Anda di halaman 1dari 8

HEMATOLOGI

REVIEW JURNAL TROMBOSIT

OLEH :

NI PUTU DELLA PARAMITHA

P07134120104

IIIC

PRODI D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

TAHUN 2021/2022
HUBUNGAN NILAI HEMATOKRIT TERHADAP JUMLAH TROMBOSIT PADA
PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE

ABSTRAK

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
utama di Indonesia. Infeksi dengue masih menjadi masalah di negara tropis dan sub tropis.
Gejala infeksi dengue dan perubahan parameter hematologi seperti jumlah trombosit dan
hematokrit pada umumnya menjadi lebih berat pada infeksi dengue sekunder. Pemeriksaan
nilai hematokrit dan jumlah trombosit menjadi indikator diagnosis DBD. Nilai hematokrit
akan meningkat (hemokonsentrasi) karena penurunan volume plasma darah, sedangkan
jumlah trombosit akan menurun (trombositopenia) akibat supresi sum-sum tulang dan
munculnya antibodi terhadap trombosit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
nilai hematokrit terhadap jumlah trombosit pada penderita demam berdarah dengue. Pada
pemeriksaan pertama fase akut infeksi dengue diagnosis dikonfirmasi dengan uji serologis
antibodi IgM sebagai marker infeksi primer dan uji serologis antibodi IgG sebagai marker
infeksi sekunder. Untuk mengetahui hubungan antara pemeriksaan serologis dengan hasil
pemeriksaan trombosit dan hematokrit maka dilakukan penelitian terhadap 73 pasien infeksi
dengue di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung. Hasil yang didapat rata-rata
jumlah trombosit paling tinggi terdapat pada infeksi dengue primer yaitu 96,578. Signifikansi
yang didapatkan dari uji Mann-Whitney adalah 0,000 (nilai p0,05). Pada pemeriksaan kedua
Telah dilakukan penelitian retrospektif terhadap 112 pasien DBD di RSUP DR. M. Djamil
Padang periode Juli 2012- Juni 2013. Data yang diambil dari Instalasi Rekam Medis adalah
nilai hematokrit dan jumlah trombosit yang diperiksa dengan menggunakan alat otomatis
Pentra-60. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil dari penelitian ini
didapatkan rata-rata jumlah trombosit saat masuk rumah sakit adalah 49.627±38.141
sel/mm3, sedangkan rata-rata nilai hematokrit saat masuk rumah sakit adalah 45,1±6,1%.
Analisis data untuk mencari hubungan nilai hematokrit terhadap jumlah trombosit saat masuk
rumah sakit, didapatkan nilai koefisien korelasi Spearman (r) sebesar -0,115 dan nilai
signifikasi p>0,05. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah terdapat peningkatan nilai
hematokrit dan penurunan jumlah trombosit.
METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Urip Sumoharjo Bandar Lampung
(RSUS). Pengumpulan data penelitian dilakukan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Oktober
2018 hingga bulan Desember 2018. Data yang diperlukan pada penelitian ini merupakan data
sekunder yang diperoleh dari rekam medik pasien infeksi dengue yang dilakukan
pemeriksaan serologi sebagai diagnosis awal infeksi dengue sepanjang tahun 2017. Dari 135
kasus infeksi dengue pada tahun 2017 terdapat 73 pasien infeksi dengue yang memenuhi
kriteria untuk menjadi sampel penelitian. Adapun karakteristik sampel penelitian yang
diperhatikan meliputi usia, jenis kelamin, gejala klinis, tingkat keparahan infeksi dengue,
hasil pemeriksaan lab meliputi trombosit dan hematokrit dan hasil pemeriksaan antigen
antidengue IgM dan IgG.

Jenis Penelitian ini adalah analitik retrospektif, populasi penelitian adalah seluruh
rekam medik pasien rawat inap saat pertama kali masuk, dengan diagnosis Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang
bulan Juli 2012-Juni 2013. Subjek berjumlah 112 orang yang diambil dengan metode total
sampling. Kriteria inklusi adalah catatan rekam medik pasien DBD dewasa yang dilengkapi
dengan identitas, keadaan umum pasien, hasil pemeriksaan laboratorium (nilai hematokrit
dan jumlah trombosit). Kriteria eksklusi adalah pasien DBD yang memiliki riwayat penyakit
kelainan darah, seperti AIHA dan ITP. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah infeksi
virus dengue, sedangkan variabel terikat adalah nilai hematokrit dan jumlah trombosit.
Pengolahan data adalah pemeriksaan kelengkapan dan kejelasan data, pemberian kode pada
setiap data variabel, memasukkan data dalam program SPSS (Statistical Program for Social
Science), serta pemeriksaan kembali untuk memastikan bahwa data tersebut telah bersih dari
kesalahan. Analisis data terdiri dari analisis univariat dan bivariat. Pada analisis bivariat
dicari hubungan antara dua variabel dengan menggunakan rumus Spearman.

HASIL PENELITIAN

1. Hubungan Jenis Infeksi dengan Pemeriksaan Trombosit dan Hematokrit pada Pasien
Infeksi Dengue di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung

Berdasarkan tabel 1 pada 73 sampel hasil penelitian dapat dilihat kejadian infeksi dengue
tertinggi terdapat pada golongan usia 20-39 tahun dengan jumlah 35 kasus (48%). Sementara
itu kejadian infeksi dengue paling rendah didapatkan pada golongan usia >60 tahun dengan
jumlah 3 kasus (4%).

Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa 53.8% insidensi infeksi dengue merupakan kasus yang
ringan (grade I). Sementara itu, tidak ditemukan infeksi dengue pada derajat yang paling
parah (grade IV). Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3 dapat dilihat bahwa sebagian
besar sampel termasuk kedalam trombositopenia berat.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4 didapatkan sebesar 21.6% penderita infeksi dengue
laki-laki mengalami hemokonsentrasi (peningkatan kadar hematokrit) dan 33.3% penderita
infeksi dengue perempuan mengalami hemokonsentrasi. Hasil penelitian pada tabel 5
menunjukan gambaran rata-rata jumlah trombosit pada infeksi dengue primer dan sekunder.
Dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah trombosit paling tinggi terdapat pada infeksi dengue
primer yaitu 96.578. Signifikansi yang didapatkan dari uji Mann-Whitney adalah 0.000 (nilai
p<0.05).

2. Hubungan Nilai Hematokrit Terhadap Jumlah Trombosit pada Penderita Demam


Berdarah Dengue

Tabel 2 menggambarkan bahwa sebagian besar sampel memiliki nilai hematokrit di atas
normal. Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa semua sampel memiliki jumlah trombosit di
bawah normal. Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil uji statistik didapatkan korelasi negatif
dan p>0,05 yang berarti tidak bermakna.
PEMBAHASAN

1. Hubungan Jenis Infeksi dengan Pemeriksaan Trombosit dan Hematokrit pada Pasien
Infeksi Dengue di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung

Berdasarkan tabel 1 pada 73 sampel hasil penelitian dapat dilihat adanya insidensi infeksi
dengue pada setiap golongan usia. Pada penelitian ini infeksi dengue lebih banyak terjadi
pada usia dewasa kemudian usia anak . Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan
Carribean Epidemiology Centre pada tahun 2000 yang menyatakan bahwa epidemiologi
penderita demam berdarah dengue terbanyak adalah pada anak-anak dan dewasa. Kejadian
infeksi dengue tertinggi terdapat pada golongan usia 20-39 tahun dengan jumlah 35 kasus .
Sementara itu kejadian infeksi dengue paling rendah didapatkan pada golongan usia >60
tahun dengan jumlah 3 kasus . Pada pasien infeksi dengue dengan rentang usia 0-19 tahun
ditemukan sebanyak 22 kasus dengan kasus yang terjadi pada usia 10 tahun sebanyak 15
pasien yaitu pada usia 3 tahun, 5 tahun, 9 tahun dan 10 tahun. Pada usia 6 tahun, 9 tahun dan
10 tahun sebanyak 4 sampel terdiagnosis DHF grade II. Karakteristik sampel jika dilihat dari
seluruh pasien infeksi dengue pada tahun 2017 yang berjumlah 135 kasus didapatkan infeksi
tertinggi terjadi pada kelompok usia 20-39 tahun dengan jumlah 61 kasus kemudian
kelompok 0-19 tahun dengan jumlah 52 kasus sedangkan kelompok usia 40-59 tahun
ditemukan sebanyak 17 kasus dan infeksi dengue yang terjadi pada usia >60 tahun
didapatkan hanya 5 kasus.

2. Hubungan Nilai Hematokrit Terhadap Jumlah Trombosit pada Penderita Demam


Berdarah Dengue

Hasil penelitian mendapatkan penderita dengan usia terendah 10 tahun dan usia tertinggi
59 tahun dengan rata-rata usia penderita adalah 25,1 tahun. Usia terbanyak penderita
DBD adalah usia 19 tahun. Selain itu, juga didapatkan frekuensi umur pasien DBD
terbanyak adalah kelompok umur 20-40 tahun, dan frekuensi terendah adalah pada
kelompok umur >40 tahun.
Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan dari Carribean Epidemiology Centrepada
tahun 2000, yang menyatakan bahwa epidemiologi penderita DBD terbanyak adalah pada
anak-anak dan dewasa muda.
Usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi virus
dengue. Penelitian di Kuba pada tahun 1981 menunjukkan bahwa usia mempunyai
peranan yang penting untuk timbulnya gejala klinis berupa kebocoran plasma.
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, didapatkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih
banyak daripada perempuan dengan perbandingan 1,6 : 1.
Rumah Sakit Atmajaya Jakarta jumlah kasus laki-laki lebih banyak daripada perempuan
dengan perbandingan 1,2 : 1.Penelitian oleh Runtunuwu pada tahun 2007 memperlihatkan
perbandingan jenis kelamin penderita DBD yang tidak berbeda antara lakilaki dan wanita
dengan perbandingan 1,1 : 1.

Nilai Hematokrit Penderita DBD Saat Masuk


Dari hasil penelitian, 48,2% penderita DBD yang mengalami hemokonsentrasi dan 9%
penderita mengalami hemodilusi., sedangkan, yang mempunyai nilai hematokrit normal
sebanyak 42,8%. Nilai hematokrit terendah saat masuk RS adalah 30% dan tertinggi
sebesar 59%. Rata-rata nilai hematokrit saat masuk RS pada penelitian ini adalah 45,1%.
Menurut WHO, parameter laboratorium dalam menegakkan diagnosis DBD adalah
peningkatan nilai hematokrit serta trombositopenia.
Sementara itu, penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua penderita mengalami
hemokonsentrasi.
Penelitian oleh Taufik dkk. pada tahun 2007 menyatakan bahwa hanya 16% penderita
DBD yang mengalami peningkatan nilai hematokrit.15
Pada penelitian ini banyak pasien DBD yang memiliki nilai hematokrit normal bahkan
rendah dan didiagnosis DBD. Parameter kebocoran plasma sebagai diagnosis DBD
menurut WHO tidak hanya peningkatan nilai hematokrit saja, namun juga penurunan nilai
hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan juga menjadi indikator diagnosis.
Kelemahan penelitian ini adalah tidak lengkapnya data rekam medis tentang pengobatan
sebelum masuk rumah sakit.
Sebuah penelitian di India oleh Gomber pada tahun 2001 tentang parameter diagnosis
DBD, mengatakan bahwa nilai hematokrit dapat meningkatkan spesifisitas sebesar 36.3%
dalam diagnosis DBD namun menurunkan sensitifitas.16
Berdasarkan saran penelitian dari Pratiwi pada tahun 2011, pemisahan pasien laki-laki
dan perempuan berdasarkan kadar hematokrit rujukan normal yang berbeda sebaiknya
dilakukan.
Berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan nilai normal hematokrit. Pada penelitian
ini, nilai tertinggi untuk perempuan adalah 55%, sedangkan nilai terendah hematokrit
adalah 34%. Untuk laki-laki, nilai tertinggi adalah 59%, sedangkan nilai terendah
hematokrit adalah 31,7%. Rata-rata nilai hematokrit untuk laki-laki adalah 46,9%,
sedangkan untuk perempuan sebesar 42,1%. Hasil analisis dengan uji
Spearman didapatkan nilai p=0,477 yang berarti tidak terdapat korelasi yang bermakna
antara nilai hematokrit laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan hasil penelitian, secara keseluruhan jumlah trombosit di bawah normal
sebanyak 100%.

Jumlah Trombosit Penderita DBD Saat Masuk


0,05 yang menunjukkan
bahwa tidak terdapat korelasi bermakna diantara kedua variabel, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara nilai hematokrit dengan jumlah
trombosit saat masuk rumah sakit pada pasien DBD.

KESIMPULAN
Dari jurnal pertama hasil pemeriksaan serologi yang paling banyak ditemukan yaitu
berupa IgM (+) dan IgG (+) sebanyak 31 sampel (42.5%) dan hasil yang ditemukan
paling sedikit yaitu IgM (-) dan IgG (-) sebanyak 2 sampel (2.7%). Pada infeksi primer
ditemukan sebanyak 19 sampel dan pada infeksi sekunder ditemukan sebanyak 54
sampel. Jumlah trombosit paling banyak ditemukan yaitu
Terdapat hubungan antara hasil pemeriksaan trombosit dengan pemeriksaan serologi
infeksi dengue yang dikelompokan menjadi infeksi primer dan sekunder tetapi tidak
ditemukan hubungan yang bermakna antara hasil pemeriksaan hematokrit dengan
pemeriksaan serologi pasien infeksi dengue. Sedangkan dari jurnal kedua yaitu dari hasil
penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai hematokrit maka jumlah
trombosit akan semakin menurun.

DAFTAR PUSTAKA
Karimah Khitami Aziz,Ety Apriliana,Risti Graharti.2019.Hubungan Jenis Infeksi dengan
Pemeriksaan Trombosit dan Hematokrit pada Pasien Infeksi Dengue di Rumah Sakit
Urip Sumoharjo Bandar Lampung: Medula|Volume 8|Nomor 2

Amrina Rasyada,Ellyza Nasrul,Zulkarnain Edward.2014. 2. HubunganNilai


Hematokrit Terhadap Jumlah Trombosit pada Penderita Demam Berdarah Dengue:
Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3):343-347

Anda mungkin juga menyukai