Anda di halaman 1dari 3

Prediktor Sindrom Syok Dengue: Peningkatan APTT sebagai Faktor Risiko Pada Anak

Demam Berdarah

PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue merupakan masalah utama di Asia dan berbagai belahan dunia lain. Thailand
merupakan salah satu area endemis dengan beberapa kejadian luar biasa. Di Malaysia, dengue
merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian. Hasil dari angka kematian kasus jauh
berkurang dari 10% pada 1958 menjadi 0,12%. Angka kematian terutama disebabkan oleh DHF 38% dan
DSS 62% dan tidak ada kematian pada kasus DF. Pada observasi dan analisis yang dilakukan, ditemukan
bahwa APTT berguna sebagai predictor resiko dalam memprediksi DSS.

BAHAN DAN METODE

Semua demam berdarah dengue dan suspek kasus demam berdarah dengue dari Tawau, Kunak, dan
Sampoorna dirujuk ke bangsal anak di Rumah Sakit Tawau.

Bahan : Data kasus DBD dan suspek DBD yang masuk ke RS Tawau dari tahun 2005 – 2010. Data berupa
manifestasi klinis, laboratorium, dan informasi klinis. Terdapat 732 pasien suspek DBD, diantara itu ada
203 pasien hasil tes serologi positif sesuai pedoman WHO.

Berdasarkan WHO, tes serologi positif dan menunjukkn gejala klasik diambil untuk di diagnosis.

IgG dab IgM terkonfirmasi diklasifikasikan sebagai DF, DHF, dan DSS.

HASIL

Dari total 732 yang masuk sebagai suspek dengue, 203 pasien dengan hasil positif diambil untuk
dianalisis.

Jumlah Trombosit : Jumlah hitung trombosit pada 732 pasien adalah kurang dari 100.000/ul dan demam
tanpa adanya gejala yang focus dan gejala klasik dari demam yang lainnya.

Dari 203 pasien dengan hasil positif DBD, trombositopenia ditemukan pada DF sebanyak 56,4%, dan
55,5% pada DSS.

Leukopenia ditemukan pada DF sebanyak 34,9% dan 22,2% pada DSS/DHF.

Neutropenia ditemukan pada DF sebanyak 26,1% dan 33,3% pada DSS

APTT memanjang (> 40 detik) ditemukan pada DF sebanyak 51,85% dan 68,4%pada DSS.

Pada DSS, APTT memanjang sebanyak 68,4%, trombositopenia sebanyak 55,5%, neutropenia sebanyak
33,3%, dan leukopenia sebanyak 22,2%
DF DSS
Total pasien (203 pasien) 162 (79,80%) 41 (20,1%)
APTT 84 (51,85%) 26 (68,4%)
Trombositopenia 90 (56,4%) 21 (55,5%)
Leukopenia 56 (34,9%) 9 (22,2%)
Neutropenia 42 (26,1%) 12 (33,35%)

DISKUSI

Dengue di manajemen secara klinis, dari gejala klinis dengan index kecurigaan dengue, sejak seringnya
hasil tes serologi positif setelah 5 atau 7 hari bersamaan dengan pasien sembuh.

Pathogenesis trombositopenia sangat susah dipahami, Trombosit rendah yaitu 400.000 uL berkaitan
dengan DSS. Walaupun trombisit rendah tidak berkorelasi sebagai predictor DHF/DSS, dan hanya
digunakan untuk panduan terapi pasien dengan perdarahan dan tidak semua pasien dengan trombosit
rendah mengalami perdarahan. Dari total 732 kasus dengan trombosit dibawah 100.000 uL hanya 203
yang positif DF. Trombositopenia diobservasi 56,4% pada DF dan 55,5% pada DSS. Informasi diatas
menunjukkan bahwa trombositopenia bukan merupakan predictor resiko yang bagus untuk DSS dan
DHF.

APTT dan Protrombin Time adalah indicator intrinsic dan ekstrinsik jalur koagulasi. Hal ini dikarenakan
salah satu penurunan regulasi dari sintesis factor spesifik. Pada DF, hanya APTT yang memanjang,
menyebabkan terjadinya defek pada jalur koagulasi intrinsic. Ketidakseimbangan antara koagulasi dan
fibrinolysis dapat disebabkan karena perdarahan pada DHF/DSS. Infeksi virus Dengue menyebabkan
produksi endothel dari TPA seperti IL – 6. IL – 6 dapat menurunkan regulasi sintesis dari koagulasi factor
XII, factor pertama yang menginisiasi jalur intrinsic koagulasi. APTT memanjang pada pasien DHF
disebabkan oleh defisiensi jalur intrinsic yang mungkin disebabkan oleh kegagalan sintesis dari factor
koagulasi XII.

Menurut Chua MN, dkk, APTT > 30 detik untuk memprediksi perdarahan pada DHF. Huan – Yao, dkk juga
menyebutkan ada pencapaian yang signifikan pada DHF/DSS. Hp tee, dkk menyebutkan trombosit
rendah dan APTT memanjang secara signifikan berkaitan dengan kecenderungan perdarahan.
Ampaiwan, dkk, mrenyebutkan APTT, PT, dan TT yang memanjang merupakan predictor untuk DSS. Pada
pasien disini, PT tidak di observasi secara signifikan oleh Hp tee, dkk. Menurut Chua, dkk dan Yao – Lei,
dkk, TT tidak dilakukan dengan tujuan terapi klinis maka dapat dilakukan juga pada rumah sakit kecil.
Elevasi APTT dikatakan sebagai factor yang berkaitan dengan keparahan penyakit. Wei – liu, Yng – Huey
Huang, dan Jien – Wei Liu mengobservasi kenaikan APTT sebanyak 97,5% pada kasus DHF. Pasien
dengan APTT lebih dari 50 detik yang mengarah ke DSS membutuhkan banyak cairan.

KESIMPULAN
APTT dapat dipertimbangkan menjadi factor resiko pada DHF dan DSS.

Anda mungkin juga menyukai