Anda di halaman 1dari 16

Evidence Based Nursing (EBN)

Sistem Integumen

DISUSUN OLEH :
NS. SILMI TRESIA, S. Kep (1622594)
WIWID DIANA, Amd. Kep (1622597)
FINTA WIDYANTI (1622630)
UMI HAFIFAH (1622637)

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASAR MINGGU


KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan Kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa yang telah memberikan rahmat kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Evidence Based
Nursing (EBN) Sistem Integumen”.
Penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran dari
berbagai pihak dalam penyusunan makalah ini. Atas bimbingan
dan saran yang peneliti terima, maka dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing/ PIC EBN
Integumen RSUD Pasar Minggu Tahun 2021.
Peneliti menyadari dengan segala keterbatasan penulisan
dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penulisan Bahasa
maupun penyusunan, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 22 Oktober 2021

(Tim Penulis)

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………… i


Daftar Isi ……………………………………………………………… ii
BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………….... 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………….... 1
1.2 Tujuan Penulisan ……………………………………… 2
1.3 Manfaat Penulisan …………………………………….. 2
1.4 Ruang Lingkup …………………………………………. 3
BAB 2 TINJAUAN TEORI …………………………………………… 4
2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Integumen ……………… 4
2.2 Fungsi Sistem Integumen …………………………… 6
2.3 Pengkajian Keperawatan Sistem
Integumen………………......................................... 6
2.4. Diagnosa Keperawatan Terkait Sistem Integumen

BAB 3 PEMBAHASAN …………………………………………….. 11


BAB 4 KESIMPULAN ……………………………………............. 12
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………..... 13
LAMPIRAN

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawat adalah seorang tenaga kesehatan yang berada 24


jam disisi pasien. Seorang perawat memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien, yang terdiri dari 5 langkah asuhan
keperawatan, yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan.

Dalam melakukan analisa pada diagnosa masalah


dibutuhkan pengkajian yang benar dan tepat. Sebagai seorang
perawat yang sering melakukan pengkajian pada pasien
membutuhkan waktu yang lama untuk mengakaji seorang pasien.
Apalagi ketika bekerja sebagai seorang perawat, banyak kegiatan
administrasi yang memakan waktu sehingga pengkajian kurang
maksimal dilakukan. Oleh karena itu, dibutuhkan format
pengkajian yang memudahkan perawat dalam melakukan
pengkajian, sehingga memudahkan dan mempercepat perawat
dalam melakukan pengkajian. Pada pembahasan ini, kami
membahas tentang format pengkajian pada sistem integumen yang
kompleks.

Dalam dunia kesehatan, update ilmu sesuai dengan


evidence based keperawatan sangat diperlukan, dan dapat
diterapkan kepada pasien karena didasarkan pada ilmu yang telah
diuji.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah memberikan


penjelasan tentang pengkajian sistem integumen.

4
1.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Manfaat Bagi Perawat

Manfaat penulisan makalah ini bagi perawat adalah


memberikan pengetahuan dalam pengkajian keperawatan
khususnya pada sistem integumen secara mudah dan cepat.

1.3.2 Manfaat Bagi Rumah Sakit

Manfaat bagi rumah sakit, dapat dijadikan sebagai acuan


dalam format pengkajian keperawatan terutama sistem integumen,
sehingga mempercepat kerja perawat dan meningkatkan kualitas
kerja perawat.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penulisan makalah ini adalah terkait anatomi


fisiologi integumen dan pengkajian sistem integumen.

5
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Integumen


Kulit seorang individu, rata-rata, memiliki luas permukaan
1,5-2 m2 (Voegeli, 2012) dan berat badan sekitar 15% dari total
berat badan orang dewasa, menjadikan kulit organ terbesar di
tubuh (Farage et al, 2013). Fungsi utama kulit adalah untuk
memberikan penghalang terhadap zat berbahaya dan pertahanan
imunologi melawan patogen.
Kulit terdiri dari tiga lapisan utama lapisan luar adalah
epidermis, yang juga lapisan paling tipis, dan di bawahnya ini
adalah dermis. Dermis lebih tebal dari pada epidermis, meskipun
ketebalannya bervariasi di seluruh tubuh. Di bawah dermis
terletak hipodermis (Voegeli, 2012; 2016).

Gambar 2.1 Struktur Anatomi kulit

6
Epidermis
Merupakan lapisan terluar tubuh. Epidermis terbuat dari
jaringan epitel skuamosa berlapis dan bersifat avaskular, artinya
tidak memiliki kapiler di dalamnya dan terdiri atas empat lapisan
yaitu 1) stratum basale, 2) statrum spinosum, 3) statrum
granulosum dan 4) starnum corneum. Sel-sel yang terdapat pada
lapisan epidermis meliputi 1) keratynocytes, merupakan sel paling
dominan di lapisan epidermis dan berfungsi memproduksi keratin,
2) melanocytes, merupakan sel penghasil melanin (berfungsi
melindungi kulit dari sinar ultraviolet (UV), tumor dll, 3)
langerhans cells:, terlibat dalam respon imun diperantarai sel di
kulit (dermatitis alergi) dan 4) merkel cell, terlibat dalam sensasi
sentuhan.
Warna kulit merefleksikan produksi granula pigmen (melanin)
oleh melanosit dan adanya darah (hemoglobin) pada orang yang
berkulit terang. Warna kulit merefleksikan kombinasi empat
warna dasar: yaitu:
- keratenoid yang dibentuk secara eksogen (kuning)
- Melanin (coklat)
- Hemoglobin teroksigenasi di dalam arteriol dan kapiler
(merah)
- Hemoglobin tereduksi pada venula (biru atau ungu)

Melanin memiliki peran terbesar dalam warna kulit,


diproduksi pada epidermis dan pada lapisan-lapisan folikel
rambut. Melanosom adalah granula-granula pada melanosit yang
mensintesis melanin.
Lapisan Tambahan Epidermis
Struktur tambahan epidermis adalah pertumbuhan
epidermis ke dalam, kebagian dermis, terdiri dari kelenjar ekrin,
unit apokrin, kelenjar sebaseus, rambut dan kuku.
Kelenjar ekrin memproduksi keringat dan berperan penting

7
dalam termoregulasi. Kelenjar ini ditemukan pada keseluruhan
kulit kecuali pada tepi vermilion, telinga, bantalan kuku, glans
penis, dan labia minora.
Kelenjar apokrin utamanya terdapat pada aksila, areola
payudara, area anogenital, kanal telinga dan kelopak mata.
Kelenjar apokrin mensekresi substansi seperti susu yang menjadi
berbau jika diubah oleh bakteri permukaan kulit. Kelenjar ini
tidak berfungsi hingga massa pubertas dan membutuhkan
keluaran hormon seks yang tinggi untuk beraktivitas.
Kelenjar sebaseus, ditemukan di seluruh kulit kecuali pada
telapak tangan dan kaki serta paling banyak pada wajah, kulit
kepala, punggung atas, dan dada. Kelenjar ini berasosiasi dengan
folikel rambut yang membuka ke permukaan kulit, dimana sebum
dilepaskan. Sebum memiliki fungsi lubrikasi dan aktivitas
bakterisidal.
Rambut dan Kuku, Rambut adalah protein produk akhir
yang tidak hidup yang ditemukan pada semua permukaan kulit
kecuali pada telapak tangan dan kaki. Setiap folikel berfungsi
sebagai unit independen dan melalui tahap-tahap perkembangan
yang intermitten. Sedangkan Kuku adalah sisik dari epidermis
yang berzat tanduk. Matriks kuku adalah sumber dari sel-sel tidak
berkeratin yang terspesialisasi. Kuku dan rambut terdiri atas sel-
sel yang berkeratin, yaitu sel mati. Ingesti gelatin tidak
menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan atau kekuatan
kuku.
Dermis
Sel utama yang terdapat didalam lapisan dermis yaitu 1)
fibroblasts memproduksi kolagen, serat elastis, 2) macrophages,
merupakan sel fagosit penting untuk memerangi infeksi, 3) mast
cells, bagian dari sistem kekebalan tubuh dan melepaskan
histamin, mereka bertanggung jawab untuk reaksi alergi dan
hipersensitivitas, 4) adipocytes, merupakan sel lemak. Organ

8
aksesoris yang terdapat di lapisan dermis, yaitu 1) folikel, akar
dan rambut, berfungsi sebagai perlindungan dan regulasi termal,
2) kelenjar sebasea, mensekresikan cairan berminyak (sebum),
kelenjar keringat, merupakan bagian dari ekskresi dan kontrol
suhu sistem tubuh dan 4) otot pili erektil, merupakan indikator
respon merinding.
Hipodermis/Subkutan
Lapisan kulit yang terletak diantara antara lapisan dermis dan
otot, dikenal juga sebagai lapaisan hipodermis. Tersusun atas
jaringan ikat longgar yang terdiri dari adiposa dan jaringan ikat
areolar. Berperan penting dalam pengaturan suhu dan
penyimpanan energi (Brunner & Suddart, 2016).

2.2. Fungsi Sistem Integumen


Menurut Black & Haws (2014), fungsi sistem integumen
terdiri dari:
a. Proteksi
b. Homestasis
c. Termoregulasi
d. Reseptor sensorik
e. Produksi Vitamin D
f. Perawatan dermatologis

2.3. Pengkajian Sistem Integumen


Menurut Blacks & Haws (2014), pengkajian sistem
integumen dimulai dari riwayat yang terdiri dari keluhan utama,
manifestasi klinik, pemeriksaan sistem, riwayat kesehatan
sebelumnya, riwayat operasi sebelumnya, alergi, obat-obatan,
riwayat psikososial, dan riwayat kesehatan pada keluarga.
Keluhan Utama
Keluhan utama yaitu masalah yang paling sering muncul
pada sistem integumen adalah: gatal (pruritus), kering, ruam, lesi,

9
ekimosis (bercak hemoragi kecil), benjolan, massa dan
penampakan kosmetik.
Keluhan tersebut dikaitkan dengan onset, durasi dan
pencetus yang dicurigai pada setiap manifestasi.
Manifestasi Klinik
Lakukan analisis manifestasi klinik termasuk pertanyaan
yang tertuju pada pengkajian dermatologi, riwayat seksual.
Keluhan yang sering muncul pada sistem integumen adalah:
a. Pruritus
b. Lesi
c. Infeksi
Tinjauan Sistem
Dapatkan riwayat lengkap mengenai kulit, terutama
tanyakan tentang masalah masa lalu yang timbul dengan gatal
yang tidak biasa, kering, lesi, ruam, benjolan, ekimosis, dan
massa. Tentukan jika klien mengalami masalah dengan tahi lalat
atau lesi lain, terutama jika mereka mengalami perubahan
ukuran, bentuk atau warna.
Riwayat Medis Sebelumnya
Tanyakan tentang penyakit masa kanak-kanak dan
temukan tentang status vaksinasi. Penyakit sistemik yang terkait
dengan kulit (imunologis, endokrin, kolagen, vaskular, ginjal, atau
kondisi hati). Tanyakan tentang status vaksinasi
Riwayat Alergi
Tanyakan kepada klien tentang alergi terhadap medikasi,
makanan, inhalan, lateks, dan bahan kimia lain. Apakah dengan
makan makanan tertentu yang menyebabkan rasa gatal, terbakar,
atau erupsi kemerahan?. Apakah kontak dengan polen, inhalasi,
atau binatang, menyebabkan biduran?. Riwayat tentang reaksi
alergi dimasa lalu terhadap makanan atau obat penting untuk
menghindari reaksi serupa yang terjadi melalui pemberian ulang.
Riwayat kontak dan diskusi komponen pada lingkungan kerja,

10
hobi, dan berpergian terakhir.
Medikasi
Catat resep dan obat terakhir yang dibeli bebas yang telah
dipakai klien atau yang telah klien habiskan.
Kebiasaan Makan
Tanyakan kebiasaan makan pasien berkaitan tentang nutrisi
dan percepatan penyembuhan luka, selain itu tanyakan tentang
multivitamin yang dikonsumsi.
Riwayat Sosial
Kajilah riwayat seksual klien yang membantu menjelaskan
adanya trauma jaringan atau lesi yang disebabkan oleh penyakit
Infeksi Menular Seksual. Tanyakan tentang status pekerjaan dan
pernghasilan terkait sosioekonomi klien. Tanyakan tentang
kebiasaan klien seperti frekuensi dalam kebersihan, produk yang
digunakan (lotion, sabun, dan lain-lain). Apakah terdapat
pergantian pakaian atau sprei tempat tidur dan diskusikan
bagaimana barang-barang itu dibersihkan. Apakah klien
melakukan aktivitas rekreasi yang melibatkan paparan terhadap
matahari yang lama, dingin yang tidak biasa atau kondisi lain
yang dapat merusak integument.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah pasien/klien memiliki riwayat penyakit keluarga
sesperti alopesia, iktiosis, dermatitis atopic, dan psoriasis. Dan
penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, diskrasia darah,
penyakit kolagen vascular, lupus eritematosus, atau penyakit
lainnya seperti skabies.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien/klien yang dimulai dari head to toe
dengan menggunakan teknik inspeksi,dan palpasi. pada kulit,
rambut, kulit kepala dan kuku.

11
2.4. Diagnosa Keperawatan Terkait Sistem Integumen
Diagnosa keperawatan terkait dengan gangguan system
integument adalah diantaranya:
a. Gangguan integritas kulit
b. Resiko infeksi
c. Nyeri
d. Gangguan Citra Tubuh
e. Cemas
Intervensi (rencana keperawatan) untuk Gangguan integritas
kulit menurut Nursing Intervention Clasification (NIC) adalah
sebagai berikut:
a. Pressure Management
- Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
- Hindari kerutan pada tenpat tidur
- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
- Mobilisasi Pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
- Monitor adanya kemerahan
- Oleskan lotion atau minyak baby oil pada daerah yang
tertekan
- Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
- Monitor status nutrisi pasien
- Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

b. Insision Site Care


- Membersihkan, memantau dan meningkatkan proses
penyembuhan pada luka yang ditutup dengan jahitan, klip
atau straples
- Monitpr proses kesembuhan area insisi
- Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi
- Bersihkan area sekitar jahitan atau staples, menggunakan
lidi kapas steril
- Gunakan preparat antiseptic sesuai program

12
- Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau biarkan
luka tetap terbuka (tidak dibalut) sesuai program

c. Dialysis Acces Maintenance


- Monitoring posisi kateter dialisis,
- Monitoring kondisi akses dialysis (kemerahan, edema,
demam, perdarahan, hematoma dan penurunan sensasi
rasa),
Hindari kompresi/ penekanan pada akses dialysis.

13
BAB 3
PEMBAHASAN

Pengkajian antara teori dan fakta memiliki beberapa


kesenjangan diantaranya pengkajian integument pada faktanya
belum lengkap sesuai dengan teori. Pengkajian yang biasa
dilakukan adalah hanya berupa inspeksi pada kulit, dan lebih
terfokus jika sudah terjadi luka, terutama luka bakar, sedangkan
terdapat beberapa yang perlu untuk ditambahkan ketika
melakukan pengkajian integumen sesuai dengan teori pada Bab 2.
Berdasarkan jurnal wound, terdapat pengkajian pada kulit
yang harus dikaji yaitu tentang resiko penggunaan pamfers yang
dapat menyebabkan resiko terjadinya luka yaitu terkait IAD
(incontinensia associated dermatitis).
Selain itu, diperlukan juga pengkajian terkait resiko
decubitus, sehingga perawat dan tenaga kesehatan dapat
mencegah terjadinya decubitus jauh lebih awal yang dinilai dari
keadaan pasien.
Oleh karena itu, maka akan direncanakan pembuatan
format pengkajian integument yang menambahkan tools tools yang
sudah baku dalam penilaian sistem integumen.

14
BAB 4
KESIMPULAN

Struktur anatomis kulit terdiri dari epidermis, dermis dan


hipodermis. Sistem integumen berfungsi sebagai proteksi,
homeostatis, termoregulasi, reseptor sensorik, produksi vitamin D
dan perawatan dermatologis.
Pengkajian sistem integumen menurut Black dan Haws
terdiri dari keluhan utama, manifestasi klinik, riwayat medis
sebelumnya, riwayat bedah, alergi, medikasi, kebiasaan makan,
riwayat sosial, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan lingkungan.
Pemeriksaan Fisik sistem integumen terdiri dari inspeksi
dan palpasi pada kulit, kuku, rambut dan kulit kepala.
Pengkajian fisik sistem integumen di rumah sakit/
dilapangan masih belum lengkap sesuai dengan teori dan
Evidence based nursing practice terbaru.

15
DAFTAR PUSTAKA

Black, J,M., & Hawks, J,H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah


Manajemen Klinis Untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8 Buku
2. Edisi Bahasa Indonesia. Elsevier: Jakarta.
Gray M, Bliss DB, Ermer-Seltun J, et al. Incontinence-associated
dermatitis: a consensus. J Wound Ostomy Continence Nurs.
2007;34:45-54. 4.
Junkin J, Selekof JL. Prevalence of incontinence and associated
skin injury in the acute care inpatient. J Wound Ostomy
Continence Nurs. 2007;34:260-269
Le Mone, P., Burke, K.M., & Bauldoff, G. (2015). Buku ajar
keperawatan medikal bedah volume 2. (5th ed.). Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C., Bare, G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2017).
Brunner And Suddarth’stex Book of Medical Surgical Nursing
(11 thed): Lippincolt Williams & Wilkins.

16

Anda mungkin juga menyukai