“LEPROSY”
Kelompok 14
Nama NPM
1. Bunga Rachma 10100119011
2. Neng Salma Arina Azmi 10100119035
Fakultas Kedokteran
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena hanya atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan tutorial dengan kasus ke Sembilan Leprosy. Laporan
ini kami susun dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas tutorial dalam Sistem Tropical
Medicine.
Pada kesempatan ini kami semua juga ingin mengucapkan terimakasih kepada tutor kelompok
14 atas bimbingannya, serta saran-sarannya. Tidak lupa terhadap teman–teman satu kelompok atas
kerjasamanya.
Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini masih jauh dari kesempurnaaan, baik dari segi
penyajian maupun dari segi penyusunannya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca guna penyempurnaan laporan tutorial ini pada masa
yang akan datang.
Akhir kata penulis mengucapkan semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis sendiri khususnya.
Kelompok 14
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
REVIEW CASE 3
BAB I BASIC SCIENCE 5
1.1 Anatomi Ulnar nerve 5
1.2 Histologi Kulit 8
1.3 Efloresensi 13
1.4 Mikrobiologi 25
BAB II CLINICAL SCIENCE 37
2.1 Leprosy 37
2.2 Treatment 65
2.3 Prevention 72
2.4 Pemeriksaan 75
2.5 Patomekanisme 90
2.6 BHP 92
2.7 IIMC 92
2
REVIEW CASE
CC: Anda adalah mahasiswa kedokteran tahun ketiga di bagian dermato-venereologi. Anda
bertemu dengan seorang pasien berusia 25 tahun, H, yang mengeluh adanya white patch di
sekitar left elbow lebih dari 3 tahun dan 6 bulan terakhir kadang-kadang merasa numbness di
tangan kirinya.
Dia tidak pernah merasa itchy pada lesinya. Ia lahir dan menghabiskan masa kecilnya di
Tangerang (kampung kusta, endemic kusta). Ayahnya adalah pasien RS Sitanala (RS
Kusta) selama 1 tahun. Pak M memiliki seorang istri dan seorang putra berusia 2 tahun.
Physical examination: Consciousness General appearance Vital Sign compos mentis, mildly
ill Vital signs (BP normal, PR normal, RR normal, T: normal), General examination dalam
batas normal
Dermatological exam:
At regio left elbow: 5 cm diameter well defined hypo pigmented patch and anesthetic.
Neurological exam: tenderness dan enlargement di ulnar nerve and hypesthesia of his left
hand.
Temuan laboratorium dalam batas normal, Pemeriksaan histopatologi dari lesi kulit
menunjukkan nerve fibrils pada dermis dan granuloma dengan sel giant Langhan.
Dilakukan apusan kulit dari lesi kulit, daun telinga kiri dan kanan dan tidak ditemukan basil
tahan asam.
Treatment:
Tn M. diobati dengan rifampisin 600 mg sebulan sekali dan dapson 100 mg daily. Kasus
ini dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten. Pasien diharapkan untuk menemui dokter
pada bulan berikutnya, tetapi dia tidak muncul. Dua bulan kemudian, dia datang dengan
rasa sakit di siku dengan kaku dan mati rasa di tangan kirinya.
3
Pemeriksaan neurologis: tenderness, pembesaran nervus ulnaris kiri dan hipestesia
tangan kiri. inflamasi saraf tepi (neuritis)
Tn. H didiagnosis dengan Morbus Hansen tipe tuberkuloid lose treatment dan neuritis
(tipe reaksi 1).
Tn M menerima steroid untuk keluhannya dan advise to immobilize his left arm. Setelah
beberapa minggu rasa sakitnya berkurang, tetapi dia merasa numbness pada jari keempat dan
kelimanya. Dia diminta untuk melakukan exercise pada jari-jarinya untuk menghindari
kontraktur/ kekakuan. Istri dan anaknya dalam keadaan sehat dan tidak ada kelainan kulit.
Pak M mendapat MDT-PB sebanyak 6 dosis dan steroid neuritis selain olahraga untuk
menjaga fungsi tangan kirinya.
4
BAB I
BASIC SCIENCE
Berasal dari percabangan spinalnerve 🡪 ulnar nerve 🡪 axillary anterior 🡪 triceps (head of
triceps) 🡪 medial intermuscular septum 🡪 Medial epicondyle & medial olecranon 🡪 supply
elbow dan menuju ke forearm
5
Ulnar Nerve Pada Forearm
articular branch 🡪muscular branch ( supply ½ otot yaitu Flexor carpi Ulnaris & flexor
digitorum profondus) 🡪 muncul secara superficial pada pergelangan tangan 🡪 retinoculum
flexor 🡪 canal guyon 🡪 hands 🡪 palmar & dorsal cutaneous branch
Kulit terdiri atas epidermis yang merupakan lapisan epithelial yang berasal dari ectodermal,
dermis yang merupakan lapisan jaringan ikat mesodermal, dan jaringan subkutan atau
6
hypodermis yang merupakan lapisan jaringan ikat longgar yang biasanya terdiri atas lemak.
Fungsi dari kulit adalah untuk proteksi, sensori, thermoregulasi, metabolik dan sinyal seksual.
Epidermis
1. Kulit tebal (telapak tangan & kaki) : 400 to 1400 μm (1.4 mm)
2. Kulit tipis (other) : 75 to 150 μm
Lapisan epidermis terdiri dari sel
1. Stratum basalis :
● Lapisan tunggal sel kuboid atau kolumnar basofilik , progenitor cell (regenerasi kulit ;
Epidermis manusia diperbarui setiap 15-30 hari, tergantung pada usia, wilayah tubuh,
dan faktor lainnya)
● Keratin sitoskeletal yang terdapat di keratinosit sel-sel bergerak ke atas dan jumlah
serta jenis filamen keratin meningkat sampai mereka mewakili setengah dari total
protein dalam keratinosit superfisial.
● Melanosit – S. spinosum
7
● Merkel cell mekanoreseptor untuk merasakan sentuhan lembut., Mereka berlimpah di
kulit yang sangat sensitif seperti ujung jari dan di dasar beberapa folikel rambut.
2. Stratum spinosum :
Terdiri dari 3-5 sel poligonal gepeng yang mengalami differensiasi (skin’s barrier
against water loss & barrier to penetration by most foreign materials.)
4. Stratum lucidum :
hanya pada kulit tebal, Inti dan organel telah hilang, dan sitoplasma hampir
seluruhnya terdiri dari filamen keratin yang dikemas dalam matriks padat elektron.
5. Stratum corneum :
terdiri dari 15-20 lapis sel gepeng berkeratin, squames mati yang sebagian besar terdiri dari
keratin.
8
Perbedaan antara kulit tebal dan tipis berada pada lapisan lucidum
Melanocyte
Langerhans cell
Dermis
9
• Terdapat saraf dan Pembuluh darah (difusi nutrisi ke epidermis)
• Dermis mengandung dua sublapisan dengan batas yang tidak jelas
• The thin papillary layer terdiri dari jaringan ikat longgar, dengan serat kolagen tipe
I dan III, fibroblas dan tersebar sel mast, sel dendritik, dan leukosit.
• Reticular layer (much thicker) : terdiri dari jaringan ikat padat tidak teratur
(terutama berkas kolagen tipe I), dengan lebih banyak serat dan lebih sedikit sel
daripada lapisan papiler. jaringan serat elastis
• Dermis juga kaya akan persarafan.
• Serabut saraf aferen sensorik membentuk jaringan di dermis papiler dan di sekitar
folikel rambut. Serabut saraf sensori yang terdapat di kulit yaitu
• Merkel cells yang merupakan tonic receptor untuk sentuhan halus yang lama dan
untuk merasakan tekstur benda
• Free nerve ending akan merespon terhadap suhu yang tinggi dan renda, nyeri, gatal
dan juga merupakan reseptor taktil
• Meissner corpuscle yang menginisiasi impuls ketika ada sentuhan halus atau stimulus
frekuensi rendah terhadap kulit yang akan merubah bentuknya sementara
• Pacinian corpuscle akan merasakan dari sentuhan kasar, tekanan, dan getaran
• Krause end bulbs akan merasakan getaran dengan frekuensi rendah
• Rufini corpuscle akan terstimulus ketika ada stretch atau twisting terhadap kulit
Subcutaneous
Terdiri atas jaringan ikat longgar yang menghubungkan kulit dengan organ sekitar secara
longgar, sehingga masih adanya pergerakan kulit diatas organ tersebut. Subkutan terdiri atas
10
adipocyte yang berbeda berdasarkan body region, dan ukurannya pun bergantung dari status
gizi seseorang.
FUNGSI KULIT
• Protection. kulit mengurangi efek negatif dan berbahaya dari sinar ultraviolet. Kulit
juga mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh dan mengurangi
kehilangan air dari tubuh, mencegah dehidrasi.
• Sensation. memiliki reseptor sensorik yang dapat mendeteksi panas, dingin, sentuhan,
tekanan, dan rasa sakit.
• Temperature regulation. Kulit memainkan peran utama dalam mengatur suhu tubuh
melalui modulasi aliran darah melalui kulit dan aktivitas kelenjar keringat.
• Excretion. Sejumlah kecil wasted product dikeluarkan melalui kulit dan kelenjar
1.3 EFLORESENSI
Patch >0.5
cm
11
Hypopigmented : Leprosy
12
Papule Solid, elevated lesion. <0.5 Red : Drug
Flesh eruptions
colored : Granuloma
cm annulare
Plaque >0.5
cm
Brown : Nevi
13
Red : Cherry angioma
14
Folliculitis
Impetigo
Hemangioma
15
Neurofibromatosis
Chickenpox
Bullae :
Urticaria pigmentosa
17
Scales Excess dead epidermal cells
that are produced by abnormal
keratinization.
18
Crust Collection of dried serum and
cellular debris.
19
Ulcer Focal loss of epidermis and
dermis.
Heal with scarring.
20
Atrophy Depression in the skin
resulting from thinning of the
epipdermis or dermis.
21
3. Special Skin Lesions
22
1.4 Mikrobiologi
Mycobacterium Leprae
• Ada lebih dari 200 spesies Mycobacterium, termasuk banyak yang saprofit.
• Leprosy bacilli adalah bakteri berbentuk slightly curved rod- like dengan ukuran 5×
23
• M. leprae adalah Gram-positif termasuk acid fast tetapi kurang tahan asam daripada
Mycobacterium tuberculosis
Mycobacterium Leprae
• Mycobacterium leprae, penyebab leprosy, adalah basil tahan asam yang tidak tumbuh
24
Characteristics
• Acid fast, but less strongly acid fast than Mycobacterium tuberculosis.
• Non sporing
• Non motile
• Tumbuh di suhu 37
25
Structure
o Capsule
o Cytoplasm
§ Storage Granule
§ DNA
§ RNA
o Cell Wall
§ 20 nm thick
primer
26
§ Outer layer
Ø Mycolid acids
Ø LAM (Lipoarabinomannan)
Ø Electron lucent
§ Inner layer
Ø Peptidoglycan
Ø Electron dense
o Cell Membrane
§ Fosfolipid
Virulence Factors
necrosis.
27
o LAM berfungsi menghambat maturasi phagosom & induksi sel proinflamasi.
cell & binding ke basal lamina peripheral nerve axon units > cell injury and
nerves > local anesthesia and other changes in the skin depending on the
factor of M.
Transmission
• Penularan melalui gigitan serangga dan inokulasi melalui kulit yang rusak (atau utuh)
tidak dikecualikan
• Orang yang terinfeksi dianggap melepaskan organisme dari selaput lendir hidung,
• M. leprae dapat bertahan hidup dalam sekret hidung selama lebih dari 36 jam
Disease
28
• Variabilitas individu dalam tingkat respons imun bertanggung jawab atas dua bentuk
CD8+ T cells, foamy macrophages, and dense infiltration with leprosy bacilli.
Patogenesis
Karena M. leprae belum pernah dikultur in vitro, tampaknya M.leprae menjadi patogen
intraseluler obligat yang membutuhkan lingkungan host macrophage untuk bertahan hidup
dan berkembang biak. Basil melawan degradasi intraseluler oleh makrofag, mungkin dengan
keluar dari fagosom ke dalam sitoplasma, dan terakumulasi ke tingkat yang tinggi (10 10
basil/g jaringan) pada kusta lepromatosa. Kerusakan saraf perifer tampaknya dimediasi oleh
host immune response terhadap antigen basiler. Kusta tuberkuloid ditandai dengan granuloma
yang sembuh sendiri yang hanya mengandung sedikit, jika ada, acid-fast bacilli.
29
30
Sign & Symptom
• Incubation period: few weeks-5 years but. Bisa selama 20 years or even more u/
tepi eritem, bag tengah kering, pucat, tidak berambut, anesthetic lesion.
• Lepromatous: lesi kulit infiltratif, luas, simetris, dan difus, terut. pd wajah, dgn
retikuloendotelial
• Ketidakmampuan untuk merasakan touch, heat and/or pain di daerah yang terkena.
• Pembesaran dan/atau tenderness saraf perifer yang diasosiasikan dengan sensory loss
and/or paralysis.
31
• Menemukan non-cultivable bacilli pada apusan kulit yang diambil dari daerah yang
terkena.
Diagnosis
berlimpah tetapi mungkin sulit pada kasus tuberkuloid. Namun kehilangan sensorik
selalu ada pada lesi kulit tuberkuloid meskipun mungkin tidak ditemukan pada
§ Diagnosis terdiri dari demonstrasi basil tahan asam pada lesi. Hal ini
skin (dari lesinya > smeared on slide > stained by the Ziehl-Neelsen
technique
BTA pada scraping yang diwarnai dari jaringan yang terinfeksi, terutama mukosa
hidung atau cuping telinga. Karena M leprae lebih sensitif terhadap dekolorisasi
daripada MTB, varian dari prosedur tahan asam standar (pewarnaan Fite) harus
digunakan untuk menghindari hasil negatif palsu. Demonstrasi BTA mudah dicapai
pada kusta lepromatosa karena biasanya terdapat sejumlah besar bakteri. Kusta
tuberkuloid dikonfirmasi oleh gambaran histologis dari biopsi kulit full-thickness dan
Treatment
• Rejimen pengobatan berbeda untuk pasien dengan beberapa lesi kulit BTA positif
Prevention
33
34
BAB II
CLINICAL SCIENCE
2.1LEPROSY
Definisi
Penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae terutama menyerang
kulit, saluran pernapasan atas, segmen anterior mata, segmen superfisial saraf perifer, dan
testis. (Richard)
Penyakit granulomatosa kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae yang
ditandai dengan infeksi kulit, saraf dan kerusakan imunologis terkait. Kerusakan saraf
ulserasi berulang dan kelumpuhan yang mempengaruhi tangan, kaki, dan mata. (Manson)
Epidemiologi
- Indonesia merupakan peringkat ketiga di dunia setelah India dan Brazil, dengan jumlah
Penderita Kusta baru pada tahun 2017 mencapai 15.910 Penderita Kusta. Eliminasi Kusta
- Angka prevalensi dan penemuan penderita baru Kusta cenderung statis tiap tahunnya.
35
3. Distribusi Penderita Kusta Menurut Faktor Manusia
Di Myanmar Kusta lepromatosa lebih sering pada etnik Burma dibanding etnik India.
Di Malaysia Kusta lepromatosa lebih banyak pada etnik Cina dibanding etnik Melayu
atau India. Data menurut etnik/suku di Indonesia belum tersedia karena keterbatasan
Dengan peningkatan sosial ekonomi kejadian Kusta sangat cepat menurun bahkan
hilang.
Etiologi
Mycobacterium leprae adalah basil tahan asam yang sangat mirip dengan Mycobacterium
tuberculosis.
Target M. Leprae:
- Invasi dan multiplikasi M. leprae pada sel endotel limfatik dan vaskular dermal mungkin
- M. leprae menginvasi saraf perifer melalui pembuluh darah (dan mungkin limfatik)
- Kolonisasi sel endotel oleh M. leprae dapat menyebabkan iskemia saraf, berkontribusi
Transmisi
37
Paling umum: melalui nasorespiratory. Terutama, Sekresi dari mukosa hidung pasien
lepromatosa yang tidak diobati mengandung banyak basil lepra dan deskuamasi kulit
hidung
Pengangkutan M. leprae oleh subyek sehat di mukosa hidung juga dapat berperan dalam
Faktor Risiko
Usia: Anggota masyarakat yang lebih tua lebih rentan terhadap risiko tertular leprosy
Pengaruh Genetik: lokus kerentanan pada kromosom 6 (HLA-DR) dan 10, dan
polimorfisme pada interleukin (IL)-10, tumor necrosis factor-α (TNF-α), dan gen reseptor
seperti Toll dapat mempengaruhi perkembangan leprosy, bentuk penyakit, dan risiko
reaksi.
tertular infeksi ini. Perkembangan kusta biasanya terjadi setelah transplantasi organ padat,
kemoterapi, infeksi HIV, atau setelah pemberian agen untuk gejala rematik.
38
Klasifikasi
SISTEM RIDLEY–JOPLING
Diturunkan dari kriteria klinis dan histopatologi, sering digunakan untuk mengklasifikasikan
bentuk Leprosy
1. Intermediete
39
○ Lesi paling awal
○ Tekstur, jumlah rambut, sensasi, dan keringat pada lesi hanya sedikit berubah.
Histopatologi:
pleksus dermal (peradangan paravaskular perineural), yang sebagian besar terdiri dari
○ Lesi dapat sembuh sendiri, tetap tidak berubah untuk waktu yang lama, atau
40
2. Tuberkuloid (TT)
o Keterlibatan serabut saraf otonom sering ditandai dan menghasilkan lesi kering
o Saraf kulit dan batang saraf perifer sering membesar di daerah lesi
Histopatologi:
41
o Bagian kulit menunjukkan granuloma sel epiteloid (transformasi histiosit menjadi
kelompok sel epiteloid, yang bergabung membentuk giant cells dan dikelilingi oleh
o AFB jarang terjadi dan paling sering ditemukan pada saraf, dermis papiler, atau otot
arrectores pilorum.
o Lesi BT mirip dengan TT tetapi lebih banyak dan besar, dengan batas yang kurang
jelas.
42
4. Borderline Border (BB)
o Lesi kulit makula atau papula atau seperti plak atau bahkan kombinasi.
o Lesi yang lebih besar mungkin memiliki tampilan geografis dan beberapa lesi
memiliki batas luar yang tidak jelas dengan batas dalam anestesi yang terdefinisi
Histopatologi:
○ Reaksi inflamasi terlihat pada lapisan superfisial dermis, terdiri dari sel bulat kecil,
o Plak yang tersebar luas, seringkali dengan central clearing yang khas, dan nodul
Histopatologi: BL hampir anergik dengan banyak AFB dalam histiosit dan saraf
eksudat seluler terberat di daerah yang lebih dingin, seperti telinga, wajah tengah, dan
o Area lain yang terlibat adalah saluran pernapasan bagian atas dari mukosa hidung ke
Histopatologi:
o AFB berlimpah di saraf, makrofag, dinding pembuluh darah, dan otot arrectores
44
WHO CLASSIFICATION
PB: Skin smear: (-) untuk Acid Fast Bacili, gangguan saraf hanya 1,
MB: Skin smear: (+) untuk Acid Fast Bacili, gangguan saraf lebih dari 1. distribusi lebih
Reactional Leprosy
45
TYPE I: REVERSAL REACTIONS. The polar forms of leprosy tidak mengalami
perubahan gambaran klinis dan histopatologis. Borderline groups tidak stabil dan
dapat bergerak melintasi spektrum di kedua arah dengan peningkatan (upgrading) atau
kulit dan saraf. Tanpa pengobatan, jalur untuk T1R berlangsung kira-kira beberapa
bulan. Penelitian lebih lanjut telah menunjukkan bahwa reaksi ini tampaknya muncul
dari perkembangan kekebalan sel secara bebas serta hipersensitivitas yang terhambat
reaction:
diperantarai sel dan terjadi pada pasien tipe borderline lepromatous (BL) pada
limfosit, edema pada lesi, nekrosis pada bagian tengah dan penurunan
Lepra Bacili.
pada tipe borderline tuberkuloid (BT) yang downgrade atau bergeser ke tipe
lepromatosa.
TIPE II: ERITEMA NODOSUM LEPROSUM (ENL). ENL terjadi pada pasien
lepromatosa setelah pengobatan. Hal ini ditandai dengan tender cutaneous nodules,
leprosy.
Pathogenesis
47
Pathophysiologi
48
Manifestasi Klinis
Luka (termasuk luka bakar) yang tidak terasa nyeri pada tangan atau kaki
Leprosy mempengaruhi saraf campuran perifer dan saraf kulit. Saraf perifer yang
paling umum terkena tibialis posterior, ulnaris, median, poplitea lateral, saraf
49
Saraf Perifer
Manifestasi klinis kerusakan saraf perifer dapat digolongkan menjadi gangguan sensorik,
gangguan motorik dan gangguan otonom. Ketiga gangguan ini dapat terjadi pada saraf perifer
di ekstremitas maupun saraf kranial. Neuropati perifer paling sering bermanifestasi sebagai :
Mata
50
Bagian anterior mata kornea, iris dan lensa semuanya dapat langsung diinflitrasi oleh M.
Leprae.
Mucous Membranes
Mucous membrane terlibat dalam penyakit lepromatosa penyakit kusta, terutama pada
Bones
Sistem Retikuloendotelial
Pembesaran kelenjar getah bening dapat terjadi dan kadang 1/lebih kelenjar menjadi bengkak
dan meradang sebagai bagian dari reaksi kusta atau lebih umum sebagai respons terhdap
infeksi sekunder
Testis
51
Infertilitas dan ginekomastia dapat terjadi akibat invasi testis oleh M. Leprae dan
Ginjal
Keterlibatan ginjal pada kusta lepromatosa jarang terjadi, tetapimungkin kurang terdiagnosis
Diagnosis
Anamnesis
1. Identitas
- Keluhan utama
- Keluhan lain : kesemutan, rontok alis, bulu mata, rambut, suara sengau, penebalan
- Riwayat kontak
52
3. Komplikasi: ulkus, nyeri saraf, sulit menutup mata, lemah tangan/kaki, jari seperti
cakar, pseudomutilasi.
4. Diagnosis banding
5. Riwayat pengobatan
Pemeriksaan Fisik
2. Palpasi
- Kelainan kulit: nodus, infiltrat, jaringan parut, ulkus, khususnya pada tangan dan kaki.
- Kelainan saraf: pemeriksaan saraf tepi (pembesaran, konsistensi, nyeri tekan, dan
nyeri spontan).
53
- Tes otonom
- Pemeriksaan dilakukan pada saraf-saraf yang sering terlibat dalam penyakit kusta
- Pemeriksaan palpasi saraf tepi dilakukan dengan tekanan ringan tidak menyakiti
pasien
- Pada saat mempalpasi identifikasi penebalan atau pembesaran, saraf kiri dan kanan
sama besar atau berbeda, ada nyeri atau tidak pada saraf. Saat melakukan palpasi
perhatikan mimik pasien. Ada tiga saraf yang wajib diraba : ulnaris, peroneus
- Bercak kulit yang eritema atau hipopigmentasi (gambaran yang paling sering
ditemukan), datar atau menimbul, dapat disertai dengan tidak gatal dan mengkilap
- Adanya kelainan kulit yang tidak berkeringat (anhidrosis) dan atau alis mata tidak
berambut (madarosis).
- Timbul lepuh atau luka tanpa rasa nyeri pada tangan dan kaki.
54
- Adanya disabilitas (deformitas).
Alur Diagnosis
55
Diagnosis Banding
1. Psoriasis
2. Tinea circinata
3. Dermatitis seboroik
Bercak putih
1. Vitiligo
2. Pitiriasis versikolor
3. Pitiriasis alba
Nodul
1. Neurofibromatosis
56
2. Sarkoma Kaposi
3. Veruka vulgaris
Management
MDT adalah kombinasi dua atau lebih obat anti Kusta, salah satunya Rifampisin sebagai anti
Kusta yang bersifat bakterisidal kuat sedangkan obat anti Kusta lain bersifat bakteriostatik.
MDT tersedia dalam bentuk 4 macam blister MDT sesuai dengan kelompok umur
(Pausibasiler (PB) dewasa, dan Multibasiler (MB) dewasa, PB anak dan MB anak).
57
Regimen pengobatan MDT di Indonesia sesuai dengan yang direkomendasikan oleh WHO,
sebagai berikut:
Pengobatan Tipe PB diberikan dosis berdasarkan golongan umur sesuai tabel di samping.
Pemberian satu blister untuk 28 hari sehingga dibutuhkan 6 blister yang dapat diminum
58
b. Penderita Kusta Tipe Multibasiler (MB)
Pengobatan Tipe MB diberikan dosis berdasarkan golongan umur sesuai tabel di samping.
Pemberian satu blister untuk 28 hari sehingga dibutuhkan 12 blister yang dapat diminum
59
Efek samping MDT
60
Pengobatan pada Penderita Kusta dengan Keadaan Khusus
a. Hamil dan menyusui: regimen MDT aman untuk ibu hamil/menyusui dan anaknya
- untuk penderita TB yang menderita Kusta tipe PB untuk pengobatan Kusta cukup
ditambahkan Dapson 100 mg, untuk penderita TB yang menderita Kusta tipe MB
a. Untuk Penderita Kusta PB yang alergi terhadap Dapson, Dapson dapat diganti dengan
Klofazimin.
b. Untuk Penderita Kusta MB yang alergi terhadap dapson, pengobatan hanya dengan
c. Penderita Kusta yang tidak dapat minum Dapson (contoh Sindrom Dapson/SD)
d. Penderita Kusta yang tidak dapat minum Rifampisin mereka mendapat regimen 24
61
MDT MB 12 bulan tapi Klofazimin diganti Ofloksasin 400 mg per hari atau Minosiklin 100
mg per hari atau Rifampisin 600 mg per bulan, Ofloksasin 400 mg per bulan dan Minosiklin
Jenis Reaksi Jenis reaksi sesuai proses terjadinya dibedakan atas 2 tipe yaitu reaksi tipe 1 dan
reaksi tipe 2 yang masing-masing derajatnya dibagi menjadi reaksi ringan dan reaksi berat.
4) Jika dalam pengobatan, MDT tetap diberikan dengan dosis tidak diubah.
62
- Penanganan Untuk Reaksi Berat
4) Jika dalam pengobatan, MDT tetap diberikan dengan dosis tidak berubah.
5) Reaksi tipe 1 dan tipe 2 berat diobati dengan prednison sesuai skema.
6) Bila ada indikasi rawat inap Penderita Kusta dikirim ke rumah sakit.
Komplikasi
pada kusta dan harus segera diobati dengan midriatik dan steroid topical.
- Kerusakan saraf Paralisis (sendi yang terkena otot lumpuh harus tetap bergerak
untuk mencegah deformitas fleksi tetap), akibat kerusakan saraf secara terus menerus
- Infertilitas pada penderita pria, infertilitas dan impotensi dapat terjadi karena
disebabkan oleh infeksi bakteri yang dapat menurunkan hormone testosterone dan
produksi sperma
- Komplikasi penyakit kusta adalah hal yang serius, karena sifatnya bisa permanen dan
Prognosis
63
Prognosis leprosy/kusta tergantung pada beberapa factor, yaitu:
- Pengobatan
Dimulainya Multi Drug Therapy (MDT) dengan tepat waktu setelah onset awal, kusta
umumnya dapat disembuhkan. Perawatan MDT dapat mencegah deformitas yang luas
Prevention
Upaya pemutusan mata rantai penularan penyakit kusta dapat dilakukan melalui:
2. Vaksinasi BCG
2.2 TREATMENT
64
Rifampicine
Macrocyclic antibiotic
Efek: Baktericidal
Indikasi: first line TB, infeksi intasel& extracel mycobacterium, infeksi gram positive
Dapsone
Gol: Antileprotic
acid
Efek: Bakteriostatik
(topical)
65
Kontraindikasi: hipsen to dapsone
Dose: PB Lepro🡪 100mg/d u/6 bulan (adult), 50mg u/6 bulan (child) : MB Lepro 🡪
Farmakokinetik
> Abs: rapid & complete at GI,bioavaibilitas >86% dengan time to peak plasma 2-8
jam
> distr: seluruh jaringan tubuh dan cairan tubuh, retain di kulit, otot, ginjal dan liver,
sintets sulphone, sama dengan obat sulphonamide yang targer nya adalah
Clofazimine
multifactorial
66
side effect: hiperpigmentasi yang bisa hilang dalam waktu 6-12 bulan setelah
(imunomodulator)
Ofloxacine
antibiotic fluoroquinolone
side effect: nausea, diare, other GI Complaint, dan skin rash. Cns complaint:
Minocycline
satu-satunya jenis grup tetracycline yang secara signifikan dapat melawan bakter
m.leprosy (bactericidal)
Other
PENANGANAN REAKSI
67
Dilakukan oeh tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter dan tenaga kesehatan lain yang
Penderita kusta mengalami reaksi berat 🡪 perlu pengisian form evaluasi pengobatan reaksi
berat yang diisi rutin 1-2 minggu u/ evaluasi kondisi penderita kusta
68
69
MENCEGAH KONTRAKTUR
70
2.3 PREVENTION
A. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya kepada masyarakat sehingga mereka
mau dan mampu meningkatkan dan memelihara kesehatan mereka sendiri. Sasaran promosi
kesehatan dalam kegiatan Penanggulangan Kusta yaitu Penderita Kusta, keluarga, masyarakat
kemasyarakatan, dan kader, tenaga kesehatan, penentu kebijakan dan pemangku kepentingan.
Memberikan informasi tentang tanda dan gejala dini Kusta, serta teknis kegiatan
Penanggulangan Kusta. Informasi tersebut dapat berupa pedoman, petunjuk teknis, leaflet,
poster, spanduk, banner, penyuluhan, dan lain-lain. Mempengaruhi individu, keluarga, dan
masyarakat untuk penghapusan stigma dan menghilangkan diskriminasi pada Penderita Kusta
dan orang yang pernah mengalami Kusta, melalui kampanye, iklan layanan masyarakat, film
penghapusan stigma dan diskriminasi, serta pembiayaan, yang dapat dilakukan melalui
keluarga, dan masyarakat untuk berperan aktif dalam penemuan dan tata laksana Penderita
B. Surveilans Kusta
Kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang
Penderita Kusta dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya penularan Kusta untuk
71
memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan penanggulangan secara
penularan Kusta
1) Pengumpulan Data
Dilakukan dalam bentuk penemuan Penderita aktif dan pasif. Penemuan secara aktif
Pemeriksaan kontak
Penemuan secara pasif adalah pengumpulan data berdasarkan kedatangan Penderita Kusta ke
Puskesmas/sarana kesehatan lainnya atas kemauan sendiri karena mengenali tanda Kusta atau
2) Pengolahan Data
Data dari fasilitas pelayanan kesehatan, masyarakat, dan sumber data lainnya diolah dan
3) Analisis Data
72
Analisis data dilakukan secara deskriptif dan/atau analitik menurut orang, tempat, dan waktu.
4) Diseminasi Informasi
Hasil analisis dibuat dalam bentuk laporan dan/atau presentasi. ditujukan kepada seluruh
stakeholder yang terkait, yaitu jajaran kesehatan, LSM, profesi, perguruan tinggi, dan
masyarakat. Informasi akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan dan perencanaan
C. Kemoprofilaksis Kusta
Kemoprofilaksis Kusta adalah pemberian obat yang ditujukan untuk pencegahan Kusta.
Kemoprofilaksis Kusta dilakukan pada penduduk yang memenuhi kriteria dan persyaratan
sebagai berikut:
penduduk yang menetap paling singkat 3 bulan pada daerah yang memiliki Penderita
Kusta
Pemberian Kemoprofilaksis Kusta dilaksanakan 1 kali dan dapat diulang kembali setelah 2
73
sosial ditemukan lagi Penderita Kusta baru. Kemoprofilaksis Kusta yang diberikan oleh
petugas kesehatan wajib diminum langsung di depan petugas pada saat diberikan.
Vaksinasi
BCG saat lahir efektif dalam mengurangi risiko leprosy Oleh karena itu, penggunaannya
sebagai tindakan pencegahan harus dipertahankan. Uji coba diperlukan pada vaksin baru dan
yang sudah ada, termasuk studi tentang LepVax, subunit baru vaksin saat ini dalam studi
tahap 1A.Percobaan juga diperlukan pada efek dari kombinasi imunoprofilaksis pasca
untuk pencegahan penyakit mikobakteri lain seperti kusta dan Buruli ulcer. -WHO
2.4 PEMERIKSAAN
2.4.1 Numbness
74
“Numbness" digunakan oleh pasien untuk menggambarkan berbagai gejala, termasuk
hilangnya sensasi, sensasi abnormal, dan kelemahan atau paralisis. Namun, numbness
sebenarnya adalah hilangnya sensasi, baik sebagian (hipestesia) atau total (anestesi).
Numbness melibatkan 3 modalitas sensorik utama dengan derajat yang sama atau berbeda:
1. Light touch
Numbness sering disertai dengan tingling (pins-and-needles) yang tidak berhubungan dengan
- nyeri,
- disfungsi saraf kranial nonsensorik) juga dapat muncul tergantung pada penyebabnya.
Pathophysiology of Numbness
Anatomy
Area pemrosesan sensorik di dalam otak terhubung dengan saraf kranial atau jalur sensorik
spinal cord. Serabut sensorik yang keluar dari medula spinalis bergabung membentuk
dorsal nerve roots. 30 dorsarl sensory roots bergabung dengan akar ventral motorik yang
75
sesuai spinal nerves. Cabang cervical dan lumbosacral spinal nerves bergabung lebih distal
membentuk pleksus; saraf ini sesuai dengan segmen origin di spinal cord. Istilah saraf perifer
mengacu pada bagian saraf distal ke nerve root dan pleksus. Spinal cord dibagi menjadi
segmen-segmen fungsional yang sesuai dengan perlekatan pasangan spinal nerve roots. Area
kulit yang disuplai sebagian besar oleh saraf tulang belakang tertentu adalah dermatom yang
Mechanisms
Numbness dapat terjadi dari disfungsi di mana saja di sepanjang jalur dari reseptor sensorik
Mekanisme umum:
76
- Mechanical nerve compression (eg, by tumors or a herniated disk [nucleus pulposus],
- Metabolic disorders (eg, diabetes, chronic kidney disease, thiamin deficiency, vitamin
B12 deficiency)
myelitis
Penyebab numbness
77
78
Diagnosis Numbness
Evaluation of Numbness
• Gambaran klinis khususnya tingkat onset, gejala dan tanda neurologis terkait, dan
simetri
History
cognitive decline)
Review of systems:
• Back and/or neck pain: Osteoarthritis- or RA-associated herniated disk or spinal cord
compression
rheumatic disorders
79
• Infections such as HIV, syphilis, or Lyme disease: Infectious peripheral neuropathy or
brain infection
Physical examination:
• Secara umum, tes refleks adalah pemeriksaan yang paling objektif, dan tes sensorik
adalah yang paling subjektif; seringkali, area kehilangan sensorik tidak dapat
80
81
2.4.2 Ulnar Nerve Examination
Ulnar nerve runs posteriorly in the ulnar groove between the medial epicondyle and the
olecranon process.
82
Palpate the olecranon process and press over the epicondyles for tenderness (Fig. 16-24). The
sensitive ulnar nerve can be palpated posteriorly between the olecranon process and the
medial epicondyle.
Observe the contours of the palm, namely the thenar and hypothenar eminences. Thenar
atrophy occurs in median nerve compression from carpal tunnel syndrome (sensitivity 82% to
83
Hypothenar atrophy suggests an ulnar nerve disorder
Neurological exam
- Mental Status
- Reflex
84
Sensory sistem
- Position
- Light touch
- Sensation
deterioration (kemunduran)
tenderness
85
2. Pain : Menggunakan tusuk gigi atau alat lain yang memiliki ujung tumpul
dan runcing. Pasien menutup mata dan dikenalkan sebelum diperiksa (satu
kali pakai)
3. Temperature : Menggunakan 2 test tubes berisi air dingin & panas atau
tunning fork
4. Light touch : Menggunakan kapas, lalu sentuh secara halus, minta pasien
discrimination
- Direkomendasikan : 2-4 lokasi, setidaknya 1 pada skin lesion, dan dari routine sites :
earlobes
- ‘Sebagian besar pasien Leprosy memiliki hasil negative pada slit-skin smear’ –
Manson
86
Prosedur :
• Initial skin smears dari 6 “routine sites” termasuk earlobes, elbows, dan knees serta
1. Kulit dibersihkan/cleansed dengan 70% alkohol lalu dikeringkan di dengan kapas atau
dibiarkan mongering
2. Lipatan kulit yg relative avascular, dicubit atau mild clamping, atau di tekan sdikit
3. Bisa dilakukan anastesi lokal, sebenarnya cubitan salah satunya bertujuan untuk
anastesi
4. Insisi dengan Panjang 3-5 mm dan kedalaman 2-3 mm di area tadi, menggunakan
6. Sebelum blade dikeluarkan, inner surface pada luka sayatan ‘scrapped’ dengan blade
dari sudut kanan insisi. Selama scrapping, tissue fluidm dermal tissue akan terambil
87
7. Lalu usapkan pada sudah dilabeli, moderately thick smear, smear dilakukan secara
1. Letakkan slide pada staining rack, beri 10% formalin selama 15 menit untuk fiksasi
Microscopic Exam :
88
1. Pembesaran 100x dengan oil immersion objective
2.5 PATOMEKANISME
89
90
2.6 BHP
komplikasi
2.7 IIMC
Diriwayatkan dari Sahabat Anas -radliyallahu anhu- bahwa Nabi Muhammad SAW
berdoa: “Ya Allah, aku berlindung padamu dari kusta, gila, dan penyakit-penyakit
buruk”. Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad sahih.
Hadis ini memberitahukan kepada kita bahwa Nabi Muhammad juga pernah
mengajarkan doa agar terhindar dari penyakit kusta. Hal ini juga menunjukkan bahwa
penyakit kusta juga sudah dikenal di zaman Nabi Muhammad. Nabi Mengajarkan
agar umatnya menghindarkan diri penyakit kusta, salah satunya dengan berdoa agar
91
DAFTAR PUSTAKA
4. Fitzpatrick’s Dermatology
7. NCBI : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470464/
15. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559307/
(msdmanuals.com)
17. Bates Guide to Physical Examination and History Taking 12th Edition
18. https://www.aafp.org/afp/2010/0401/p887.html
19. https://www.hrsa.gov/hansens-disease/diagnosis/skin-smears.html
20. https://www.cdc.gov/leprosy/health-care-workers/laboratory-diagnostics.html
92
93