Bab I
Bab I
BAB I
PENDAHULUAN
manusia dengan insiden yang terus meningkat. Sebanyak 150.000 infeksi dengue
flavivirus.1
dari 100 negara, terutama di daerah perkotaan yang berpenduduk padat dan
pemukiman di Brazil dan bagian lain Amerika Selatan, Karibia, Asia Tenggara,
dan India. Jumlah orang yang terinfeksi diperkirakan sekitar 50 sampai 100 juta
setiap tahun diperkirakan 2,5 miliar orang atau hampir 40 persen populasi dunia,
kawasan Asia Tenggara. Infeksi virus dengue telah menyebar di 33 provinsi dan
Kesehatan RI menunjukkan kenaikan signifikan angka kesakitan dari 0,05 per 100
000 pada tahun 1968 menjadi 39,8 per 100 000 penduduk tahun 2014, dengan
angka kematian (case fatality rate) 0,90%. Kejadian epidemik tertinggi dilaporkan
2
terjadi pada tahun 2010, yaitu 86 per 100 000 kasus. Lima provinsi dengan angka
kesakitan tertinggi adalah Bali, DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah,
dan DI Yogyakarta. Data Kemenkes tahun 2015 menunjukkan 3420 kasus di DIY,
dengan CFR 1%. Di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2014, angka
kematian pasien infeksi dengue 3,1%, menurun menjadi 2,6% pada tahun 2015.
Maluku utara merupakan salah satu provinsi dengan kasus DBD yang cukup
tinggi. Pada empat tahun terakhir kasus DBD telah merenggut 11 nyawa. Dinas
dan 1 diantaranya meninggal dunia. Tahun 2016 angka penyakit DBD meningkat
hampir tiga kali lipat atau 129 penderita dan 7 orang meninggal. Angka kasus ini
setahun kemudian menurun cukup tajam yakni 20 penderita dan dari angka itu di
2017 tidak ada yang meninggal dunia. Sedangkan di tahun 2018 Dinkes mencatat
Maluku pada tahun 2017 sebanyak 5,22. Penderita DBD di Maluku sampai
Di Ambon total kasus DBD sejak bulan Januari sampai dengan minggu
kecamatan, yakni Kecamatan Sirimau, Nusaniwe dan Teluk Ambon. Dan kasus
paling terbanyak berada pada Kecamatan Sirimau dengan 15 kasus. Di RSUD dr.
tahun 2018. Penderita DBD yang tercatat selama ini, tertinggi adalah pada
3
kelompok umur <15 tahun (95%) dan mengalami pergerseran dengan adanya
proporsi penderita DBD pada kelompok umur >45 tahun sangat rendah seperti
perdarahan, disfungsi berbagai organ sebelum pasien tiba di rumah sakit rujukan.
agent (virus dengue), host yang rentan serta lingkungan yang memungkinan
tumbuh dan berkembang biaknya nyamuk Aedes spp. Selain itu, juga dipengaruhi
klinis yang bervariasi mulai dari paling ringan (undifferentiated febrile illness)
sampai dengan dengue berat. Pada awal perjalanan penyakit seringkali sulit untuk
membedakan infeksi ringan dari infeksi berat. Pada dasarnya tidak ada
penanganan spesifik untuk infeksi virus dengue, tetapi deteksi dini dan
Organization (WHO) terdiri dari empat kategori yakni derajat I, II, III dan IV
infeksi demam berdarah dengue pada setiap pasien bervariasi. Pasien dengan
gambaran klinis yang ringan pada pemeriksaan awal dapat jatuh ke kondisi
perburukan yang berujung kematian. Oleh karena itu, suatu penanda klinis yang
praktis diperlukan untuk dapat memprediksi derajat keparahan pasien baik saat
Dari pemeriksaan CBC ini, hematokrit dan trombosit adalah indikator penting
permeabilitas vaskular. Namun, hingga saat ini hematokrit dan trombosit masih
keparahan DBD.1,13,14
hubungan antara nilai hematokrit dan trombosit dengan derajat keparahan DBD.
dengan derajat klinis DBD. Pada penelitian yang dilakukan oleh Putri ditemukan
hubungan yang bermakna antara trombosit dan hematokrit dengan derajat DBD.
hasil penelitian yang dilakukan oleh Ni Nyoman Ayu Widyanti didapati bahwa
tidak ada hubungan antara trombosit dan hematokrit dengan derajat keparahan
5
dengue. Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Ihsan diungkapkan
bahwa kadar trombosit dan hematokrit tidak dapat dijadikan sebagai prediktor
nilai hematokrit dan trombosit dengan derajat keparahan demam berdarah dengue.
Dan Trombosit Dengan Derajat Keparahan Pasien Infeksi Dengue Di RSUD dr.
M. Haulussy Ambon”.
6
klinis yang bervariasi mulai dari paling ringan (undifferentiated febrile illness)
sampai dengan dengue berat. Pemeriksaan penunjang CBC menjadi salah satu
permeabilitas vaskular. Namun, hingga saat ini hematokrit dan trombosit masih
belum dijadikan sebagai acuan dalam memprediksi derajat keparahan DBD. Oleh
Haulussy Ambon
infeksi dengue
Maluku.
8
lebih baik.
Sebagai sumber bahan dan data untuk penelitian lebih lanjut bagi
Pattimura.
4. Bagi Masyarakat
dengue.
5. Bagi Peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
Infeksi dengue merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk betina spesies aedes aegypti. Infeksi virus
mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), demam ringan yang tidak spesifik (mild
undifferentiated febrile illness), demam dengue (DD), DBD, dan dengue shock
19,20,21
syndrome (DSS).
2.1.2. Epidemiologi
kesehatan dunia. WHO mengestimasi bahwa 2,5 miliar manusia tinggal di daerah
virus dengue bersirkulasi. Penyebaran secara geografi dari kedua vektor nyamuk
dan virus dengue menyebabkan munculnya epidemi DD dan DBD dalam dua
negara tropis. Pada tahun 2007 di Asia Tenggara, dilaporkan peningkatan kasus
10
dengue sekitar 18% dan peningkatan kasus dengue yang meninggal sekitar 15%
Indonesia merupakan negara dengan jumlah populasi yang padat mencapai 245
juta penduduk. Hampir 60% penduduk tinggal di pulau Jawa, daerah kejadian luar
biasa infeksi dengue terjadi. Sejak tahun 1968-2008 kasus DBD terus meningkat.
Jumlah kasus DBD memuncak setiap 10 tahun sekali, yaitu pada tahun 1988,
1998 dan 2008. Pada tahun 2008 data dari Departemen Kesehatan menunjukkan
jumlah kasus DBD mencapai 133,402 kasus dengan angka kesakitan (incidence
dengan stabil dari 41% pada tahun 1968 menjadi kurang dari 2% sejak tahun
2000, menurun menjadi 1,21% pada tahun 2004, dan pada tahun 2008 angka
kematian sudah menurun menjadi 0,86%. Pada tahun 2008 angka kesakitan
tertinggi terjadi pada provinsi DKI Jakarta (303,5), Kalimantan Timur (174,6) dan
(3,66%), Kalimantan Barat (3,53%), dan Nusa Tenggara Timur (2,87%). Pada
tahun 2007 di provinsi DKI Jakarta, persentase kasus DBD terbanyak merupakan
kelompok umur 5-14 tahun (36%), diikuti kelompok umur lebih dari 5 tahun
(31%), kelompok 15-44 tahun (22%) dan lebih dari 45 tahun (11%). Data dari
tahun 2006 menunjukkan proporsi jenis kelamin lelaki lebih banyak dibanding
2.1.3. Etiologi
Indonesia sekarang telah dapat diisolasi 4 serotipe yang berbeda namun memiliki
hubungan genetik satu dengan yang lain, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-
4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang paling banyak sebagai
penyebab. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur
hidup terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap
serotipe yang lain. Disamping itu urutan infeksi serotipe merupakan suatu faktor
risiko karena lebih dari 20% urutan infeksi virus DEN-1 yang disusul DEN-2
protein yang dikelilingi diding icosahedral yang tertutup oleh selubung lemak.
Genome virus Dengue terdiri dari 11-kb + RNA yang berkode dan terdiri dari 3
stuktur Capsid (C) Membran (M) Envelope (E) protein dan 7 protein non
struktural (NS1, NS2A, NS2B, NS3, NS4, NS4B, dan NS5). Di dalam tubuh
utama adalah APC (Antigen Presenting Cells) dimana pada umumnya berupa
2.1.4. Patofisiologi
kebocoran plasma (plasma leakage) yang diduga karena proses imunologi. Hal ini
Virus Dengue yang masuk kedalam tubuh akan beredar dalam sirkulasi
darah dan akan ditangkap oleh makrofag. Antigen yang menempel pada makrofag
akan mengaktifasi sel T- Helper dan menarik makrofag lainnya untuk menangkap
lebih banyak virus. Sedangkan sel T-Helper akan mengaktifasi sel T-Sitotoksik
yang akan melisis makrofag. Proses ini akan diikuti dengan dilepaskannya
nyeri sendi, nyeri otot, dan gejala lainnya. Juga bisa terjadi agregasi trombosit
merupakan manifestasi klinik yang utama pada penderita infeksi virus dengue
sebagai respon fisiologis terhadap mediator yang muncul. Sel penjamu yang
muncul dan beredar dalam sirkulasi merangsang terjadinya panas. Faktor panas
yang dimunculkan adalah jenis-jenis sitokin yang memicu panas seperti TNF-α,
IL-1, IL-6, dan sebaliknya sitokon yang meredam panas adalah TGF-β, dan IL-
10.27,28
bebas atau berada dalam sel platelet, limfosit, monosit, tetapi tidak di dalam
13
eritrosit. Banyaknya partikel virus yang merupakan kompleks imun yang terkait
dengan sel ini menyebabkan viremia pada infeksi virus Dengue sukar dibersihkan.
Antibodi yang dihasilkan pada infeksi virus dengue merupakan non netralisasi
antibodi yang dipelajari dari hasil studi menggunakan stok kulit virus C6/C36,
viro sel nyamuk dan preparat virus yang asli. Respon innate immune terhadap
infeksi virus Dengue meliputi dua komponen yang berperan penting di periode
sebelum gejala infeksi yaitu antibodi IgM dan platelet. Antibodi alami IgM dibuat
oleh CD5 + B sel, bersifat tidak spesifik dan memiliki struktur molekul
dinding darah dibawah kulit atau di bercak merah kulit penderita dengue. Oleh
karenanya dalam penentuan virus dengue level IgM merupakan hal yang
spesifik.28
patofisiologi primer. Hal ini akan mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruang
darah. Pada kasus-kasus berat volume plasma menurun lebih dari 20% meliputi
hemostasis pada DBD dan DSS yaitu: perubahan vaskuler, trombositopenia dan
14
seluler, antara lain anti netralisasi, anti hemaglutinin, anti komplemen. Antibodi
yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, mulai muncul pada infeksi
primer, dan pada infeksi sekunder kadarnya telah meningkat. Pada hari kelima
demam dapat ditemukan antibodi dalam darah, meningkat pada minggu pertama
hingga minggu ketiga dan menghilang setelah 60-90 hari. pada infeksi primer
antibodi IgG meningkat pada hari ke-14 demam sedangkan pada infeksi sekunder
kadar IgG meningkat pada hari kedua. Karenanya diagnosis infeksi primer
ditegakkan dengan mendeteksi antibodi IgM setelah hari kelima sakit, sedangkan
monoclonal antibodi terhadap NS1, Pre M dan NS3 dari virus dengue sehingga
terjadi aktifitas netralisasi atau aktifasi komplemen sehingga sel yang terinfeksi
virus menjadi lisis. Proses ini melenyapkan banyak virus dan penderita sembuh
dengan memiliki kekebalan terhadap serotipe virus yang sama. Apabila penderita
terinfeksi kedua kalinya dengan virus dengue serotipe yang berbeda, maka virus
dengue tersebut akan berperan sebagai super antigen setelah difagosit oleh
makrofag atau monosit. Makrofag ini akan menampilkan APC. Antigen ini
Complex (MHC II). Antigen yang bermuatan peptida MHC II akan berikatan
dengan CD4+ (TH-1 dan TH-2) dengan perantaraan T Cell Receptor (TCR)
15
(CSF). 27,28
dan merangsang ekspresi intercelluler adhasion molecule 1 (ICAM 1). CSF akan
oleh CSF akan beradhesi dengan sel endothel dan mengeluarkan lisosim yang
mambuat dinding endothel lisis dan endothel terbuka. Neutrophil juga membawa
menhancurkan semua sel yang mengandung virus dan akhirnya disekresikan IFNγ
dan TNFα.28
2.1.5. Patogenesis
Virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes menyerang organ RES
seperti sel kupfer di sinusoid hepar, endotel pembuluh darah, nodus limfaticus,
sumsum tulang serta paru-paru. Dalam peredaran darah virus akan difagosit oleh
monosit. Setelah genom virus masuk ke dalam sel maka dengan bantuan organel-
strukturalnya. setelah berkembang biak di dalam sitoplasma sel maka virus akan
binding), mempunyai fungsi fisiologis antara lain untuk fusi membran dan
perakitan virion.27,28
antibodi terhadap virus DEN berperan dalam 2 hal yaitu Antbodi netralisasi
memiliki serotipe spesifik yang dapat mencegah infeksi infeksi virus dan Antibodi
Perubahan patofisiologis dalam DBD dan DSS dapat dijelaskan oleh 2 teori
jenis virus, maka akan terdapat kekebalan terhadap infeksi virus jenis tersebut
untuk jangka waktu yang lama. Pada infeksi primer virus dengue antibodi yang
17
terbentuk dapat menetralisir virus yang sama (homologous). Namun jika orang
tersebut mendapat infeksi sekunder dengan jenis virus yang lain, maka virus
pada sel akan menimbulkan peningkatan infeksi virus DEN. Kompleks antibodi
meliputi sel makrofag yang beredar dan antibodi tersebut akan bersifat opsonisasi
memproduksi IL-1, IL-6 dan TNF α dan juga “Platelet Activating Factor”
darah, merembesnya plasma ke jaringan tubuh karena endothel yang rusak, hal ini
dapat berakhir dengan syok. Proses ini juga menyertakan komplemen yang
terjadinya DBD dan DSS yaitu antibodies enhance infection, T-cells enhance
infection, serta limfosit T dan monosit. Teori ini menyatakan bahwa jika terdapat
antibodi spesifik terhadap jenis virus tertentu, maka antibodi tersebut dapat
mencegah penyakit, tetapi sebaliknya apabila antibodi yang terdapat dalam tubuh
tidak dapat menetralisir penyakit, maka justru dapat menimbulkan penyakit yang
berat.29
18
Pada infeksi fase akut terjadi penurunan populasi limfosit CD2+, CD4+,
dan CD8+. Demikian pula juga didapati penurunan respon prroliferatif dari sel-sel
T dan trombosit.27,28,29
infeksi dengue dapat terjadi secara simtomatik dan asimtomatik, untuk infeksi
dengan DD sebagai infeksi dengue ringan dan expanded dengue syndrome atau
plasma merupakan tanda khas dari DBD sedangkan kelainan organ lain
Secara klinis pada penderita DD dapat disertai pendarahan atau tidak sedangkan
a. Undifferentiated Fever
Infant, anak, dan dewasa yang telah terinfeksi virus dengue, terutama
infeksi primer, akan menimbulkan gejala demam yang tidak dapat dibedakan
b. Demam Dengue
antara 39oC dan 40oC selama 5-7 hari pada kebanyakan kasus. DD
merupakan gejala panas akut yang terkadang bifasik dengan sakit yang
DBD biasanya terjadi pada anak dengan infeksi virus dengue sekunder.
Karakteristik DBD mencakup onset akut panas yang tinggi juga disertai
gejala yang mirip dengan DD pada fase awal febril. Pada fase akhir febril,
kebocoran plasma.30
20
syok. Kebocoran plasma dimulai saat transisi dari febril menuju fase afebril
yang pada fase awal tidak dapat dideteksi dengan pemeriksaan fisik. Syok
hipotensi.30
Gambar 2.1. Skema kriteria diagnosis infeksi dengue menurut WHO 2011
Dengue Fever, atau Dengue Haemoragic Fever (DHF) termasuk DSS. Infeksi
tersebut, akan tetapi juga dapat menimbulkan proteksi silang jangka pendek
untuk serotip yang lain. Manifestasi klinis tergantung tipe virus dan faktor
spektrum klinis yang luas.Setelah masa Inkubasi diikuti oleh tiga fase yaitu fase
Fase febril akut berakhir 2-7 hari dan sering kali diikuti oleh ruam facial, eritema
rubeliform exanthema, dan sakit kepala. Beberapa pasien juga dapat mengalami
dengue secara klinis dari non-dengue saat fase febril. Tes tourniquet yang positif
warning signs, namun gambaran klinis ini tidak dapat memprediksi keparahan
penyakit. Abnormalitas paling awal dalam pengukuran tes darah lengkap ialah
penurunan secara progresif pada jumlah sel darah putih yang mana dapat
kapiler akan mengalami perbaikan tanpa melalui fase critical. Pasien dengan
warning sign sebagai hasil dari kebocoran plasma. Warning sign merupakan tanda
menurun ke 37,5oC-38oC atau kurang dan terus berada di bawah level ini,
Periode klinis signifikansi kebocoran plasma biasanya berakhir selama 24-48 jam.
bagi sinyal dibutuhkannya terapi cairan. Efusi pleura dan asites biasanya hanya
terdeteksi setelah terapi intravena kecuali bila kebocoran plasma terjadi dengan
signifikan.20
24
Jika pasien dapat bertahan selama 24-48 fase kritis, maka reabsorpsi
merupakan tanda fase ini. Begitu pula dengan peningkatan hitung sel darah putih
jumlah trombosit, dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis
relative disertai gambaran limfosit plasma biru (sejak hari ke 3). Trombositopenia
diagnosis dini infeksi dengue dengan nilai prediksi positif sebesar 70% - 80%.
Jumlah lekosit total pada awal demam umumnya normal, selanjutnya menjadi
25
Jumlah trombosit umumnya normal, begitu pula komponen system koagulasi yang
pada pasien Dengue Fever (DF), pasien mengalami trombosit 100.000 sel/mm3,
dehidrasi terkait dengan demam tinggi, mual muntah, hilangnya nafsu makan dan
intake per oral yang rendah. Pemeriksaan biokimia darah pada umumnya normal,
tetapi dapat pula ditemukan peningkatan fungsi liver dan Aspartate Amino
Transferase.35
sel darah putih dan trombosit. Pemeriksaan darah yang biasanya dilakukan untuk
nilai hematokrit, jumlah leukosit, kadar hemoglobin dan hapusan darah tepi
perlu diulang sampai terbukti bahwa jumlah trombosit dalam batas normal atau
menurun. Pemeriksaan dilakukan pertama saat pasien diduga menderita DBD, bila
26
normal maka diulang pada hari ketiga sakit, tetapi bila perlu diulangi setiap hari
Hitung jumlah trombosit dapat digunakan sebagai alat bantu untuk diagnosis
dengue karena menunjukkan sensitivitas yang tinggi mulai dari hari ke-4 demam
sebesar 67.7%, bahkan pada hari ke-5 sampai ke-7 menunjukkan angka 100%.
WHO sebagai diagnosis klinis penyakit DBD. Jumlah trombosit biasanya normal
pada 3 hari pertama. Trombositopenia mulai nampak beberapa hari setalah panas
dan mencapai titik terendah pada fase syok. Penyebab trombositopenia pada DBD
sumsum tulang serta akibat destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit.20
1. Demam tinggi mendadak (38,2-40 °C) dan terus-menerus selama 2-7 hari
tanpa sebab yang jelas. Demam pada penderita DBD disertai batuk,
selama 2-4 hari, juga mialgia (jarang), atralgia, nyeri tulang dan
lekopenia.38
dan salah satu bentuk lain perdarahan antara lain purpura, ekimosis,
sakit.38
pemulihan.
b. Peningkatan kadar hematokrit sesuai usia dan jenis kelamin > 20%
6. Renjatan, biasanya mulai pada hari ketiga sejak sakit dan merupakan
kecil sampai tidak teraba, tekanan nadi (beda tekanan sistolik dan
disertai kulit teraba dingin dan lembab terutama daerah akral (ujung
hidung, jari tangan dan kaki), penderita tampak gelisah dan timbul
sianosis sirkumoral.38
dijumpai pada DBD, merupakan indikator yang peka akan terjadinya kebocoran
adanya perdarahan. Nilai rujukan nilai hematokrit normal menurut Dacie untuk
dan makin meningkat sesuai dengan proses perjalanan penyakit DD. Peningkatan
plasma ke ruang ekstravaskular. Disertai efusi cairan serosa, melalui kapiler yang
rusak. Akibat kebocoran ini volume plasma menjadi berkurang yang dapat
kasus berat yang telah disertai perdarahan, umumnya nilai hematokrit tidak
2.2. Trombosit
Trombosit adalah bagian dari sel darah yang berasal dari sitoplasma
berdiameter 1-3 µm, dan memiliki volume 7-11 fl. Trombopoietin yang dibentuk
yang mempunyai efek pada setiap tahap proliferasi dan pematangan megakarosit.
bersirkulasi bebas dalam pembuluh darah dalam keadaan normal. Pada kondisi
a. molekul aktin dan myosin yang merupakan protein kontraktil sama seperti
yang terdapat dalam sel-sel otot, dan juga protein kontraktil lainya, yaitu
menyebabkan berbagai reaksi pembuluh darah dan reaksi jaringan lokal lainya
e. suatu protein penting yang disebut faktor stabilisasi fibrin, yang berhubungan
pertumbuhan sel endotel pembuluh darah, sel otot polos pembuluh darah, dan
darah ialah 8-12 hari, jadi setelah beberapa minggu proses fungsionalnya berakhir.
makrofag jaringan, lebih dari separuh trombosit diambil oleh makrofag dalam
limfa, yaitu pada saat darah melewati kisi-kisi trabekula yang rapat.50
31
ruptur maka hemostasis akan terjadi melalui beberapa cara seperti kontriksi
Pada keadaan normal trombosit tidak akan melekat pada permukaan endotel
pembuluh darah yang licin, akan tetapi saat terjadi cedera pada pembuluh maka
trombosit menjadi aktif oleh kolagen yang terpajan yaitu protein fibrosa di
trombosit yang baru melekat ini melepaskan lebih banyak ADP, yang
tempat defek cepat terbentuk sumbat trombosit melalui mekanisme umpan balik
positif.51
32
terbentuk ke dalam pembuluh darah karena ADP dan bahan kimia lain yang
dari endotel normal sekitar. Fungsi dari kedua bahan tersebut adalah untuk
besi, splenoktomi. Selain itu kanker, anemia (anemia defisiensi besi dan anemia
platelet sementara antara lain proses pemulihan dari kehilangan darah yang cukup
banyak, setelah aktivitas fisik atau eskresi, pemulihan dari konsumsi alcohol, dan
hati, perdarahan yang memanjang akibat trauma ringan, ekimosis yang bertambah,
antibody IGg. Selain itu penyakit atau kelainan yang menyerang sumsum tulang
juga akan menurunkan kemampuan produksi platelet, dan kondisi dimana platelet
digunakan atau dihancurkan lebih cepat dari normal. Obat-obatan seperti aspirin
trombosit.52,53
penyakit.55 Orang yang digigit oleh nyamuk Aedes sp yang membawa virus
dengue, akan berstatus infeksius selama 6─7 hari. Virus dengue akan masuk ke
dalam peredaran darah orang yang digigitnya bersama saliva nyamuk, lalu virus
nyeri otot. Masa inkubasi biasanya 4─7 hari, dengan kisaran 3─14 hari. Bila
34
replikasi virus bertambah banyak, virus dapat masuk ke dalam organ hati dan
sum-sum tulang. Sel-sel stroma pada sum-sum tulang yang terkena infeksi virus
perdarahan mulai tampak pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekie, purpura,
2.3. Hematokrit
2.3.1. Pengertian
dalam persen) eritrosit dalam 100 ml (1 dL) darah lengkap. Dengan demikian
oleh peningkatan kadar sel darah atau penurunan kadar plasma darah, misalnya
pada kasus hipovolemia. Sebaliknya kadar hematokrit akan menurun ketika terjadi
untuk mengetahui adanya ikterus yang dapat diamati dari warna plasma dimana
pasien. Kadar hematokrit normal pada pria dewasa yaitu, 38,8% - 50 %, pada
wanita dewasa, yaitu : 35% - 45%. Pada Anak-anak yaitu, 33 -38%. 46,47
a. Jumlah sel darah merah, dimana jumlah sel darah merah pada pria lebih
jumlah sel darah merah meningkat atau banyak maka jumlah nilai
b. Ketinggian tempat, dimana pada tempat yang tinggi kadar oksigen dalam
paru juga akan berkurang, oleh karena itu agar terjadi keseimbangan
yaitu:45
a. Metode langsung, dengan cara makro atau mikro. Cara mikro kini lebih
dan akurat.
36
a. Pembendungan Vena
b. Kecepatan centrifuge
c. Waktu Centrifuge
d. Hemokonsentrasi
semakin rendah nilai serum darah. Jika serum darah yang berfungsi sebagai
melalui kapiler yang rusak. Orang yang digigit oleh nyamuk Aedes sp yang
membawa virus dengue, akan berstatus infeksius selama 6─7 hari. Virus dengue
akan masuk ke dalam peredaran darah orang yang digigitnya bersama saliva
nyamuk, lalu virus akan menginvasi leukosit dan bereplikasi. Leukosit akan
symptoms, dan nyeri otot. Masa inkubasi biasanya 4─7 hari, dengan kisaran 3─14
hari. Bila replikasi virus bertambah banyak, virus dapat masuk ke dalam organ
hati dan sum-sum tulang. Replikasi virus yang terjadi pada hati, akan
menyebabkan pembesaran hati dan nyeri tekan, namun jarang dijumpai adanya
ikterus. Bila penyakit ini berlanjut, terjadi pelepasan zat anafilatoksin, histamin,
penurunan tekanan darah, dan penurunan suplai oksigen ke organ dan jaringan.
Pada keadaan inilah akral tubuh akan terasa dingin disebabkan peredaran darah
dan oksigen yang berkurang, karena peredaran darah ke organ-organ vital tubuh
DBD, dan merupakan indikator yang peka akan terjadinya perembesan plasma.
perembesan plasma.46,47,48
39
Bereplikasi Invasi
Leukosit
Cytokine Dan
Hati SST Interferon
Aktivasi Pelepasan :
↓ Kadar Trombosit
System Kinin
Anafilaktoksi
n
↑ Permeabilitas Histamine Trombositopenia
Vaskuler
Serotonin
Kebocoran
Plasma - Demam Dengue
Kedalam - DBD Derajat 1
Vaskular - DBD Derajat 2
- DBD Derajat 3
↑Kadar Hematokrit - DBD Derajat 4
Hemokonsentrasi
Gambar 2.3. Kerangka Teori
40
Ambon
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
menggunakan data sekunder berupa data rekam medis pasien infeksi dengue di
Pasien infeksi dengue yang ditemukan selama tahun 2019 di RSUD Dr. M.
Haulussy.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang
jantung bawaan.
Keterangan:
= Variabel bebas
= Variabel terikat
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jumlah hematokrit dan trombosit.
RSUD Dr. M. Haulussy Ambon dan data rekam medis pasien infeksi dengue di
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data rekam medis. Data
rekam medis yang digunakan dalam penelitian ini mencakup nomor rekam medik,
usia, jenis kelamin, data hasil pemeriksaan hematologi rutin, yaitu: kadar
trombosit dan hematokrit, serta pasien yang secara klinis didiagnosis terinfeksi
dengue oleh dokter di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon pada Januari 2019 –
Desember 2019.
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) 16,00 dengan nilai
kemaknaan α < 0,05, dimana ρ < α (0,05) maka hipotesis H0 diterima, dan
3.11.1. Anonymity
3.11.2. Confidentiality
Kegiatan Bulan
Penyusunan
proposal
Pembimbingan
proposal
Seminar
proporsal
Perbaikan
proposal
Tahap
penelitian
Analisa hasil
penelitian
Penyusunan
skripsi
Ujian Skripsi
DAFTA PUSTAKA
54:170-2.
Press.2015
14. Taufik, A., dkk. Peranan Kadar Hematokrit, Jumlah Trombosit dan
16. Putri, A.K. Hubungan Nilai Trombosit dan Hematokrit dengan Derajat
17. Ihsan, J. Hubungan Kadar Hematokrit Awal dengan Derajat Klinis DBD di
19. Kaira NL, Prasittisuk C, Dash AP, editors. Comprehensive Guidelines For
halaman 11-45.
http://www.depkes.go.id/article/view/15011700003/demam-berdarah-
biasanya-mulai-meningkat-di-januari.html.
23. Setiati TE, Wangenaar JF, Kruit MD, Mairuhu AT, Gorp EC, Soemantri
Indonesia.2016;30:1-14.
24. Sapir DG, Schimmer B. Dengue fever: new paradigms for changing
(2): 134-140
http://www.who.int/wer/2016/wer9130.pdf?ua=1.
29. Stela J, 2016. Identification of Dengue Virus Serotypes at the dr. Soetomo
Detection. Surabaya
31. Vernon J, Lye CB, Sun Y, Fernandez G, Ong A, Leo Y. 2012. Predictive
32. Wang C, Liu S, Liao S, Lee I, Liu J, Lin A, et al. 2011. Acute Respiratory
Failure in Adult Patients with Dengue Virus Infection. Amj Trop Med.
77(1):151– 158.
36. Turgeon, ML. 2012. Clinical Hematology Theory and Procedures. 6th ed.
40. Hapsari, M.M., Herawati Y., A.D.B. Sachro, H. Farida, Setiati T.E. 2011.
41. Soedarmo, S.S.P., 2013. Demam Berdarah (Dengue) pada Anak. cet. 2.
42. Hassan, R., Alatas, H. (Ed.), 2012. Dengue, in: Buku Kuliah IKA 2.
45. Dacie, J.V., Lewis, S.M., 2017. Practical Haematology. 12th edition.
47. Kee JL. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik (Edisi 6).
5.
Medicine.2017
50. Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
51. Sherwood, LZ., 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8.
Jakarta: EGC
52. Price, S.A., Wilson, L.M. 2013. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
https://labtestsonline.org/understanding/analytes/hscrp/tab/sample/
54. Jangga dan Mawar. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kerjadian
2018;9(2):167-172
53
55. Pujiati. 2009. Perbedaan Gangguan Hemostasis Pada Penderita DBD tanpa
20.
jakarta.
58. Martina, B.E., P. Koraka, and A.D. Osterhaus, Dengue virus pathogenesis: