Anda di halaman 1dari 5

Journal of Pharmacy and Science

Vol. 2, No.2, (Juli 2017), P-ISSN : 2527-6328

Artikel Penelitian
Gambaran Hasil Pemeriksaan Jumlah Trombosit dan Nilai Hematokrit
pada Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) Di RSU Anwar Medika
Periode Februari-Desember 2016
Acivrida Mega Charisma1*)
1
STIKES RS Anwar Medika
*)
Email: acie.vrida@gmail.com

ABSTRAK
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Pemeriksaan darah lengkap yag biasanya dilakukan untuk menapis pasien tersangka DBD adalah pemeriksaan
jumlah trombosit dan nilai hematokrit karena kedua pemeriksaan ini dapat menjadi indikator diagnosis DBD.
Jumlah trombosit akan menurun (trombositoenia) akibat supresi sum-sum tulang dan munculnya komplks imun
pada permukaan trombosit yang menyebabkan terjadinya agregasi trombosit, sedangkan nilai hematokrit ini
meningkat (hemokonsentrasi) karena penurunan volume plasma darah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran hasil pemeriksaan jumlah trombosit dan nilai hematokrit pada pasien penderita
DBD.Telah dilakukan penelitian retrospektif terhadap 183 pasien DBD di RSU Anwar Medika Sidoarjo periode
Februari 2016 – Desember 2016. Data yang diambil dari instalasi rekam medis adalah hasil pemeriksaan
laboratorium yaitu jumlah trombosit dan nilai hematokrit dan data mengenai jenis kelamin serta usia pasien
DBD. Hasil dari penelitian ini didapatkan 97,8% pasien DBD megalami peurunan jumlah trombosit
(trombositopenia< 100.000/mm3) dengan rata-rata jumlah trombosit pasien adalah 57.000 sel / mm3 ,
sedangkan pada pemeriksaan nilai hematokrit didapatkan 39,9% pasien DBD mengalami peningkatan nilai
hematokrit (hemokonsentrasi),23,5% mengalami penurunan nilai hematokrit (hemodilusi) dan 36,3% nilai
hematokrit dalam batas normal, dengan rata-rata nilai hematokrit pasien pada penelitian ini adalah 37,8 % +-
6,782. Distribusi frekuensi pasien DBD berdasarkan jenis kelamin menunjukan frekuensi pasien DBD laki-laki
lebih besar dari pada wanita yaitu 59,6% laki-laki dan 40,4% wanita, sedang berdasarkan rentang usia frekuensi
tertinggi adalah pada rentang usia 6-11 tahun yaitu sebesar 45,3%. Penelitian ini , mendapat kesimpulan bahwa
gambaran hasil pemeriksaan jumlah trombosit dan nilai hematokrit yaitu terjadi penurunan jumlah trombosit
(trombositopenia) dan terjadi peningkatan nilai hematokrit ( hemokonsentrasi ). Berdasarkan jenis kelamin
menunjukkan laki – laki lebih rentan terhadap infeksi DBD dibandingkan perempuan dan berdasarkan usia
menunjukkan bahwa usia terentan terhadap infeksi DBD adalah pada usia anak -anak .
Kata kunci: Demam Berdarah Dengue,Jumlah Trombosit, Nilai Hematokrit

ABSTRACT
DHF is one of the public health problem in Indonesia. Complete blood count which is usually done to screen
patiens suspect DHF is platelet count and hematokrit value , because these two tests can be an indicator of
DHF diagnosis. The platelet count will decrease as a result of bone marrow suppression and the appearance of
immune complexes on the platelet surface causing platelet aggregation , while the value of hematocrit will
increase due the decreased blood plasma volume. This study aims todetermine the description of the result of
examination of platelet counts and hematocrit value in DHF patients. A retrospective study was conducted
on183 DHF patients in hospital Anwar Medika Sidoarjo period of February 2016 – December 2016 , data taken
from installation of medical record is resultof laboratory examination that is platelet count and hematocrit value
and data about gender as well age of DHF patients. The result of this study showed 97,8% of DHF patients had
decreased platelet count ( trombositopenia< 100.000 cell/mm3 ),with an average platelet count of patients is
57.000 cell/mm3. Whereas on hematocrit value examination 39,9% DHF patients had elevated hematocrit
values, 23,5% decreased hmatocrit values and 36,6% hematocrit values whitin normal range, with means values
hematocrit is 37,8%+-6,782. The frequency distribution of DHF patients by sex shows that thefrequency of male
DHF patients is more greater thanthat of female patients ( 59,6% male and 40,4% female ), while based on the
age, the highest frequency distribution of DHF patients is children in age range 6 – 11 years old. This study
concludes that the picture of platelet count and hematocrit value is the decrease of platelet count and an
increase in hematocrit value , Bassed on sex shows that men are more susceptible to DHF infection than women
and by age shows the age most susceptible to DHF infection is at the age of the children.
Key Words: Dengue Hemorrhagic Fever, Platelet Count, Hematocrit Value

15
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 2, No.2, (Juli 2017), P-ISSN : 2527-6328

1. PENDAHULUAN volume plasma darah, misalnya pada kasus DBD.


Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah Sebaliknya nilai hematokrit akan menurun
satu masalah kesehatan masyarakat utama di (hemodilusi) karena penurunan seluler darah atau
Indonesia yang sering menyebabkan KLB ( Kejadian peningkatan kadar plasma darah, seperti pada
Luar Biasa). Perjalanan penyakit ini sangat cepat dan anemia[7]. Trombosit merupakan sel darah yang
dapat menyebabkan kematian karena penanganan berfungsi dalam hemostasis. Sel ini tidak memiliki
yang terlambat[1]. Berdasarkan Data WHO ( World nukleus dan dihasilkan oleh megakariosit dalam
Health Organization ) (2012) melaporkan bahwa sumsum tulang[8]. Pada pasien DBD terjadi
Penyakit DBD di kawasan Asia Pasifik termasuk trombositopenia akibat munculnya antibodi
Indonesia, meningkat sebesar 75% dibandingkan terhadaptrombosit karena kompleks antigen-antibodi
kawasan lain[2]. Asia menempati urutan pertama yang terbentuk[9]. Berdasarkan penelitian Pusparini
dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. pada tahun 2004, nilai hematokrit dan jumlah
Sementara itu, sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, trombosit saat masuk rumah sakit dapat dijadikan
WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara acuan dalam menentukan penderita sebagai dengue
dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Di primer atau sekunder [10].
Indonesia, terdapat 11 (33%) provinsi termasuk Parameter laboratorium dalam menegakkan
dalam daerah risiko tinggi DBD (AI>55 kasus per diagnosis DBD adalah trombositopenia dan
100.000 penduduk)[3]. hemokonsentrasi[10].
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
3. METODE PENELITIAN
Kabupaten Sidoarjo tahun 2015, angka kesakitan
DBD di Kabupaten Sidoarjo berfluktuasi. Pada tahun Penelitian ini adalah analitik retrospektif
2015 angka kesakitan DBD sebesar 28,3 per 100.000 populasi penelitian adalah seluruh rekam medik
penduduk, meningkat jika dibandingkan tahun 2014 pasien rawat inap dengan diagnosis Demam
yaitu sebesar 8,12 per 100.000 penduduk[4]. Berdarah Dengue (DBD) di Rumah Sakit Anwar
Medika Krian Sidoarjo. Subjek berjumlah 183 orang
Pengenalan gejala dan tanda-tanda awal pada
yang diambil dengan metode total sampling. Kriteria
pasien DBD merupakan bagian penting yang
inklusi adalah catatan rekam medik pasien DBD
menentukan keberhasilan terapi pasien. Penegakan
dewasa yang dilengkapi dengan identitas, diagnosa
diagnosa dari DBD selain dengan anamnesis dan
penyakit, hasil pemeriksaan laboratorium (nilai
pemeriksaan fisik juga memerlukan pemeriksaan
hematokrit dan jumlah trombosit). Kriteria eksklusi
penunjang. Salah satu pemeriksaan penunjang itu
adalah pasien DBD dengan data rekam medik tidak
adalah pemeriksaan jumlah trombosit dan nilai
lengkap, pasien DBD yang mendapat transfusi
hematokrit[5].
trombosit, pasien DBD dengan riwayat
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
mengkonsumsi obat yang dapat mendepresi sumsum
distribusi pasien DBD berdasarkan kelompok usia
tulang, pasien DBD yang memiliki riwayat penyakit
dan jenis kelamin serta mengetahui gambaran
kelainan darah, seperti AIHA dan ITP dan pasien
jumlah trombosit dan nilai hemotokrit pada
DBD dengan penyakit koinsiden yang lain seperti
penderita demam berdarah dengue.
demam thypoid. Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah jumlah trombosit dan nilai hematokrit dan
2. TINJAUAN PUSTAKA
variabel respon/tergantung dari penelitian ini adalah
Patofisiologi utama pada DBD yaitu
usia dan jenis kelamin. Pengolahan data adalah
peningkatan permeabilitas vaskular dan hemostasis
pemeriksaan kelengkapan dan kejelasan data,
yang abnormal.Permeabilitas vaskular yang
pemberian kode pada setiap data variabel,
meningkat mengakibatkan kebocoran plasma, memasukkan data dalam program SPSS (Statistical
hipovolemi dan syok. Trombositopenia dapat Program for Social Science), serta pemeriksaan
menimbulkan gangguan hemostasis, menifestasi
kembali untuk memastikan bahwa data tersebut telah
perdarahan seperti petekie, ekimosis, perdarahan
bersih dari kesalahan. Analisis data terdiri dari
gusi, epistaksis, hematemesis dan melena[6].
analisis univariat dan bivariat. Pada analisis bivariat
Nilai hematokrit adalah konsentrasi (dinyata-kan dicari hubungan antara dua variabel dengan
dalam persen) eritrosit dalam 100 mL darah lengkap. menggunakan rumus Spearma
Nilai hematokrit akan meningkat (hemo-konsentrasi)
karena peningkatan kadar sel darah atau penurunan

16
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 2, No.2, (Juli 2017), P-ISSN : 2527-6328

4. HASIL 5. PEMBAHASAN
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian Hasil penelitian mendapatkan penderita dengan
n usia terendah 5 bulan dan usia tertinggi 20 tahun
Karakteristik mean±SD
(%) dengan rata-rata usia penderita adalah 9,5 tahun. Usia
Jenis Kelamin
terbanyak penderita DBD adalah usia 8 tahun. Selain
Laki – laki 109(59,6) -
Perempuan 74 (40,4) itu, juga didapatkan frekuensi umur pasien DBD
Rentang Usia (tahun) terbanyak adalah kelompok umur 6 – 11 tahun
0-5 42 (23,0) dengan persentase 45,3% dan frekuensi terendah
6 - 11 83 (45,3) 9,5±5,083 adalah pada kelompok umur 18 - 20 tahun dengan
12 - 17 43 (23,5) persentase 8,2%.
18 – 20 15 (8,2)
Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan
Ket : n = frekuensi
dari Carribean Epidemiology Centrepada tahun
Tabel 1 memperlihatkan sebagian besar subjek 2000, yang menyatakan bahwa epidemiologi
adalah laki-laki. Lebih dari separuh responden penderita DBD terbanyak adalah pada anak-anak dan
termasuk kelompok Usia anak-anak dewasa muda[12].
Tabel 2. Distribusi Jumlah Trombosit Pasien DBD Usia merupakan salah satu faktor yang
Jumlah Trombosit n mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi virus
dengue. Pada tahun 1981 dilakuka penelitian di Kuba
(sel/mm3 ) (%)
yang menunjukkan bahwa usia mempunyai peranan
<150.000 181(99)
yang penting untuk timbulnya gejala klinis berupa
150.000-450.000 2(1)
>450.000 0 kebocoran plasma[13].
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin,
Total 183 (100%) didapatkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih
Ket: n=frekuensi
banyak daripada perempuan dengan persentase
Tabel 2 menggambarkan bahwa sebagian besar 59,6% laki-laki dan 40,4% perempuan. Hal tersebut
sampel memiliki nilai hematokrit di atas normal. serupa dengan peneelitian lainnya yang
Tabel 3. Distribusi Nilai Hematokrit Penderita DBD memperlihatkan bahwa penderita laki-laki lebih
banyak dibandingkan perempuan seperti yang
Nilai Hematokrit n dilaporkan oleh Juranah dkk pada tahun 2011 yang
(%) (%) menunjukkan bahwa penderita laki-laki leebih
Laki-laki Dewasa banyak dari pada perempuan dengan persentase 60%
<40 2 (1,1) laki-laki dan 40% perempuan[14].
40-48 12 (6,6)
Jumlah Trombosit Penderita DBD
>48 4 (2,2)
Berdasarkan hasil penelitian, 99% jumlah
Perempuan dewasa
trombosit di bawah normal (trombositopenia).
<37 7 (3,8)
Jumlah trombosit <100.000 sel/mm3 adalah sebesar
37-43 3 (1,6)
98,7%. Jumlah trombosit terendah saat masuk rumah
>43 2 (1,1)
sakit adalah 17.000 sel/mm3 dan tertinggi sebesar
Anak-anak 195.000 sel/mm3. Rata-rata jumlah trombosit saat
<= 15 tahun
pada penelitian ini adalah 57.000 sel/mm3.
-< 33 34 (18,6)
Jurnah dkk pada tahun 2011 juga mengatakan
33 - 38 52 (28,4)
dalam penelitiannya bahwa sebanyak 71,40%
>38 67 (36,6)
penderita DBD memiliki jumlah trombosit <100.000
183
sel/ mm3[15].
Total (100%)
Berdasarkan penelitian Kelton dkk pada tahun
Ket: n = frekuensi
2011 bahwa jenis kelamin berhubungan dengan
Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa hampir semua perbedaan sensitifitas dalam hal agregasi trombosit
sampel memiliki jumlah trombosit di bawah normal. antara laki-laki dan perempuan. Selanjutnya
disimpulkan bahwa trombosit laki-laki lebih sensitif
dalam agregasi daripada trombosit perempuan[16].

17
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 2, No.2, (Juli 2017), P-ISSN : 2527-6328

Pada penelitian ini, rata-rata jumlah trombosit simpang baku 8,91.Pada laki-laki dewasa (>15
untuk laki-laki adalah 62.000 sel/mm3, sedangkan tahun), nilai hematokrit minimal 37,6% maksimal
untuk perempuan sebesar 58.230 sel/mm3. Namun 68% rerata (mean) 46,02% dan simpang baku 7,072
hasil analisis dengan uji Spearman didapatkan nilai
p=0,947 yang berarti menunjukkan tidak terdapat 6. KESIMPULAN DAN SARAN
korelasi yang bermakna antara jumlah trombosit laki- Kesimpulan
laki dan perempuan. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa :
Nilai Hematokrit Penderita DBD 1. Gambaran dari jumlah trombosit dan nilai
Dari hasil penelitian, 39,9% penderita DBD hematrokit pada pasien DBD adalah penurunan
yang mengalami hemokonsentrasi dan 23,5% jumlah trombosit (trombositopenia) dan kenaikan
penderita mengalami hemodilusi., sedangkan, yang nilai hematrokit (hemokonsentrasi)
mempunyai nilai hematokrit normal sebanyak 36,6%. 2. Berdasarkan distribusi frekuensi pasien DBD
Nilai hematokrit terendah adalah 13,8% dan menurut jenis kelamin menunjukkan laki-laki
tertinggi sebesar 68% Rata-rata nilai hematokrit lebih rentan terhadap infeksi DBD dibandingkan
pada penelitian ini adalah 37,7%. perempuan, sedangkan menurut golongan usia
menujukkan usia anak-anak ( 6 – 11tahun ) paling
Menurut WHO, parameter laboratorium dalam
rentan terhadap infeksi DBD.
menegakkan diagnosis DBD adalah peningkatan nilai
hematokrit serta trombositopenia. Sementara itu, Saran
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat
penderita mengalami hemokonsentrasi. Penelitian disampaikan beberapa saran sebagai berikut
oleh Taufik dkk. pada tahun 2007 menyatakan bahwa penelitian lebih lanjut tentang penurunan angka
hanya 16% penderita DBD yang mengalami kematian pasien DBD dengan penambahan variabel
peningkatan nilai hematokrit[17]. penelitian.
Pada penelitian ini banyak pasien DBD yang
memiliki nilai hematokrit normal bahkan rendah dan DAFTAR PUSTAKA
didiagnosis DBD. Parameter kebocoran plasma 1. Amrine Rasyada, Ellysa Nasrul, Zulkarnaen Edward.
sebagai diagnosis DBD menurut WHO tidak hanya (2014). Hubungan nilai hematokrit terhadap
peningkatan nilai hematokrit saja, namun juga jumlah trombosit pada penderita demam
penurunan nilai hematokrit >20% setelah mendapat berdarah.
2. A.Arsunan Arsin. (2013). Epidemiologi Demam
terapi cairan juga menjadi indikator diagnosis.
Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia.
Kelemahan penelitian ini adalah tidak lengkapnya
3. Carribean Epidemiology Centre. (2000). Clinical and
data rekam medis tentang terapi atau pengobatan laboratory guidelines for dengue fever and
yang dilakukan pasien sebelum masuk rumah sakit. dengue haemorrhagic fever/dengue shock
Gomber pada tahun 2001 melakukan penelitian syndrome for health care providers. Journal of
di India tentang parameter diagnosis DBD, dalam Pan American Health Organization. 1-10.
hasil penelitiannya mengatakan bahwa nilai 4. Centers for Disease Control and Prevention. (2012).
hematokrit dapat meningkatkan spesifisitas sebesar How to reduce your risk of dengue infection?.
[serial online] (diunduh 23 April 2013). Tersedia
36.3% dalam diagnosis DBD namun menurunkan
dari:URL: HYPERLINK www.cdc.gov/dengue/.
sensitifitas[18].
5. Chernecky CC & Berger BJ. (2008). Laboratory test
A.Arsunan Arsin dalam bukunya epidemiologi and Diagnostic procedures. 5th edition. Saunders-
DBD di Indonesia mengatakan untuk dapat Elseviar.
menunjukkan adanya peningkatan nilai hematokrit 6. Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo. (2014). Profil
pada pasien DBD penting melakukan pemisahan Kesehatan Kabupaten Sidoarjo
pasien sesuai umur dan jenis kelamin. Berdasarkan 7. Gomber S, Ramachandran VG, Kumar S, Agarwal KN,
Gupta P, Dewan DK. (2001). Hematological
jenis kelamin dan umur terdapat perbedaan nilai
observations as diagnostic markers in dengue
normal hematokrit.
hemorrhagic fever-a reappraisal. Indian
Pada penelitian ini nilai hematokrit pada anak Pediatrics Journal. 38: 477-81.
usia <= 15 tahun, minimal 23,3% maksimal 51,8% 8. J Am Coll Cardiol. (2002). Relationship between
rerata (mean) 37,7 dan simpang baku 5,998.Pada platelet count and hematocrit. JACC Journals.
wanita dewasa (>15 tahun), nilai hematokrit minimal 39(6):1072-17.
13,8% maksimal 43,4% rerata (mean)35,05% dan

18
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 2, No.2, (Juli 2017), P-ISSN : 2527-6328

9. Jurnah M, Arif D, Bahar M, Burhanuddin. (2011).


Uji hematologi pasien terduga demam
berdarah dengue indikasi rawat inap.
Indonesian Journal of Clinical Pathology and
Medical Laboratory. 17(3): 139–42.
10. Kelton JG, Powers P, Julian J, Boland V, Carter CJ,
Gent M. (2011). Sex related differences in
platelet aggregation: influence of the
hematocrit. Blood Journal of American Society
Hematology. 56(1): 38-41.
11. Kementerian Kesehatan RI. (2010). DBD di
Indonesia tahun 1968-2009. Buletin Jendela
Epidemiologi Demam Berdarah Dengue. 2:1-14.
12. Pusparini. (2004). Kadar hematokrit dan trombosit
sebagai indikato dan sekunder. Jurnal
Kedokteran Trisakti. 23(2): 51-6.
13. Shepherd SM. (2007). Dengue fever [serial online]
(diunduh 27 April 2013). Tersedia dari:URL:
HYPERLINK
http://.www.emedicine.medscape.com.
14. Sloane E. (2004). Anatomi dan Fisiologi. Jakarta:
ECG.
15. Suhendro N, Chen L, Khie. (2009). Demam berdarah
dengue. Dalam: Aru S, editor (penyunting).
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.
Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing.
16. Soedarmono SP. (2005). Masalah demam berdarah
dengue di Indonesia. Dalam: Hadinegoro, Satari
HI, editor (penyunting). Demam Berdarah
Dengue. Edisi ke-1. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
17. Sutaryo. (2004). Perkembangan patogenesis demam
berdarah dengue. Dalam: Hadinegoro, Satari HI,
editor (penyunting). Demam Berdarah Dengue.
Edisi ke-1. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
18. Sutedjo AY. (2007). Mengenal penyakit melalui
hasil pemeriksaan laboratorium. Yogyakarta:
Amara Books.
19. Taufik A, Didit Y, Farid W. (2007). Peranan kadar
hematokrit, jumlah trombosit dan serologi
IgG– IgM antiDHF dalam memprediksi
terjadinya syok pada pasien demam berdarah
dengue (DBD). Jurnal Penyakit Dalam.
8(2):105-11.
20. Widoyono. (2011). Penyakit tropis: epidemiologi,
penularan, pencegahan & pemberantasannya.
Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga.
21. World Health Organisation. (2009). Dengue
hemorrhagic fever. [serial online] (diunduh 23
April 2013). Tersedia dari: URL: HYPERLINK
http:// www.who.int.

19

Anda mungkin juga menyukai