SKENARIO 3
PEMBIMBING TUTOR :
dr Herni Suprapti,M.kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah,
rahmat, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan dan menyusun makalah
laporan yang berjudul “Skenario 3 (Ilmu Kedokteran Terintegrasi VI)”.
Laporan ini kami susun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kedokteran
Terintegerasi VI Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Dalam penyusunan makalah laporan ini, kami telah banyak mendapat bantuan
dari berbagai pihak, baik bantuan yang berupa materi maupun bantuan dukungan moral.
Oleh sebab itu pada kata pengantar ini kami mengucapkan terima kasih kepada Tim
Dosen Mata Kuliah Ilmu Kedokteran Terintegerasi VI Fakultas Kedokteran Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya dalam membimbing serta mengarahkan proses penyusunan
laporan ini serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan
ini.
Kami menyadari bahwa makalah laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah laporan ini.
Semoga makalah laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
2
COVER................................................................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
i
DAFTAR ISI........................................................................................................................
ii
BAB I (SKENARIO 1)........................................................................................................
1
BAB II (KATA KUNCI)......................................................................................................
2
BAB III (PROBLEM).........................................................................................................
3
BAB IV (PEMBAHASAN).................................................................................................
4
BAB V (HIPOTESIS AWAL (DIFFERENTIAL DIAGNOSIS).........................................
17
BAB VI (ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS)............................................
18
BAB VII (HIPOTESIS AKHIR (DIAGNOSA)..................................................................
24
BAB VIII (MEKANISME DIAGNOSIS)...........................................................................
25
BAB IX (STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH).................................................
26
BAB X (PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI)....................................................................
30
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................
iii
3
BAB I
Seorang pasien Ny. SS 26 tahun diantar suaminya datang ke anda ketika sedang
bertugas di poliklinik dengan keluhan mata merah,nrocoh,silau bila melihat
sinar,melihat dobel,terutama bila mata melirik dan atau nyeri bila mata digerakkan :
berdebar sejak 4 bulan yang lalu. Keluhan lainnya adalah tidak tahan cuaca panas dan
lebih suka cuaca dingin. Dalam 3 bulan terakhir pasien mengeluh berat badan menurun
sebanyak 5 kg padahal nafsu makan baik. Keluhan lain adalah mudah letih saat aktivitas
ringan dan timbul benjolan tidak nyeri di leher depan sejak 1 tahun. Pada pemeriksaan
didapatkan mata menonjol,pembengkakan kelopak mata,pembatasan gerakan mata.
Penderita mempunyai kebiasaan merokok sehari 10 batang.
4
BAB II
KATA KUNCI
1. Usia 26 tahun
2. Mata merah
3. Dada berdebar
4. Berat badan turun
5. Timbul benjolan
5
BAB III
PROBLEM
6
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Batasan
1. Usia 26 tahun
2. Mata merah,nrocoh,silau bila melihat sinar,melihat dobel,terutama bila mata
melirik dan atau nyeri bila mata digerakkan
3. Dada berdebar sejak 4 bulan yang lalu
4. Berat badan turun 5 kg
5. Timbul benjolan tidak nyeri di leher depan sejak 1 tahun
B. Anatomi
1. Kelenjar tiroid
Kelenjar tiroid (glandula thyroidea) terdiri atas lobus kanan dan kiri yang
dihubungkan oleh isthmus yang sempit. Setiap lobus berbentuk seperti buah
alpukat dengan apexnya menghadap ke atas sampai linea oblique cartilago
thyroideae; basisnya setinggi cincin trachea keempat atau kelima. Pada
anterolateral lobus tiroid dibatasi oleh musculus sternohyoideus, venter
superior musculus omohyoideus, musculus sternohyoideus dan pinggir
anterior musculus sternocleidomastoideus. Di bagian posterolateral pula
7
kelenjar ini dibatasi oleh selubung carotis dengan arteri carotis communis,
vena jugularis interna dan nervus vagus. Di bagian medial, larnyx, trachea,
pharynx dan oesophagus yang membatasi kelenjar tiroid. Pinggir posterior
masing-masing lobus yang bulat berhubungan di posterior dengan glandula
parathyroidea superior dan inferior.
Kelenjar tiroid mendapat pendarahan dari arteri thyroidea superior (cabang
arteri carotis externa), arteri thyroidea inferior (cabang dari truncus
thyrocervicalis) dan arteri thyroidea ima (cabang dari arteri brachiocephalica
atau arcus aortae). Pembuluh balik kelenjar tiroid adalah vena thyroidea
superior (bermuara ke vena jugularis interna), vena thyroidea media
(bermuara ke vena jugularis interna) dam vena thyroidea inferior. Vena-vena
ini akan bermuara ke dalam vena brachiocephalica sinistra di dalam rangga
thorax. Cairan limfe pula akan mengalir dari kelenjar tiroid ke lateral ke
dalam nodi lymphoidei cervicales profundi. Beberapa pembuluh limfe akan
berjalan turun ke nodi lymphoidei paratracheales.
2. Cavum orbita
8
Atap orbita : Pars orbitalis ossis frontalis, ala magna ossis sphenoidale
Dasar orbita : Facies orbitalis os. zygomaticum, facies orbitalis os. maxilla, proc.
orbitalis os. palatinum
Dinding lateral orbita : Pars orbitalis ossis frontalis, ala magna ossis
sphenoidale, Proc. frontalis os. Zygomaticum
Dinding medial orbita : (MLES) Proc. frontalis os. Maxilla, os. lacrimal, lamina
orbita os. ethmoidale, corpus os. sphenoidale(sebagian kecil).
Ada foramen ethmodalis superior dilewati oleh vasa ethmoidalis superior.
foramen ethmoidalis inferior dilewati oleh vasa ethmoidalis inferior.
Ada fissura orbitalis superior dilewati oleh: n. frontalis, n. lacrimalis, n.
nasosiliaris, n. 3 (occulomotor), 4 (trochlearis), 6(abduscent), v. opthalmica
superior, plexus sympaticus.
Fissura orbitalis inferior dilewati oleh: n.maxillaris, n.zygomaticum, vasa
infraorbital, ganglion splenopalatina.
ada fossa glandula lacrima. ada foramen zygomaticofacialis. ada sulcus infra
orbitalis--> canalis infraorbitalis--> foramen infraorbitalis.
C. Fisiologi
Hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid memiliki dua
buah lobus, dihubungkan oleh isthmus, terletak di kartilago krokoidea di
leher pada cincin trakea ke dua dan tiga. Kelenjar tiroid berfungsi untuk
pertumbuhan dan mempercepat metabolisme. Kelenjar tiroid menghasilkan
dua hormon yang penting yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3).
Karakteristik triioditironin adalah berjumlah lebih sedikit dalam serum
karena reseptornya lebih sedikit dalam protein pengikat plasma di serum
tetapi ia lebih kuat karena memiliki banyak resptor pada jaringan. Tiroksin
memiliki banyak reseptor pada protein pengikat plasma di serum yang
mengakibatkan banyaknya jumlah hormon ini di serum, tetapi ia kurang kuat
berikatan pada jaringan karena jumlah reseptornya sedikit.
D. Histologi
Kelenjar ini tersusun dari bentukan-bentukan bulat dengan ukuran yang
bervariasi yang disebut thyroid follicle. Setiap thyroid follicle terdiri dari sel-
sel selapis kubis pada tepinya yang disebut SEL FOLIKEL dan mengelilingi
9
koloid di dalamnya. Folikel ini dikelilingi jaringan ikat tipis yang kaya
dengan pembuluh darah.
Sel folikel yang mengelilingi thyroid folikel ini dapat berubah sesuai dengan
aktivitas kelenjar thyroid tersebut. ada kelenjar thyroid yang hipoaktif, sel
foikel menjadi kubis rendah, bahkan dapat menjadi pipih. Tetapi bila
aktivitas kelenjar ini tinggi, sel folikel dapat berubah menjadi silindris,
dengan warna koloid yang dapat berbeda pada setiap thyroid folikel dan
sering kali terdapat Vacuola Resorbsi pada koloid tersebut.
E. Epidemiologi
Pada penderita Grave’s hyperthyroidism, thyroid associated ophthalmopathy
terdapat pada 40% penderita. Grave’s ophthalmopathy lebih sering ditemukan
pada mereka yang berusia lebih tua dengan predisposisi lebih tinggi pada
perempuan dibandingkan pada laki-laki, namun tingkat keparahan justru lebih
tinggi pada laki-laki dengan tingkat klasifikasi yang sama. Angka kejadian
oftalmopati ini lebih tinggi pada orang orang Eropa (42%) dibandingkan dengan
orang Asia (7.7%). Tingkat keparahan dan risiko oftalmopati meningkat dengan
adanya beberapa faktor risiko seperti pemakaian tembakau, terapi genetik untuk
hipertiroid, jumlah antibodi reseptor TSH, usia lanjut, dan stress. Penderita GO
dapat juga menderita penyakit autoimun lainnya, seperti myastenia gravis,
adanya penyakit autoimun lainnya menunjukkan prognosis GO yang lebih
buruk. 1,2,3 Gejala dan tanda-tanda yang dialami oleh penderita GO sangat khas
dan bisa terdapat lebih dari satu gejala pada saat yang bersamaan. Pada
umumnya gejala-gejala tersebut adalah retraksi palpebra superior (90%), lid lag
(50%), proptosis (60%), restriktif miopati (40%), dan neuropati nervus optikus
10
akibat kompresi (6%). Gejala-gejala tersebut bisa unilateral atau bilateral.
Tandatanda awal yang muncul adalah retraksi palpebra superior, lid lag dan yang
paling utama adalah adanya rasa nyeri orbital yang tidak dapat ditentukan lokasi
tepatnya, dan ini terdapat pada 30% pasien. Tanda-tanda lain yang mungkin
dapat dirasakan penderita adalah diplopia akibat restriksi otot rektus mata,
lakrimasi, fotofobia, dan penurunan visus (terjadi pada 7.5% penderita).
Penurunan visus yang diakibatkan oleh neuropati optik adalah 2%. Dari seluruh
penderita hanya akan sekitar 5% penderita yang memiliki seluruh gejala klasik
Grave’s ophthalmopathy yaitu retraksi kelopak mata, exoptalmus, neropati
optikus, keterlibatan otot ekstraokuler, dan hipertiroidisme.
F Patofisiologi
Proptosis bola mata terjadi akibat adanya edema jaringan lunak di rongga
orbita, sehingga tekanan di dalam rongga orbita meningkat, dan sebagai
mekanisme dekompresi bola mata menonjol ke depan. Edema jaringan lunak
terjadi di jaringan lemak dan otot ekstraokuler, terutama rektus lateral dan
medial, dan karena jumlah jaringan lemak lebih banyak daripada otot sehingga
dominasi edema berada di jaringan lemak. Usia di bawah 40 tahun memiliki
kecenderungan edema lebih banyak di jaringan lemak dibandingkan otot-otot
ekstraokuler, dan sebaliknya terjadi pada mereka yang berusia 60 tahun ke atas.
Tipe pembesaran pada otot rektus lateral dan medial ini adalah “tendon sparing”
yang berarti tidak terdapat pembengkakan pada tendon bila dilihat dengan CT
scan (dengan ataupun tanpa kontras) dan memberikan gambaran khas tracking
(gambaran seperti rel kereta api).1,3 Diplopia disebabkan oleh restriksi otot
akibat pembengkakan dan bukan akibat neurologis. Otot ekstraokuler yang lebih
berperan terhadap terjadinya diplopia adalah otot rektus inferior. Retraksi
kelopak mata superior dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain adanya
rangsangan simpatis pada otot Muller, adanya “overaction” dari otot levator
palpebra. Otot ini berkontraksi akibat otot rektus inferior yang memendek, atau
terbentuknya jaringan ikat yang mengelilingi otot levator palpebra dan jaringan
sekitarnya.1 Mata kering dan kornea kering akibat eksposur ke udara yang
berlebihan disebabkan oleh keadaan kelopak mata yang tidak dapat terutup
dengan sempurna, sehingga meningkatkan proses evaporasi air mata dan
11
berkurangnya jumlah kedipan kelopak mata. Pembengkakan periorbita bersifat
kongestif dikarenakan terhambatnya alirain venous orbita akibat pembengkakan
jaringan lunak intraorbita. Hal serupa juga terjadi pada dermopati tiroid dimana
kulit pretibial mengalami edema akibat terhambatnya aliran venous dan limfatik
di kaki saat sedang berdiri
1.Tumor Orbita
Tumor orbita merupakan penonjolan yang terjadi pada bola mata. Penonjolan
ini dapat terjadi pada kelopak mata, permukaan bola mata, di dalam maupun di
belakang bola mata.
Gejala :
12
Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan Penunjang :
Gejala :
13
menstrubasi, Diare, dan masih banyak lagi)
c. Kadang juga dapat terjadi suara serak (Hoarseness) karena penekanan nervus
vagus dan nodul dapat mendorong trakea
Pemeriksaan fisik :
Pada pemeriksaan fisik kelenjar tiroid, catat bentuk, simetri asimetri, ukuran
besarnya dan kesesuaian dengan goiter non toksik; limfadenopati dan periksa
fungsi tiroid.
14
3. Pencitraan: USG, CT Scan, MRI, Barium Meal bila ada gangguan menelan,
Skintigrafi tiroid
4. Aspirasi jarum halus, bila ada nodul.
3. Grave’s Ophthalmopathy
Oftalmopati Graves (OG) merupakan manifestasi ekstratiroid dari penyakit
Graves (PG) yang paling sering ditemukan. Penyakit Graves adalah suatu
gangguan autoimun di mana terdapat suatu defek genatik dalam limfosit Tc dan
sel Th merangsang sel B untuk sintesis antibody terhadap antigen tiroid.
Gejala :
Gelisah atau cemas
Sering merasa sangat lelah, lemas, dan tidak bertenaga
Dada lebih besar dari biasanya (pada laki-laki)
Konsentrasi menurun atau sulit untuk konsentrasi
Masalah pada penglihatan, pandangan tampak kabur atau ganda (1 objek terlihat
ada 2)
Tonjolan bola mata (exophthalmia)
Muncul gondok
Sering buang air kecil
Mudah berkeringat
Siklus menstruasi tidak teratur
Jantung berdebar-debar atau detak jantung yang cepat
Tubuh gemetaran
Berat badan turun drastis
Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan Penunjang :
Tes Darah lengkap TSH , T3 , T4 , FT4 , GDP , RADIOLOGIS , USG ,CT SCAN
15
BAB V
HIPOTESIS AWAL (DIFFERENTIAL DIAGNOSIS)
Dari hasil analisa kelompok kami berdasarkan identifikasi terhadap gejala klinis,
pemeriksaan fisik penyakit, pemeriksaan penunjang penyakit pada jenis-jenis penyakit
yang berhubungan, kami memilih dua hipotesa awal atau Differential Diagnosis, yaitu :
1. Tumor Orbita
2. Toxic Nodular Goiter
3. Grave’s Ophthalmopathy
16
BAB VI
ANALISIS DARI DEFFERENTIAL DIAGNOSIS
A. ANAMNESIS
Nama : Ny Sandra Sitaya
Usia : 26 tahun
Pekerjaan : Pegawai Rumah Makan di Surabaya
Alamat : Jl. Dukuh Pakis 27 Surabaya
Status : Menikah
Agama : -
B. GEJALA KLINIS
1. Keluhan Utama : Berdebar – debar
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
a. Mata merah dan nrocoh,
b. Silau bila melihat matahari,melihat dobel terutama bila mata melirik.
Sehingga jika keluar menggunakan kacamata
c. Nyeri bila mata digerakan dan Dada berdebar sejak 4 bulan yang lalu.
17
d. Tidak tahan terhadap cuaca panas dan lebih suka cuaca dingin.
Merasa tidak nyaman jika diruangan yang panas dan banyak orang dan
timbul keringat berlebih
e. 3 bulan terakhir berat badan turun 5kg padahal nafsu makan baik.
Dari 50kg turun menjadi 45 kg
f. Mudah letih saat aktivitas ringan,biasanya kuat berdiri sehari bisa sampai
8 jam namun sekarang 2 jam sudah lelah
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Timbul benjolan tidak nyeri di leher depan sejak 1 tahun
b. Tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi
c. Tidak ada riwayat alergi
d. Belum pernah berobat ke dokter
4. Riwayat Keluarga : Dirumah tidak ada yang sakit seperti ini
5. Riwayat Obat-obatan : -
6. Riwayat Penyakit sosial :
a. Penderita memiliki kebiasaan sehari merokok 10 batang
C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Vital Sign
1. Kesadaran umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tensi : 120/80 mmHg (Normal: 90/60-120/80mmHg)
4. Nadi : 110x/menit (Normal: 60-100x/menit)
5. RR : 24x/menit ((Normal: 14-20x/menit)
6. Suhu : 37oC (Normal: 36,5-37,5)
7. Tinggi Badan : 160 cm
8. Berat Badan : 45 kg
18
14.Psikiatri : Gelisah,Insomnia,Depresi
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
ULTRASONOGRAFI
CT SCAN
19
Adanya kelainan orbita yaitu penonjolan mata eksoftalmus otot-otot ekstraokular,
perlekatan otot, lemak intrakonal, dan anatomi apeks orbital. Adanya
penebalan 4 mm. Penonjolan lemak intrakonal dapat menyebabkan proptosis
20
1. Definisi Tumor orbita Salah Satu kelainan Oftalmopati Graves
merupakan penonjolan hipertiroidisme, ke-2 (OG) merupakan
yang terjadi pada bola paling sering setelah manifestasi ekstratiroid
mata. Penonjolan ini grave’s disease, dari penyakit Graves
dapat terjadi pada Penyakit ini ditemukan (PG) yang paling sering
kelopak mata, oleh Henry Plummer, ditemukan. Penyakit
permukaan bola mata, oleh karena itu Graves adalah suatu
di dalam maupun di namanya adalah gangguan autoimun di
belakang bola mata. Plummer’s disease. mana terdapat suatu
Penyakit ini bukan defek genatik dalam
merupakan proses limfosit Tc dan sel Th
autoimun seperti pada merangsang sel B untuk
penyakit grave’s. sintesis antibody
Bedanya toxic dengan terhadap antigen tiroid
yang non toxic adalah,
pada yang nontoxic
penyebabnya bukan
hasil dari proses
inflamasi atau proses
neoplasma
2. Etiologi 1. Mutasi gen Adanya nodul-nodul Penyakit ini merupakan
pengendali (multinodular) yang penyakit autoimun yang
pertumbuhan dapat mensekresikan ditimbulkan oleh adanya
(kehilangan kedua kelenjar thyroid reaksi beberapa
kromosom dari satu autoantibody terhadap
pasang alel dominan reseptor tirotropin
protektif yang berada (TSH).
dalam pita kromosom
13q14) 2.
2. Malformasi
congenital
3. Kelainan
metabolism
21
3. Gejala 1.Menimbulkan mata 1. Kadang juga dapat 1.Pembesaran kelenjar
menonjol terjadi suara serak tiroid (goiter)
2.Arah bola mata tidak (Hoarseness) karena 2.Tremor pada tangan
lurus ke depan penekanan nervus atau jari tangan
3.Tajam penglihatan vagus dan nodul dapat 3.Palpitasi jantung
dapat terganggu dan mendorong trakea (jantung berdebar)
melihat ganda 2. Nodul juga dapat 4. penurunan berat
4.Rasa sakit terutama mendesak vena kava badan
pada tumor ganas superior (Superior vena 5. pasien tidak tahan
cava syndrome) -> terhadap udara yang
Kondisi emergensi panas.
3. Pembengkakan pada
vena-vena wajah
(Pembenton sign)
4 Gambaran
BAB VII
22
Dari hasil analisa kelompok kami berdasarkan anamnesis dan identifikasi
terhadap gejala klinis, pemeriksaan fisik penyakit, pemeriksaan penunjang penyakit
pada Differential Diagnosis, kami menyimpulkan diagnosa pada skenario ini adalah
Grave’s Ophthalmopathy
Anamnesa:
Tiap hari
23
Pemeriksaan fisik:
Hb :12 mg%
Leukosit : 6300/mm3
Differential Diagnosis:
Tumor Orbita
Analisis
Toxic nodular goiter
Differential diagnosis
Grave’s ophthalmopathy
Diagnosis:
Grave’s
ophthalmopathy
BAB IX
24
A.PENATALAKSANAAN
9.Terapi Farmakologi
1. Stadium Awal
2. Retraksi,Merah,Lakrimasi
3. Stadium Berat
a. Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap pada
pasien muda dengan struma ringan sampai sedang dan tirotoksikosis.
c. Persiapan tiroidektomi
25
Obat-obatan ini umumnya diberikan sekitar 12 – 24 bulan. Pada pasien hamil
biasanya diberikan propil tiourasil dengan dosis serendah mungkin yaitu 200
mg/hari atau lebih lagi. Pada masa laktasi juga diberikan propiltiourasil karena
hanya sedikit sekali yang keluar dari air susu ibu, dosis yang dipakai 100-500 mg
tiap 8 jam
a. Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat
antitiroid
b. Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis
besar
26
e. Pada penyakit graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
Sebelum operasi biasanya pasien diberi obat antitiroid sampai eutitiroid sampai
eutiroid kemudian diberi cairan kalium yodida 100-200 mg/hari atau cairan
lugol 10-14 tetes/ hari selama 10 hari sebelum dioperasi untuk mengurangi
vaskularisasi pada kelenjar tiroid.
9. 4 Pengobatan tambahan
a. Sekat β-adrenergik Obat ini diberikan untuk mengurangi gejala dan tanda
hipertiroid. Dosis diberikan 40-200 mg/hari yang dibagi atas 4 dosis. Pada orang
lanjut usia diberik 10 mg/6 jam.
c. Ipodat Ipodat kerjanya lebih cepat dan sangat baik digunakan pada keadaan
akut seperti krisis tiroid kerja (padat adalah menurunkan konversi T4 menjadi T3
diperifer, mengurangi sintesis hormon tiroid, serta mengurangi pengeluaran
hormon dari tiroid.
d. Litium Litium mempunyai daya kerja seperti yodium, namun tidak jelas
keuntungannya dibandingkan dengan yodium. Litium dapat digunakan pada
pasien dengan krisis tiroid alergi terhadap yodium.
1.Stadium Awal :
2.Retraksi,Merah,Lakrimasi,Ngeres,Fotofobi :
27
Prednison 40-80mg per hari
Pembedahan Dekompresi
Kelompok kami berpendapat bahwa tindakan medis yang paling tepat untuk Ny
SS adalah propil tiourasil (PTU) pemberian Obat ini umumnya diberikan sekitar 12 –
24 bulan. Dan dilakukan Kompres dingin,tidur bantal tinggi ,Tetes mata tears
substitute,Kacamata Hitam. Dan dianjurkan untuk berhenti merokok.jika masih terjadi
komplikasi lebih lanjut diberikan ᵦ-adrenergik, jika proses bertambah berat sehingga
mata sulit menutup sempurna,pergerakan bola mata diberikan Prednison dengan dosis
40-80mg/hari.
dr Dita titis P
SIP 16700147
S 3 dd Tab 3 p.c
Umur : 26 tahun
28
BAB X
A.PROGNOSIS
29
B. KOMPLIKASI
Komplikasi tiroid adalah suatu aktivitas yang sangat berlebihan dari kelenjar
tiroid, yang terjadi secara tiba-tiba. Badai tiroid bisa menyebabkan :
4. Pembesaran hati disertai penyakit kuning yang ringan Badal tiroid merupakan
suatu keadaan darurat yang sangat berbahaya dan memerlukan tindakan segera.
Tekanan yang berat pada jantung bisa menyebabkan ketidakteraturan irama
jantung yang bisa berakibat fatal. (aritmia) dan syok. Badal tiroid biasanya
terjadi karena hipertiroid tidak diobati atau karena pengobatan yang tidak
adekuat, dan bisa dipicu oleh :
- Infeksi
- Pembedahan
- Stress
- Ketakutan
C. Pencegahan
30
Pencegahan dari penyakit Graves ialah dengan mencegah faktor risikonya
seperti infeksi, asupan yodium secukupnya jangan berlebihan ataupun kekurangan,
hindari stres, hindari cedera pada kelenjar gondok, dan hindari obat steroid.
31
DAFTAR PUSTAKA
Maulidia S. Hubungan kadar TSH dan FT4 dengan manifestasi klinis hipertiroid berdasarkan
Indeks Wayne pasien penyakit Graves di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode Januari 2014 –
Desember 2014 Padang: Universitas Andalas; 2014.
Siti Farida, Pandu Tridana Sakti, Oftalmopati pada Penyakit Graves, Jurnal Kedokteran
2016,5(3): 27-30ISSN 2527-7154
32