Anda di halaman 1dari 83

LAPORAN TUTORIAL TROPICAL MEDICINE

SCABIES DAN FURUNCLE

Kelompok 4

Tutor : Susanti Dharmika, dr., SpRM

Nama NPM

1. Azhari Fadhilah 10010020025

2. Fadilul Fatihah Razi 10100120189

3. Reynindita Alya Harsyanti 10100120106


4. Nazmi Abiyah 10100120135
5. Dimas Satrio Aji 10100120064
6. Ayyas Robabani 10100120066
7. Ayunita Meita Dewi Rasiwan 10100120040
8. Rifira Hanifah 10100120020
9. Triya Mustika Sukendar 10100120105
10. Destri Ramadhani 10100120111

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
Jl. Hariangbanga No. 2 Tamansari – Bandung
Telp: (022) 4203368 | Fax: (022) 423121
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunianya
kami dapat menyusun laporan tutorial. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok
tutorial tingkat 3 di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung. Kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu dalam pembuatan dan penyusunan
laporan ini, baik berupa materi maupun segala hal yang dapat membantu dalam penyelesaian
laporan ini, karena kami tidak dapat menyelesaikan laporan ini tanpa bantuan setiap pihak.
Laporan ini masih jauh dari kata sempurna, karena kami adalah manusia yang tidak luput
dari kesalahan, karena itu kami bersedia untuk menampung setiap kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat yang bagi penyusun, pembaca, dan seluruh kalangan
masyarakat. Aamiin.

Bandung, 11 Juni 2023

1
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...............................................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................................................5
ISI.........................................................................................................................................................5
2.1. ANATOMI KULIT..............................................................................................................5
2.2. HISTOLOGI KULIT.........................................................................................................11
2.3. MIKROBIOLOGI..............................................................................................................18
2.4. PARASITOLOGI..............................................................................................................33
2.5. PIODERMA.......................................................................................................................39
2.6. FURUNCLE......................................................................................................................51
2.7. SCABIES...........................................................................................................................67
BAB III..................................................................................................................................................78
PENUTUP.........................................................................................................................................78
3.1. BHP....................................................................................................................................78
3.2. IIMC...................................................................................................................................78
3.3. PATOMEKANISME.........................................................................................................79

2
BAB I

PENDAHULUAN
Mr. derma 29 yo
CC :
- Lesi akut, nyeri, bulat dan kemerahan di daerah bokong

AC:
- Terasa seperti terbakar tanpa rasa gatal

AI:
- Tidak ada demam
- 3 hari sebelumya mengeluhkan adanya small red follicular nodule pada bokong sangat nyeri
dan cepat membesar dan keras
- Lesi menjadi lunak dan diatasnya adanya nanah dan nyeri
PH :
- Mengalami moderate hyperhidrosis
- Diabetes melitus sejak usia 25 tahun
- Hobi gymnastic exercise

PE :
- BB : 90kg
- Tb : 160c
- Vital sign : batas normal
- GE : batas normal
- Dermatologi :
Distribusi : localized
Lokasi : regio gluteal
Karakteristik : single nodule
Diameter nodule : 1cm dengan erythematous, kering, dan berbatas tegas

PP :
- Gran staining : dilakukan dari aspirasi nodul  ditemukan gram (+) coccus, dengan cluster
formation

DIAGNOSIS : FURUNCLE A/R GLUTEAL

Treatment : warm wet dressing and 500mg erythromycin capsules q.i.d for 5 days

Setelah 2 bulan Mr. derma datang dengan keluhan

CC :
- skin pruritic lesion yang mempengaruhi sela-sela jari tangan, wrist, dan lipatan ketiak

AC :
- sangat gatal pada lesi terutama pada malam hari selama 1 minggu

PH :

3
- 1 bulan yang lalu tinggal dengan temannya selama 2 minggu

AI :
- Temannya mengeluhkan skin pruritic lesion pada finger webs dan wrist

PE :
- Vital sign : normal
- GE : normal
- Dermatology :
Lokasi : Circle of Hebra
Distribusi : Localized
Karakteristik : pruritic popular lesions and erythematous papul lesion pada sela jari,
pergelangan tangan, dan lipatan ketiak banyak kanalikuli pada interdigital area pada tangan
PP :
- Lab  skin scraping dari interdigital area ditemukan oval dan ventral flattened mite dengan
Panjang 0,4 mm dan tedapat beberapa telur.

DIAGNOSIS : SCABIES

Treatment : Permethrin 5% cream dipakai keseluhur tubuh selama 8 jam.

Epilogue : datang ke klinik setelah 2 minggu tanpa adanya keluhan skin pruritic lesion.

4
BAB II

ISI
2.1. ANATOMI KULIT

Skin merupakan largest single organ in the body. Menyumbang 15-20% dari total
body weight. Memiliki 5 fungsi utama :

1. Protective
2. Sensory
3. Thermoregulatory
4. Metabolic
5. Sexual signaling

5
EPIDERMIS

terdiri dari stratified squamous keratinized epithelium yang tersusun atas

· keratinocytes

· epidermis 90% tersusun atas keratinosit

· 8% melanocytes memproduksi pigment melanin

Melanin berwarna yellow red, dan coklat kehitaman yaitu dia akan berkontribusi
untuk warna kulit melanin diproduksi dari oksidasi Tyrosine→3,4-
dyhidroxyphenylalanine (DOPA) oleh tyrosinase yang nantinya DOPA akan menjadi

6
melanin. Reaksi teresbut (pembentukan melanin) akan menginduksi terbentuknya
organel yang disebut Premelanosom yang terbentuk di badan golgi nantinya akan
menjadi melanosome. Lalu melanosome akan menuju melanocyte cell processes/ujung
melanosit dan melanosome akan ditransfer ke sel keratin untuk memberikan pigment
warna. Proses transfer dilakukan dengan fagositosis bagian melanosit yang
mengandung melanosome, proses tersebut disebut cytocrine secretion karena ada
Sebagian kecil bagian melanosit yang ikut terfagosit oleh keratinosit

· intraepidermal machropages/ langerhans cells yaitu berpartisipasi untuk melindungi


kulit dari sinar uv

· tactile epithelial cells/ merkel cells. cell yang paling sedikit dan berada di lapisan
terdalam epidermis

1. STRATUM BASALIS

Merupakan lapisan tunggal dengan sel kuboidal atau sel kuboidal basofilik yang
terletak pada membran dasar diantara epidermis dan dermis. Serta memiliki ciri-ciri yaitu
lapisannya yang aktif membelah (Terjadinya proses keratinisasi). Selama diferensiasi, sel
bergerak ke atas dan jumlah dan jenis filamen keratin meningkat. Dimana basal layer ini
nantinya akan mebentuk keratinosit. Pada stratum basal terdapat 2 jenis sel yaitu sel
keratinocyte dan non keratinocyte ( sel melanocyte, Sel merkel, sel langerhans).

2. STRATUM SPINOSUM

Merupakan lapisan paling tebal yang terdiri atas sel-sel kuboid atau agak
gepeng dengan inti ditengah dengan nukleolus dan sitoplasma yang aktif mengsintesis
filamen keratin. St. Spinosum memiliki tonofibril dan desmosome yang sangat banyak. Dan
St. Spinosum terletak diatas lapisan basal ,serta terdapat sel Langerhans didalamnya. Dimana
beberapa sel nya mungkin masih membelah dan biasa disebut dengan stratum germinativum
yaitu Epidermis kulit tebal yang mengalami gesekan dan tekanan terus menerus (seperti
telapak kaki) .

3. STRATUM GRANULOSUM

7
Terdiri dari 3 - 5 lapisan sel yang diratakan. Sitoplasmanya dipenuhi oleh
banyak basofilik yang disebut butiran keratohyaline.*JIKA PERLU (Ciri-ciri nya yaitu
berbentuk butiran pipih yang berasal dari badan golgi, dimana strukturnya kecil berbentuk
seperti telur (100 x 300 nm) dengan banyak lamella yang mengandung berbagai lipid). Selain
itu juga lapisan nya tidak tembus cahaya karena mengandung lipid.

4. STRATUM LUCIDUM

Hanya ditemukan pada kulit yang tebal, sel terdiri dari sel gepeng eusinofilik.,
Sitoplasma sangat padat oleh keratin dan inti sel telah apoptosis.

Eleidin: clear intracelullar protein-> keratin

5. STRATUM CORNEUM

Terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng berkeratin tanpa inti dengan sitoplasma yang
dipenuhi keratin Dan mengalami deskuamasi / pengelupasan

Extracelullar lipid: skin water impermeable

DERMIS

Adalah lapisan dalam yang terdiri dari jaringan ikat padat yang tidak
beraturan yang berasal dari mesenkim. Permukaan dermis sangat tidak teratur. Dan

8
antara Epidermis dan dermis dipisahkan oleh epidermal junction yang terdiri dari
basal membrane, epidermal ridge, dan dermal papilla, dimana dermis terbagi menjadi
2 lapisan (dari atas ke bawah) :

a. Papillary dermis

Terdiri dari jaringan ikat longgar, dengan serat kolagen, terdiri dari fibroblas dan sel
mast yang tersebar, makrofag, dan leukosit lainnya. Lapisan ini membantu mengikat dermis
ke epidermis Dan Dibagian bawahnya terdapat kapiler dan saraf Meissner (peka terhadap
sentuhan) dan free nerve endings (peka terhadap nyeri)

b. Reticulary dermis

Terdiri dari jaringan ikat padat yang tidak teratur. Dengan lebih banyak serat
dan lebih sedikit sel daripada lapisan papiler. Terdapat struktur folikel rambut,
kelenjar sebasea, kelenjar keringat, erector pili muscle, reseptor saraf dan jaringan
serat elastis (yang berfungsi untuk memberikan elastisitas pada kulit)

Terdapat 2 kelenjar pada bagian dermis yaitu :

1. KELENJAR SEBACEOUS / KELENJAR MINYAK

-berada pada bagian dermis, berada pada seluruh tubuh kecuali kulit tebal, palms dan
soles

-terdapat sebum ( merupakan mixture complex dari lipid yang mengandung wax
esters, squalene, cholesterol, dan triglycerides yang dihidrolisis oleh bacterial enzymes
setelah sekresi )

2. KELENJAR KERINGAT

Kelenjar Keringat

9
- Kelenjar ekrin
- Kelenjar apokrin
-

SUBKUTAN

- Berisikan loose connective tissue yang mengikat kulit kepada subjacent organ

- di dalam lapisan ini terdapat adipocytes

10
2.2. HISTOLOGI KULIT

Skin merupakan largest single organ in the body. Menyumbang 15-20% dari total
body weight. Memiliki 5 fungsi utama :

1. Protective
2. Sensory
3. Thermoregulatory
4. Metabolic
5. Sexual signaling

A. Epidermis

Terdiri dari stratified squamous keratinized epithelium yang tersusun atas keratinocytes.
Terdapat pigment-producing Melanocytes, antigen-presenting Langerhans cells dan tactile
epithelial cells Merkel cells. Thin skin : 75-150 μm. Thick skin : 400-1400 μm.

1. Stratum Basale
· Also known as S. germinativum
· Deepest layer
· Single layer basophilic cuboidal atau columnar cells
· High mitotic activity dan terdiri dari progenitor cells
· Attached to the basement membrane by hemidesmosomes
2. Stratum Spinosum

11
· Thickest layer
· Consists of 8-10 layers polyhedral cells with cytoplasmic
processes, sometimes called “spines” or “prickles”.
· This cytoplasmic processes extend outward and contact
neighboring cells by desmosomes.
· The cells having central nuclei with nucleoli and cytoplasm
which actively synthesizing keratins.

3. Stratum Granulosum
· Consists of 3-5 layers flattened diamond shaped cells with
keratohyalin granules and lamellar granules.
· Lamellar granule mengandung glycolipids yang akan
disekresikan ke permukaan sel dan berperan sebagai “glue” à
keeping the cells stuck together.

12
4. Stratum Lucidum
· Found only in thick skin
· Consists of 2-3 translucent layers of flattened eosinophilic
keratinocytes held together by desmosomes.
· Nuclei and organelles have been lost.
· The cytoplasm consist of packed keratin filaments.
5. Stratum Corneum
· Uppermost layer
· Consists of 20-30 layers of dead, anucleate, keratinocytes filled
with keratin filament.
· Varies in thickness.
· Dead keratinocytes secrete defensins.
6. Melanocytes

Melanocytes merupakan specialized cell epidermis yang ditemukan di


basal layer dan hair follicles. Sel ini producing Melanin. Pale-staining,
rounded cell-bodies menempel ke basal lamina oleh hemidesmosomes.

13
7. Langerhans Cell
· Antigen-presenting cells yang tersebar di S. Spinosum.
· Skin first line defenders.
· Need special stains to visualize.
· Contain Birbeck granules, tennis racket shaped cytoplasmic
organelles.
· Express MHC I & MHC II, uptake antigens in skin and
transport to the lymph node.

14
8. Merkell Cell
· Oval-shaped epithelial tactile cells
· Mechanoreceptors for sensing gentle touch.
· Terdapat banyak pada highly sensitive skin (fingertips & base
of hair follicles).
· Dapat ditemukan di S. basale.
· Their membranes interact with FNE in the skin.

15
B. Dermis
· Layer of connective tissue yang supporting epidermis dan berikatan ke
subcutaneous tissue (hypodermis).
· Ketebalan bervariasi (maximum 4 mm on the back).
· Irregular surface with many dermal papillae that interdigitate with
epidermal ridges.
· Basement membrane, berada diantara stratum basale dan dermis.
· Providing nutrients for keratinocytes.

2 sublayers :

1. Papillary layer (thin)

Includes the dermal papillae. Consists of loose connective tissue, type I


and III collagen, fibroblasts, scattered mast cells, dendritic cells and
leukocytes. Terdapat anchoring fibrils of type IV collagen yang binding
dermis ke epidermis.

2. Reticular layer (thick)

Consists of dense irregular connective tissue with type I collagen, fewer


cells and lots of elastic fibers that providing elasticity to the skin.

16
C. Subcutaneous

Consists of loose connective tissue that binds the skin loosely to the subjacent organs, makin
it possible for the skin to slide over them. Also called hypodermis or superficial fascia.
Contains adipocytes and extensive vascular supply.

17
2.3. MIKROBIOLOGI

Normal Mikrobiota di Kulit

NORMAL BACTERIAL MICROBIOTA

Murray

STAPHYLOCOCCUS
Talaro foundation microbiology

Murray

18
 Genus Staphylococcus adalah bakteri umum kulit dan lendir, dan itu menyumbang sebagian
besar infeksi pada manusia (sering disebut infeksi "staph").
 Sel-selnya yang berbentuk bola diatur terutama dalam kelompok yang tidak teratur dan
kadang-kadang pendek pendek dan berpasangan (gambar 18.1).
 Currently, 31 species have been placed in the genus Staphylo- coccus, but the most important
human pathogens are
1. Staphylococcus aureus

19
2. Staphylococcus epidermidis,
3. Staphylococcus capitis,
4. Staphylococcus hominis
5. Staphylococcus saprophyticus.

Karakteristik Staphylocucus
 Staphylococci form clusters and are catalase positive
 Gram-positive cocci
 nonflagellate, nonmotile, and non-spore-forming
 Staphylococci grow best aerobically but are facultatively anaerobic.

Sherris Medical Microbiology

Jawet

20
STAPHYLOCOCCUS AUREUS
Talaro foundation microbiology

Bailey

Microscopic morphology
 Gram-positive cocci in irregular
clusters;
 nonmotile;
 non-spore-
forming.

Identified by
 Pertumbuhan pada garam tinggi (7,5% NaCl atau lebih) media,
 reaksi Gram, dan
 Fermentasi gula membedakan Staphylococcus dari Micrococcus;
 Katalase produksi membedakan Staphylococcus dari Streptococcus.

21
 Produksi koagulase membedakan S. aureus dari spesies lain dari Staphylococcus

Habitat
 Dibawa oleh 20% hingga 60% orang sehat di lubang hidung, kulit, nasofaring, dan usus.
Sangat tahan terhadap kondisi lingkungan yang keras dan secara rutin hadir pada fomites.

Virulence factors
 S. aureus memiliki enzim yang menghancurkan jaringan inang (hyaluronidase), mencerna
gumpalan darah (staphylokinase), menjajah kulit berminyak (lipase), dan melawan efek
penisilin penisilinase). Racun (leukosidin) menghancurkan neutrofil dan makrofag,
melisiskan sel darah merah (hemolisin), dan menyebabkan kerusakan di seluruh tubuh
(enterotoksin, racun eksfoliatif, toksin sindrom syok toksik).

Primary infections/Disease
 Infeksi kulit local termasuk folikulitis, furunkel, dan bisul, serta bulosa impetigo. Infeksi
sistemik termasuk osteomielitis, pneumonia, dan endokarditis. Penyakit akibat racun S.
aureus termasuk keracunan makanan, sindrom kulit melepuh, dan sindrom syok

Control and treatment


 Pengendalian infeksi nosokomial bergantung pada pada kebersihan yang cermat, pembersihan
sayatan bedah yang memadai dan luka bakar; isolasi orang dengan lesi terbuka; dan melarang
pembawa S. aureus dari area sensitif seperti ruang operasi dan pembibitan.
 Perhatian khusus diberikan pada strain yang dikenal sebagai MRSA, yang memiliki tingkat
resistensi obat yang tinggi. Infeksi yang didapat dari komunitas infeksi dikendalikan melalui
desinfeksi bersama lingkungan dan peralatan.
 Perawatan melibatkan intensif kemoterapi, sering kali dengan beberapa antimikroba. Masalah
Strain MRSA membutuhkan pengujian kerentanan antimikroba untuk memilih agen
kemoterapi yang tepat. Banyak lesi kulit memerlukan perforasi dan drainase sebelum terapi
antimikroba

Growth and Physiological Characteristics of Staphylococcus aureus

22
 Staphylococcus aureus menghasilkan koloni yang bulat dan tidak tembus cahaya (gambar
18.2)
 tumbuh pada suhu optimum 37°C, meskipun dapat tumbuh pada suhu antara 10°C dan 46°C.
 Spesies ini adalah fakultatif anaerob fakultatif yang pertumbuhannya meningkat dengan
adanya O2 dan CO2.
 kebutuhan nutrisi dapat dipenuhi oleh media laboratorium rutin, dan sebagian besar strain
secara metabolik serbaguna; yaitu, mereka dapat mencerna proteins dan lipid, dan
memfermentasi berbagai macam gula.
 Spesies ini dianggap dianggap sebagai yang paling tahan dari semua patogen yang tidak
membentuk spora, dengan kapasitas yang berkembang dengan baik untuk menahan garam
tinggi (7,5% - 10%),
 pH yang ekstrem, dan suhu tinggi (hingga 60 ° C selama 60 menit).

Virulence Factors of Staphylococcus aureus

23
 S. aureus patogen biasanya menghasilkan koagulase, suatu enzim
 yang menggumpalkan plasma (lihat gambar 18.6b). Pentingnya koagulase secara tepat untuk
proses
 agulase terhadap proses penyakit masih belum pasti. Mungkin saja ko
 agulase menyebabkan fibrin disimpan di sekitar sel stafilokokus.
 Fibrin dapat menghentikan aksi pertahanan inang seperti fagositosis, atau
 dapat meningkatkan kepatuhan stafilokokus pada jaringan. Karena 97% dari
 semua isolat manusia S. aureus menghasilkan enzim ini, keberadaannya adalah
 dianggap sebagai karakteristik spesies yang paling diagnostik.

Faktor virulensi  LAPORAN KATING


▪ Structural Components
1. Capsule
Menghambat kemotaksis dan fagositosis; menghambat proliferasi sel mononuclear
2. Slime layer
Memfasilitasi kepatuhan terhadap benda asing
3. Peptidoglycan
Memberikan stabilitas osmotik; merangsang produksi pirogen endogen (aktivitas sepert
endotoksin); leukosit chemoattractant (pembentukan abses); menghambat fagositosis
4. Teichoic acid
Mengikat fibronectin
5. Protein A
Menghambat pembersihan yang diperantarai antibodi dengan mengikat reseptor IgG1,
IgG2, dan IgG4 Fc; leukosit chemoattractant; antikomplementer

24
Bailey

Struktur antigen  LAPORAN KATING

Struktur Antigen
1. Capsule and Slime Layer
Lapisan terluar dari dinding sel dari banyak stafilokokus adalah dibungkus dengan kapsul polisakarida
Kapsul melindungi bakteri dengan menghambat fagositosis organisme dengan leukosit
polimorfonuklear (PMN).
2. Peptidoglycan and Associated Enzymes
Setengah dari dinding sel menurut beratnya adalah peptidoglikan, terdiri dari lapisan rantai glikan
yang dibangun dengan 10 hingga 12 subunit asam N-asetilmuramat dan N-asetilglukosamin
3. Teichoic Acids and Lipoteichoic Acids
Asam teichoic adalah komponen utama lainnya daridinding sel. Asam teikoat adalah polimer yang
mengandung fosfat spesifik spesies yang terikat secara kovalen dengan residu asam asetilmuramat N
dari lapisan peptidoglikan atau kelipid dalam membrane sitoplasma (asam lipoteichoic)
4. Surface Adhesion Proteins
surface proteins telah diidentifikasipada S. aureus yang merupakan faktor virulensi penting
karenamereka mematuhi protein matriks inang yang terikat pada jaringan inang(misalnya, fibronektin,
fibrinogen, elastin, kolagen). protein adhesi ini terikat secara kovalen pada peptidoglikan dinding sel
pada stafilokokus
5. Cytoplasmic Membrane
Membran sitoplasma terdiri dari kompleks protein, lipid, dan sejumlah kecil karbohidrat. berfungsi

25
sebagai penghalang osmotik untuk sel dan menyediakan jangkar untuk biosintetik seluler dan enzim
pernapasan
Toxins  LAPORAN KATING
1. Cytotoxins
Toxic bagi banyak sel, termasuk eritrosit,fibroblas, leukosit, makrofag, dan trombosit
2. Exfoliative toxins (ETA, ETB)
Protease serin yang membelah jembatan antar selpada stratum granulosum epidermis
3. Enterotoxins (A-E, G-I
Superantigen (merangsang proliferasi sel T danpelepasan sitokin); merangsang pelepasanmediator
inflamasi dalam sel mast, meningkatkanperistaltik usus dan kehilangan cairan, sertamual dan muntah
4. Toxic shock syndrome toxin-1
Superantigen (merangsang proliferasi sel T danpelepasan sitokin); menghasilkan kebocoran atau
selulerpenghancuran sel endotel
Enzim  LAPORAN KATING
Enzymes
1. Coagulase
Mengubah fibrinogen menjadi fibrin
2. Hyaluronidase
Asam hialuronat terhidrolisis dalam jaringan ikat, mendorong penyebaran staphylococcus dalam
jaringan
3. Fibrinolysin
Melarutkan bekuan fibrin
4. Lipases
Menghidrolisis lipid
5. Nucleases
Hidrolisis DNA
Epidemiology and Pathogenesis of S. aureus
 bakteri dengan potensi yang begitu besar untuk lence seperti Staphylococcus aureus adalah
bakteri yang umum dan akrab dengan manusia bersosialisasi.
 Mikroba ini hadir di sebagian besar lingkungan yang sering dikunjungi oleh manusia dan
mudah diisolasi dari fomites.
 Kolonisasi beberapa bayi dimulai dalam beberapa jam setelah lahir dan berlanjut sepanjang
hidup.
 20% hingga 60%, dan patogen cenderung disimpan secara berkala daripada kronis. Penularan
sebagian besar terjadi di bagian anterior(lubang hidung) dan, pada tingkat yang lebih rendah,
di kulit, nasofaring, dan usus.

26
 Keadaan yang mempengaruhi seseorang terkena infeksi termasuk kebersihan dan gizi yang
buruk, cedera jaringan, infeksi yang sudah ada sebelumnya atau sudah ada sebelumnya,
diabetes mellitus, dan kondisi defisiensi imun.
 Staphylococcus aureus adalah penyebab paling umum ketiga dari infeksi di ruang perawatan
bayi baru lahir dan bangsal bedah. Yang disebut "hospital starin" dapat dengan mudah
menyebar dalam pola epidemi di dalam dan di luar rumah sakit.

Host Defenses against S. aureus


 Manusia memiliki resistensi yang berkembang dengan baik terhadap infeksi stafilokokus.
 Studi yang dilakukan pada sukarelawan manusia membuktikan bahwa suntikan beberapa
ratus ribu sel stafilokokus ke dalam kulit yang tidak rusak tidak cukup untuk menyebabkan
pembentukan abses.
 Namun, Ketika jahitan yang mengandung hanya beberapa ratus sel dijahit ke dalam kulit, lesi
klasik dengan cepat terbentuk, menunjukkan efek dari benda asing untuk menyediakan
permukaan untuk produksi biofilm.
 Antibodi spesifik diproduksi terhadap sebagian besar antigen stafilokokus, meskipun tidak
satu pun dari antibodi ini yang tampaknya efektif (kecuali untuk antitoksin terhadap toksin
SSSS).
 Pertahanan yang paling kuat terletak pada respon fagositosis oleh neutrofil dan makrofag.

The Scope of Staphylococcal Disease

 Tergantung pada tingkat invasi atau produksi toksin oleh S. aureus, penyakit ini berkisar dari
yang terlokalisasi hingga sistemik.
 Infeksi stafilokokus local sering muncul sebagai lesi yang meradang dan berserat yang
membungkus inti nanah yang disebut abses (gambar 18.3a).

27
 Penyakit toksigenik dapat muncul sebagai toksemia karena produksi racun di dalam tubuh
atau sebagai keracunan makanan, konsumsi toksin yang diproduksi oleh S. aureus yang
tumbuh dalam makanan.
 Staphylococcus aureus biasanya menyerang kulit melalui luka, folikel, atau kelenjar kulit.
Infeksi yang paling umum terjadi adalah infeksi ringan dan ringan, peradangan dangkal pada
folikel rambut yang disebut folikulitis (gambar 18.3b) atau kelenjar (hidradenitis).
 Meskipun lesi ini biasanya biasanya dapat diatasi tanpa komplikasi, mereka dapat
menyebabkan infeksi pada jaringan subkutan. jaringan subkutan. Furunkel* (bisul) terjadi
ketika peradangan satu folikel rambut atau kelenjar sebasea berkembang menjadi besar,
berwarna merah, merah, dan sangat lunak atau bintil (gambar 18.3c). Furunkel sering terjadi
dalam kelompok (furunkulosis) pada bagian tubuh seperti bokong, ketiak, dan bagian
belakang leher, di mana kulit bergesekan dengan kulit atau pakaian lainnya.

Pathogenesis : PRIMARY INFECTION


Sherris
 Tahap awal kolonisasi oleh S. aureus dimediasi oleh sejumlah protein permukaan.
permukaan, yang masing-masing berikatan dengan elemen inang di dalam atau menutupi
jaringan, cairan tubuh, atau benda asing benda asing seperti kateter.
 Protein yang berikatan dengan fibronektin, fibrinogen, dan kolagen telah telah ditemukan, dan
yang lainnya sedang diselidiki. Mekanisme perluasan bakteri di luar permukaan tidak
dipahami dengan jelas.
 Dari sekian banyak faktor virulensi potensial diproduksi oleh S. aureus, tidak ada yang dapat
diberi peran tunggal atau bahkan peran utama yang berkontribusi terhadap kemampuan
bakteri untuk berkembang biak dan menyebabkan lesi progresif pada jaringan.
 Faktanya, S. aureus umumnya memiliki infektivitas yang cukup rendah kecuali trauma, benda
asing, atau kondisi lokal lainnya kondisi lokal lainnya menyediakan akses untuk inisiasi
infeksi. Secara eksperimental, injeksi intradermal hingga 106 organisme diperlukan untuk
memulai lesi lokal kecuali jika jahitan atau bedak ditambahkan dengan bakteri. der
ditambahkan dengan bakteri.
 Setelah berada di luar penghalang mukosa atau kulit, mekanisme apa pun yang melindungi
organisme dari fagositosis dapat memungkinkan perkembangbiakan berlanjut cukup lama
sehingga produk seperti toksin dapat memulai cedera lokal.
 Salah satu faktor yang diketahui mengganggu fagositosis adalah permukaan protein A.
Pengikatannya pada bagian Fc dari IgG dapat bersaing dengan sel fagosit untuk situs IgG - Fc
yang tersedia, sehingga secara efektif mengurangi opsonisasi.
 Produksi koagulasi lase dapat menghambat migrasi fagosit ke tempat infeksi, dan bahkan S.
aureus yang difagositosis aureus yang terfagmentasi dapat menolak pembunuhan lisosomal.

28
 Respon inflamasi akut terus berlanjut, dan lesi yang berkembang memilik kecenderungan
yang nyata untuk lokalisasi, mungkin karena reaksi fibrotic reaksi terhadap cedera yang
dimediasi oleh toksin pada sel inang.
 Nasib lesi tergantung pada kemampuan inang untuk melokalisasi prosesnya, yang berbeda
tergantung pada jaringan yang terlibat. Di kulit, resolusi spontan dari bisul oleh granulasi dan
fibrosis adalah aturannya.
 Di paru-paru, ginjal, tulang, dan organ lainnya, proses proses dapat terus menyebar dengan
fokus satelit dan melibatkan area yang luas. Secara keseluruhan contoh aksi sitotoksin sangat
merusak, menciptakan rongga dan massif nekrosis dengan sedikit memperhatikan batas-batas
anatomi.
 Dalam kasus terburuk, stafilokokus tidak tertahan, menyebar ke aliran darah dan organ-organ
yang jauh. Stafilokokus yang bersirkulasi cocci juga dapat melepaskan peptidoglikan dinding
sel, menghasilkan aktivasi komplemen yang masif, leukopenia, trombositopenia, dan sindrom
klinis syok septik.

Immunity
Sherris
 Riwayat alami infeksi stafilokokus menunjukkan bahwa kekebalan tubuh hanya bertahan
sebentar dan tidak lengkap. pendek dan tidak lengkap.
 Furunculosis kronis, misalnya, dapat kambuh selama bertahun-tahun. Peran peran relatif dari
mekanisme kekebalan humoral dan seluler tidak pasti, dan upaya untuk menginduksi
kekebalan secara artifisial dengan berbagai produk stafilokokus telah mengecewakan yang
terbaik.
 Pada TSS terkait menstruasi, banyak pasien memiliki antibodi yang rendah atau tidak ada
tingkat TSST-1 dan sering gagal untuk meningkatkan respons antibodi yang signifikan selama
kemudahan.
 Serangan berulang telah dicatat, menunjukkan adanya kecenderungan genetik.

Manifestations : Primary Infections


Sherris
Furuncle atau Carbuncle
 Furunkel atau bisul adalah infeksi kulit dangkal yang berkembang di folikel rambut, kelenjar
seb kelenjar sebasea, atau kelenjar keringat.
 Penyumbatan saluran kelenjar dengan inspisitasi isinya menyebabkan kecenderungan infeksi.
Furunkulosis sering kali merupakan komplikasi dari akne vulgaris. Infeksi pada pangkal bulu
mata menimbulkan bintitan yang umum terjadi.

29
 Pasien yang terinfeksi adalah sering kali merupakan pembawa Staphylococcus yang
menyinggung, biasanya di bagian anterior. Perjalanannya infeksi biasanya jinak, dan infeksi
sembuh dengan drainase spontan nanah.
 Tidak diperlukan pembedahan atau pengobatan antimikroba. Infeksi dapat menyebar dari satu
runcle dengan perkembangan satu atau lebih abses di jaringan subkutan yang berdekatan.
 Lesi ini, yang dikenal sebagai karbunkel, paling sering terjadi di bagian belakang leher tetapi
mungkin melibatkan situs kulit lainnya. Karbunkel adalah lesi serius yang dapat
menyebabkan aliran darah invasi (bakteremia).

Diagnosis
Sherris
 Prosedur laboratorium untuk membantu diagnosis infeksi stafilokokus cukup sederhana.
Sebagian besar lesi akut yang tidak diobati mengandung banyak leukosit polimorfonuklear
dan besar sejumlah besar kokus Gram positif dalam kelompok.
 Stafilokokus tumbuh semalaman di atas agar darah diinkubasi secara aerobik. Tes katalase
dan koagulase dilakukan langsung dari koloni cukup untuk identifikasi. Tes kerentanan
antibiotik diindikasikan karena resistensi yang muncul dari S. aureus terhadap beberapa
antimikroba, terutama metisilin dan vankomisin.

Bacterial Entry
Murray

30
Bailey

31
2.4. PARASITOLOGI

Sarcoptes Scabies

32
Taksonomi

· Metazoa (Animalia) (multicellular eukaryotes)

· Phyllum : Arthropoda ( segmented body, exoskeleton)

· Class : arachnida

· Subclass : acari

· Order : sarcoptiformes

· Family : sarcoptidae

· Genus : sarcoptes

· Spesies : Sarcoptes scabiei

Distribusi

33
Tungau ini memiliki persebaran cosmopolitan (komunitas), terutama di lingkungan yang
padat. Ini menyebabkan scabies dan infestasinya (serangan hama atau parasit dalam jumlah
besar pada inang yang dapat menimbulkan penyakit) lebih sering terjadi di daerah kumuh,
penjara dan panti asuhan.

Habitat

Pada kulit manusia

Morfologi

· Telur berbentuk oval, ukuran panjang 0,10 - 0,15mm. Menetas dalam waktu 3-4 hari

· Larva memiliki 3 pasang kaki. Dalam fase larva selama 3-4 hari

· Nimfa memiliki 4 pasang kaki, ukurannya lebih kecil dari fase dewasa. Dalam fase nimfa
selama 4-7 hari

Adult Morphology

· Betina lebih besar dari jantan

· Circular bodies : rata di bagian perut, ditutupi fine transverse striations

· Two body parts, anterior gnathosoma terdapat struktur khusus untuk makan (palps dan
chelicerae). Posterior idiosoma terdapat kaki dan elongate sensory setae.

· four pairs legs (pairs 3 and 4 do not project beyond the body margin).

Betina memiliki panjang 0,30-0,45mm dan lebar 0,25-0,35mm. Dapat hidup selama 1-2 bulan
setelah kopulasi dan terus membuat terowongan sambil bertelur.

Jantan memiliki panjang 0,20-0,25mm dan lebar 0,15-0,20mm. Langsung mati setelah
kopulasi, namun ada juga yang dapat bertahan beberapa hari setelah kopulasi. Sarcoptes
scabiei dapat bertahan di luar tubuh inangnya selama 2-6 hari pada suhu ruangan.

34
Life Cycle

35
36
Clinical Features

· Tempat untuk lesi kulit adalah ruang interdigital, permukaan fleksor pergelangan tangan
dan lengan bawah, siku, aksila, daerah inguinal dan alat kelamin.

37
· Gejala utama adalah gatal. Lesi muncul sebagai jejak sedikit kemerahan di kulit. Rasa
gatal yang hebat, diperparah oleh keringat menyebabkan garukan yang menyebarkan infestasi
dan menyebabkan infeksi bakteri sekunder. Akibatnya, banyak papular, vesikuler dan lesi
pustular.

38
2.5. PIODERMA

Pyoderma

Definisi

Pyoderma adalah infeksi pada kulit yang piogenik (yaitu, berisi pus).

Epidemiologi

S. aureus adalah penyebab paling umum dari pyoderma primer dan SSTI, serta infeksi
sekunder (superinfeksi) pada kulit yang terkena penyakit.

Etiologi

Mayoritas pioderma kulit disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau grup A Streptococcus
(GAS)

Faktor risiko

- Faktor Ekonomi Rendah

- Malnutrisi

- Kepadatan Penduduk

- Kebersihan yang buruk

- Iklim

Klasifikasi

Primary pyodermas:

1. Impetigo

2. Follicultis

3. Furuncle

4. Carbuncle

5. Ecthyma

6. Erthyrasma

7. Sycosis barbae.

Secondary pyodermas

39
1. Tropic ulcer

2. Infected pemphigus

3. Infected contact dermatitis

4. Infected scabies

5. Various other dermatoses infected with organisms.

Sumber: Clinical and Bacteriological Aspects of Pyoderma (nih.gov)

Klasifikasi

Pyoderma akibat infeksi S. aureus

Impetigo

40
A. Nonbullous impetigo (70% kasus impetigo)

Dapat disebabkan oleh S. aureus (paling sering), atau GAS, atau keduanya dalam kombinasi.
Muncul pada wajah (terutama di sekitar nares) atau ekstremitas setelah trauma.

Initial lesion: papula eritematosa vesikel dan pustula yang pecah honey-colored crusted
papules pada dasar eritematos.

Dalam nares pembawa S. aureus, impetigo nonbullous sering muncul dengan transient papula
atau pustula di dalam atau di sekitar nares dengan pruritus atau nyeri, yang berkembang
menjadi honey-colored crusted papules and plaques.

B. Bullous impetigo

Disebabkan oleh strain S. aureus yang menghasilkan cluster of thin-roofed bullae, vesikel,
dan/atau pustula. Bula biasanya muncul di daerah kulit yang sangat normal dan dapat dengan
mudah pecah, menciptakan crusted and erythematous erosions. Umum pada newborns dan
older infant. Dikarakteristikan oleh progresi vesikel yang cepat menjadi flacid bullae. Bula
awalnya berisi cairan kuning bening kuning tua dan keruh, dan marginnya berbatas tegas
tanpa erythematous halo.

41
Bula: superfisial dan dalam satu atau dua hari rupture dan collapse thin, light-brown to
golden-yellow crusts.

Ecthyma

Ecthyma dapat disebabkan oleh S. aureus dan/atau GAS karena kebersihan yang buruk.

Secara klasik berevolusi dari impetigo yang tidak diobati tersumbat oleh alas kaki dan
pakaian meluas lebih dalam, menembus epidermis menghasilkan ulcer “berlubang" dengan
dirty grayish-yellow crust and purulent material.

Batas ulkus: indurated, raised, dan violaceous (ungu), dan granulating base meluas ke dalam
dermis, dan edema di sekitarnya.

Paling sering terjadi pada bagian bawah ekstremitas anak-anak, pasien lanjut usia yang
terabaikan, dan individu dengan diabetes. Lesi ektima juga dapat berevolusi dari pioderma
primer atau dalam dermatosis yang sudah ada sebelumnya atau tempat trauma.

Folliculitis

42
Pyoderma yang dimulai dalam folikel rambut, dan diklasifikasikan menurut kedalaman invasi
(superficial dan deep), dan etiologi microbial.

A. Folikulitis superfisial (impetigo folikular atau Bockhart)

Sebuah pustula kecil, rapuh, berbentuk kubah di infundibulum (ostium atau pembukaan) dari
folikel rambut. Sering pada kulit kepala anak-anak dan di area janggut, aksila, ekstremitas,
dan bokong orang dewasa.

Sycosis barbae adalah folikulitis dalam dengan peradangan perifolikular yang terjadi di area
berjanggut di wajah dan bibir atas. Jika tidak diobati, lesi bisa menjadi lebih dalam dan
kronis.

43
Furuncles (boil)

Inflamasi nodul mendalam yang berkembang di sekitar folikel rambut, biasanya dari
folikulitis sebelumnya yang lebih superfisial dan sering berkembang menjadi abses.

Initial lesion: nodul folikulosentrik yang keras, tender, dan merah pada kulit yang ditumbuhi
rambut yang membesar dan menjadi nyeri dan berfluktuasi setelah beberapa hari (mengalami
pembentukan abses). Dapat rupture dengan keluarnya nanah.

Rasa sakit di sekitar lesi kemudian mereda, dan kemerahan dan edema berkurang selama
beberapa hari sampai beberapa minggu.

Furunkel dapat terjadi sebagai lesi soliter atau sebagai lesi multiple di situs seperti bokong.
Furunkel biasanya muncul pada bantalan rambut, terutama di daerah yang mengalami
gesekan, oklusi, dan keringat, seperti leher, wajah, ketiak, dan bokong.

Dapat memperburuk lesi yang sudah ada sebelumnya seperti dermatitis atopik, ekskoriasi,
abrasi, scabies, atau pedikulosis, tetapi lebih sering terjadi pada tidak adanya penyebab
predisposisi lokal.

Carbuncles:

44
Lebih luas, lebih dalam, communicating, infiltrated, dan lesi inflamasi serius yang
berkembang saat supurasi terjadi pada kulit inelastis yang tebal ketika furunkel multipel,
yang tersusun rapat menyatu.

Khas: lesi yang sangat menyakitkan di tengkuk leher, punggung, atau paha.

Sering disertai demam dan malaise, dan pasien mungkin tampak sangat sakit.

Area yang terlibat berwarna merah dan indurasi, dan terdapat multiple pustula, yang mengalir
keluar di sekitar folikel rambut. Lesi segera mengembangkan kawah kuning-abu-abu tidak
teratur di tengahnya, yang kemudian dapat sembuh perlahan dengan granulasi

Abscesses

S. aureus dermal dan abses subkutan biasanya terjadi pada infeksi folikulosentri—yaitu,
folikulitis, furunkel, dan karbunkel. Abses juga bisa terjadi di tempat trauma, benda asing,
luka bakar, atau tempat pemasangan kateter intravena.

Initial lesion: nodul eritematosa. Jika tidak diobati, lesi sering membesar, dengan
pembentukan rongga berisi nanah (Gbr. 150-10).

Botryomycosis

Penyakit piogenik langka yang muncul sebagai infeksi subkutan yang purulen, kronis.

45
Faktor predisposisi: trauma, imunosupresi (penyakit HIV, sindrom hyperim munoglobulin E),
alkoholisme kronis, dan diabetes mellitus.

Lesi (biasanya soliter) dapat terjadi pada kulit, tulang, dan liver.

Botryomycosis kulit biasanya muncul sebagai lesi soliter atau beberapa lesi, sering terjadi di
daerah genital.

Gross appearance lesion: ruptured epidermal inclusion cyst (an erythematous circumscribed
tender nodule), or prurigo nodularis (Fig. 150-11).

Staphylococcal Paronychia

Faktor predisposisi: trauma tangan atau kelembaban kronis. S. aureus adalah penyebab
infeksi utama paronikia akut, biasanya di sekitar kuku, sering berasal dari kerusakan pada
kulit, seperti bintil kuku.

Secara klinis, kulit dan jaringan lunak lipatan kuku proksimal dan lateral berwarna merah,
panas, dan nyeri tekan dapat berkembang menjadi pembentukan abses jika tidak diobati
(Gbr.150-12).

Paronikia kronis atau berulang disebabkan oleh Candida albicans adalah infeksi pada ruang
dibuat oleh pemisahan lempeng kuku dorsal proksimal dan permukaan bawah lipatan kuku
proksimal.

46
Staphylococcal Whitlow

Infeksi purulen atau abses yang melibatkan ujung distal jari. Penyebab paling umum adalah
S. aureus dan virus herpes simpleks.

Portal masuk S. aureus adalah cedera traumatis atau kemungkinan ekstensi dari paronikia
akut, Finger bulb berwarna merah, panas, nyeri tekan, dan edema, dengan kemungkinan
pembentukan abses.

Pyoderma akibat infeksi Group A Streptococcus

47
Impetigo

IGAS adalah penyebab umum nonbullous impetigo yang muncul sebagai infeksi kulit
superfisial berkrusta dengan gambaran klinis yang sama S. aureus impetigo.

Pruritus dan rasa terbakar dapat terjadi, tetapi lesi biasanya tidak nyeri.

Lesi yang sudah ada sebelumnya, seperti skabies, varicella, atau eksim, merupakan
predisposisi superinfeksi dengan impetigo GAS.

Kebersihan yang buruk, dan trauma kulit kecil yang terabaikan berkontribusi pada
penyebaran impetigo streptokokus dalam keluarga. Sebagian besar kasus terjadi pada anak-
anak usia prasekolah

Streptococcal Ecthyma

GAS is also a cause of ecthyma that is indistinguishable from S. aureus ecthyma.

Blistering Distal Dactylitis

GAS dan S. aureus bertanggung jawab atas sebagian besar kasus blistering distal dactylitis,
juga disebut bulla repens. Biasanya terjadi pada anak-anak dan remaja.

Large, tense blister berkembang, berisi cairan seropurulen, di atas bantalan kulit volar jari
tangan atau kaki bagian distal. Blisters dikelilingi oleh dasar eritematosa. Lesi mungkin lebih
proksimal terletak di jari atau meluas hingga melibatkan lipatan kuku.

Intertriginous Streptococcal Infections:

48
Pioderma GAS dapat terjadi di tempat yang tersumbat, seperti: daerah perineum/perianal,
vulva/vagina, aksila, regio inframammary, selangkangan, preputial sac, dan web space of
feet.

Perianal (kelompok A) streptokokus "selulitis" terjadi terutama pada anak-anak, dengan


eritema perianal yang intens (Gbr. 150-16),

Rasa sakit saat buang air besar, blood-streaked stools terkait dengan fisura anus, dan
kronisitas jika tidak diobati. Infeksi dapat juga melibatkan penis dan vulva.

Schematic Picture of Pyoderma

Algorithm of Pyoderma

49
50
2.6. FURUNCLE

Definisi

furuncle atau boil : nodul inflammatory yang dalam yg berkembang di sekitar foliker rambut,
dan biasanya dari superficial folliculitis sebelumnya dan sering berkembang menjadi abscess.

Definisi lain

• merupakan deep necrotizing folliculitis dengan suppuration (nanah). Muncul sebagai


nodul dengan adanya inflamasi pada folikel dan berukuran >1cm dengan central necrotic plug
dan pustule diatasnya. Beberapa furuncle dapat menyatu membentuk carbuncle.

Carbuncle : lesi yg lebih luas, lebih dalam, berhubungan dan terinfiltrasi yg berkembang
ketika nanah terjadi kulit tebal yg tidak elatis ketika multiple furuncle yg berdekatan dan
menyatu

• Nodul akut, dalam, merah, panas, lunak (tender) atau abses (bisul) yang berkembang dari
staphylococcal folliculitis

Epidemiology

• Nasal carriage staphylococcus aureus : situs utama terjadi penyebaran mikroorganisme


tersebut kesitus tubuh lain

• Frekuensi nasal carriage : 10%–15% pada bayi usia 1 tahun, 38 % pada mahasiswa, dan
50% pada dokter rumah sakit dan peserta pelatihan militer.

Insiden dan Prevalensi

• Epidemi furunculosis : banyak dikaitkan dengan infeksi community‐acquired


staphylococcal infections.

51
• Pada penelitian di prancis : pasien dengan furunculosis menunjukan staphylococci pada
swab dan 42% isolat memiliki gen PVL.

Usia

• Jarang terjadi pada anak usia dini di daerah beriklim sedang (temperate climates) kecuali
pada subjek atopik

• Frekuensi meningkat pada usia pubertas, masa remaja, kehidupan dewasa awal.

• Pada masa remaja : anak laki-laki lebih sering terkena daripada anak perempuan dan
puncak kejadiannya sama dengan acne vulgaris

Etiology

Penyebab utama : Staphylococcus aureus dapat MSSA, MRSA atau PVL positive.

Penyebab lain :

• Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa (riwayat paparan air), Streptococcus faecalis


dan anaerobes penyebab lesi.

• skin flora : Candida species.

Faktor Risiko

Faktor Host Sistemik

obesity, blood dyscrasias, defect neutrophil function (defects pada chemotaxis yg terkait
dengan eczema dan kadar IgE yg tinggi, defects pada intracellular killing of organisms seperti
pada penyakit chronic granulomatous disease pada masa anak2), pengobatan dengan
glucocorticoids dan cytotoxic agents, dan keadaan defisiensi imunoglobulin

Faktor Presdiposisi

• Gesekan/tekanan dari kerah, pakaian ketat dan ikat pinggang (dapat menentukan distribusi
lesi)

• Malnutrisi

• Diabetes

• Pasien yg terinfeksi HIV

• paparan industri terhadap bahan kimia, minyak

• ingrow hairs

• obesitas
52
• hyperhidrosis

Sumber kontak staphylococcus : infeksi piogenik dalam keluarga, olahraga kontak seperti
gulat, autoinokulasi.

Kelompok berisiko tinggi : pekerja health care/care home/ nursery, personel militer, contact
sports athletes (rugbi, judo, gulat), dan food handlers (pedagang makanan).

Patogenesis dan Patofisiologi

53
54
Manifestasi Klinis

Lokasi : muncul di tempat yg mengandung rambut, terutama di daerah yang mengalami


gesekan, oklusi, dan keringat, seperti leher, wajah, aksila, dan bokong.

Gambaran :

• pertama muncul : nodul kecil, follicular, inflammatory, menjadi pustular dan menjadi
necrotic

• penyembuhan terjadi setelah keluarnya inti necrotic yg meninggalkan adanya makula


ungu (violaceous macule) dan akhirnya permanent scar.

55
Furuncle dapat berupa lesi soliter atau lesi multipel di tempat seperti bokong.

Laju perkembangan : bervariasi dan nekrosis dapat terjadi dalam 2 hari atau setelah 2/3
minggu.

Gejala lain :

Tenderness :

• invariable

• pada lesi yg akut dan lebih besar throbbing pain.

• Lesi di hidung atau external ear canal severe pain.

Kadang ada demam dan gejala konstitusional ringan

56
Pyaemia dan septicaemia didukung dengan malnutrition.

Di bibir atas dan pipi cavernous sinus thrombosis (komplikasi yg jarang dan berbahaya)

Pada penyakit HIV, furunkel dapat menyatu menjadi plak ungu (violaceous plaques)

Nyeri disekitar lesi, kemerahan dan edema berkurang selama beberapa hari hingga beberpaa
minggu.

Diagnosis

Anamnesis

• Apakah ada Riwayat hiperhidrosis, diabetes, defek imun? merupakan faktor risiko.

• History of skin infections pada kontak dekat atau patient’s past history.

Dermatology Thieme Clinical Companions 2006.pdf

Physical Examination

• Localization: Neck, face, axillae, groin, upper back, buttocks.

• Nodul: hard, tender, eritema

• Furuncle: nodul merah cerah dengan beberapa pustule di permukaan dan pinggiran
eritema.

• Tender inflammatory nodules terdrainage spontaneously.

• Massa berdinding (Walled-off), deep, painful, keras (firm), atau berfluktuasi yang
menutupi kumpulan pus.

• Deep dermal or subcutaneous, red, swollen, and painful mass.

• Furuncle atau boil (bisul): abses staphylococcal perifollicular yang akut, round, tender,
berbatas tegas, yang umumnya dengan nanah sentral (central suppuration).

57
• Adanya skin lesions yang khas umumnya merupakan satu-satunya keluhan.

• Skin abscesse tampak painful, erythematous, fluctuant nodules yang sering memiliki
pustule di atasnya.

• Furuncles memiliki penampilan yang mirip, dengan rambut muncul melalui pustule.

Dermatology Thieme Clinical Companions 2006.pdf infectious diseases 21.pdf

Pemeriksaan Penunjang

• Kultur abcess

• Culture is positive for Staphylococcus aureus.

• Culture and Gram stain are helpful, especially perubahan profiles of CA-MRSA.

• Gram stain and culture of pus or exudates: S. aureus (MRSA).

• Gram stain: Gram-positive cocci in clusters (S. aureus) or chains (GAS) atau combination
of cocci in clusters and chains ketika kedua organisme terlibat.

• Blood test: sian of infect

• Blood cultures: jika ada kecurigaan bacteremia or invasive infection.

58
infectious diseases 21.pdf

Differential Diagnosis

• Folliculitis is more superficial and without purulent drainage.

• Hidradenitis suppurativa is similar but has a more chronic course.

• Epidermoid cysts can be confused with skin abscesses.

• Skin lesions secondary to systemic infections with Pseudomonas, Aspergillus, Nocardia,


or Cryptococcus can be seen in immunocompromised patients.

infectious diseases 21.pdf

59
Management

• Avoid manipulation; antiseptik topikal, antibiotik sistemik (penisilin tahan penisilinase


atau sefalosporin generasi pertama selama 7-10 hari).

• Furunkel soliter: Antibiotik sistemik; insisi dan drainase setelah beberapa hari saat
berfluktuasi.

• Furunkel berulang (furunkulosis): Antibiotik sistemik (seringkali klindamisin 300 mg


q.i.d. selama 7-10 hari), cari faktor predisposisi (diabetes mellitus, imunosupresi, pembawa
Staphylococcus aureus perineum atau hidung—lihat di bawah, kebersihan kulit yang cermat.

Dermatology Thieme Clinical Companions 2006.pdf

Primary

• Warm Dressing 15-30 menit.

• Incision, drainage adalah manajemen utama untuk lesi yang berfluktuasi.

• Diperlukan anestesi lokal.

• Kasa iodoform digunakan untuk membalut lesi yang dikeringkan; bersihkan setiap hari
diikuti dengan wound cleansing.

• Follow up untuk memastikan respons pengobatan.

• Oral therapy sesuai untuk complicated cases tetapi lesi harus dikultur, dengan pilihan
antibiotik berdasarkan hasil sensitivitas.

• Untuk suspectible S. aureus yang rentan, ada beberapa opsi meliputi:

Dicloxacillin 250–500 mg q.i.d. for 10 days (adults).

Cephalexin 250–500 mg q.i.d. for 10 days (adults); 40–50 mg/kg t.i.d. (children).

Amoxicillin and clavulanate 875 mg b.i.d. for 10 days (adults); anak usia lebih dari 3 bulan
dengan berat badan kurang dari 40 kg dapat diberikan 45 mg/kg b.i.d. atau t.i.d.

Clindamycin 150–300 mg q.i.d. for 10 days (adults); 15 mg/kg q.i.d. for 10 days (children).

Nafcillin or oxacillin 2 g i.v. every 6 h for moderate to severe infections.

60
Systemic antibiotics

• Trimethoprim-sulfamethoxazole, 160/800 or 320/1600 mg orally 2x1 selama 10 hari atau


7 hari, atau

• Clindamycin 300 mg orally 3x1 selama 10 hari

• Other antibiotic options termasuk sodium dicloxacillin or cephalexin, 1 g orally setiap hari
dalam dosis terbagi selama 10 hari.

• Suspect Methicillin-Resistant S. aureus (MRSA) doxycycline 100 mg 2x1, trimethoprim-


sulfamethoxazole double-strength satu tablet dua kali sehari, clindamycin 150–300 mg 2x1,
dan linezolid 400 mg 2x1 selama 7-10 efektif

Recurrence

• Combination dari cephalexin (250–500 mg 4x1) atau doxycycline (100 mg 2x1) untuk 2–
4 weeks ditambah rifampin (300 mg 2x1 untuk 5 hari) atau long-term clindamycin (150–300
mg setiap hari untuk 1–2 months)

• Pemberian antibiotik jangka pendek (7-14 hari) ditambah chlorhexidine harian jangka
panjang seluruh tubuh dan salep intranasal, aksila, dan anogenital mupirocin 2% tiga kali
sehari selama 5 hari atau salep retapamulin 1% dua kali sehari selama 5 hari juga dapat
menyembuhkan

Habif Dermatology DDX Deck 2nd Edition treatment.pdf

Management Pasien

500 mg ERYTHROMYCIN CAPSULES q.i.d (quater in die) atau 4 kali sehari for 5 days

• Bacteriostatic agents yang menghambat sintesis protein (inhibit protein synthesis) dengan
mengikat (binding) secara reversibel ke 50S ribosomal subunits sensitive microorganisms.

• Erythromycin adalah sebagai first choice and alternative penisilin pada individu dengan
allergy terhadap β-lactam antibiotics.

61
• Antibacterial spectrum

• Obat ini efektif melawan banyak organisme yang sama seperti penicillin G. Oleh karena
itu, dapat digunakan pada pasien dengan alergi penisilin.

• (Antimicrobial activity) bersifat bacteriostatic tetapi dapat bersifat bactericidal dalam


konsentrasi tinggi terhadap organisme yang rentan.

Pharmacokinetics

• Administration: erythromycin base dihancurkan oleh gastric acid. Tablet, capsules, atau
bentuk antibiotik yang diesterifikasi diberikan. Semua cukup diserap (absorbed) pada
pemberian oral.

• Distribution: Erythromycin terdistribusi dengan baik ke semua cairan tubuh kecuali CSF.
Salah satu dari sedikit antibiotik yang berdifusi ke dalam prostatic fluid, dan juga
terakumulasi dalam macrophages.

• Elimination: Eritromisin dimetabolisme secara ekstensif di hepar. Menghambat (inhibit)


oksidasi sejumlah obat melalui interaksinya dengan cytochrome P450 system.

• Excretion: Erythromycin terkonsentrasi dan diekskresikan dalam empedu (bile) sebagai


active drugs. Reabsorpsi parsial terjadi melalui enterohepatic circulation.

Adverse effects

• Gastric distress and motility: Gangguan lambung adalah efek paling umum dari macrolide
(terutama dengan eritromisin). Dosis eritromisin yang lebih tinggi menyebabkan smooth
muscle contractions yang mengakibatkan movement of gastric contents ke duodenum.

• Cholestatic jaundice: terjadi dengan bentuk estolate dari eritromisin.

62
• Ototoxicity: Ketulian sementara (Transient deafness) dengan eritromisin, terutama pada
dosis tinggi.

Contraindications:

• Patients with hepatic dysfunction harus diterapi dengan hati-hati dengan eritromisin,
telitromisin, atau azitromisin, karena obat ini accumulate in the liver.

Drug interactions:

• Eritromisin, telitromisin, dan klaritromisin menghambat metabolisme sejumlah obat di


hepar, yang dapat menyebabkan akumulasi racun dari senyawa ini.

Warm Wet Dressing

63
Bertujuan untuk membantu meningkatkan drainase, Steps:

1. Pastikan bahwa lesi tersebut adalah Boils

2. Kompres Boils. Kemudian basahi handuk dengan air hangat, lalu letakan di atas lesi
Boils. Lakukan selama 20 menit sebanyak 4x sehari. Tujuannya untuk meredakan nyeri, dan
meningkatkan sirkulasi darah.

3. Jangan menusuk boils di rumah

4. Oleskan cream antibacterial dan balut dengan menggunakan kasa

Alternative and experimental treatment:

• Trimethoprim-sulfadiazine

• Amoxixillin-clavulanate

• IFN-gamma

• Iron supplement

• Zinc sulphate

64
• Levamisole

• Pentoxyfiline

• Vitamin C

Komplikasi

• Paling umum adalah scarring dan recurrence.

• Sepsis: Karena bacteremia terjadi karena furunkel (infeksi bakteri) telah sampai ke pemb
darah. Jika tidak diobati, dapat menyebabkan disfungsi organ yang parah seperti sepsis.

• Dapat menyebabkan infeksi jauh di dalam tubuh, seperti jantung (endokarditis) dan tulang
(Osteomielitis), artritis septik, dan infeksi sistem saraf pusat dengan meningitis dan abses
otak

• MRSA Infeksi karena S. aureus yang resisten methicillin. Bakteri jenis ini dapat
menyebabkan bisul dan mempersulit pengobatan.

• Infeksi kulit dengan MRSA telah terbukti diperumit oleh infeksi sistemik termasuk
gangguan pernapasan dan pneumonia, juga dilaporkan kasus necrotizing fasciitis dan
myositis.

Prognosis

• Prognosis baik

• Dapat setelah sekitar 2 minggu tanpa pengobatan, tetapi jika ada demam menyertai abses,
orang tersebut harus mencari bantuan medis.

• Pasien dengan penyakit kronis, seperti diabetes atau kanker, atau menggunakan obat
imunosupresif, harus berkonsultasi dengan dokter.

• Dapat recurrent (kambuh) pada 30% to 50% of patients.

Prevention

All patients with S. aureus SSTIs

• Harus diedukasi tentang tindakan pencegahan untuk prevent autoinoculation dan


penyebaran S. aureus infections ke kontak dekat lainnya dan individu.

• Luka yang mengering harus tetap bersih dan ditutup dengan perban yang bersih dan
kering.

65
• Sering membersihkan tangan dengan sabun dan air dan/atau gel tangan berbasis alkohol
sangat penting terutama setelah kontak dengan kulit yang terinfeksi.

• Pasien harus menghindari penggunaan atau berbagi barang kebersihan pribadi yang
bersentuhan dengan kulit yang terinfeksi, seperti pisau cukur sekali pakai, seprai, dan handuk.

• Karena fomites di lingkungan dapat berfungsi sebagai sumber infeksi ulang, permukaan
yang sering disentuh oleh kulit, termasuk kenop pintu, meja dapur, bak mandi, dan dudukan
toilet, harus dibersihkan secara rutin dan berulang kali dengan antimicrobial commercial
cleansers and detergents.

66
2.7. SCABIES

Definisi

● Penyakit kulit akibat sensitisasi Sarcoptes Scabiei var. Hominis (kapita selekta)
● Penyakit karena infestation dari sarcoptes scabiei (current)
● Scabies merupakan suatu infestation (penyakit parasit yang disebabkan o/ hewan
seperti arthropoda (tungau, kutu)

Epidemiologi
● Scabies telah dikenal sebagai penyakit menular selama berabad-abad dan terjadi di
seluruh dunia, dengan perkiraan hingga 300 juta kasus setiap tahunnya.
● Tingkat prevalensi di seluruh dunia bervariasi antara 0,2% hingga 71,4% dan tertinggi
pada anak-anak.
● Prevalensi skabies sangat bervariasi dan berfluktuasi dari waktu ke waktu, tetapi tetap
endemik di banyak komunitas miskin di negara kurang berkembang.
● Scabies tidak terbatas pada iklim tropis, dan di negara industri dapat menjadi endemik
pada populasi yang kurang beruntung secara ekonomi seperti masyarakat adat; wabah
kelembagaan terus terjadi di rumah sakit dan panti jompo.
● Scabies secara keseluruhan paling umum terjadi pada anak kecil, kemungkinan besar
mencerminkan peningkatan paparan dan, dalam situasi endemik, kurangnya
kekebalan.
● Di beberapa komunitas yang sangat endemik dengan kondisi tempat tinggal yang
padat, mayoritas anak-anak pernah mengalami setidaknya satu episode skabies dalam
2 tahun pertama kehidupan.
● Scabies mempengaruhi kedua jenis kelamin dengan cara yang sama, meskipun ibu
dari anak kecil tampak lebih sering terinfeksi daripada orang dewasa lainnya dalam
beberapa penelitian.
Etiologic
Sarcoptes scabiei mempengaruhi berbagai spesies hewan selain manusia. Namun, populasi
tungau umumnya terbatas pada spesies inang; S. scabiei var canis (kudis anjing) dan S.
scabiei var suis (kudis babi) jarang menyebabkan kasus pada manusia, yang diakibatkan oleh
infeksi S. scabiei var hominis.
Faktor resiko
● Kepadatan penduduk
● Kemiskinan
● Masalah kebersihan
● Transmisi seksual
● Kekuatan demografis seperti migrasi, perang, dan perpindahan penduduk.
Transmisi

67
Scabies biasanya ditularkan melalui kontak fisik yang dekat sering melibatkan seluruh
keluarga, bukan fomites, karena tungau tidak bertahan lama dari tubuh.
● Studi klasik oleh Mellanby à kontak tubuh langsung dari orang ke orang biasanya
diperlukan untuk penularan scabies, (penularan oleh fomites seperti pakaian dan
paparan tungau yang ada dipermukaan seperti lantai atau tempat tidur tidak mungkin
menyebabkan infeksi.
● Tungau scabies dapat bertahan hidup beberapa hari di lingkungan lembab pada suhu
lingkungan sedang èOleh karena itu, penularan melalui fomites dan kontak kulit
langsung dapat terjadi pada KLB panti jompo, infeksi pada staf rumah sakit dan
rumah tangga yang padat jika ada pasien skabies berkrusta yang tidak terdiagnosis
yang merupakan penular inti.
● Penularan intrafamilial dan penularan antara kontak seksual merupakan penyebab
sebagian besar kasus di seluruh dunia.
* Fomit adalah (fomite); benda mati atau bahan yang menjadi perantara dalam transmisi
tidak langsung agen menular.
Lokasi tungau pada kulit:
❖ Paling sering bersembunyi di tempat yang memiliki sedikit atau tidak ada folikel
rambut & stratum korneum yang tipis & lembut
❖ Membuat liang / terowongan / canaliculi pada stratum granulosum

Klasifikasi
1. Primer scabies lesions
A. Classic scabies
- Gejala muncul 3-6 minggu setelah terpapar, infeksi berulang dapat muncul dalam 24-48 jam
- Rash atau lesi papul dan vesikel
- Eritematous dan pruritus → reaksi hipersensitivitas
- Pruritus nocturna

B. Crusted / norwegian scabies


- Biasanya pada pasien immunosupressed
- Lesi hyperkeratotic
- Non-pruritic

68
C. Nodular scabies
- Biasanya pada pasien anak sekitar 7-10%
- Lesi raised bumps / lumps, pinkish brown nodules

2. Sekunder scabies lesions


- Hasil scratching
- Mikroorganisme:
➢ Gram (-) → pseudomonas aeruginosa
➢ Gram (+) → staph. Aureus
- Terdapat excoriation, eczema, honey-colored crusting, prurigo nodule, eritroderma
Catt
• Ekskoriasi : kehilangan epidermis dan dermis bagian atas
• Eczema / eksim : radang kulit ditandai ruam merah dan gatal
• Honey-colored crust : krusta warna kekuningan seperti madu
• Prurigo nodul : bentol yang gatal
• Eritroderma : bentuk penyakit kulit yang kronis
Patologi
● Patologi dihasilkan dari sensitisasi inang terhadap tungau dan ekskresinya, dengan
onset gejala terjadi hingga 3-6 minggu setelah infeksi awal.
● Pada inang normal, rata-rata beban tungau betina yang berkembang diperkirakan
hanya 10–15, dan liang klasik seringkali sulit ditemukan.

69
● Penghapusan tungau secara mekanis dengan menggaruk dan pengembangan respons
imun inang berkontribusi untuk mengendalikan populasi tungau, dan setelah beberapa
bulan, jumlah tungau biasanya menurun dengan cepat.
● Sensitisasi terhadap antigen tungau dapat ditunjukkan sebulan setelah infestasi primer.
● Pada hiperinfestasi (skabies berkrusta) terdapat kegagalan respon imun seluler yang
adekuat, tetapi seringkali tingkat IgE total sangat tinggi.

patogenesis-patofisiologis

70
71
Manifetasi Klinis
Scabies pada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa :
● Sebagian besar muncul sebagai ruam yang sangat gatal, dengan rasa gatal yang
biasanya lebih buruk di malam hari.
● Gejala berkembang 3-6 minggu setelah infeksi pertama, tetapi dapat terjadi dalam 24-
48 jam pada mereka yang sebelumnya terinfeksi dan peka terhadap antigen tungau.
Ruam pada skabies dihasilkan dari dua proses:
1. lesi papular atau vesikuler yang terjadi di lokasi liang yang dibuat oleh tungau
2. erupsi papular eritematosa dan pruritus yang diperantarai imun yang lebih umum yang
tidak terkait dengan tungau individu
● Burrows paling sering terjadi pada celah interdigital antara jari dan pergelangan
tangan
● Jejaknya serpiginous (merayap dari satu tempat ke tempat lain.), memanjang beberapa
mm hingga 1 cm, menciptakan lesi papulovesikuler linier, jarang bulosa, dengan
ekskoriasi, infeksi sekunder, eksematisasi, likenifikasi, dan papul eritematosa.
● Lesi sangat gatal, terutama pada malam hari dan setelah mandi / mandi air panas,
memicu garukan dan ekskoriasi yang memicu infeksi sekunder.
● Pada sekitar 7% kasus, nodul coklat kemerahan yang sangat gatal terjadi pada alat
kelamin, selangkangan, bokong, dan aksila (skabies nodular). Pada bayi, lesi
vesikular, pustular, dan nodular ditemukan pada aksila, kepala, wajah, daerah popok,
telapak tangan, dan telapak kaki.
Tanda klasik skabies adalah liang yang dibuat oleh betina dewasa, yang dapat dilihat
dengan mata telanjang terlatih dan tampak sebagai garis serpiginous abu-abu-merah-coklat,
panjangnya mencapai 15 mm, terkadang dengan papul atau bekuan darah kecil di permukaan.
Liang klasik sering tidak ada, terutama di daerah tropis, pada anak kecil dan pada infeksi
yang berlangsung lama atau berulang, di mana respons peradangan lokal yang lebih intens
dapat mengaburkan liang dan ruam terkait respons imun umum mungkin lebih menonjol.
Tempat tungau pada kulit (circle of hebra)
Tungau paling sering bersembunyi di tempat yang hanya memiliki sedikit atau tidak ada
folikel rambut dan stratum korneum tipis dan lembut :
- Ruang web antara jari dan sisi jari yang berdekatan
- Permukaan fleksor pergelangan tangan
- Permukaan ekstensor siku
- Lipatan ketiak anterior
- Kulit di sekitar puting (terutama pada wanita)
- Daerah periumbilical
- Pelvic girdle termasuk pinggang dan bokong bawah, paha atas
- Penis (batang dan kelenjar)

72
- Permukaan ekstensor lutut
- Aspek lateral dan posterior kaki dan jari kaki.
Pada bayi dan anak kecil dan pada semua usia di daerah tropis
- Telapak tangan
- Telapak kaki
- Wajah
- Leher
- Kulit kepala
Ruam yang dimediasi kekebalan yang lebih umum biasanya terlihat di
- Aksila
- Dada dan perut
- Bokong dan paha.
Diagnosis
● Diagnosis pasti hanya dapat dilakukan dengan melihat tungau S. scabiei di bawah
mikroskop (Hal ini dikonfirmasi oleh mikroskop kerokan dari daerah yang terkena,
terutama ruang interdigital). Setetes minyak mineral ditempatkan pada pisau bedah
sekali pakai (No. 10, 15 atau 20); papula, vesikel, atau liang kulit yang sugestif dikikis
ringan untuk menghilangkan epidermis superfisial dan minyak disimpan pada slide
mikroskop. Bahan dari beberapa lesi kulit dapat ditempatkan pada satu slide, yang
kemudian diperiksa untuk tungau, telur dan pelet feses di bawah ×40 daya rendah,
dengan atau tanpa larutan kalium hidroksida 10% untuk menghilangkan squames
kulit.
● Teknik alternatif adalah untuk mengeluarkan tungau dengan probe jarum terpasang
atau ujung pisau bedah dengan bantuan kaca pembesar atau loupe (x10) untuk melihat
lebih baik proses dan lokasi yang dicurigai di dalam papula atau liang.
● Teknik non-invasif yang lebih baru termasuk videodermatoskopi, dermatoskopi,
reflektansi confocal microscopy, dan optical coherence, tomografi.
Untuk kedua metode, visualisasi liang dapat difasilitasi dengan menempatkan 2-3 tetes tinta
di atas papula selama 10 detik, kemudian dibersihkan dengan kapas alkohol (tes tinta liang).

Secara presumtif:

73
● Ada rasa gatal yang melibatkan setidaknya 2 bagian tubuh
● Lesi kulit yang melibatkan setidaknya 2 tempat khas u/ scabies
● Ada orang lain di rumah yang sama dengan keluhan yang sama
● Gatal yang lebih pada malam hari

Ada 4 tanda kardinal, yang mana harus memenuhi 2:

● ruritus nokturna (aktivitas tungau lebih aktif pada malam & suhu yang lebih panas
● dan lembab)
● Mengenai sekelompok orang (keluarga, teman asrama)
● Terdapat terorongan / kanalikuli pada area predileksi yang berujung papul atau
vesikel
● Adanya tungau

Diagnosis banding

74
Management and Treatment
Terapi andalan scabies adalah acaricides topikal, acaricides topikal membunuh sisa
tungau à pestisida
➔ Semua anggota keluarga yang kontak dengan pasien dan kontak pribadi dekat lainnya
harus diobati pada waktu yang sama dengan terapi tunggal. Pakaian dan sprei yang
berpotensi terpapar dapat dicuci dengan cara biasa atau disimpan selama 7 hari di
dalam tas.
Ivermectin diberikan secara oral dengan dosis 200-300 µg/kg. Karena bioavailabilitas
ivermectin meningkat dua kali lipat dengan makanan, mengonsumsi obat dengan makanan
dianjurkan untuk meningkatkan penetrasi ivermectin ke dalam epidermis. Saat ini,
penggunaan ivermectin pada anak di bawah usia 5 tahun atau dengan berat badan kurang dari
15 kg tidak disarankan karena kekhawatiran teoretis mengenai potensi ivermectin melewati
blood brain barrier, yang mengakibatkan neurotoksisitas. Penggunaan ivermectin pada
kehamilan juga tidak disarankan. *Namun demikian, ada laporan yang mendokumentasikan
pemberian obat yang tidak disengaja kepada wanita hamil tanpa hasil janin yang merugikan.*

Permethrin topikal dan ivermectin oral saat ini dianggap sebagai pilihan pengobatan terbaik
(Tabel 58.1), krim permetrin 5% mungkin lebih unggul daripada krim crotamiton, tetapi
crotamiton terapi yang cocok untuk bayi.
Benzil benzoat topikal lebih cepat bersifat skabisidal daripada permethrin. Efek samping
benzil à adalah iritasi kulit sering terjadi pada menit-menit pertama setelah aplikasi.
Meskipun rasa tidak nyaman biasanya berkurang dengan cepat setelah beberapa menit,
sensasi terbakar terkadang begitu parah sehingga losion perlu dibilas. Reaksi ini muncul lebih
umum dengan konsentrasi 25%. Dengan demikian, konsentrasi yang lebih rendah dari 10%
atau lebih direkomendasikan untuk anak-anak.
Untuk memastikan penyembuhan, terapi topikal harus diterapkan ke seluruh permukaan kulit,
kecuali mata. Ini sangat penting pada anak kecil dan orang tua, di antaranya infestasi tidak
jarang melibatkan kulit kepala. Untuk memaksimalkan paparan tungau terhadap obat,
umumnya dianjurkan agar krim dioleskan pada malam hari dan dibiarkan semalaman.
ð Identifikasi dan pengobatan dengan antibiotik infeksi kulit sekunder bakteri penting,
untuk mencegah potensi sepsis bakteri dan glomerulonefritis pasca-streptokokus

75
akut.

Rangkuman :
Krim permetrin topikal 5%, krim crotamiton 1%, dan losion ivermectin 1% yang dioleskan
ke seluruh permukaan tubuh semua orang yang terkena dan kontak dekat adalah pengobatan

76
dosis tunggal yang efektif, mencapai penyembuhan klinis dalam 2 hingga 4
minggu.Ivermektin dosis tunggal oral (0,15–0,2 mg/kg) sama efektifnya.
Benzil benzoat topikal, malathion kurang efektif. Lindane topikal efektif tetapi dianggap
tidak aman.
Semua perawatan ini dapat diulang setelah 1 sampai 2 minggu jika diperlukan.
Gatal dapat menetap dan membutuhkan obat anti iritasi topikal, kortikosteroid (misalnya,
crotamiton dan hidrokortison), dan antihistamin H1 penenang (klorfenamin) pada malam
hari.
Komplikasi
● Di negara berkembang, lesi scabetic sering menjadi infeksi sekunder Staphylococcus
aureus dan Streptococcus pyogenes.
● Strain organisme yang terakhir dapat menyebabkan demam rematik, penyakit jantung
rematik, dan glomerulonefritis pasca-streptokokus.
● Kematian akibat sepsis sistemik akibat infeksi bakteri sekunder dan glomerulonefritis
pasca streptokokus akut akibat infeksi Streptococcus pyogenes nefritogenik (Group A
streptococcus)
● Beban metabolisme skabies dapat menyebabkan malnutrisi, terutama pada skabies
berat pada anak-anak dan pada skabies berkrusta.
Prognosis
Kegagalan untuk mendiagnosis skabies, kurangnya akses ke terapi atau terapi yang
diterapkan secara tidak memadai dan tidak mengobati kontak yang mungkin juga terinfeksi,
semuanya berkontribusi pada siklus penularan skabies yang berkelanjutan.
Prevention
● Diagnosis dan pengobatan segera seluruh keluarga atau masyarakat akan mengurangi
prevalensi.
● Vaksin scabies sedang dikembangkan
● Program pemberian obat massal menggunakan ivermectin oral pada mereka yang
berusia di atas 5 tahun, dengan permetrin topikal untuk mereka yang berusia di bawah
5 tahun (atau di bawah 15 kg) memiliki keberhasilan yang bervariasi.
● Ivermektin oral dosis tunggal terbukti lebih unggul daripada permetrin topikal untuk
mengobati scabies dan mencegah scabies dan impetigo sekunder pada populasi pulau
dengan kudis endemik.
Di komunitas kecil di mana skabies endemik, pengobatan seluruh komunitas dengan
permetrin topikal telah menghasilkan penurunan dramatis pada scabies.

77
BAB III

PENUTUP
3.1. BHP

1. Edukasi penyakit, treatment, follow up


2. Masyarakat yang hidup dalam kelompok padat seperti tinggal di asrama, pesantren,
maupun perumahan padat penduduk perlu sering-sering melakukan kerja bakti
membersihkan lingkungan rumah dan tempat tidur, kasur dijemur di bawah sinar
matahari, dan sering mencuci peralatan tidur
3. Meningkatkan kesadaran akan higiene dan sanitasi
4. Membiasakan diri untuk mandi dengan sabun mandi dua kali sehari, terutama setelah
beraktivitas padat dan berkeringat
5. Tidak bertukar-tukar barang pribadi seperti pakaian, pakaian dalam, handuk, bantal,
dan seprei
6. Hindari kontak langsung dengan yang terinfeksi

3.2. IIMC

1. HR. Muslim: Nabi Muhammad SAW bersabda: kebersihan itu adalah sebagian dari
iman

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 222 yang artinya:

"...Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-


orang yang mensucikan diri."

2. H.R. Tirmidzi

Rasulullah SAW bersabda : “ Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-
hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Mahamulia yang
menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu
bersihkanlah tempat-tempatmu.”

78
3.3. PATOMEKANISME

79
80
81
Referensi

• Infectious Diseases : a Clinical Short Course second edition

• Fitzpatrick’s color atlas and synopsis of clinical dermatology seventh edition

• Andrews' Diseases of the Skin

• Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine

• Rook's Textbook of Dermatology, 4 Volume Set

• InformedHealth.org [Internet]. Cologne, Germany: Institute for Quality and


Efficiency in Health Care (IQWiG); 2006-. Boils and carbuncles: How are boils
treated? 2018 Jun 14. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513136/

• Farzam K, Nessel TA, Quick J. Erythromycin. [Updated 2022 Dec 27]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532249

• InformedHealth.org [Internet]. Cologne, Germany: Institute for Quality and


Efficiency in Health Care (IQWiG); 2006-. Boils and carbuncles: Overview. 2018 Jun
14. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513141/

82

Anda mungkin juga menyukai