 10,2 gr%, WBC: 8000/mm3. Hitung jenis: 0/5/6/70/18/1; LED:
60 mm/jam.
Kimia darah: ureum 50 mg/dl, kreatinin: 1,4 mg/dl, asam urat: 8,5 mg/dl, LDH:
565 U/L
No Istilah Klarifikasi
1 Rontgent Sebuah rontgent pada dada, yang mengambil gambar
dada dari jantung, paru, pembuluh darah, saluran nafas,
dan kelenjar getah bening. Gambar ini menunjukkan
bagian atas tulang belakang.
2 Karsinoma Keganasan pada jaringan payudara yang dapat
payudara berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya.
3 Stomatitis Inflammasi pada mukosa mulut
4 Pharynx Kemerahan karena pelebaran pembuluh darah
hiperemis disekitar pharink.
5 Ikterik Warna kekuningan pada kulit, sclera, membrane
mukosa dan ekskresi akibat hiperbilirubinemia dan
pengendapan pigmen empedu
6 Konjungtiva Pucatnya membrane halus yang melapisi kelopak
pucat mata bagian dalam dan menutupi bola mata
normalnya berwarna merah, menandakan ciri-ciri
kekurangan darah.
7 tumor Pertumbuhan baru jaringan yang multiplikasi selnya
tidak terkontrol dan progresif.
8 JVP Jugular Venous Pressure adalah gambaran tekanan
pada atrium dextra dan tekanan diastolic pada
ventrikel dextra, pulsasi pada vena jugularis dapat
menyatakan abnormalitas konduksi dan fungsi katup
trikuspidalis.
9 LDH Laktat Dehidrogenase merupakan suatu enzim yang
melepas hydrogen dan tersebar luas dalam jaringan
terutama ginjal, rangka, hatii , dan otot jantung.
6
Peningkata LDH menandakan adanya kerusakan
jaringan. Nilai normal 80-240 U/L
III. Identifikasi Masalah
1. Tn. M umur 40 tahun buruh bangunan sejak 5 bulan yang lalu, teraba ada
benjolan di leher kanan sebesar telur puyuh, benjolan tidak nyeri , badan
terasa demam tapi tidak terlalu tinggi dan mudah berkeringat, nafsu
makan menurun , berat badan masih normal.
2. Sejak 4 bulan yang lalu timbul benjolan di leher sebelah kiri sebesar telur
puyuh sedangkan benjolan sebelah kanan leher semakin membesar yaitu
sebesar telur ayam. Berat badan menurun 6 kg dalam 2 bulan terakhir.
3. Tn. M berobat ke dokter umum, diberi obat juga dilakukan pemeriksaan
darah dan rontgen dada, namun benjolan tidak mengecil dan malah
membesar.
4. Sejak 1 bulan yang lalu, Tn.M mengeluhkan sakit menelan dan sulit
menelan, akhirnya Tn.M berobat ke bagian penyakit dalam dan di rawat.
5. Riwayat batuk-batuk lama tidak ada, riwayat keluarga batuk lama tidak
ada, riwayat sakit kepala tidak ada, keluhan nyeri sendi dan demam lama
tidak ada. Riwayat keluarga tidak ada penyakit seperti ini, ibu Tn.M
menderita karsinoma payudara.
6. Tn.M sering memelihara binatang seperti kucing dan juga senang
makanan yang dibakar seperti sate. Tn.M jarang minum obat-obatan atau
jamu-jamuan.
7. Pemeriksaan fisik didapatkan:
Keadaan umum tampak sakit sedang, TD 120/80 mmHg, denyut nadi
80x/menit, frekuensi nafas 20x/menit, suhu 36,8oC. TB: 165cm, BB: 42
kg
8. Keadaan spesifik:
Kepala ; Konjungtiva pucat (-), ikterik (-),
Mulut: stomatitis (-), pharink hiperemis (-), tumor (-)
Leher: JVP (5-2) cmH2O
Benjolan pada leher kanan: ukuran 5x4x4 cm, nyeri (-), mobil
Benjolan pada leher kiri: ukuran 3x4x3 cm, nyeri (-), mobil
7
Thoraks:
Pembesaran kelenjar limfa di aksila (-)
Paru: dalam batas normal
Jantung: dalam batas normal
Abdomen: dalam batas normal
Ekstremitas superior: pembesaran kelenjar limfa (-)
Ekstremitas inferior: pembesaran kelenjar limfa inguinal (-)
9. Pemeriksaan Laboratorium:
Darah rutin Hb: 10,2 gr%, WBC: 8000/mm3. Hitung jenis: 0/5/6/70/18/1;
LED: 60 mm/jam.
Kimia darah: ureum 50 mg/dl, kreatinin: 1,4 mg/dl, asam urat: 8,5 mg/dl,
LDH: 565 U/L
1. Tn. M umur 40 tahun buruh bangunan sejak 5 bulan yang lalu, teraba ada
benjolan di leher kanan sebesar telur puyuh, benjolan tidak nyeri , badan
terasa demam tapi tidak terlalu tinggi dan mudah berkeringat, nafsu
makan menurun , berat badan masih normal.
a) Bagaimana hubungan jenis kelamin, usia dan pekerjaan terkait kasus?
Pada tahun 2000 di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 54.900
kasus baru, dan 26.100 orang meninggal karena LNH. Di Amerika
Serikat, 5 % kasus LNH baru terjadi pada pria, dan 4 % pada wanita
per tahunnya. Pada tahun 1997, LNH dilaporkan sebagai penyebab
kematian akibat kanker utama pada pria usia 20-39 tahun. Insidensi
LNH di Amerika Serikat menurut National Cancer Institute tahun 1996
adalah 15.5 per 100.000. LNH secara umum lebih sering terjadi pada
pria. Insidensi LNH meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan
mencapai puncak pada kelompok usia 80-84 tahun. Di Indonesia LNH
bersama dengan penyakit Hodgkin dan leukimia menduduki urutan ke
enam tersering.
8
Faktor resiko LNH berhubungan dengan paparan lingkungan,
pekerjaan, diet, dan paparan lainnya. Beberapa pekerjaan yang sering
dihubungkan dengan resiko tinggi adalah peternak serta pekerja hutan
dan pertanian. Hal ini disebabkan karena adanya paparan herbisisda
dan pelarut organik. Resiko NHL juga meningkat pada orang yang
mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan terkena
paparan ultraviolet berlebihan.
9
jugulodigastric yaitu pada daerah basis krani hingga ke
bifurkasi karotid (Moyer&Bradford,2008). Subleve l IIA adalah
untuk kelenjar yang berada pada anterior vertical plane yang
dilewati oleh spinal accessory nerve,dan sublevel IIB untuk
kelenjar yang terletak diposterior (lateral) vertical plane yang
dilewati oleh spinal accessory nerve (Medina,2006).
Tingkat III terdiri dari KGB di pertengahan internal jugular
vein pada daerah bifurkasi karotid hingga omohyoid muscle
(Moyer & Bradford, 2008). Batas medialnya adalah pada
bagian lateral sternohyoid muscle dan batasan lateral adalah
pada bagian posterior sternocleidomastoid muscle
(Medina,2006).
Tingkat IV terdiri dari KGB dibagian 1/3 inferior jugular yaitu
dari omohyoid muscle hingga ke clavicle (Moyer & Bradford,
2008).
Tingkat V terdiri dari semua KGB yang terletak pada bagian 1/2
spinal accessory nerve bawah dan transverse cervical artery
(Medina, 2006). Batasan superior dibentuk oleh pertemuan
antara sternocleidomastoid muscle dan trapezius muscle, bagian
inferior oleh clavicle, bagian medial oleh sternocleidomastoid
muscle dan bagian lateral oleh trapezius muscle. Suatu
horizontal plane yang membagi batasan inferior dari anterior
cricoid arch ke dalam sublevel V-A dan sublevel V-B. Pada
sublevel V-A yang berada di atas pembagian tersebut, terdapat
spinal accessory nodes. Sebaliknya pada sublevel V-B yang
berada di bawah plane tersebut, terdapat KGB yang mengikuti
transverse cervical vessels dan supraclavicular nodes
(Medina,2006).
Pada Tingkat VI terdapat pre- dan paratracheal nodes,
precricoid (Delphian) node, dan perithyroidal nodes. Batas atas
adalah tulang hyoid bawah oleh suprasternal notch, dan bagian
lateral oleh common carotid arteries (Medina,2006).
10
c) Bagaimana gambaran histologi kelenjar getah bening?
11
Dibagi atas korteks dan medula.
Hilus : tempat masuknya arteri, saraf, dan keluarnya vena ,
pembuluh limfe efferen
Pembuluh limfe afferen masuk melalui permukaan konveks
nodus limfatikus
1. Korteks
Korteks luar nodulus limfatikus (sel B, sel
retikular, sel dendritik, serat retikular)
Korteks dalam (zona parakorteks) thymus
dependent zone terdiri dari jaringan limfoid padat
limfosit T
12
Dibawah kapsula terdapat sinus subkapsularis (sinus
marginalis) dan sinus trabekularis berisi cairan limfe
dari pembuluh limfe aferen sinus medularis
pembuluh limfe eferen.
2. Medula
Medullary cord / korda medularis pita-pita jar
limfoid padat (sel B , sel plasma) dipisahkan oleh
sinus medularis
Histofisiologi
Pembuluh limfe aferen sinus subkapsularis sinus
trabekularis sinus medularis medula pembuluh limfe
eferen
Antigen 99 % difagositosis oleh makrofag, sebagian lagi
ditangkap oleh sel dendritik , dipresentasikan ke sel B ,
sehingga sel B teraktifasi pindah ke centrum
germinativum sel plasma di jaringan ikat antibodi
Sel limfosit T mengalami resirkulasi antara cairan limfe dan
darah
13
e) Mengapa benjolan tidak nyeri badan terasa demam tapi tidak terlalu
tinggi dan mudah berkeringat, nafsu makan menurun , berat badan
masih normal?
Penyakit ini sekitar penderitanya tidak menimbulkan gejala
(asimtomatik) dan 5% diantaranya menyebabkan tanda inflamasi
ringan seperti demam dan gejala sistemik lain seperti mudah
berkeringat
Timbulnya benjolan :
Infeksi → nodus limfatikus akan memproduksi jumlah limfosit
yang besar → nodus inflamasi dan tumor → limfadenopati.
Keganasan → berproliferasi ↑ di dalam nodus limfatikus →
mencetuskan inflamasi dan tumor → nodus membesar →
limfadenopati.
Organisme, virus/bakteri dsb → masuk ke aliran limfe nodus → sel
dendritic dan makrofag menangkap → fagosit mendegradasikan
dan mempresentasikan organism sebagai suatu antigen → antigen
di presentasikan oleh sel T yang memacu proliferasi sel dan
membebaskan sitokin untuk sebagai kemotaksis dan sel inflamasi
lainnya → sel b teraktivasi dan melepaskan imunoglobin →
mengaktifkan respon imun → hiperplasia seluler di nodus limph,
infiltrasi leukosit,edema jaringan,vasodilatasi,kebocoran kapiler.
Pada kasus ini tidak adanya nyeri meunjukkan bahwa bukan
disebabkan oleh inflamasi.
Demam :
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh
terhadap pirogen. bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh
leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula
besar melepaskan zat interleukin-1 ke dalam cairan tubuh, yang
disebut juga zat pirogen leukosit atau pirogen endogen Interleukin-
1 dan IL 6 ketika sampai di hipotalamus akan menimbulkan demam
dengan cara meningkatkan temperature tubuh dalam waktu 8 – 10
14
menit. Sedikitnya sepersepuluh juta gram endoroksin lipopolisakarida
dari bakteri, bekerja dengan cara ini secara bersama-sama dengan
leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh dapat
menyebabkan demam. Jumlah Interleukin-1. Yang di bentuk sebagai
respon terhadap lipopolisakarida untuk menyebabkan demam hanya
beberapa nanogram.
Interleukin-1 dan IL 6 menyebabkan demam, pertama-tama
dengan menginduksi pembentukan salah satu prostaglandin E2 , atau
zat yang mirip dan selanjutnya bekerja di hipotalamus untuk
membangkitkan reaksi demam.
Mudah berkeringat :
Peningkatan suhu tubuh ini kemudian akan disertai dengan
mekanisme kehilangan panas, yakni dengan aktivasi kelenjar keringat
Mudah berkeringat.
Nafsu makan menurun :
Keluhan sakit dan sulit menelan dapat terjadi jika ada
pembesaran pada cincin waldeyer yakni jaringan limfoid yang
membentuk lingkaran di faring yang terdiri dari tonsil palatina, tonsil
faringeal (adenoid), tonsil lingual, dan tonsil tubal.
Nyeri dan sulit menelan Nafsu makan menurun.
2. Sejak 4 bulan yang lalu timbul benjolan di leher sebelah kiri sebesar telur
puyuh sedangkan benjolan sebelah kanan leher semakin membesar yaitu
sebesar telur ayam.
Berat badan menurun 6 kg dalam 2 bulan terakhir.
a) Mengapa benjolan terjadi pada kedua sisi leher?
Karena benjolan yang di alami Tn. M merupakan tumor ganas. Tumor
ganas/ kanker dapat menyebar dengan cara invasi atau metastasis.
15
Proses penyebaran (metastase) terjadi karena ada interaksi
antara sel kanker dengan sel tubuh normal penderita. Sel kanker
mempunyai daya untuk mengadakan invasi, imobilisasi, dan
metastasis.
Pada proses metastasis, sel kanker menginvasi dan masuk ke
dalam pembuluh darah dan akan :
1. Terhenti pada suatu tempat dan menempel pada endothel
pembuluh darah. Sel kanker yang masuk sirkulasi dapat
sendirian atau bergerombol dengan bekuan darah membentuk
emboli. Tidak semua sel kanker yang masuk sirkulasi dapat
tumbuh menjadi metastasis. Sebagian besar akan mati dan yang
tahan hidup pada suatu tempat pada endothel kapiler dalam
organ akan melekat dengan bantuan glikoprotein, seperti
fibronektin, laminin dan reseptor membran sel penderita.
Berhasil atau tidaknya sel kanker melekat dan tumbuh di situ
tergantung pada keadaan organ di tempat itu.
2. Sel kanker merusak membran basal dan matriks pembuluh
darah. Setelah melekat pada endothel membran basal, sel kanker
itu mengeluarkan enzim, seperti protease, collaginase, cathepsin
yang dapat merusak membran basal sehingga sel kanker dapat
keluar dari pembuluh darah.
3. Sel kanker migrasi ke jaringan extravaskuler
Sel kanker dengan gerakan amoeboid masuk ke jaringan
ekstravaskuler dan tumbuh di situ membentuk koloni-koloni sel.
Arah gerakan dipengaruhi oleh faktor kemotaksis yang dapat
16
berasal dari serom, organ parenkim, atau membran basal yang
mempengaruhi lokasi metastase.
4. Sel kanker merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru
Untuk dapat tumbuh, perlu ada pasokan darah yang hanya
dicukupi dengan angiogensesis, yaitu pembentukan pembuluh
darah baru, dan neovaskularisasi.
17
Sel darah putih imatur (limfoblast) tidak berkembang
menjadi sel darah putih (maturation arrest) limfoblast
bersifat ganas membelah diri tidak terkendali mendominasi
populasi sel darah didalam tubuh keseimbangan populasi
antara sel darah merah, sel darah putih dan trombosit menjadi
terganggusel darah merah akan terdesak, jumlah sel eritrosit
menurun dibawah normal (anemia)
Selain itu populasi limfoblast yang sangat tinggi menekan
jumlah sel trombosit dibawah normal (trombositopenia)
pucat, badan hangat, lemah tidak berdaya, selera makan
hilang, berat badan menurun disertai pembengkakan seluruh
kelenjar getah bening : leher, ketiak, lipat paha, dll.
18
IL-1 menyebabkan anorexia melalui blocking neuropeptide Y
(NPY) induced feeding, NPY adalah suatu potent feeding
stimulatory peptide yang diaktivasi oleh penurunan kadar
leptin;
TNF dan IL-1 meningkatkan kadar corticotrophin releasing
hormone yang merupakan neurotransmitter di saraf sentral dan
pelepasan glucose sensitive neurons menyebabkan penurunan
intake makanan, IL-6 dan, leukemia inhibitor factor (LIF) yang
diproduksi oleh sel kanker terutama otot skeletal menyebabkan
efek cachectic yang poten;
IFN-γ juga menyebabkan cachexia; lipid mobilizing factor
menyebabkan lipolisis dan penurunan BB;
Proteolysis Inducing Factor (PIF) menyebabkan degradasi
protein dalam otot skeletal melalui peningkatan pengaturan
jalur ubiquitin proteasome proteolytic, menurunkan sintesis
protein dan meningkatkan sitokin dan acute phase protein;
Leptin mengontrol intake makanan dan energy expenditure
melalui neuropeptic effector moleculs dalam hipotalamus,
leptin merangsang jalur katabolik dan menghambat jalur
anabolik, TNF, IL-1 dan LIF meningkatkan kadar leptin
menyebabkan anorexia dengan cara mencegah mekanisme
kopensasi normal terhadap penurunan intake makanan;
uncoupling protein (UPC) 1, 2 dan 3 yang berperan dalam
pembentukan energi dan ATP yang berpengaruh terhadap
energy expenditure, ekspresinya dipengaruhi oleh produk dari
tumor (sitokin).
Hemostasis glukosa : glukosa adalah sumber energi utama bagi
sel tumor dan host, peningkatan penggunaannya akan disertai
peningkatan pelepasan laktat yang kemudian diregenerasi
menjadi glukosa oleh Liver melalui coricycle. Peningkatan
coricycle ini akan meningkatkan kehilangan energi sekitar 300
kcal perhari. Glukoneogenesis meningkat untuk
19
mempertahankan hemostasis glukosa. Asam amino, gliserol
dan fat breakdown digunakan untuk proses glukoneogenesis di
Liver untuk membentuk glukosa (kadar plasma alanine, glycine
dan glutamine menurun). Produksi glukosa, intoleransi glukosa
dan resistensi insulin meningkat. Dilepaskannya counter
regulatory hormone seperti glucocorticoid dan glucagons
meningkatkan resistensi insulin sehingga penggunaan glukosa
oleh otot skeletal menurun.
Metabolisme protein: katabolisme otot meningkat (muscle
wasting) menyebabkan asthenia atau menurunnya kekuatan
yang disebabkan oleh peningkatan pemecahan protein dan
penurunan sintesis protein otot, peningkatan sintesis protein
Liver (acute phase protein) dan tumor. Terjadi negative
nitrogen balance dimana terjadi peningkatan whole body
protein turnover dan gangguan aminoacid turnover.
Metabolisme lemak : penderita akan mengalami kehilangan
jaringan lemak karena terjadi peningkatan lipolisis dan
penurunan lipogenesis. Turnover glycerol dan free fathy acid
(FFA) meningkat, penurunan kadar lipoprotein lipase
menyebabkan klirens triglyceride dari plasma menurun, kadar
triglyceride meningkat, high dan low density lipoprotein
menurun.
20
Thrombocytosis
Anemia Anemia
Peningkatan LED
Peningkatan LDH Peningkatan LDH
Peningkatan alklin phosphatase Peningkatan alklin phosphatase
4. Sejak 1 bulan yang lalu, Tn.M mengeluhkan sakit menelan dan sulit
menelan, akhirnya Tn.M berobat ke bagian penyakit dalam dan di rawat.
a) Bagaimana hubungan antara benjolan dileher dengan keluhan sulit dan
sakit saat menelan ?
Manifestasi dari penyakit utama yang diderita oleh Tn. M
(Limfoma Malignan) yang menyebabkan mudahnya bagian orofaring
untuk terinfeksi. Benjolan yang besar akan menekan dinding orofaring,
sehingga mempersempit rongga untuk menelan. Terdapat juga
hubungan jika sudah terkena bagian cincin waldeyer sehingga dapat
timbul gejala sakit dan sulit menelan.
21
Manifestasi dari penyakit utama yang diderita oleh Tn. M
(Limfoma Malignan) yang menyebabkan mudahnya bagian orofaring
untuk terinfeksi.
Keluhan sakit dan sulit menelan dapat terjadi jika ada pembesaran
pada cincin waldeyer yakni jaringan limfoid yang membentuk
lingkaran di faring yang terdiri dari tonsil palatina, tonsil faringeal
(adenoid), tonsil lingual, dan tonsil tubal.
5. Riwayat batuk-batuk lama tidak ada, riwayat keluarga batuk lama tidak
ada, riwayat sakit kepala tidak ada, keluhan nyeri sendi dan demam lama
tidak ada. Riwayat keluarga tidak ada penyakit seperti ini, ibu Tn.M
menderita karsinoma payudara.
a) Apa makna klinis tidak ada batuk lama pada Tn M dan keluarganya?
Makna klinis tidak ada riwayat batuk lama adalah untuk
menyingkirkan DD tuberkulosis. Limfadenopati servikal merupakan
manifestasi limfadenitis tuberkulosa yang paling sering (63-77%
kasus), disebut skrofula. Kelainan ini dapat juga disebabkan oleh
mikobakterium non-tuberkulosa.
b) Apa makna klinis tidak adanya riwayat sakit kepala nyeri sendi dan
demam lama?
Tujuan ditanyakan riwayat sakit kepala, nyeri sendi dan demam
lama adalah untuk menyingkirkan DD. Nyeri sendi = menyingkirkan
penyakit radang pada sendi, seperti Rheumatoid Artritis. Sakit kepala
22
menyingkirkan DD bahwa tidak terjadi infeksi , dan juga demam lama
menyingkirkan DD bahwa tidak terdapat SLE.
6. Tn.M sering memelihara binatang seperti kucing dan juga senang makanan
yang dibakar seperti sate. Tn.M jarang minum obat-obatan atau jamu-
jamuan.
a) Bagaimana pengaruh Tn. M sering memelihara kucing dengan gejala
yang dialami?
Limfadenopati servikal penyebabnya dapat dibagi menjadi dua,
yaitu infeksi dan non-infeksi.
Penyebab infeksi
o Kebanyakan berupa infeksi virus, seperti mononucleosis
infeksiosa, adenovirus, herpesvirus, dan CMV dengan
perbesaran yang tidak hangat dan tidak ada kemerehan.
23
o Infeksi bakteri juga dapat mengakibatkan limfadenopati
dengan perbesaran yang hangat, eritematous dan lunak.
Penanganan yang tepat berupa antibiotic dan drainase.
Antibiotic yang diberikan harus dapat mengcover
Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes yang bisa
bergejala demam, sakit tengorokkan dan limfadenopati
servikal anterior.
o Mikrobakteria atipikal menyebabkan limfadenopati servikal
subakut dengan nodul besar, indurasi tetapi tidak lunak.
o Catscratch disease, yang disebabkan oleh Bartonella
henselae, timbul dengan limfadenopati subakut dileher.
Penyakit ini timbul setelah hewan peliharaan yang
terinfeksi (biasanya kucing) mencakar tubuh host. Sekitar
30 hari kemudian, timbul demam, sakit kepala, malaise yamg
timbul berbarengan dengan limfadenopati.
Penyebab Noninfeksi
o Penyebab maligna yang mungkin adalah neuroblastoma,
leukimia, non Hodgkin lymphoma, dan rhabdomyosarcoma.
o Penyakit Kawasaki. Anak yang terinfeksi ini menderita selama
5 hari, dan limfadenopati servikal adalah 1 dari 4 kategori
yang perlu ada untuk menegakkan diagnosis.
24
nah zat tersebutlah yang tergolong zat karsinogen, dan dapat memicu
kanker di dalam tubuh.
8. Keadaan spesifik:
Kepala ; Konjungtiva pucat (-), ikterik (-),
Mulut: stomatitis (-), pharink hiperemis (-), tumor (-)
Leher: JVP (5-2) cmH2O
Benjolan pada leher kanan: ukuran 5x4x4 cm, nyeri (-), mobil
Benjolan pada leher kiri: ukuran 3x4x3 cm, nyeri (-), mobil
25
Thoraks:
Pembesaran kelenjar limfa di aksila (-)
Paru: dalam batas normal
Jantung: dalam batas normal
Abdomen: dalam batas normal
Ekstremitas superior: pembesaran kelenjar limfa (-)
Ekstremitas inferior: pembesaran kelenjar limfa inguinal (-)
a) Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan
keadaan spesifik?
Interpretasi :
o Benjolan pada leher kanan: ukuran 5x4x4 cm, nyeri (-), mobil
o Benjolan pada leher kiri: ukuran 3x4x3 cm, nyeri (-), mobil
Mekanisme Abnormal
o Infeksi → nodus limfatikus akan memproduksi jumlah limfosit
yang besar → nodus inflamasi dan tumor → limfadenopati.
o Keganasan → berproliferasi ↑ di dalam nodus limfatikus →
mencetuskan inflamasi dan tumor → nodus membesar →
limfadenopati.
o Pada kasus ini tidak adanya nyeri meunjukkan bahwa bukan
disebabkan oleh inflamasi.
26
9. Pemeriksaan Laboratorium:
Darah rutin Hb: 10,2 gr%, WBC: 8000/mm3. Hitung jenis: 0/5/6/70/18/1;
LED: 60 mm/jam.
Kimia darah: ureum 50 mg/dl, kreatinin: 1,4 mg/dl, asam urat: 8,5 mg/dl,
LDH: 565 U/L
a) Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan
laboratorium?
Hasil Nilai normal Interpretasi
pemeriksaan
Darah Hb: 10,2 gr% Lk : 14-18 gr% Abnormal
rutin Pr: 12-16 gr %
WBC : 3.200-10.000/mm3 Normal
8000/mm3
Hitung Jenis: 0-2/0-6/0-12/36- Normal
0/5/6/70/18/1 73/15-45/0-10
LED: 60 Lk: < 15 mm/jam Abnormal, nilai
mm/jam Pr: < 20 mm/jam meningkat terjadi pada:
kondisi infeksi akut dan
kronis, misalnya
tuberkulosis, arthritis
reumatoid, infark
miokard akut, kanker,
penyakit
Hodkin’s, gout, Systemic
Lupus Erythematosus
(SLE), penyakit tiroid,
luka bakar, kehamilan
trimester II dan III.
Kimia Ureum 50 mg/dl 15-40 mg/dl Abnormal, mungkin
darah Kreatinin: 1,4 0,6-1,3 mg/dl meningkat bila ginjal
mg/dl terlibat. Kreatinin serum,
bilirubin, ASL (SGOT),
klirens kreatinin dan
sebagainya mungkin
dilakukan untuk
mendeteksi keterlibatan
organ.
Asam urat 8,5 Lk: 2-7,5 mg/dl Abnormal, Meningkat
mg/dl Pr: 2-6,5 mg/dl sehubungan dengan
destruksi nukleoprotein
dan keterlibatan hati dan
ginjal.
27
LDH : 565 U/L 140-280 U/L Abnormal, Peningkatan
kadar LDH dapat terjadi
pada infark miokard
akut, leukemia akut,
nekrosis otot rangka,
infark pulmonal,
kelainan kulit, syok,
anemia megalobastik
dan limfoma.
Mekanisme Abnormal :
Hemoglobin rendah
Prevalensi anemia pada penyakit kanker ialah sekitar 40%, hasil
observasi pada European Survey on Cancer Anemia (ECAS) didapati
lebih dari 15.000 pasien kanker dengan stadium dan pengobatan yang
berbeda mengalami anemia. Penyebab anemia pada pasien kanker
ialah penurunan produksi sel darah merah yang merupakan hasil dari
defisiensi nutrisi. Selain itu bisa juga disebabkan oleh infiltrasi sel
tumor ke sumsum tulang dan juga efek dari pengobatan kanker seperti
kemotererapi atau radioterapi yang meningkatkan hemolisis sel darah
merah..
Anemia pada NHL sering digolongkan sebagai anemia akibat
penyakit kronik yang merupakan anemia normokromik normositik,
tetapi jika penyakit yang mendasari telah berkembang selama
beberapa minggu atau bulan maka dapat ditemukan gambaran
hipokromik mikrositik. Gambaran itu yang membedakan anemia
akibat penyakit kronik dan anemia akibat defisiensi zat besi. Selain
itu dapat ditemukan LED yang meningkat disebabkan oleh
hipergammaglobulinemia atau fibrinogemia.
Selain itu, menurut Alshayeb pada non hodgkin limfoma kronik
sering menyebabkan komplikasi berupa glomerulonefrifis yang
nantinya akan menyebabkan kerusakan pada ginjal sedangkan ginjal
merupakan organ yang memproduksi hormon eritropoetin tepatnya di
peritubular capilaris tubular nefron. Jika ginjal rusak, maka ginjal
tidak dapat menghasilkan eritropoitin sehingga akan menyebabkan
berkurangnya produksi sel darah merah.
28
Berdasarkan Pedoman Interpretasi Data Klinik yang dikeluarkan
oleh kementrian Kesehatan RI, nilai leukosit normal ialah 4500 –
11.000/mm3. Fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi
melindungi tubuh dengan memfagosit atau mengangkut dan
mendistribusikan antibodi. Ada dua tipe utama sel darah putih yaitu
granulosit dan agranulosit. Granulosit terdiri dari neutrofil,eosinofil,
dan basofil, sedangkan agranulosit terdiri dari limfosit dan monosit.
Leukosit dibentuk di sumsum tulang (myelogenous), disimpan dalam
jaringan limfatikus (limfa, timus, dan tonsil) dan diangkut oleh darah
ke organ dan ke jaringan.
Umur leukosit ialah 13-20 hari. Vitamin, asam folat dan asam
amino dibutuhkan dalam pembentukan leukosit. Sistem endokrin
mengatur produksi, penyimpanan, serta pelepasan dari leukosit sesuai
dengan kebutuhan sistemik.perkembangan granulosit dimulai dengan
myeloblast kemudian berkembang menjadi promyelosi, myelosit,
metamyelosit dan bands dan akhirnya akan menjasi neurtrofil,
eosinofil dan basofil. Perkembangan limfosit dimulai dengan
limfoblast kemudian berkembang menjadi prolimfoblast dan pada
akhirnya menjadi sel limfosit.
29
c) Diagnosis Klinik
Limfadenopati et cause malignancy
d) Definisi
Berdasarkan American Cancer Society (2013) NHL merupakan
kanker yang prosesnya dimulai pada sel yang disebut limfosit, yang
30
merupakan bagian dari imun sistem. Limfosit terletak di limfa nodul
dan limfoid tissue lainnya seperti limfa ataupun sumsum tulang. Tetapi
beberapa tipe kanker seperti kanker paru ataupun kanker kolon yang
dapat menyebar ke jaringan limfa nodul, bukanlah merupakan Non
Hodgkin limfoma tetapi hanya merupakan metastase.
Non hodgkin limfoma merupakan suatu keganasan yang dimulai
ketika limfosit berdiferensiasi menjadi sel yang abnormal. Sel yang
abnormal akan terus bereplikasi menggandakan dirinya terus menerus
dan bertambah banyak. Abnormal sel tidak dapat melakukan apoptosis.
Mereka juga tidak bisa memproteksi tubuh dari infeksi dan penyakit
imun lainnya. Sel yang abnormal akan membentuk ekstra sel yang
akan menjadi suatu massa di jaringan yang disebut tumor.
Menurut Reksodiputro (2008) NHL adalah kelompok keganasan
primer limfosit yang dapat bersal dari limfosit B, limfosit T dan kadang
(amat jarang) berasal dari sel NK (natural killer) yang berada dalam
sistem limfe. Keganasan ini bersifat sangat heterogen, baik tipe
histologis, gejala, perjalanan klinis, respon terhadap
pengobatan,maupun prognosis. Sel limfosit akan berproliferasi secara
tak terkendali yang mengakibatkan terbentuknya tumor. Seluruh sel
NHL berasal dari satusel limfosit, sehingga semua sel dalam tumor
pasien NHL sel B memiliki imunoglobulin yang sama pada permukaan
selnya.
e) Etiologi
Penyebab limfoma hodgkin dan non-hodgkin sampai saat ini belum
diketahui secara pasti. Beberapa hal yang diduga berperan sebagai
penyebab penyakit ini antara lain:
a. Infeksi (EBV, HTLV-1, HCV, KSHV, dan Helicobacter pylori)
b. Faktor lingkungan seperti pajanan bahan kimia (pestisida,
herbisida, bahan kimia organik, dan lain-lain), kemoterapi, dan
radiasi.
c. Inflamasi kronis karena penyakit autoimun
d. Faktor genetik
31
Berikut tabel etiologi limfadenopati
f) Epidemiologi
Pada tahun 2000 di Amerika Serikat diperkirakan
terdapat 54.900 kasus baru, dan 26.100 orang meninggal
karena LNH. Di Amerika Serikat, 5 % kasus LNH baru
terjadi pada pria, dan 4 % pada wanita per tahunnya. Pada
tahun 1997, LNH dilaporkan sebagai penyebab kematian
32
akibat kanker utama pada pria usia 20-39 tahun. Insidensi
LNH di Amerika Serikat menurut National Cancer Institute
tahun 1996 adalah 15.5 per 100.000. LNH secara umum
lebih sering terjadi pada pria. Insidensi LNH meningkat
seiring dengan bertambahnya usia dan mencapai puncak
pada kelompok usia 80-84 tahun. Di Indonesia LNH
bersama dengan penyakit Hodgkin dan leukimia
menduduki urutan ke enam tersering.
g) Factor Resiko
- Usia: 15-30 tahun dan > 50 tahun
- Faktor Genetik
- Pernah tertular virus Epstein-Barr (demam kelenjar)
- Jenis Kelamin: pria > wanita
- Paparan kimia beracun: pestisida herbisida, pewarna
rambut
33
jarang masuk ke dalam aliran darah, namun dengan tingkat mitosis
yang tinggi
i) Manifestasi klinis
Gejala yang sering ditemukan pada penderita limfoma pada umumnya
non-spesifik, diantaranya:
• Penurunan berat badan >10% dalam 6 bulan
• Demam 38oC >1 minggu tanpa sebab yang jelas
• Keringat malam banyak
• Cepat lelah
• Penurunan nafsu makan
• Pembesaran kelenjar getah bening yang terlibat
• Dapat pula ditemukan adanya benjolan yang tidak nyeri di
leher, ketiak atau pangkal paha (terutama bila berukuran di
atas 2 cm); atau sesak napas akibat pembesaran kelenjar getah
bening mediastinum maupun splenomegali.
Tiga gejala pertama harus diwaspadai karena terkait dengan
prognosis yang kurang baik, begitu pula bila terdapatnya Bulky
Disease (KGB berukuran > 6-10 cm atau mediastinum >33% rongga
toraks).
Menurut Lymphoma International Prognostic Index, temuan klinis
yang mempengaruhi prognosis penderita LNH adalah usia >60 tahun,
keterlibatan kedua sisi diafragma atau organ ekstra nodal (Ann Arbor
III/IV) dan multifokalitas (>4 lokasi).
j) Pemeriksaan penunjang
A. Biopsi
1. Biopsi KGB dilakukan cukup pada 1 kelenjar yang paling
representatif, superfisial, dan perifer. Jika terdapat kelenjar
superfisial/perifer yang paling representatif, maka tidak perlu
biopsi intraabdominal atau intratorakal. Spesimen kelenjar
diperiksa:
34
a. Rutin: Histopatologi: sesuai kriteria REAL-WHO
b. Khusus Imunohistokimia
2. Diagnosis harus ditegakkan berdasarkan histopatologi dan tidak
cukup hanya dengan sitologi. Pada kondisi tertentu dimana
KGB sulit dibiopsi, maka kombinasi core biopsy FNAB
bersama-sama dengan teknik lain (IHK, Flowcytometri dan
lain-lain) mungkin mencukupi untuk diagnosis
3. Tidak diperlukan penentuan stadium dengan laparotomi
B. Laboratorium
1. Rutin
Hematologi:
• Darah Perifer Lengkap (DPL) : Hb, Ht, leukosit, trombosit, LED,
hitung jenis
• Gambaran Darah Tepi (GDT) : morfologi sel darah
Analisis urin : urin lengkap
Kimia klinik:
• SGOT, SGPT, Bilirubin (total/direk/indirek), LDH, protein total,
albumin-globulin
• Alkali fosfatase, asam urat, ureum, kreatinin
• Gula Darah Sewaktu
• Elektrolit: Na, K, Cl, Ca, P
• HIV, TBC, Hepatitis C (anti HCV, HBsAg) 2. Khusus
• Gamma GT
• Serum Protein Elektroforesis (SPE)
• Imunoelektroforesa (IEP)
• Tes Coomb
• B2 mikroglobulin
C. Aspirasi Sumsum Tulang (BMP) dan biopsi sumsum tulang dari
2 sisi spina illiaca dengan hasil spesimen 1-2 cm
D. Radiologi
Untuk pemeriksaan rutin/standard dilakukan pemeriksaan CT Scan
thorak/abdomen. Bila hal ini tidak memungkinkan, evaluasi
35
sekurang-kurangnya dapat dilakukan dengan : Toraks foto PA dan
Lateral dan USG seluruh abdomen.
E. Konsultasi THT
Bila Cincin Waldeyer terkena dilakukan laringoskopi.
F. Cairan tubuh lain (Cairan pleura, cairan asites, cairan liquor
serebrospinal) Jika dilakukan pungsi/aspirasi diperiksa sitologi
dengan cara cytospin, disamping pemeriksaan rutin lainnya.
G. Imunofenotyping
Minimal dilakukan pemeriksaan imunohitstokimia (IHK) untuk CD
20 dan akan lebih ideal bila ditambahkan dengan pemeriksaan
CD45, CD3 dan CD56 dengan format pelaporan sesuai dengan
kriteria WHO (kuantitatif).
H. Konsultasi jantung
Menggunakan echogardiogram untuk melihat fungsi jantung
36
m) Komplikasi
- Sistem kekebalan tubuh yang lemah. Ini merupakan komplikasi
yang paling sering terjadi, terutama selama masa awal menjalani
pengobatan. Penurunan sistem kekebalan tubuh ini akan
meningkatkan risiko infeksi.
- Risiko kemandulan yang meningkat. Komplikasi ini terkadang
bersifat sementara atau permanen dan umumnya dipicu oleh
kemoterapi dan radioterapi.
- Peningkatan risiko kemunculan kanker atau penyakit lain.
Kemoterapi dan radioterapi yang membunuh sel-sel kanker juga
dapat merusak sel-sel yang sehat, sehingga risiko munculnya kanker
dan penyakit lain juga akan meningkat. Contoh penyakit yang
berpotensi muncul meliputi katarak, diabetes, penyakit tiroid,
penyakit jantung, serta gangguan ginjal.
n) Prognosis
LNH dapat dibagi ke dalam 2 kelompok prognostik : indolen
lymphoma dan agresif lymphoma. LNH indolen memiliki prognosis
yang relatif baik, dengan median survival 10 tahun, tetapi biasanya
tidak dapat disembuhkan pada stadium lanjut. Sebagian besar tipe
indolen adalah noduler atau folikuler. Tipe limfoma agresif memiliki
perjalanan alamiah yang lebih pendek, namun lebih cepat
disembuhkan secara signifikan dengan kemoterapi kombinasi intensif.
Resiko kambuh lebih tinggi pada pasien dengan gambaran histologis
”divergen” baik pada kelompok indolen maupun agresif .
Terdapat 5 faktor yang mempengaruhi prognosis berdasarkan
International Prognostik Index (IPI), yaitu usia, serum LDH, status
performans, stadium anatomis, dan jumlah ekstranodal. Tiap faktor
memiliki efek yang sama terhadap outcome, sehingga abnormalitas
dijumlahkan untuk mendapatkan indeks prognostik. Skor yang
didapatkan antara 0-5 .
37
Keterangan 0 1
Umur ≤ 60 tahun > 60 tahun
Tumor stage (Ann I atau II III atau IV
Arbor)
LDH serum Normal Meningkat
Status performans Tak ada gejala Ada gejala
Keterlibatan ekstranodal Tidak ada atau 1 > 1 tempat
Key score : Low risk (0-1); Intermediate (2), High intermediate (3),
High risk (4-5)
o) SKDI
Limfadenopati 3A
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan
terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan
dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi
penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu
menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
Limfoma non-Hodgkin's, Hodgkin's – 1 mengenali dan
menjelaskan
Lulusan dokter mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik
penyakit, dan mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan
informasi lebih lanjut mengenai penyakit tersebut, selanjutnya
menentukan rujukan yang paling tepat bagi pasien. Lulusan dokter
juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
V. Learning Issue
Sistem limfatik atau sistem getah bening membawa cairan dan protein
yang hilang kembali ke darah. Cairan memasuki sistem ini dengan cara
berdifusi ke dalam kapiler limfa kecil yang terjalin di antara kapiler-kapiler
sistem kardiovaskuler. Apabila sudah berada dalam sistem limfatik, cairan
itu disebut limfa (lymph) atau getah bening, komposisinya kira-kira sama
dengan komposisi cairan interstisial.
38
Limfa berasal dari plasma darah yang keluar dari sistem
kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian
dikumpulkan oleh sistem limfa melalui proses difusi ke dalam kelenjar limfa
dan dikembalikan ke dalam sistem sirkulasi.
Sistem limfatik mengalirkan isinya ke dalam sistem sirkulasi di dekat
persambungan vena cava dengan atrium kanan. Pembuluh limfa, seperti
vena , mempunyai katup yang mencegah aliran balik cairan menuju kapiler.
Kontraksi ritmik (berirama) dinding pembuluh tersebut membantu
mengalirkan cairan ke dalam kapiler limfatik. Seperti vena, pembuluh limfa
juga sangat bergantung pada pergerakan otot rangka untuk memeras cairan
ke arah jantung.
Pembuluh Limfe
39
Pembuluh limfe merupakan muara kapiler limfe, menyerupai vena kecil
dan mempunyai katup pada lumen yang mencegah cairan limfe kembali ke
jaringan. Kontraksi otot yang berdekatan juga mencegah limfe keluar dari
pembuluh.
Di sepanjang pembuluh limfa terdapat organ yang disebut nodus
(simpul) limfa (lymph node) yang menyaring limfa. Nodus limfa merupakan
akumulasi padat dari sel-sel bebas di dalam jaringan Di dalam nodus limfa
terdapat jaringan ikat yang berbentuk seperti sarang lebah denagn ruang-
ruang yang penuh dengan sel darah putih. Sel-sel darah putih tersebut
berfungsi untuk menyerang virus dan bakteri. Organ-organ limfa diantanya
kelenjar getah bening (limfonodus), tonsil, tymus, limpa ( spleen atau lien) ,
limfonodulus. System limfe terdiri dari pembuluh limfe, nodus limfatik,
organ limfatik, nodul limfatik, sel limfatik.
40
Limfe nodes ini berperan untuk menyaring kelenjar getah bening
sebelum dapat dikembalikan ke sistem peredaran darah. Meskipun node dapat
menambah atau mengurangi ukuran sepanjang hidup, setiap node yang telah
rusak atau hancur, tidak beregenerasi. Pembuluh limfatik aferen membawa
unfiltered getah bening ke node. Produk-produk limbah sini, dan beberapa
cairan, yang disaring. Di bagian lain dari node, limfosit, yang khusus sel
darah putih, membunuh patogen yang mungkin ada. Hal ini menyebabkan
pembengkakan umumnya dikenal sebagai pembengkakan kelenjar bengkak.
Tonsil merupakan kelompok sel limfatik dan matrix extra seluler yang
dibungkus oleh capsul jaringan pemyambung, tapi tidak lengkap.Terdiri atas
bagian tengah (germinal center) dan Crypti. Tonsil ditemukan dipharyngeal
yaitu :
tonsil pharyngeal (adenoid), dibagian posterior naso pharynx
tonsil palatina, posteo lateral cavum oral
tonsil lingualis, sepanjang 1/3 posterior lidah
Nodus limfaticus terdapat di sepanjang jalur pembuluh limfe berupa
benda oval atau bulat yang kecil. Ditemukan berkelompok yang menerima
limfe dari bagian tubuh. Fungsi utama nodus limfaticus untuk menyaring
antigen dari limfe dan menginisiasi respon imun. Timus terletak di
mediastinum anterior berupa 2 lobus.
41
Limpa terletak di Quadran atas kiri abdomen, di inferior diaphragma
yang memanjang dari iga 9 – 11, terletak dilateralis ginjal dan posterolateral
gaster. Fungsi limfa yaitu:
Menginisiasi respon imun bila ada antigen didalam darah
Reservoir eritrosit dan platelet
Memfagosit eritrosit dan platelet yang defectiv
Phagosit bacteri dan benda asing lainnya
Pembuluh limfe di bagi menjadi 3, yaitu:
1. Kapiler getah bening
Merupakan pembuluh Limfe yang terkecil, membentuk anyaman
yang luas & berakhir buntu. Berfungsi: menampung cairan Limfe yang
berasal dari masing-masing kapiler .
2. Pembuluh getah bening yg lebih besar
Kapiler-kapiler getah bening bergabung dengan pembuluh getah
bening yang lebih besar .Terdiri dari saluran yang dindingnya lebih tebal
memiliki katub.
Dalam perjalanan pembuluh getah bening yang besar, pembuluh
getah bening ini mencurahkan isinya ke dalam kelenjar getah bening
(Lymph Nodes).
3. Pembuluh Limfe besar
Merupakan gabungan dari pembuluh limfe, membentuk 2 pembuluh
limfe utama:
a. Ductus Lymphaticus Dexter (Pembuluh Limfe Kanan)
yaitu menerima cairan limfe dari bagian kanan atas tubuh.
Pembuluh limfe ini mengangkut limfe yang berasal dari kepala, dada
sebelah kanan, dan lengan kanan. Pembuluh limfe kanan bermuara
pada pembuluh balik di bawah vena subclavia dextra (vena yang
melewati tulang selangka sebelah kanan).
b. Ductus Thoracicus (Pembuluh Limfe Dada)
Menerima cairan limfe dari bagian tubuh kiri & kanan saluran
pencernaan makanan. Pembuluh ini mengangkut limfe yang berasal
dari bagian tubuh lain dan bermuara ke pembuluh balik di bawah vena
subclavia sinestra (vena yang melewati tulang selangka kiri).
42
Pembuluh limfe dada juga merupakan tempat bermuaranya pembuluh
kil atau pembuluh lemak, yaitu pembuluh yang mengumpulkan asam
lemak yang diserap dari usus. Lemak inilah yang menyebabkan cairan
limfe berwarna kuning keputih-putihan.
43
Cairan limfe dari sisi kiri kepala, lengan kiri, dan sebagian toraks juga
memasuki duktus torasikus sebelum bermuara ke dalam vena.
Cairan limfe dari sisi kanan leher dan kepala, lengan kanan, dan bagian
kanan toraks memasuki duktus torasikus kanan (jauh lebih kecil daripada
duktus torasikus), yang akan bermuara ke dalam sistem darah vena pada
pertemuan antara vena subclavia kanan dan vena jugularis interna.
Vasa lymphatica
Vasa lymphatica berawal sebagai ujung-ujung saluran buntu yang
membentuk formasi menjari, dengan dinding kapiler yang tipis dalam
jaringan ikat. Mereka membentuk formasi jaringan kapiler tiga dimensi yang
mengalir menuju vasa lymphatica yang mengkoleksi limfe yang lebih besar
dan lebih tebal dindingnya, kemudian ductus dan truncus lymphaticus.
Akhirnya limfe dari truncus dan ductus lymphaticus ditumpahkan ke vena
cava cranialis di thoracic inlet.
Lymph capillaries, vasa lymphatica, lymph node, vasa lymphatic,
cisterna Chyli, thoracic duct
Urutan pembuluh yang dilalui oleh cairan limfe, mulai dari kapiler limfe
sampai ductus thoracicus.
Ilustrasi saluran limfe (limphatica) yang berawal sebagai ujung buntu dengan
epitel yang saling overlapping dan bentukan katur di sepanjang pembuluh tersebut
yang mencegah kembalinya aliran limfe.
44
A. Spleen (Limpa)
• Merupakan organ limfoid terbesar di tubuh.
• Banyak terdapat sel fagositik dan dapat menjadi pertahanan penting
terhadap mikroorganisme yang berhasil memasuki peredaran darah,
serta sebagai tempat penghancuran eritrosit tua.
• Memiliki simpai jaringan ikat, yang menjulurkan trabekula yang
membagi parenim, atau pulpa limpa menjadi kompartemen tidak
utuh.
• Pada manusia, jaringan ikat simpai dan trabekula mengandung
sedikit sekali sel oto polos.
• Terdiri atas anyaman jaringan retikuler yang mengandung limfosit,
makrofag dan APC.
• Terdapat struktur khas: terdapat pulpa (pulpa merah dan pulpa
putih).
• Pulpa putih terdiri atas jaringan limfoid yang menyelubungi arteri
sentralis dan nodul limfoid yang menempel pada selubung.
• Pulpa merah mengandung korda limpa dan sinusoid. Korda limpa
terdiri atas anyaman longgar sel-sel reticular, yang ditunjang serat-
serat retikulin (kolagen tipe III).
• Diantara pulpa merah dan putih terdapat zona marginal, yang terdiri
atas banyak sinus dan jaringan limfoid longgar.
45
Limfadenopati
Epidemiologi
46
Dari studi yang dilakukan di Belanda, ditemukan 2.556 kasus limadenopati
yang tidak diketahui penyebabnya. Sekitar 10% kasus diantaranya dirujuk
ke subspesialis, 3,2% kasus membutuhkan biopsi dan 1.1% merupakan suatu
keganasan. Penderita limfadenopati usia >40 tahun memiliki risiko
keganasan sekitar 4% dibandingkan dengan penderita limfadenopati usia
<40 tahun yang memiliki risiko keganasan hanya sekitar 0,4%. 1-3,15,16
Etiologi
• Infeksi
- Infeksi virus
Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas
seperti Rinovirus, Parainfluenza Virus, influenza Virus, Respiratory
Syncytial Virus (RSV), Coronavirus, Adenovirus ataupun Retrovirus.
Virus lainnya Ebstein Barr Virus (EBV), Cytomegalo Virus (CMV), Rubela,
Rubeola, Varicella-Zooster Virus, Herpes Simpleks Virus, Coxsackievirus,
dan Human Immunodeficiency Virus (HIV). 1,2,16,17
- Infeksi bakteri
47
Pada awal infeksi, aspirat mengandung campuran neutrofil dan
limfosit. Kemudian mengandung bahan pirulen dari neutrofil dan massa
debris. Limfadenitis bakterial akut biasanya menyebabkan KGB merah,
panas dan nyeri tekan. Biasanya penderita demam dan terjadi leukositosis
neutrofil pada pemeriksaan darah tepi.
Pada infeksi oleh Mikobakterium tuberkulosis, aspirat tampak
karakteristik sel epiteloid dengan latar belakang limfosit dan sel plasma. Sel
epiteloid berupa sel bentuk poligonal yang lonjong dengan sitoplasma yang
pucat, batas sel yang tidak jelas, kadang seperti koma atau inti yang
berbentuk seperti bumerang yang pucat, berlekuk dengan
kromatin halus.
48
Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan
limfoma juga dapat menyebabkan limfadenopati. Diagnosis defenitif suatu
limfoma membutuhkan tindakan biopsi eksisi, oleh karena itu diagnosis
subtipe limfoma dengan menggunakan biopsi aspirasi jarum halus masih
merupakan kontroversi. Aspirat Limfoma non-Hodgkin berupa populasi sel
yang monoton dengan ukuran sel yang hampir sama. Biasanya tersebar dan
tidak berkelompok.
49
Metastasis karsinoma merupakan penyebab yang lebih umum dari
limfadenopati dibandingkan dengan limfoma, khususnya pada penderita usia
lebih dari 50 tahun. Dengan teknik biopsi aspirasi jarum halus lebih mudah
mendiagnosis suatu metastasis karsinoma daripada limfoma.
Diagnosis
Anamnesis
Lokasi
50
Lokasi pembesaran KGB pada dua sisi leher secara mendadak biasanya
disebabkan oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi
oleh penyakit kawasaki umumnya pembesaran KGB hanya satu sisi saja.
Apabila berlangsung lama (kronik) dapat disebabkan infeksi oleh
Mikobakterium, Toksoplasma, Ebstein Barr Virus atau Citomegalovirus.
Gejala penyerta
Riwayat penyakit
Riwayat pekerjaan
51
Paparan terhadap infeksi paparan/kontak sebelumnya kepada orang dengan
infeksi saluran napas atas, faringitis oleh Streptococcus, atau tuberculosis
turut membantu mengarahkan penyebab limfadenopati. Riwayat perjalanan
atau pekerjaan, misalnya perjalanan ke daerah-daerah di Afrika dapat
mengakibatkan penyakit Tripanosomiasis, orang yang bekerja dalam hutan
dapat terkena Tularemia.
Pemeriksaan fisik
• Ukuran: normal bila diameter 0,5 cm dan lipat paha >1,5 cm dikatakan
abnormal.
52
Pada pembesaran KGB oleh infeksi virus, umumnya bilateral lunak dan
dapat digerakkan. Bila ada infeksi oleh bakteri, kelenjar biasanya nyeri pada
penekanan, baik satu sisi atau dua sisi dan dapat fluktuatif dan dapat
digerakkan. Adanya kemerahan dan suhu lebih panas dari sekitarnya
mengarahkan infeksi bakteri dan adanya fluktuatif menandakan terjadinya
abses. Bila limfadenopati disebabkan keganasan tanda-tanda peradangan
tidak ada, KGB keras dan tidak dapat digerakkan oleh karena terikat dengan
jaringan di bawahnya.
Adanya radang pada selaput mata dan bercak koplik mengarahkan kepada
campak. Adanya pucat, bintik-bintik perdarahan (bintik merah yang tidak
hilang dengan penekanan), memar yang tidak jelas penyebabnya, dan
pembesaran hati dan limpa mengarahkan kepada leukemia. Demam panjang
yang tidak berespon dengan obat demam, kemerahan pada mata, peradangan
pada tenggorok, strawberry tongue, perubahan pada tangan dan kaki
(bengkak, kemerahan pada telapak tangan dan kaki) dan limfadenopati satu
sisi (unilateral) mengarahkan kepada penyakit Kawasaki.
Pemeriksaan Penunjang
53
Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis
limfadenopati servikalis. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran,
bentuk, echogenicity, gambaran mikronodular, nekrosis intranodal dan ada
tidaknya kalsifikasi.
CT Scan
Pengobatan
Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk
dilaksanakan biopsi KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan
gejala yang mengarahkan kepada keganasan. KGB yang menetap atau
bertambah besar walau dengan pengobatan yang adekuat mengindikasikan
diagnosis yang belum tepat.
54
Limfoma non-hodgkin
Definisi
LNH adalah kelompok keganasan primer limfosit yang dapat berasal dari
limfosit B, limfosit T, dan kadang (amat jarang) berasal dari sel NK
(Natural Killer) yang berada dalam sistem limfe yang bersifat padat.
Imunodefisiensi
Agen Infeksius
EBV DNA ditemukan pada 95 % limfoma Burkit endemik, dan lebih jarang
ditemukan pada limfoma Burkit sporadik. Karena tidak pada semua kasus
limfoma Burkit ditemukan EBV, hubungan dan mekanisme EBV terhadap
terjadinya limfoma Burkit belum diketahui. Sebuah hipotesis menyatakan
bahwa infeksi awal EBV dan faktor lingkungan dapat meningkatkan jumlah
55
prekursor yang terinfeksi EBV dan meningkatkan resiko terjadinya
kerusakan genetik. EBV juga dihubungkan dengan posttransplant
lymphoproliferative dissorders (PTLDs) dan AIDS-associated lymphomas.
Epidemiologi
Patogenesis LNH
56
tua yang tengah berada dalam proses tranformasi menjadi imunoblas (terjadi
akibat adanya rangsangan imunogen). Hal yang perlu diketahui adalah
proses ini terjadi di dalam kelenjar getah bening, dimana sel limfosit tua
berada diluar ”centrum germinativum” sedangkan imunoblast berada di
bagian paling sentral dari ”central germinativum”. Beberapa perubahan yang
terjadi pada limfosit tua, antara lain : 1) ukurannya makin besar, 2) kromatin
inti menjadi lebih ”halus”, 3) nukleolinya terlihat, 4) protein permukaan sel
mengalami perubahan (reseptor).
Hal mendasar lain yang perlu diingat adalah bahwa sel yang berubah
menjadi sel kanker seringkali tetap mempertahankan sifat ”dasar”nya.
Misalnya sel kanker dari limfosit tua tetap mempertahankan sifat mudah
masuk dalam aliran darah namun dengan tingkat mitosis yang rendah,
sedangkan sel kanker dari imunoblas amat jarang masuk ke dalam aliran
darah, namun dengan tingkat mitosis yang tinggi.
Manifestasi Klinis
Semua gejala yang dapat disebabkan oleh limfoma non Hodgkin juga dapat
ditimbulkan oleh penyakit lain. Dengan kata lain, tidak ada satu gejala yang
dapat digunakan untuk menjamin adanya limfoma non Hodgkin. Ini
merupakan salah satu alasan mengapa pemeriksaan diagnostik sangat
penting untuk menegakkan diagnosis limfoma non Hodgkin.
Sangat sering, pasien tidak mempunyai gejala ketika limfoma non Hodgkin
didiagnosis. Limfoma sering pertama kali ditemukan sebagai hasil
pemeriksaan fisik dokter atau pemeriksaan karena kondisi lainnya, seperti
tes darah atausinar-X dada. Hal ini khususnya pada kasus pasien dengan
limfoma non Hodgkin indolen dimana pertumbuhan lambat dan sering tanpa
gejala untuk waktu yang lama.
57
Suatu pembengkakan kelenjar getah bening tanpa rasa sakit, biasanya lebih
dari 1 cm adalah gejala yang paling sering saat limfoma non Hodgkin
didiagnosis. Kelenjar paling mungkin didapatkan di leher, ketiak dan lipatan
paha. Pembengkakan biasanya tidak menimbulkan rasa sakit atau gejala
lainnya, tetapi sering ukurannya meningkat dengan pasti. Tentunya, harus
diingat, bahwa pembengkakan kelenjar getah bening sangat umum, dan
mayoritas orang dengan pembengkakan kelenjar tidak menderita limfoma
non Hodgkin. Sejauh ini kebanyakan penyebab pembengkakan kelenjar
getah bening adalah infeksi. Kelenjar getah bening yang membengkak pada
infeksi biasanya mereda setelah infeksinya teratasi.
Gejala konstitusional
58
Gejala pada organ lain seperti kulit, otak, testis dan tiroid dapat dijumpai.
Kelainan kulit sering dijumpai pada mycosis funguides.
o Limfositik kecil
59
o Sel folikulas, kecil berbelah
o Limfoblastik
Diagnosis Banding
Limfoma Hodgkin
Penyakit Hodgkin adalah suatu jenis keganasan sistem kelenjar getah bening
dengan gambaran histologis yang khas. Ciri histologis yang dianggap khas
adalah adanya sel Reed-Sternberg atau variannya yang disebut sel Hodgkin
dan gambaran selular getah bening yang khas. Gejala utama adalah
pembesaran kelenjar yang paling sering dan mudah dideteksi adalah
60
pembesaran kelenjar di daerah leher. Pada jenis-jenis tipe ganas (prognosis
jelek) dan pada penyakit yang sudah dalam stadium lanjut sering disertai
gejala-gejala sistemik yaitu: panas yang tidak jelas sebabnya, berkeringat
malam dan penurunan berat badan sebesar 10% selama 6 bulan. Kadang-
kadang kelenjar terasa nyeri kalau penderita minum alkohol. Hampir semua
sistem dapat diserang penyakit ini, seperti traktus gastrointestinal, traktus
respiratorius, sistem saraf, sistem darah, dan lain-lain.
Limfadenitis Tuberkulosa
Merupakan salah satu sebab pembesaran kelenjar limfe yang paling sering
ditemukan. Biasanya mengenai kelenjar limfe leher, berasal dari mulut dan
tenggorok (tonsil). Pembesaran kelenjar-kelenjar limfe bronchus disebabkan
oleh tuberkulosis paru-paru, sedangkan pembesaran kelenjar limfe
mesenterium disebabkan oleh tuberkulosis usus. Apabila kelenjar ileocecal
terkena pada anak-anak sering timbul gejala-gejala appendicitis acuta, yaitu
nyeri tekan pada perut kanan bawah, ketegangan otot-otot perut, demam,
muntah- muntah dan lekositosis ringan. Mula-mula kelenjar-kelenjar keras
dan tidak saling melekat, tetapi kemudian karena terdapat periadenitis,
terjadi perlekatan-perlekatan.
Terapi
Terapi untuk LNH terdiri atas terapi spesifik untuk membasmi sel limfoma
dan terapi suportif untuk meningkatkan keadaan umum penderita atau untuk
menanggulangi efek samping kemoterapi atau radioterapi. Terapi spesifik
untuk LNH dapat diberikan dalam bentuk :
1. Radioterapi
61
2. Kemoterapi
62
COPBLAM III (Cyclophosphamide, infusional vincristine,
prednison, infusional bleomycine, doxorubicine,
procarbazine)
Targeted therapy
63
indolen. Sekarang cenderung di gabung dengan kemoterapi (CHOP) dan
juga dicobakan pada LNH agresif.
64
o Limfoma imunoblastik sangat resisten pada kemoterapi dan
radioterapi
Prognosis
Keterangan 0 1
65
Keterlibatan Tidak ada atau 1 > 1 tempat
ekstranodal
Key score : Low risk (0-1); Intermediate (2), High intermediate (3), High
risk (4-5)
VI. Sintesis
2 bulan yang lalu mulai terjadi penurunan berat badan yaitu 6 kg.
PEnurunan berat badan ini diakibatkan oleh terjadinya perubahan
metabolism pada kasus keganasan, hal ini diakibatkan oleh adanya respon
non spesifik terhadap factor- factor yang dilepaskan oleh sel kanker. Sel- sel
66
ini bersama makrofag akan menghasilkan sitokin yang mempengaruhi
proses motilitas dan pengosongan lambung melalui saluran gastrointestinal
atau susunan saraf pusat dengan cara mengganggu sinyal eferen yang
mengatur satiety. Hipotesis yang dikemukakan oleh beberapa ahli adalah
bahwa sitokin ini juga akan mencetuskan terjadinya lipolisis yang nantinya
selain akan menyebabkan berat badan menurun akan terjadi pula proteolisis
jaringan sehingga akan terbentuknlah kenaikan kadar kreatinin pada urin.
Lalu Tn. M datang ke dokter umum dan diberikan obat namun tidak ada
reaksi. 1 bulan yang lalu mulai timbul gejala nyeri dan sulit untuk menelan
Gejala nyeri menelan ini kemungkinan disebabkan oleh adanya penekanan
tumor ke esophagus.
67
Pada kasus ini, kelompok kami menyimpulkan bahwa pada Tn. M
terjadi limfadenopati akibat keganasan, untuk mengetahui jenis keganasan
perlu dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu biopsy. Karena adanya
kecurigaan terjadinya keganasan maka kita sebagai dokter umum haru
smerujukkan pasien ini ke divisi penyakit dalam sub divisi hematologi dan
onkologi. Edukasi yang bisa kita lakukan pada pasien adalah
memberitahukan factor risiko pada pasien dan menasehati pasien untuk
menhindarinya. Beri tahukan ke pasien tentang karsinoma dan pengobatan
kemoterapi ysera efek sampingnya yang nantinya apabila tebukti terdapat
keganasan. Asupan gizi yang cukup pada pasien, dan agar pasien selalu
menjaga pola hidup sehat.
68
VI. KERANGKA KONSEP
Tn. M , 40 tahun
Faktor Resiko
turn-over sel ↑
Proliferasi sel limfosit
baru (imunoblas)
abnormal
Menetap di KGB
Proteolisis ↑
Hb ↓
Kreatinin ↑
Sedikit anemia
BAB III
69
PENUTUP
Kesimpulan
Tn. M 40 tahun dengan keluhan benjolan pada leher kanan dan kiri
mengalami limfadenopati karena proses keganasan
70
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C., et al. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta:
EGC
Kumar, Abbas, dan Fausto. 2005. Phatologic Basis of Diseases 7th Edition.
Philadelphia: Elsevier & Saunders
Pusat Data dan Informasi Kemenkes. 2015. Data dan Kondisi Penyakit Limfoma
di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.
Snell, Richard S., dkk. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, edisi
6. Jakarta: EGC.
71