Anda di halaman 1dari 38

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMATIKA DALAM PELAYANAN

KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT

Teknologi informasi merupakan hal yang tidak dapat dihindari di jaman


yang sangat modern ini. Peranan teknologi pada aktivitas manusia saat ini
memang begitu besar. Berkat teknologi berbagai kemudahan dapat dirasakan
oleh manusia. Hal tersebut akan juga berpengaruh pada keinginanan
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan
adanya kemajuan teknologi. Dengan demimikian perawat sebagai pemberi
pelayanan kesehatan yang holistik tentunya harus dapat menyesuaikan
pelayanan asuhan tersebut dengan kemajuan teknologi yang ada.
Dalam era revolusi digital, suara, data, dan gambar yang dapat dikirim
dalam berbagai bentuk menuntut kita untuk selalu meningkatkan
perkembangan teknologi dengan percepatan informasi. Perawat sebagai salah
satu tenaga kesehatan yagn berperan aktif dalam merawat pasien memiliki
kontribusi yang besar dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan
memanfaatkan teknologi informasi. Dengan menggunakan suatu teknologi
informasi diharapakan pelayanan akan lebih praktis dan mudah bagi pasien dan
juga perawat
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini di Indonesia
belum secara luas dimanfaatkan dengan baik oleh perawat khususnya di
pelayanan rumah sakit, terutama pelayanan keperawatan. Hal ini dikarenakan
perawat belum terbiasa dengan kemajuan teknologi dan belum adanya
dukungan dari jaringan internet yang memadai. Padahal perawat merupakan
tenaga kesehatan yang memiliki kontribusi paling besar terhadap mutu
pelayanan kesehatan. Perawat adalah tenaga kesehatan yang berinteraksi
dengan pasien selama 24 jam perhari dengan memberikan asuhan
kepaerawatan yang holistik dari pengkajian sampai evaluasi.
Kekurangan perawat adalah masalah seluruh dunia. Banyak faktor,
seperti kenaikan pasien lokal dan penurunan waktu untuk memberikan
perawatan langsung pada pasien, telah memberi kontribusi pada peningkatan
ketidakpuasan bahwa perawat pengalaman dengan lingkungan kerja mereka.
Apabila dibiarkan terus menerus, masalah ini akan mempresepsikan diri
sebagai lingkungan kerja menjadi lebih stres dan perawat lebih banyak
meninggalkan perawatan langsung. Sebagai kekurangan tersebut menjadi lebih
buruk, rumah sakit harus menggunakan segala cara yang mungkin untuk suport
perawat. Konsekuensi dari rumah sakit dalam merubah kondisi kerja sangat
signifikan pengaruhnya bagi perawat. Meskipun penggunaan Teknologi
informatika mungkin tidak secara langsung berkorelasi dengan peningkatan
rekrutmen, hal ini menjadi bagian dari strategi yang komperhensif untuk
memenuhi kebutuhan keperawatan
Sistem informasi adalah kombinasi antara kumpulan perangkat keras dan
perangkat lunak yang dirancang untuk mentransformasikan data ke dalam
bentuk informasi yang berguna. Sistem informasi adalah sistem yang
menghasilkan informasi yang berguna dimana sistem tersebut menggunakan
berbagai macam teknologi. Sistem informasi yang menggunakan komputer
disebut sistem informasi berbasis komputer. Secara umum definisi sistem
informasi merupakan suatu perangkat keras atau lunak buatan manusia yang
dibuat untuk menghimpun, mengelola, menyediakan data serta nantinya akan
menghasilkan suatu informasi atau menyebarkan informasi untuk mencapai
suatu tujuan atau sasaran dari pemakai.
Teknologi informasi adalah segala bentuk perangkat lunak atau keras,
peralatan elektronika, terutama komputer yang merupakan bagian dari sistem
informasi digunakan untuk memproses, menyimpan dan mengirimkan
informasi. Teknologi tersebut akan selalu berkembang mengikuti jaman.
Teknologi elektronik seperti radio, televisi, komputer mengakibatkan informasi
lebih cepat menyebar di area yang lebih luas dan lebih lama tersimpan.
Sistem informasi manajemen keperawatan atau yang sering dikenal
sebagai nursing informatics (NI) adalah sekumpulan informasi yang terdiri atas
kumpulan data yang saling terintegrasi (terpadu) satu sama lain yang
diaplikasikan untuk memudahkan perapihan, penyimpanan, dan perubahan data
dalam sebuah basis data yang kompleks. Graves & Corcoran (1989) dalam
Huber (2006) mendefinisikan NI sebagai kombinasi dari ilmu computer, ilmu
informasi, dan ilmu keperawatan untuk membantu mengatur dan memproses
data, informasi dan pengetahuan keperawatan guna mendukung praktik
pelayanan keperawatan
Perkembangan teknologi informasi yang sudah dikembangkan dalam
bidang keperawatan di dunia internasional adalah Mobile Nursing Information
System, Nursing Home Clinical System, Informatic Telephone Triage Nursing,
SisEnf dan masih banyak lagi teknologi informasi keperawatan yang sudah
berjalan di luar negeri. Dari semua teknologi informasi yang dikembangkan
tujuanya adalah untuk memberikan kemudahan pada perawat dan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Mobile Nursing Information System (MNIS)


Perawat adalah seorang informasi yang intensif. Perawat menangani
informasi perawatan pasien selama setiap dinas. Namun sebagian besar NIS
(nursing information system) yang konvensional ditempatkan di dekat nurse
station. Sementara memberikan perawatan kepada pasien mereka, perawat
biasanya merekam informasi pengolahan secara manual di atas kertas. Jika
perawat perlu untuk memasukkan atau mengambil informasi dari catatan
perawatan dalam pengambilan keputusan, mereka harus menghentikan proses
pelayanan keperawatan dan kembali ke nurse station. Oleh karena itu jenis
offline layanan komputer yang disediakan oleh NIS konvensional tidak
memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan rawat inap
Teknologi seluler yang tersedia saat ini telah diakui sebagai alat yang
tepat untuk mengelola dan mengakses informasi klinis di titik perawatan.
Mobile Nursing Information System diproduksi paling terintegrasi dengan
komuter dan jaringan komunikasi. Sistem ini menawarkan portabilitas perawat
dan akses mobile ketika informasi yang dibutuhkan. Komputer portabel
komputer laptop, komputer tablet, atau personal digital assistant (PDA)
Wireless komunikasi dan jaringan memungkinkan komputer mobile untuk
mengakses data dalam sistem informasi rumah sakit (HIS) online tanpa kabel.
populer komunikasi nirkabel semut jaringan termasuk GSM, jaringan area lokal
nirkabel (WLAN) dan bluetooth, WLAN cocok untuk digunakan dalam
keperawatan. WLAN dapat sebagai jaringan independen atau bersama dengan
LAN yang sudah ada. Sementara penelitian mengenai MNIS telah menunjukan
hubungan yang signifikan dengan teknologi informasi dalam praktik
keperawatan
Definisi PDA (Personal Digital Assistants) adalah sebuah alat komputer
genggam portable, dan dapat dipegang tangan yang didesain sebagai organizer
individu, namun terus berkembang sepanjang masa Pada aplikasi klinis yang
sudah digunakan adalah referensi tentang obat. PDA dengan Mudah dapat
menariknya keluar ketika butuh pengingat cepat tindakan obat, intervensi,
diagnosis. Diagnosis keperawatan sangat membantu menghubungankan antara
teoretis dan praktis . Bahkan sebuah PDA dengan pemindai bar code/gelang
data, saat ini sudah tersedia. PDA semacam ini memungkinkan tenaga
kesehatan untuk memindai gelang bar code/gelang data pasien guna mengakses
rekam medis mereka, seperti obat yang tengah dikonsumsi, riwayat medis, dan
lain-lain .

Nursing Home Clinical System


Sistem OneTouch teknologi sebelumnya tidak tersedia untuk perawatan di
rumah dan merupakan pergeseran dari manual kertas pena ke metode digital.
Pengumpulan data baru ini memiliki efek positif pada kualitas pribadi
perawatan dengan meningkatkan deteksi masalah penduduk melalui alert
otomatis. Bukti efek positif dari otomatisasi ditemukan dalam praktek kritis
menggunakan tanda untuk meningkatkan evaluasi pasien yang spesifik dan
keputusan klinis. OneTouch mengintegrasikan teknologi khusus yang digunakan
untuk melacak secara elektronik perawatan di rumah, PDA di samping tempat
tidur untuk data perawatan masuk, dan teknologi wieless melalui perangkat
lunak untuk mendukung CDSS (clinical decission suport system).
Modul Bed side ini dirancang untuk menyediakan kelengkapan,
dokumentasi yang diverifikasi dan interaktivitas dari item tertentu dalam
catatan klinis. Pengguna nursing home clinical system sebelumnya
menunjukkan bahwa jenis sistem dokumentasi bed-side ini memberikan manfaat
penyedia perawatan kesehatan. Mereka bisa melihat banyak hal tentang
perawatan pada penduduk secara bersamaan dari beberapa daerah di fasilitas
dan kemudian melacak informasi pelayanan penduduk yang nantinya
dikembalkani ke penyedia layanan tersebut. Informasi yang disediakan
termasuk hal-hal penting seperti tanda tanda klinis, pesan antara perawat, item
rencana perawatan, perintah aktif dari dokter,dan perawatan.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


 Sistem informasi adalah sistem yang menghasilkan informasi yang
berguna dimana sistem tersebut menggunakan berbagai macam
teknologi.
 Sistem informasi yang menggunakan komputer disebut sistem informasi
berbasis komputer
 Dampak dari teknologi informasi menuntuk perawat sebagai pemberi
pelayanan kesehatan untuk dapat mengembangkan teknologi informasi
dalam keperawatan yang tujuanya untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan.
 Pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini masih tertinggal dengan
negara lain serta perhatian negara terhadap standar fasilitas kesehatan
dalam pengaruhnya terhadap hasil perawatan pasien juga masih kurang.
 Untuk membenahi sistem tersebut juga diperlukan inovasi-inovasi dalam
pelayanan kesehatan melalui teknologi sistem informasi.

DAFTAR PUSTAKA
Brubaker, C., Ruthman, J., & Walloch, J. (2009). The Usefulness of Personal
Digital Assistants (PDAs) to Nursing Students in the Clinical Setting: A Pilot
Study. Nursing Education Perspectives

Darren Liu, DrPH . (2009) Health Information Technology and nursing Homes.
ProQuest LLC

Gregory L. Alexander, PhD, RN. (2008). Analysis of an Integrated Clinical


Decision Support System in Nursing Home Clinical Information Systems Journal
of Gerontological Nursing

Karen Jeffrey RN, BNurs (Hons) & Sharon Bourgeois RN, PhD, FCN, FRCNA2
(2011). The effect of Personal Digital Assistants in supporting the development
of clinical reasoning in undergraduate nursing students: a systematic review.
JBI Library of Systematic Reviews

Latour. M kathleen, (2002) Health Information Management : concept priciple


and practice, American Health Information Managegement Information
Association, Chicago

Perry, Potter. (2000). Buku Ajar : Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,


dan Praktik.Jakarta. EGC

Rebecca Koeniger-Donohue, PhD, APRN, RNC (2006) Handheld Computers in


Nursing Education: A PDA Pilot Project Journal of Nursing Education

Schulteis robert, 1998, Management information system, Mc Graw-Hill


Companies, North America
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. SISTEM INFORMASI KESEHATAN


Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di
seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelengggaraan
pelayanan kepada masyarakat. Peraturan perundang-undangan yang
menyebutkan sistem informasi kesehatan adalah Kepmenkes Nomor
004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang
kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk
pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan
kabupaten/kota. Hanya saja dari isi kedua Kepmenkes mengandung kelemahan
dimana keduanya hanya memandang sistem informasi kesehatan dari sudut
padang manejemen kesehatan, tidak memanfaatkan state of the art teknologi
informasi serta tidak berkaitan dengan sistem informasi nasional. (Sanjoyo).
Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis computer
(Computer Based Hospital Information System) di Indonesia telah dimulai pada
akhir dekade 80’an. Rumah sakit di Indonesia sudah ada yang memanfaatkan
komputer untuk mendukung operasionalnya. Namun, tampaknya komputerisasi
dalam di instansi rumah sakit, kurang mendapatkan hasil yang cukup
memuaskan semua pihak.

B. SISTEM INFORMASI KEPERAWATAN


Sistem informasi keperawatan merupakan kombinasi dari ilmu komputer,
informasi dan keperawatan yang disusun untuk mempermudah manajemen,
proses pengambilan keputusan, dan pelaksanaan asuhan keperawatan. Salah
satu penggunaan sistem informasi keperawatan di kembangkan pada tahun
1960-1970 -an adalah dengan pendokumentasian keperawatan
terkomputerisasi. Pendokumentasian terkomputerisasi memfasilitasi pembakuan
klasifikasi asuhan keperawatan sehingga menghilangkan ambiguitas dalam
pendokumentasian keperawatan. Sedangkan menurut ANA (Vestal, Khaterine,
1995) sistem informasi keperawatan berkaitan dengan legalitas untuk
memperoleh dan menggunakan data, informasi dan pengetahuan tentang
standar dokumentasi, komunikasi, mendukung proses pengambilan keputusan,
mengembangkan dan mendesiminasikan pengetahuan baru, meningkatkan
kualitas, efektifitas dan efisiensi asuhan keperawaratan dan memberdayakan
pasien untuk memilih asuhan kesehatan yang diiinginkan. Kehandalan suatu
sistem informasi pada suatu organisasi terletak pada keterkaitan antar
komponen yang ada sehingga dapat dihasilkan dan dialirkan menjadi suatu
informasi yang berguna, akurat, terpercaya, detail, cepat, relevan untuk suatu
organisasi.
C. SEJARAH SISTEM INFORMASI KEPERAWATAN
Komputer telah dikenal berpuluh – puluh tahun lalu, tetapi rumah sakit
terlambat dalam menangkap revolusi komputer. Perawat terlambat
mendapatkan manfaat dari komputer, usaha pertama dalam menggunakan
komputer oleh perawat terjadi pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-
an, penggunaannya mencakup automatisasi catatan perawat untuk menjelaskan
status dan perawatan pasien dan penyimpanan hasil sensus dan gambaran staf
keperawatan untuk analisa kecenderungan masa depan staf.
Pada pertengahan tahun 1970-an ide dari sistem informasi rumah sakit
diterapkan dan perawat mulai menerapkan sistem informasi manajemen
keperawatan. Pada akhir tahun 1980-an munculah sistem mikro komputer yang
semakin mendukung pengembangan sistem informasi keperawatan. Di Indonesia
sistem informasi manajemen keperawatan masih minim penerapannya,
pendokumentasian keperawatan umumnya masih menggunakan
pendokumentasian tertulis. Pemerintah Indonesia sudah memiliki visi tentang
sistem informasi kesehatan nasional, yaitu Reliable Health Information
2010 (Depkes,2001). Pada perencanaannya sistem informasi kesehatan akan di
bangun di Rumah Sakit kemudian di masyarakat, tetapi pelaksanaanya belum
optimal.

D. TEKNOLOGI INFORMASI
Pengertian teknologi informasi adalah perolehan, pemprosesan,
penyimpanan dan penyebaran informasi baik yang berbentuk angka, huruf,
gambar maupun suara dengan alat electronic berdasarkan kombinasi antara
perhitungan (computing) dan komunikasi jarak jauh (telecommunications). Perlu
di ketahui bahwa jika pada masa lalu penanganan informasi mengandalkan pada
kertas, artinya semakin banyak informasi semakin banyak kertas yang di
butuhkan atau di simpan sedangkan sekarang hal itu telah beralih
ke”impulse”electric yang berukuran mini dengan kemampuan simpan lebih
besar di bandingkan dengan kertas. Contoh, satu disket /flopdy/compact disk
dapat memuat atau di isi sejumlah informasi setara dengan satu buku
berukuran sedang.
Ada tiga komponen utama dari teknologi informasi antara lain :
1. Komputer adalah mesin electronic yang mampu untuk membuat kalkulasi
dengan kapasitas yang besar dan sangat cepat.
2. Mikro electronik adalah rancang bangun (disain) penerapan dan produksi
dari peralatan elektronik yang berukuran sangat kecil yang terdiri dari
komponen-komponen yang rumit.
3. Telkomunikasi adalah trasmisi informasi melalui kabel atau gelombang
radio, komponen-komponen utama akan di bahas secara rinci kemudian.
1. Komputer
Upaya pertama untuk memproses data dengan peralatan electronic di
lakukan di Amerika Serikat oleh Herman Hollerith pada decade 1890-an dalam
usahanya untuk memenuhi kebutuhan akan cara lebih baik untuk mencatat dan
menganalisis hasil sensus di Amerika Serikat. Hollerith berpikir akan perlunya
otomatisasi proses, dia bertolak dari gagasan penemuan sebelumnya. Alat ini di
namakan “punched card” oleh Charles Babbage yang berkebangsaan Inggris.
Holerith merakit berbagai komponen mekanis electris dan mendisain suatu
tabulator yang mampu ”membaca“ informasi yang di muat dalam suatu
card/kartu. Tabulator penemuan Hollerith tersebut bekerja sangat sukses,
karena berhasil mengurangi jam kerja sekitar 1/3 waktu yang di butuhkan orang
untuk menangani kegiatan bersangkutan.
Alat temuan Holerith ini untuk beberapa decade telah membentuk dasar-
dasar pemrosesan data di bidang komersial. Berbagai upaya perintis untuk
menciptakan mesin yang dapat membantu pemecahan masalah atau computer
dilakukan semasa perang dunia ke 2, sejalan dengan usaha-usaha para ilmuwan
negara-negara sekutu mencari cara untuk memecahkan kode-kode pihak musuh.
Dengan pengembangan computer terus berlangsung sampai decade 1960-
an, kita mengenal adanya computer dengan ukuran besar, biasanya di sebut
‘MAINFRAME’ alat ini perlu di tempatkan dalam ruang khusus dan harus
mempunyai ”AC”. MAINFRAME sebagai mesin computer induk dilengkapi atau
di hubungkan dengan beberapa mini computer, masing-masing memerlukan
tempat seukuran meja kantor dan juga perlu di tempatkan dalam ruangan yang
ber-AC. Jenis computer lain adalah microcomputer ukuranya lebih kecil dan
lebih ringan daripada mini computer serta tidak memerlukan lingkungan dan
ruangan yang khusus
2. Mikro Komputer
Micro-Computer pada dasarnya adalah suatu system pengelolaan
microelectronic berdasarkan pada suatu microprocessor.
a. ROM atau read only memory adalah suatu alat chip penyimpanan memory
tetap (a permanent-memory chip) yang memuat code-code untuk
mengoperasikan mesin microcomputer. Dalam keadaan (switched off)
operator tidak dapat menambah, mengganti atau menghapus code-code
tersebut. Pada waktu mesin hidup (switched on) jika operator memanggil
code tertentu maka ROM akan mengeluarkan data atau informasi yang di
simpan dengan code yang bersangkutan.
b. RAM atau Random only memory adalah suatu alat chip penyimpanan
memory sementara guna menyimpan informasi yang di masukan pemakai.
Tidak seperti ROM ,chip ram, tidak memuat informasi pada memuat pada
waktu mesin mati. Perbedaan antara ROM dan RAM seperti antara buku
cetakan yang hanya dapat di baca dari suatu catatan pribadi yang dapat di
hapus dan dapat di gunakan berkali-kali .
c. CPU (Central Processor Unit) adalah suatu CPU chip yang berfungsi sebagai
pengendali semua kegiatan pengolahan data dan mengkordinasi fungsi-
fungsi seluruh peralatan computer .
d. Input/Output Interface adalah terdiri atas beberapa chip yang berfungsi
untuk menangani code-code computer dengan peralatan lainya seperti
mengendali disket driver printer dan layar monitor.
e. Ukuran microcomputer relatif kecil tetapi kapasitasnya sangat tinggi dan
fleksibel di bandingkan dengan sebuah “mainframe” atau minicomputer
dapat secara mandiri menangani pengolahan data yang berskala besar.

3. Micro Electronic dan Micro Processor


Micro processor merupakan suatu cerkuit yang terintegrasi yang di desain
untuk melakukan fungsi-fungsi koordinasi dan pengolahan data. Fungsinya
dapat di sejajarkan dengan ”microelectronic” seperti sebuah “mainframe”
central processing unit (CPU). Microprocessor memberikan dampak kepada
penciptaan computer electronic berukuran kecil (mini).
Berdasarkan sejarah perkembangan teknologi proses penemun ini bermula
dari pengembangan transitor pada decade 1950-an transitor sendiri yang berupa
komponen kristal relatif berukuran kecil yang berfungsi memindahkan atau
mengelolah kekuatan electric berkeuatan kecil di antara circuit dalam peralatan
bersangkutan. Ukuran transitor walaupun jauh lebih kecil daripada penemuan
pertama alat electronic yang kita kenal dengan nama tabung hampa udara,
tetapi kapasitasnya lebih besar.
Kebanyakan dari circuit-cirkuit yang terintegrasi di namakan “General
Purposes Chips” dengan tujuan umum di buat untuk menangani satu atau lebih
fungsi-fungsi pokok alat rumah tangga seperti micro computer mesin cuci dan
lain-lainya.
Ada tiga tujuan umum dari chips antara lain :
a. Memory chips = untuk menyimpan informasi
b. CPU chips atau seperti microprocessor = untuk menangani pengolahan dan
koordinasi fungsi dari suatu computer
c. Interface chips = untuk menangani luaran atau masukan yang di kehendaki
dari suatu system

4. Telekomunikasi
Istilah telkomunikasi dikenal sebagai cara penyampaian informasi melalui
kabel/kawat listrik (telepon dan telegrap) atau dengan gelombang radio.
Perubahan yang cepat di bidang telekomunikasi juga dipengaruhi oleh berbagai
perkembangan dan penemuan –penemuan di bidang teknologi seperti :
a. Fibre glass yaitu suatu kawat dari bahan fibre glass mampu memindahkan
vulza dalam bentuk binary dengan kecepatan yang tinggi.kawat telepon
dengan bahan ini kapasitas muatannya beribu kali di banding dengan kabel
konvensional
b. Transmisi microwave system ini di gunakan dengan system penanaman
kabel di bawah tanah sekarang di kembangkan untuk pengantar komunikasi
yang berasal dari satelit bumi
c. System infra merah yang memungkinkan peralatan seperti televisi di control
tanpa kawat. Pada masa mendatang sistem ini dan dapat di gunakan sebagai
penghubung tanpa kawat (wireless/coreless) di antara alat-alat mesin seperti
word-processor, telepon dan computer.

E. FUNGSI SISTEM INFORMASI KEPERAWATAN


Konseptual model dalam sistem informasi keperawatan berdasarkan 4
fungsi utama dalam praktik keperawatan klinik dan administratif:
1. Proses perawatan pasien
Proses perawatan pasien adalah apa yang telah dilakukan oleh perawat
kepada pasien yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, jadwal perawatan dan
pengobatan, catatan keperawatan, pola makan, prospektif, beban kerja ,
administrasi pasien.
2. Proses managemen bangsal
Aktivitas yang berhubungan dengan fungsi bangsal untuk secara efektif
menggunakan sumber dalam merencanakan objek secara spesifik.
Mentransformasikan informasi pada manajemen yang berorientasi informasi
dalam pengambilan keputusan: jaminan kualitas, sudut pandang aktivitas di
bangsal keperawatan, jadwal dinas karyawan, manajemen perseorangan,
perencanaan keperawatan, manajemen inventarisasi dan penyediaan sarana dan
prasarana, manajemen finansial, kontroling terhadap infeksi.
3. Proses Komunikasi
Seluruh aktivitas dikonsentrasikan pada komunikasi pada pasien dan
subjek lain yang memiliki hubungan dengan subjek pengobatan, perjanjian dan
penjadwalan, review data, transformasi data, dan segala bentuk pesan.
4. Proses Pendidikan dan Penelitian
Pendokumentasian fungsi dan prosedural.

F. FASILITAS DI RUANG KEPERAWATAN


1. Komputer
Komputer merupakan sebuah alat elektronik yang mampu memiliki banyak
fungsi dan mampu melakukan banyak tugas. Selain itu komputer dapat
didefinisikan sebagai sekumpulan alat elektronik yang saling terkoordinasi satu
sama lain sehingga dapat menerima data, kemudian mengolah data, dan pada
akhirnya akan menghasilkan suatu keluaran yang berupa informasi (Input >
Proses > Output).
2. Telenursing
Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam
memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana
ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara
beberapa perawat. Sebagai bagian dari telehealth dan beberapa bagian terkait
dengan aplikasi bidang medis dan non medis seperti telediagnosis,
telekonsultasi dan telemonitoring.
Telenursing menunjukkan penggunaan teknologi komunikasi oleh perawat
untuk meningkatkan perawatan pasien. Telenursing menggunakan channel
elektromagnetik (wire, radio, optical) untuk mengirim suara, data dan sinyal
video komunikasi. Dapat juga didefinisikan sebagai komunikasi jarak jauh
menggunakan transmisi elektrik atau optic antara manusia dan atau computer
Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk
memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat
ini, menggunakan teknologi satelit untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas-
fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai peralatan video conference.
Telenursing bagian integral dari telemedicine atau telehealth.
Menurut Britton et all (1999), ada beberapa keuntungan telenursing yaitu :
a. Efektif dan efisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat
mengurangi kunjungan ke pelayanan kesehatan ( dokter praktek, ruang
gawat darurat, rumah sakit dan nursing home)
b. Dengan sumber daya yang minimal dapat meningkatkan cakupan dan
jangkauan pelayanan keperawatan tanpa batas geografis
c. Telenursing dapat menurunkan kebutuhan atau menurunkan waktu tinggal
di rumah sakit
d. Pasien dewasa dengan kondisi penyakit kronis memerlukan pengkajian dan
monitoring yang sering sehingga membutuhkan biaya yang banyak.
Telenursing dapat meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis tanpa
memerlukan biaya dan meningkatkan pemanfaatan teknologi
e. Berhasil dalam menurunkan total biaya perawatan kesehatan dan
meningkatkan akses untuk perawatan kesehatan tanpa banyak memerlukan
sumber.
Selain manfaat di atas telenursing dapat dimanfaatkan dalam bidang
pendidikan keperawatan ( model distance learning) dan perkembangan riset
keperawatan berbasis informatika kesehatan. Telenursing dapat juga digunakan
dikampus dengan video conference, pembelajaran on line dan Multimedia
Distance Learning.
3. Internet
Internet adalah suatu fasilitas yang paling di rasakan secara nyata di
bidang teknologi impormasi adalah dengan adanya “cyber space” atau ruang
maya di mana kita dapat berkomunikasi langsung melalui perangkat computer
dalam situasi dan kondisi yang berbeda dan ini sudah menjadi kebutuhan setiap
orang mulai dari pelajar, mahasiswa, pebisnis, maupun dunia kerja pegawai
(PNS).

G. PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP RUANGAN


Pengaruh negatif teknologi terhadap ruangan sebagai berikut.
1. Dikhawatirkan akan adanya penurunan proses berpikir kritis dari
perawat tersebut, karena informasi yang didapat mudah untuk diakses.
2. Dimungkinkan pula terjadi penurunan kepekaan antara perawat yang
satu dengan yang lain ataupun antara perawat dengan klien. Karena
segala sesuatu dapat dilakukan secara online (misaltele-health), tanpa
harus tatap muka
3. Keterbatasan kapasitas penyimpanan data
4. Kemungkinan bisa terjadi gangguan teknis (disebabkan virus dan factor
lainnya)
5. Tentunya dokumentasi keperawatan berbasis komputer juga mempunyai
kelemahan, diantaranya adalah kemampuan perawat dalam melaksanakan
proses keperawatan dan keterampilan perawat menggunakan computer.
a. Adapun pengaruh positif teknologi terhadap ruangan sebagai berikut.
1. Penghematan biaya dari penggunaan kertas untuk pencatatan
2. Penghematan ruangan karena tidak dibutuhkan tempat yang besar dalam
penyimpanan arsip.
3. Penyimpanan data pasien menjadi lebih lama.
4. Pendokumentasian keperawatan berbasis komputer yang dirancang dengan
baik akan mendukung otonomi yang dapat dipertanggung jawabkan.
5. Membantu dalam mencari informasi yang cepat sehingga dapat membantu
pengambilan keputusan secara cepat
6. Meningkatkan produktivitas kerja.
7. Mengurangi kesalahan dalam menginterppretasikan pencatatan (Gurley L,
Advantages and Disadvantages of Electronic Medical Record, diakses
dari http://www.aameda.org/member)

Sedangkan menurut Holmes (2003,dalam Sitorus 2006), terdapat


keuntungan utama dari dokumentasi berbasis komputer yaitu:
1. Standarisisasi: terdapat pelaporan data klinik yang standar, mudah dan
cepat diketahui.
2. Kualitas: meningkatkan kualitas informasi klinik dan sekaligus meningkatkan
waktu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
3. Accessebility, legibility, mudah membaca dan mendapat informasi klinik dari
pasien dalam satu lokasi.

Dokumentasi perawatan merupakan bagian penting dari dokumentasi


klinis. Namun, dokumentasi proses keperawatan sering kurang berkualitas.
Untuk meningkatkan dokumentasi asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat maka perlu diterapkan sistem infomasi keperawatan dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan. Ada harapan tinggi bahwa komputer
dapat mendukung dalam dokumentasi keperawatan akan membantu
meningkatkan kualitas dokumentasi. Namun dengan diterapkannya
komputerisasi di rumah sakit juga perlu diimbangi oleh kemampuan perawat
dalam mengoperasionalkan komputer.
Untuk meningkatkan kemampuan perawat dalam penggunaan komputer
maka perawat telah menyoroti kebutuhan untuk pelatihan dalam penggunaan
teknologi informasi, dan penilaian kritis penting untuk profesional perawat
(Docker, et all.,2003).
Dokumentasi keperawatan yang ada sekarang ini adalah dokumentasi
keperawatan yang berbasis kertas. Namun pada kenyataannya sering ditemukan
bahwa proses tersebut tidak terintegrasi ke dalam dokumentasi keperawatan.
Sering kita menemukan dokumentasi yang kurang lengkap, alasannya antara
lain perlu waktu yang banyak, kualitas catatan berbasis kertas masih rendah dan
pemanfaatan dokumentasi masih terbatas dari proses keperawatan. Masalah-
masalah ini menyebabkan upaya untuk mendukung proses keperawatan dengan
sistem berbasis komputer untuk mengurangi beban perawat dalam dokumentasi.
Penerapan sistem informasi keperawatan dalam dokumentasi asuhan
keperawatan bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas dokumentasi
asuhan keperawatan. Dokumentasi yang berbasis komputer selain meningkatkan
kualitas juga memungkinkan penggunaan kembali data keperawatan untuk
manajemen keperawatan dan penelitian keperawatan. Hal ini seperti yang
terdapat dalam hasil penelitian dari Mueller, et all.2006 yang menyatakan bahwa
kualitas dokumentasi keperawatan semakin meningkat dengan diterapkannya
Quality of Nursing Diagnoses, Interventions, and Outcomes (Q-DIO). Penelitian
ini mendukung penggunaan Q-DIO dalam mengevaluasi dokumentasi
keperawatan diagnosis, intervensi, dan hasil asuhan keperawatan. Berdasarkan
hal tersebut maka untuk meningkatkan kualitas dokumentasi, perawat
membutuhkan dukungan melalui pendidikan agar mengetahui langkah-langkah
untuk menghubungkan diagnosa dengan intervensi, spesifik ke etiologi
diidentifikasi, dan untuk mengidentifikasi hasil asuhan keperawatan. Adanya
peningkatan dokumentasi tersebut membuktikan bahwa dengan diterapkannya
Q-DIO dapat berguna sebagai alat audit dokumentasi keperawatan dan harus
dikembangkan sebagai fitur terintegrasi secara elektronik (Mueller, et all.2006).
Selain itu adapun pengaruh dari teknologi telenursing yaitu
aplikasi telenursing dapat diterapkan di rumah, rumah sakit melalui pusat
telenursing dan melalui unit mobil. Telepon triase dan home care berkembang
sangat pesat dalam aplikasi telenursing. Di dalam home care perawat
menggunakan system memonitor parameter fisiologi seperti tekanan darah,
glukosa darah, respirasi dan berat badan melalui internet. Melalui system
interaktif video, pasien contact on-callperawat setiap waktu untuk menyusun
video konsultasi ke alamat sesuai dengan masalah, sebagai contoh bagaimana
mengganti baju, memberikan injeksi insulin atau diskusi tentang sesak nafas.
Secara khusus sangat membantu untuk anak kecil dan dewasa dengan penyakit
kronik dan kelemahan khususnya dengan penyakit kardiopulmoner. Telenursing
membantu pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif di dalam perawatan,
khususnya dalam management penyakit kronis. Hal ini juga mendorong perawat
menyiapkan informasi yang akurat dan memberikan dukungan secara online.
Kontinuitas perawatan dapat ditingkatkan dengan menganjurkan sering kontak
antara pemberi pelayanan kesehatan maupun keperawatan dengan individu
pasien dan keluarganya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2012. Kelebihan Dan Kekurangan Komputerisasi Dalam Praktek


Keperawatan.(dalamhttp://anaaqeelah.blogspot.com/2012/01/kelebihan-dan-
kekurangan-komputerisasi.html). Diakses tanggal 13 September 2013 (10:30)

Anomim.2011. Makalah Sistem Teknologi Informasi Kesehatan


dan Keperawatan.(dalamhttp://haqee44.wordpress.com/2011/10/21/makalah-
sistem-teknologi-informasi-kesehatan-dan-keperawatan/). Diakses tanggal 13
September 2013 (10:56)

Anonim.2012. Teknologi Informasi Dan


Komunikasi (dalamhttp://muhyusuf90.wordpress.com/2012/10/24/teknologi-
informasi-dan-komunikasi/). Diakses tanggal 13 September 2013 ( 10:05)

Sulisnadewi. Dampak Teknologi Informasi Dalam Meningkatkan Patient Safety


Dan Kualitas Pelayanan Keperawatan.(dalam http://www.fik.ui.ac.id). Diakses
tanggal 13 September 2013 (11:15)
PERKEMBANGAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN

Dalam mencapai derajat kesehatan yang baik maka perlu dikembangkan


nya sistem kesehatan. Salah satunya melalui sistem informasi kesehatan,
derajat kesehatan akan terbagun secara baik dan selaras. Dimana dengan
adanya sistem informasi kesehatan ini masyarakat juga tenaga kesehatan
akan mendapatkan info yang akurat dan tepat dan dapat
dipertanggungjawabkan sehingga bisa dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan.

Sistem informasi terdiri dari dua kata, yaitu System dan Information.
Sistem adalah kumpulan elemen yang berintegrasi untuk mencapai tujuan
tertentu, sedangkan informasi adalah data yang telah diolah menjadi
bentuk yang lebih berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam
mengambil keputusan saat ini atau mendatang (Davis, 1999).

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah suatu sistem pengelolaan data


dan informasi kesehatan di semua tingkat pemerintahan secara sistematis
dan terintegrasi untuk mendukung manajemen kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Perturan
perundang undangan. Bagian atau ranah yang menyebutkan sistem
informasi kesehatan adalah Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003
tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang kesehatan dan
Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk
pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan
kabupaten/kota.Kebutuhan akan data dan informasi disediakan melalui
penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan, yaitu dengan cara
pengumpulan, pengolahan, analisis data serta penyajian informasi.

Saat ini Sistem Informasi Kesehatan (SIK) masih terhambat serta belum
mampu menyediakan data dan informasi yang akurat, sehingga SIK masih
belum menjadi alat pengelolaan pembangunan kesehatan yang efektif.
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang pesat
memberikan kemudahan dalam pengguatan dan pengembangan Sistem
Informasi Kesehatan. Saat ini sudah ada kebutuhan-kebutuhan untuk
memanfaatan TIK dalam SIK (eHealth) agar dapat meningkatkan
pengelolaan dan penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan dilakukan oleh berbagai
program, baik di lingkungan Kementerian Kesehatan maupun diluar
sektor kesehatan. Dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan tahun 2010-2014, terdapat target strategis untuk
meningkatkan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan. Agar SIK
dapat menyediakan data/informasi yang handal, memperbaiki
permasalahan-permasalahan SIK dan mencapai target Renstra tersebut,
maka perlu disusun suatu Rencana Aksi Penguatan atau Roadmap SIK
yang komprehensif dengan mengintegrasikan upaya-upaya
pengembangan dan penguatan SIK, yang melibatkan semua pemangku
kepentingan terkait.
SEJARAH SIK DI INDONESIA
Mengawali pembahasan mengenai sistem informasi kesehatan akan tabu
rasanya jika kita tidak mengenal perjalanan jatuh bangunnya sistem
informasi kesehatan di Indonesia. Awal mula sistem yang digunakan
dalam pencatatan dan administrasi di rumah sakit dan pelayanan
kesehatan lainnya masih menggunakan sistem yang manual atau
pencatatan, dengan segala resiko sampai terfatal adalah kehilangan data
pasien. Namun seiring berjalan nya zaman dan berkembang pesat nya
tekhnologi membuat sistem informasi kesehatan pun terus berkembang.

Perkembangan sistem informasi Kesehatan di Indonesia diawali dengan


sebuah sistem informasi Rumah sakit yang berbasis komputer (Computer
Based Hospital Information System). Dan yang menginovatori hal ini
adalah Rumah Sakit Husada pada akhir dekade 80’ an. Beriringan dengan
hal itu rupanya Departemen Kesehatan juga mengembangkan sistem
informasi kesehatan berbasis komputer dengan dibantu oleh proyek luar
negri dengan bantuan beberapa tenaga ahli dari universitas gadjah mada.
Namun perjuanagan diawal ini mengalami kemerosotan, hal ini dilihat
darei segi perencanaan yang tidak tersusun dengan baik dimana
identifikasi faktor penentu keberhasilan masih sangat tidak lengkap juga
tidak menyeluruh.

Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia telah dan akan mengalami 3


pembagian masa sebagai berikut :

1. Era manual (sebelum 2005)


2. Era Transisi (tahun 2005 – 2011)
3. Era Komputerisasi (mulai 2012)

Masing-masing era Sistem Informasi Kesehatan memiliki karakteristik


yang berbeda sebagai bentuk adaptasi dengan perkembangan zaman
(kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi – TIK).

1. Era Manual (sebelum 2005)


Pada era manual ini dimulai sebelum tahun 2005. Pada era manual Aliran
data terfragmentasi. Aliran data dari sumber data (fasilitas kesehatan) ke
pusat melalui berbagai jalan. Data dan informasi dikelola dan disimpan
oleh masing-masing Unit di Departemen Kesehatan. Bentuk data nya
agregat. Kelemahan nya adalah Sering terjadi duplikasi dalam
pengumpulan data dan Sangat beragamnya bentuk laporan. Kemudian
Validitas nya masih diragukan. Data yang ada sulit diakses. Karena
banyaknya duplikasi, permasalahan kelengkapan dan validitas, maka data
sulit dioah dan dianalisis. Dan terpenting dalam Pengiriman data masih
banyak menggunakan kertas sehingga tidak ramah lingkungan.

2. Era Transisi (2005 – 2011)


Dimulai masa transisi pada tahun 2005 sampai 2011 Komunikasi data
sudah mulai terintegrasi (mulai mengenal prinsip 1 pintu, walau beberapa
masih terfragmentasi). Peresebaran data Sebagian besar data agregat
dan sebagian kecil data individual. Sebagian data sudah terkomputerisasi
dan sebagian masih manual. Keamanan dan kerahasiaan data kurang
terjamin. Pada masa transisi ini posisi nya masih setengah setengah
karena mulai menggunakan sistem komputerisasi tapi masih belum
meninggalkan sistem manual.

3. Era Komputerisasi (mulai 2012)


Baru pada 2012 era komputerisasi dimulai , pada era ini Pemanfaatan
data menjadi satu pintu (terintegrasi). Data yang ada adalah individual
(disagregat). Data dari Unit Pelayanan Kesehatan langgsung diunggah
(uploaded) ke bank data di pusat (e-Helath). Penerapan teknologi m-
Health dimana data dapat langsung diunggah ke bank data. Keamanan
dan kerahasiaan data terjamin (memakai secure login). Lebih cepat, tepat
waktu dan efisien yang pastinya Lebih ramah lingkungan.
Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) adalah sistem
informasi yang berhubungan dengan sistem-sistem informasi lain baik
secara nasional maupun internasional dalam rangka kerjasama yang
saling mneguntungkan. SIKNAS bukanlah suatu sistem yang berdiri
sendiri, melainkan merupakan bagian dari sistem kesehatan. Oleh karena
itu, SIK di tingkat pusat merupakan bagian dari sistem kesehatan
nasional, di tingkat provinsi merupakan bagian dari sistem kesehatan
provinsi, dan di tingkat kabupaten atau kota merupakan bagian dari
sistem kesehatan kabupaten atau kota. SIKNAS di bagun dari himpunan
atau jaringan sistem-sistem informasi kesehtan provinsi dan sistem
informasi kesehatan provinsi di bangun dari himpunan atau jaringan
sistem-sistem informasi kesehatan kabupaten atau

kota

Jaringan SIKNAS adalah sebuah koneksi/jaringan virtual sistem


informasi kesehatan elektronik yang dikelola oleh Kementrian Kesehatan
dan hanya bisa diakses bila telah dihubungkan. Jaringan SIKNAS
merupakan infrastruktur jaringan komunikasi data terintegrasi dengan
menggunakan Wide Area Network (WAN), jaringan telekomunikasi yang
mencakup area yang luas serta digunakan untuk mengirim data jarak
jauh antara Local Area Network (LAN) yang berbeda, dan arsitektur
jaringan lokal komputer lainnya. Pengembangan jaringan komputer
(SIKNAS) online ditetapkan melalui keputusan Mentri Kesehatan
(KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007. Dengan Tujuan pengembangan
SIKNAS online adalah untuk menjembatani permasalahan kekurangan
data dari kabupaten/kota ke depkes pusat dan memungkinkan aliran data
kesehatan dari kabupaten/kota ke pusdatin karena dampak adanya
kebijakan desentralisasi bidang kesehatan di seluruh Indonesia.
ALUR SIKNAS

Gambar 1. Model Sistem Informasi Kesehatan Nasional

Pada Model ini terdapat 7 komponen yang saling terhubug dan saling
terkait yaitu:

1. Sumber Data Manual


Merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber data yang masih
dilakukan secara manual atau secara komputerisasi offline. Model SIK
Nasional yang memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi masih tetap dapat menampung SIK Manual untuk fasilitas
kesehatan yang masih mempunyai keterbatasan infrastruktur (antara lain,
pasokan listrik dan peralatan komputer serta jaringan internet). Fasilitas
pelayanan kesehatan yang masih memakai sistem manual akan
melakukan pencatatan, penyimpanan dan pelaporan berbasis kertas.
Laporan dikirimkan dalam bentuk hardcopy (kertas) berupa data
rekapan/agregat ke dinas kesehatan kabupaten/ kota. Fasilitas pelayanan
kesehatan dengan komputerisasi offline, laporan dikirim dalam
bentuk softcopy berupa data individual ke dinas kesehatan
kabupaten/kota. Bagi petugas kesehatan yang termasuk dalam jejaring
puskesmas yang belum komputerisasi, laporan dikirim dalam bentuk data
rekapan/agregat sesuai jadwal yang telah ditentukan. Sedangkan bagi
yang sudah komputerisasi offline, laporan dikirim dalam
bentuk softcopy untuk dilakukan penggabungan data di puskesmas.

2. Sumber Data Komputerisasi


Pada sumber data komputerisasi pengumpulan data dari sumber data
yang sudah dilakukan secara komputerisasi online. Pada fasilitas
pelayanan kesehatan dengan komputerisasi online, data individual
langsung dikirim ke Bank Data Kesehatan Nasional dalam format yang
telah ditentukan. Selain itu juga akan dikembangkan program mobile
health (mHealth) yang dapat langsung terhubung ke sistem informasi
puskesmas (aplikasi SIKDA Generik).

3. Sisitem Informasi Dinas Kesehatan


Merupakan sistem informasi kesehatan yang dikelola oleh dinas
kesehatan baik kabupaten/kota dan provinsi. Laporan yang masuk ke
dinas kesehatan kabupaten/kota dari semua fasilitas kesehatan (kecuali
milik Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat) dapat berupa
laporan softcopy dan laporan hardcopy. Laporan hardcopy dientri ke
dalam aplikasi SIKDA generik. Laporan softcopy diimpor ke dalam
aplikasi SIKDA Generik, selanjutnya semua bentuk laporan diunggah ke
Bank Data Kesehatan Nasional. Dinas kesehatan provinsi melakukan hal
yang sama dengan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk laporan dari
fasilitas kesehatan milik provinsi.

4. Sistem Informasi Pemangku Kepentingan


Sistem informasi yang dikelola oleh pemangku kepentingan terkait
kesehatan. Mekanisme pertukaran data terkait kesehatan dengan
pemangku kepentingan di semua tingkatan dilakukan dengan mekanisme
yang disepakati.
5. Bank Data Kesehatan Nasional
Bank Data Kesehatan Nasional selanjutnya akan mencakup semua data
kesehatan dari sumber data (fasilitas kesehatan), oleh karena itu unit-unit
program tidak perlu lagi melakukan pengumpulan data langsung ke
sumber data.

6. Pengguna Data oleh Kementrian Kesehatan


Data kesehatan yang sudah diterima di Bank Data Kesehatan Nasional
dapat dimanfaatkan oleh semua unit-unit program di Kementerian
Kesehatan dan UPT-nya serta dinas kesehatan dan UPTP/D-nya.

7. Pengguna Data .
Semua pemangku kepentingan yang tidak/belum memiliki sistem
informasi sendiri serta masyarakat yang membutuhkan informasi
kesehatan dapat mengakses informasi yang diperlukan dari Bank Data
Kesehatan Nasional melalui website Kementerian Kesehatan.

Namun sebesar apapun rencana pasti ada juga kelemahan dan


kemerosotan yang terjadi. Pelaksanaan SIKNAS di era desentralisasi
dipandang bukan menjadi lebih baik tetapi malah berantakan. Hal ini
dikarenakan belum adanya infrastruktur yang memadai di daerah dan
juga pencatatan dan pelaporan yang ada (produk sentralisasi) banya
overlaps sehingga dirasaka sebagai beba oleh daerah.

Kemudian bergulirnya waktu sampai dengan saat ini telah banyak rumah
sakit dan klinik klinik yang menggunakan sistem informasi kesehatan
sesuai yang dibutuhkan di pelayanan kesehatan tersebut walaupun tidak
menyeluruh seperti di Negara Jepang contohnya. Berkembangnya
tekhnologi informasi saat ini seharusnya bisa dimanfaatkan dalam
pembentukan sistem informasi kesehatan yang menyeluruh. Terkendala
dengan penjangkauan kepada masyarakat Indonesia yang berada di
pelosok yang sulit untuk didata dan sulit untuk menerima informasi baru
dari luar yang mereka anggap asing. Masih tabu dan kentalnya budata
beberapa kelompok masyarakat di Indonesia membuat sistem informasi
belum menyeluruh.
RANCANGAN KERANGKA KERJA SIK DI INDONESIA
URGENSI SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Telah jelas bahwasannya perkembangan tekhnologi saat ini sudah sangat
pesat, berkembangnya sistem informasi kesehatan suatu Negara
dipengaruhi juga oleh perkembangan tekhnologi nya. Sistem informasi
kesehatan adalah hal yang sangat urgen yang dibutuhkan setiap Negara
dalam upaya peningkatan derajat kesehatannya. Peranan SIK dalam
Sistem Kesehatan Menurut WHO, Sistem Informasi Kesehatan merupakan
salah satu dari 6 “building blocks” atau komponen utama dalam Sistem
Kesehatan di suatu negara. Keenam komponen (buliding blocks) Sistem
Kesehatan tersebut ialah :
1. Servis Delivery (Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan)
2. Medical product, vaccines, and technologies (Produk Medis, vaksin,
dan Teknologi Kesehatan)
3. Health Workforce (Tenaga Medis)
4. Health System Financing (Sistem Pembiayaan Kesehatan)
5. Health Information System (Sistem Informasi Kesehatan)
6. Leadership and Governance (Kepemimpinan dan Pemerintahan)

Sistem Kesehatan Nasional Indonesia terdiri dari 7 subsistem, yaitu :


1. Upaya Kesehatan
2. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
3. Pembiayaan Kesehatan
4. Sumber Daya Mansuia (SDM) Kesehatan
5. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
6. Manajemen, Informasi, dan Regulasi Kesehatan
7. Pemberdayaan Masyarakat

Di dalam Sistem Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari sub


sistem ke 6 yaitu : Manajemen, Informasi dan Regulasi Kesehatan.
Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan merupakan subsistem
yang mengelola fungsi-fungi kebijakan kesehatan, adiminstrasi kesehatan,
informasi kesehatan dan hukum kesehatan yang memadai dan mampu
menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan nasional agar berdaya
guna, berhasil gunam dan mendukung penyelenggaraan keenam subsitem
lain di dalam Sistem Kesehatan Nasional sebagai satu kesatuan yang
terpadu.

Urgensi Sistem Informasi Kesehatan dapat dilihat dari Manfaat


Sistem Informasi Kesehatan
Begitu banyak manfaat Sistem Informasi Kesehatan yang dapat
membantu para pengelola program kesehatan, pengambil kebijakan dan
keputusan pelaksanaan di semua jenjang administrasi (kabupaten atau
kota, propvinsi dan pusat) dan sistem dalam hal berikut :

1. Mendukung manajemen kesehatan


2. Mengidentifikasi masalah dan kebutuhan
3. Mengintervensi masalah kesehatan berdasarkan prioritas
4. Pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan kesehatan
berdasarkan bukti (evidence-based decision)
5. Mengalokasikan sumber daya secara optimal
6. Membantu peningkatan efektivitas dan efisiensi
7. Membantu penilaian transparansi

PERATURAN SIK DI INDONESIA


Di Indonesia sendiri telah ada susunan undang undang yang menjelaskan
tentang informasi yaitu Menurut UUD 1945, Pasal 28; Setiap orang
berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia. Peraturan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia diatur
Menurut Keputusan Mentri Kesehatan dalam undang undang nomer 36
tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan
informasi kesehatan yang dilakukan melalui sistem informasi dan melalui
lintas sector. Di dalam undang undang ini dinyatakan pula bahwa
ketentuan lebih lanjut mengenai Sistem informasi kesehatan diatur
dengan peraturan pemerintah.

Peraturan menteri kesehatan nomor 1144/MENKES/PER/VII/2010 tentang


Organisasi dan tata kerja kementrian kesehatan mengamanatkan pusat
data dan informasi (PUSDATIN) sebagai pelaksana tugas kementrian
kesehatan di bidang data dan informasi kesehatan, maka pusdatin
sebagai sekretariat SIK melakukan inisuatif penyusunan regulasi dan
standar SIK berupa rancangan peraturan pemerintah dan NSPK yaitu
panduan ROADMAP rencana aksi penguatan SIK.Dalam menyusunan
standar dan regulasi SIK perlu dibentuk suatu Komite Ahli SIK dan Tim
Perumus SIK. Melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
805/Menkes/SK/IV/2011 telah dibentuk Komite Ahli dan Tim Perumus
Penyusunan Peraturan Pemerintah, Pedoman dan Roadmap Sistem
Informasi Kesehatan. Komite Ahli dan Tim Perumus ini merupakan para
ahli yang berasal dari berbagai institusi/sektor yang mempunyai kaitan
dan peran dalam Sistem Informasi Kesehatan. Setelah tugasnya selesai,
komite ini akan dilebur menjadi Komite Ahli SIK.
Pengorganisasian pelaksanaan SIK yang merupakan implementasi dari
regulasi dan standar perlu melibatkan berbagai sektor. Untuk itu perlu
tersedia suatu Forum yang dijalankan oleh suatu Komite Ahli untuk
mengoordinasikan seluruh upaya SIK. Komite Ahli terbagi dalam tujuh
divisi yang diadaptasi dari komponen SIK, yang akan bertugas memberi
rekomendasi atas hasil pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan RoadmapRencana Aksi Penguatan SIK. Dalam
pelaksanaannya masing-masing divisi Komite Ahli dapat membentuk
kelompok-kelompok kerja untuk membahas setiap masalah/isu yang
timbul. Rekomendasi dari Komite Ahli akan disampaikan kepada Menteri
Kesehatan untuk dilaksanakan oleh pelaksana.
Memasuki pembahasan mengenai tugas dan tanggung
jawab pemerintah Daerah dalam pengelolaan dan pengembangan SIK
merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, sebagai berikut :

1. Pemerintah mempunyai hak dan kewajiban untuk mengatur dan


mengurus pengelolaan dan pengembangan SIK skala nasional dan
fasilitasi pengembangan SIK daerah.
2. Pemerintah Daerah Provinsi mempunyai hak dan kewajiban untuk
mengatur dan mengurus pengelolaan SIK skala provinsi.
3. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota mempunyai hak dan kewajiban
untuk mengatur dan mengurus pengelolaan SIK skala
kabupaten/kota.

Pemerintah daerah dapat melakukan pengembangan SIK dalam skala


terbatas dan mengikuti standar yang ditetapkan Pemerintah

SIK DI RUMAH SAKIT


Sistem informasi rumah sakit tidak dapat lepas kaitannya dengan sistem
informasi kesehatan karena sistem ini merupakan aplikasi dari sistem
informasi kesehatan itu sendiri. Untuk itu, perlu kita mengetahui sedikit
tentang sistem informasi rumah sakit yang ada di Indonesia, mulai dari
rancang bangun (desain) sistem informasi rumah sakit hingga
pengembangannya.
1. Rancang Bangun (desain) Sistem Informasi Rumah Sakit
Rancang Bangun Rumah Sakit (SIRS), sangat bergantung kepada jenis
dari rumah sakit tersebut. Rumah sakit di Indonesia, berdasarkan
kepemilikannya dibagi menjadi 2, sebagai berikut:

1. Rumah Sakit Pemerintah, yang dikelola oleh:


1) Departemen Kesehatan,
2) Departemen Dalam Negeri,
3) TNI,
4) BUMN.
Sifat rumah sakit ini adalah tidak mencari keuntungan (non profit)

2. Rumah Sakit Swasta,


yang dimiliki dan dikelola oleh sebuah yayasan, baik yang sifatnya tidak
mencari keuntungan (non profit) maupun yang memang mencari
keuntungan (profit) .
Dalam melakukan pengembangan SIRS, pengembang haruslah bertumpu
dalam 2 hal penting yaitu “Kriteria dan kebijakan pengembangan
SIRS” dan “sasaran pengembangan SIRS” tersebut. Adapun kriteria dan
kebijakan yang umumnya dipergunakan dalam penyusunan spesifikasi
SIRS adalah sebagai berikut:
1. SIRS harus dapat berperan sebagai subsistem dari Sistem
Kesehatan Nasional dalam memberikan informasi yang relevan,
akurat dan tepat waktu.
2. SIRS harus mampu mengaitkan dan mengintegrasikan seluruh arus
informasi dalam jajaran Rumah Sakit dalam suatu sistem yang
terpadu.
3. SIRS dapat menunjang proses pengambilan keputusan dalam
proses perencanaan maupun pengambilan keputusan operasional
pada berbagai tingkatan.
4. SIRS yang dikembangkan harus dapat meningkatkan daya-guna dan
hasil-guna terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi
rumah sakit yang telah ada maupun yang sedang dikembangkan.
5. SIRS yang dikembangkan harus mempunyai kemampuan
beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan dimasa
datang.
6. Usaha pengembangan sistem informasi yang menyeluruh dan
terpadu dengan biaya investasi yang tidak sedikit harus diimbangi
pula dengan hasil dan manfaat yang berarti (rate of return) dalam
waktu yang relatif singkat.
7. SIRS yang dikembangkan harus mampu mengatasi kerugian sedini
mungkin.
8. Pentahapan pengembangan SIRS harus disesuaikan dengan
keadaan masing-masing subsistem serta sesuai dengan kriteria dan
prioritas.
9. SIRS yang dikembangkan harus mudah dipergunakan oleh petugas,
bahkan bagi petugas yang awam sekalipun terhadap teknologi
komputer (user friendly).
10. SIRS yang dikembangkan sedapat mungkin menekan
seminimal mungkin perubahan, karena keterbatasan kemampuan
pengguna SIRS di Indonesia, untuk melakukan adaptasi dengan
sistem yang baru.
11. Pengembangan diarahkan pada subsistem yang mempunyai
dampak yang kuat terhadap pengembangan SIRS.

Atas dasar dari penetapan kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS di


atas, selanjutnya ditetapkan sasaran pengembangan sebagai penjabaran
dari Sasaran Jangka Pendek Pengembangan SIRS, sebagai berikut:
1. Memiliki aspek pengawasan terpadu, baik yang bersifat
pemeriksaan atau pengawasan (auditable) maupun dalam hal
pertanggungjawaban penggunaan dana (accountable) oleh unit-unit
yang ada di lingkungan rumah sakit.
2. Terbentuknya sistem pelaporan yang sederhana dan mudah
dilaksanakan, akan tetapi cukup lengkap dan terpadu.
3. Terbentuknya suatu sistem informasi yang dapat memberikan
dukungan akan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu
melalui dukungan data yang bersifat dinamis.
4. Meningkatkan daya-guna dan hasil-guna seluruh unit organisasi
dengan menekan pemborosan.
5. Terjaminnya konsistensi data.
6. Orientasi ke masa depan.
7. Pendayagunaan terhadap usaha-usaha pengembangan sistem
informasi yang telah ada maupun sedang dikembangkan, agar dapat
terus dikembangkan dengan mempertimbangkan integrasinya
sesuai Rancangan Global SIRS.

SIRS merupakan suatu sistem informasi yang, cakupannya luas (terutama


untuk rumah sakit tipe A dan B) dan mempunyai kompleksitas yang cukup
tinggi. Oleh karena itu penerapan sistem yang dirancang harus dilakukan
dengan memilih pentahapan yang sesuai dengan kondisi masing masing
subsistem, atas dasar kriteria dan prioritas yang ditentukan.
Kesinambungan antara tahapan yang satu dengan tahapan berikutnya
harus tetap terjaga. Secara garis besar tahapan pengembangan SIRS
adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SIRS,
2. Penyusunan Rancangan Global SIRS,
3. Penyusunan Rancangan Detail/Rinci SIRS,
4. Pembuatan Prototipe, terutama untuk aplikasi yang sangat spesifik,
5. Implementasi, dalam arti pembuatan aplikasi, pemilihan dan
pengadaan perangkat keras maupun perangkat lunak pendukung.
6. Operasionalisasi dan Pemantapan.

Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis komputer (Computer Based


Hospital Information System) memang sangat diperlukan untuk sebuah
rumah sakit dalam era globalisasi, namun untuk membangun sistem
informasi yang terpadu memerlukan tenaga dan biaya yang cukup besar.
Kebutuhan akan tenaga dan biaya yang besar tidak hanya dalam
pengembangannya, namun juga dalam pemeliharaan SIRS maupun dalam
melakukan migrasi dari sistem yang lama pada sistem yang baru. Selama
manajemen rumah sakit belum menganggap bahwa informasi adalah
merupakan aset dari rumah sakit tersebut, maka kebutuhan biaya dan
tenaga tersebut diatas dirasakan sebagai beban yang berat, bukan
sebagai konsekuensi dari adanya kebutuhan
akan informasi.Kalau informasi telah menjadi aset rumah sakit, maka
beban biaya untuk pengembangan, pemeliharaan maupun migrasi SIRS
sudah selayaknya masuk dalam kalkulasi biaya layanan kesehatan yang
dapat diberikan oleh rumah sakit itu. Perlu disadari sepenuhnya, bahwa
penggunaan teknologi informasi dapat menyebabkan ketergantungan,
dalam arti sekali mengimplementasikan dan mengoperasionalkan SIRS,
maka rumah sakit tersebut selamanya terpaksa harus menggunakan
teknologi informasi.

Hal ini disebabkan karena perubahan dari sistem yang terotomasi


menjadi sistem manual merupakan kejadian yang sangat tidak
menguntungkan bagi rumah sakit tersebut. Perangkat lunak SIRS siap
pakai yang tersedia di pasaran pada saat ini sebagian besar adalah
perangkat lunak SIRS yang hanya mengelola sebagian sistem atau
beberapa subsistem dari SIRS. Untuk dapat memilih perangkat lunak
SIRS siap pakai dan perangkat keras yang akan digunakan, maka rumah
sakit tersebut harus sudah memiliki rancang bangun (desain) SIRS yang
sesuai dengan kondisi dan situasi rumah Sakit.

H. Permasalahan Sistem Informasi Kesehatan di


Indonesia
Dalam pelaksanaan nya sistem informasi kesehatan di Indonesia
memiliki permasalahan yang cukup kompleks ,Permasalahan mendasar
Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia saat ini antara lain :
1. Faktor Pemerintah
 Standar SIK belum ada sampai saat
 Pedoman SIK sudah ada tapi belum seragam
 Belum ada rencana kerja SIK nasional
 Pengembangan SIK di kabupaten atau kota tidak seragam
2. Fragmentasi
 Terlalu banyak sistem yang berbeda-beda di semua jenjang
administasi (kabupaten atau kota, provinsi dan pusat), sehingga
terjadi duplikasi data, data tidak lengkap, tidak valid dan tidak
conect dengan pusat.
 Kesenjangan aliran data (terfragmentasi, banyak hambatan
dan tidak tepat waktu)
 Hasil penelitian di NTB membuktikan bahwa : Puskesmas
harus mengirim lebih dari 300 laporan dan ada 8 macam
software sehingga beban administrasi dan beban petugas terlalu
tinggi. Hal ini dianggap tidak efektif dan tidak efisien.
 Format pencatatan dan pelaporan masih berbeda-beda dan
belum standar secara nasional.
3. Sumber daya masih minim
I. Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia
Setelah melihat permasalahan yang terjadi dalam sistem Informasi
Kesehatan di Indonesia maka pandangan Sistem Informasi Kesehatan di
masa Depan Dalam upaya mengatasi fragmentasi data, Pemerintah
sedang mengembangkan aplikasi yang disebut Sistem Aplikasi Daerah
(Sikda) Generik. Sistem Informasi Kesehatan berbasis Generik
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
 Input pencatatan dan pelaporan berbasis elektronik atau
computerized.
 Input data hanya dilakukan di tempat adanya pelayanan kesehatan
(fasilitas kesehatan).
 Tidak ada duplikasi (hanya dilakukan 1 kali).
 Akurat, tepat, hemat sember daya (efisien) dan transfaran. Tejadi
pengurangan beban kerja sehingga petugas memiliki waktu
tambahan untuk melayani pasien atau masyarakat.
 Data yang dikirim (uploaded) ke pusat merupakan data individu
yang digital di kirim ke bank data nasional (data warehouse).
 Laporan diambil dari bank data sehingga tidak membebani petugas
kesehatan di Unit pelayanan terdepan.
 Puskesmas dan Dinas Kesehatan akan dilengkapi dengan peralatan
berbasis komputer.
 Petugas akan ditingkatkan kompetensinya melalui pelatihan untuk
menerapkan Sikda Generik.
 Mudah dilakukan berbagai jenis analisis dan assesment pada data.
 Secara bertahap akan diterapkan 3 aplikasi Sikda Generik yaitu
Sistem Informasi Manajemen Kesehatan, Sistem Informasi Dinas
Kesehatan dan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.

REFERENSI
Departemen Kesehatan. 2012 Roadmap Sistem Informasi dan Kesehatan
tahun 2011-2014. Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.
ETIKA PENGELOLAAN TEKNOLOGI INFORMASI

A. Etika Teknologi Informasi


Etika teknologi informasi berbeda dari etika umum. Teknologi informasi
menitikberatkan pada masyarakat yang memiliki pengetahuan mengenai teknologi
informasi agarpercaya pada ilmu pengetahuan. Bidang itu menciptakan produk
misal komputer yang dapat mempengaruhi masyarakat luas. Produk tersebut juga
dapat memberikan keuntungan untuk masyarakat dan memiliki tanggung jawab
pada masyarakat luas yang menggunakannya. Tanggungjawan itu meliputi
meliputi keamanan dan keselamatan data, terpercaya, serta mudah untuk
digunakan.
Tujuan dan tanggung jawab bidang teknologi informasi sebagai berikut.
a) Mencapai kualitas yang tinggi dan efektivitas yang baik pada proses maupun
produk kerja professional.
b) Mengetahui dan menghormati adanya hukum yang berhubungan dengan kerja
yang professional.
c) Memberikan secara menyeluruh dan mencermati perubahan yang terjadi pada
sistem komputer dan kendalanya, termasuk menganalisa resiko yang mungkin
terjadi.
d) Menghormati perjanjian, persetujuan, dan menunjukkan tanggung jawab.
e) Mengubah pandangan masyarakat tentang menggunakan sistem komputer
serta konsekuensinya.
f) Mengakses sistem komputer dan sumber komunikasi hanya ketika diterbitkan
oleh pembuat sistem operasi tersebut.
Bidang teknologi informasi memiliki etika diantaranya seperti di bawah ini.
a) Tidak menggunakan perangkat komputer untuk dan sekiranya membahayakan
orang lain.
b) Tidak mencampuri pekerjaan komputer orang lain.
c) Tidak mengintip file orang lain.
d) Tidak menggunakan perangkat komputer untuk pekerjaan ilegal.
e) Tidak menggunakan perangkat komputer untuk membuat kesaksian palsu.
f) Tidak menggunakan atau menyalin perangkat lunak yang belum di bayar.
g) Tidak menggunakan sumber daya komputer orang lain tanpa otorisasi.
h) Tidak mengambil hasil intelektual orang lain untuk diri kita sendiri dan atau
orang lain.
i) Selalu memikirkan akibat sosial dari program yang kita tulis.
j) Menggunakan perangkat komputer dengan cara yang menunjukkan tenggang
rasa dan rasa penghargaan.

B. Dampak Teknologi Informasi


Teknologi informasi dan komunikasi dapat menyelesaikan pekerjaan dengan
lebih akurat, cepat, murah, aman, efisien, efektif, dan dapat disimpan dalam waktu
yang lama. Itulah kecanggihan teknologi yang dapat kita rasakan. Teknologi
informasi dan komunikasi terutama komputer telah banyak dimanfaatkan di
berbagai bidang kehidupan misalnya di bidang pendidikan, industri, kesehatan,
transportasi, dan sebagainya. Akan tetapi selain diperoleh berbagai keuntungan
dari penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, ternyata juga ada dampak
negatifnya. Ulah para hacker maupun cracker yang mengacaukan data pemilu
merupakan salah satu contoh dampak negatif kecanggihan teknologi informasi dan
komunikasi.
Teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai suatu teknologi yang berfungsi
untuk menghasilkan, menyimpan, mengolah, dan menyebarkan informasi tersebut
dengan berbagai bentuk media dan format (image, suara, text, motion pictures).
Dari pengalaman dan pengamatan, tahapan pemanfaatan teknologi informasi
dimulai pada saat teknologi informasi dianggap sebagai media yang dapat
menghemat biaya dibandingkan dengan metode konvensional, misalkan saja
pemakaian mesin ketik, kertas, penghapus, tipe-x, proses editing, dan sebagainya
cenderung tidak efisien.
Sekarang dengan bantuan komputer kita bisa melihat hasil ketikan di layar
monitor sebelum dicetak (paperless). Lebih effisien dalam waktu dan tempat
penyimpanan file. Setelah dirasakan bahwa teknologi Informasi dapat
menggantikan cara konventional yang memberikan benefit, maka orang mulai
melihat kelebihan lainnnya, misalnya menggantikan sarana pengiriman surat
dengan surat eletronik (e-mail), pencarian data melalui search engine, chatting,
mendengarkan musik, dan sebagainya dimana pada tahapan ini orang sudah mulai
menginvestasikan kepada perangkat komputer. Dari manfaat yang didapatkan,
teknologi informasi mulai digunakan dan diterapkan untuk membantu operasional
dalam proses bisnis. Misalnya perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan dengan menyediakan informasi jasa dan produk yang ditawarkan tanpa
dibatasi waktu dan ruang.
Orang sudah mau investasi dalam menyediakan perangkat keras dan lunak
untuk mengelola data dan menghasilkan laporan secara lebih akurat dan
menyeluruh. Dari level top management proses pengolahan data menjadi informasi
dan akhirnya menjadi pengetahuan (knowledge) digunakan sebagai proses untuk
mengambil keputusan sehingga keputusan yang diambil akan terstruktur dan
terarah (Executive Decision Making). Tahapan terakhir dimana orang sudah berani
menginvestasi secara optimal untuk perangkat keras, perangkat lunak, dan sumber
daya manusia untuk mengoperasikan bisnisnya. Pemanfaatkan teknologi infomasi
sudah secara menyeluruh dan terpadu untuk menghasilkan keuntungan bagi
perusahaan dan meningkatkan effisiensi dan effektivitas perusahaan.
Intenet dan e-commerce telah memicu perhatian baru tentang dampak etika
dan sosial dari sistem informasi. Internet dan teknologi perusahaan digital telah
memungkinkan penyusunan, integrasi dan distribusi informasi lebih mudah dari
masa sebelumnya konvensional, hal ini menimbulkan masalah baru seperti dalam
penggunaan informasi konsumen, perlindungan informasi pribadi dan
perlindungan hak cipta. Kemunculan teknologi informasi baru telah menimbulkan
efek riak, membangkitkan isu isu baru dalam hal etika, sosial dan politik yang
harus dihadapi pada tingkatan perorangan, masyarakat dan politik. Isu-isu etika,
sosial dan politik yang diakibatkan oleh sistem informasi melibatkan aspek moral
sebagai berikut.
a) Hak dan kewajiban informasi (information rights and obligations): Beberapa alat
perlindungan privasi data seseorang mengunjungi situs web tertentu,
digunakan untuk mengidentifikasi pengunjung dan melacak kunjungan ke
situs web tersebut. Web bugs: file yang disertakan dalam pesan e-mail atau
halaman web yang dirancang untuk mengawasi kebiasaan penggunaan internet
seseorang. Spyware: teknologiyang dapat membantu mengumpulkan informasi
tentang orang atau organisasi tanpa sepengetahuan mereka.
b) Hak untuk mendapat informasi adalah hak yang dimiliki oleh individu atau
organisasi tentang informasi yang terkait dengan mereka.
c) Teknologi dan sistem informasi telah mengakibatkan perubahan besar pada
hukum dan praktek sosial yang melindungi hak kekayaan intelektual pribadi.
Kekayaan intelektual (intellectual property) adalah kekayaan tak nyata yang
diciptakan oleh perorangan atau perusahaan yang menjadi subyek untuk
dilindungi di bawah hukum rahasia dagang (trade secret), hak cipta(copyright),
dan paten (patent).

Menurut DMCA hal yang merupakan ilegal adalah membuat, menyebarkan,


dan menggunakan peralatan yang dapat mengelakkan perlindungan berbasis
teknologi dari material yang dilindungi hak cipta. Hak dan kewajiban
kepemilikan (property rights and obligations) :
1) Hak dan kewajiban
Hak milik intelektual tradisional dilindungi dalam masyarakat digital, yang sulit
dilacak kepemilikannya sedangkan untuk mengabaikannya demikian mudah.
2) Liabilitas dan Kontrol
Bersamaan dengan hukum tentang privasi dan kepemilikan, teknologi informasi
baru juga menantang hukum liabilitas dan praktek-praktek sosial untuk
memastikan individu dan institusi bertanggung jawab (accountable).
3) Kualitas sistem (system quality)
Tiga sumber utama kelemahan sistem adalah: software bugs dan error, kegagalan
hardware atau fasilitas yang terjadi secara alami atau sebab lainnya, dan kualitas
masukan data yang rendah.
4) Kualitas hidup (quality of life)
Komputer dan teknologi informasi mempunyai potensi untuk menghancurkan
elemen-elemen yang berharga dari budaya dan masyarakat, meskipun keduanya
juga membawa manfaat yang luar biasa.

Banyak hal yang menggembirakan dari dampak positif pemanfaatan teknologi


informasi. Misal di bidang jasa pelayanan kesehatan, institusi kesehatan
menggunakan teknologi informasi untuk memberikan pelayanan secara terpadu
dari pendaftaran pasien sampai kepada system penagihan yang bisa dilihat melalui
internet. Sekarang banyak bermunculan polling atau layanan masyarakat dalam
bentuk SMS (Short Message Service),termasuk juga untuk sistem
perbankan. Namun kita sadari di sisi lain, kita sering mendengar dampak negatif
dari pemanfaatan teknologi. Salah satu penelitian yang di lakukan di Universitas
Tohoku Jepang menunjukan bahwa bila anak-anak dijejali aneka permainan
komputer, maka lama-kelamaan akan terjadi kerusakan di sebagian otaknya.
Kejadian di Thailand di mana seorang gadis remaja gantung diri karena frustasi
tidak dapat menyelesaikan permaian bomber man.
Dalam bidang kriminalitas, bahwa ada korelasi positif antara bermain
permainan komputer dengan tingkat kejahatan di kalangan anak muda, khususnya
permaian komputer yang banyak memuat unsur kekerasan dan pembunuhan. Di
bidang perbankan, lebih mengkhawatirkan lagi penggunaan kartu kredit
illegal (carding). Belum lagi perseteruan antara pembuat virus dan antivirus yang
tidak pernah berhenti sepanjang masa. Dampak positif dan negatif dari suatu
perkembangan teknologi adalah sebuah pilihan yang tidak dapat dihindari.
Beberapa dampak negatif dari sistem informasi adalah seperti di bawah ini.
a. Keseimbangan pembagian kekuasaan antara sentralisasi dan desentralisasi.
b. Kecepatan perubahan mengurangi waktu respon menghadapi persaingan.
c. Menjaga batas antara keluarga, pekerjaan, dan liburan.
d. Ketergantungan terhadap sistem dan kerentanan sistem.
e. Kejahatan dan penyalahgunaan komputer.
f. Forensik komputer.
g. Potensi berkurangnya lapangan kerja.
h. Kesetaraan dan Akses: meningkatnya perpecahan diantara rasial dan kelas
sosial.
i. Resiko kesehatan : Repetitive Stress Injury(RSI), Carpal Tunnel Syndrome (CTS),
Computer Vision Syndrome (CVS) dan Technostress .
j. Akuntabilitas dan kontrol (accountability and control) : Siapa yang dapat dan
harus bertanggung jawab atas pelanggaran informasi dan hak milik individu
dan kolektif.

C. Pentingnya Etika dan Moral


Etika telah lama muncul sebelum adanya teknologi informasi. Isu etika selalu
menjadi perhatian dalam masyarakat bebas dimanapun berada. Namun demikian,
teknologi informasi telah meningkatkan perhatian atas masalah etika ini, memberi
tekanan pada tatanan masyarakat yang ada, dan membuat aturan hukum yang
ada menjadi kuno atau paling tidak timpang. Ada empattrend teknologi yang
meningkatkan isu-isu etika seperti diringkas pada Tabel di bawah ini.
a) Pengembangan teknologi pada tingkat nasional hanya dalam arti hubungan
pusat dengan daerah. Seringkali pengembangan teknologi informasi mengalami
hambatan dikarenakan dikuasainya suatu teknologi oleh suatu institusi
tunggal. Kejadian ini ditunjukkan dengan fakta bahwa pengembangan
perangkat lunak yang relatif sangat didikte oleh sebuah perusahaan penyedia
perangkat lunak besar. Negara-negara berkembang memiliki keterbatasan
untuk mengembangkan teknologi. Baik dari segi kemampuan SDM, biaya
maupun keterbatasan akses informasi. Barrier atau hambatan yang cukup
dirasakan untuk pengembangan teknologi informasi antara lain seperti di
bawah ini.
b) Masih dikuasainya hak pengembangan dan modifikasi perangkat lunak oleh
vendor besar. Sehingga para konsumen ataupun calon pengembang haruslah
melewati jalur yang panjang dan membutuhkan biaya tinggi untuk
menjadi solution provider di dunia Teknologi Informasi. Biaya ini sangat
membebani untuk keperluan investasi awal, dan produksi selanjutnya
c) Biaya perangkat lunak yang digunakan untuk mengembangkan produk
teknologi informasi masih sangat tinggi. Misalnya harga sistem operasi, harga
kompiler, harga development tool. Di tambah biaya komponen perangkat lunak
yang mau tidak mau dimasukkan ke dalam produk jadi. Sebagai contoh ketika
membangun suatu sistem Point of Sale (POS)yang berbasiskan sistem operasi
komersial, mau tidak mau komponen harga sistem operasi tersebut akan
dimasukkan ke dalam harga akhir dari perangkat POS yang dikembangkan
tersebut.
d) Biaya memperoleh informasi pendukung yang tersedia yang sangat dibutuhkan
oleh developer sangat tinggi. Hal ini lazim dikenal sebagai Developer Network
Subscription Fee. Apabila kita ingin menjadi pengembang teknologi informasi,
agar dapat dilakukan akses kepada informasi-informasi penting biaya ini
haruslah diperhitungkan.
e) Biaya pelatihan yang sangat tinggi memenuhi suatu syarat sertifikasi
dari vendor agar dapat dipercaya menjadi solution provider ataupun trainning
provider. Biaya-biaya di atas jelas menghambat keinginan pengguna yang
antusias terjun mejadi pengembang teknologi informasi yang handal dan
dikenal dunia. Di samping itu juga penguasaan secara sentral hak akses
kepada pasar, serta pengakuan kerja menjadikan para pengembang TI di
Indonesia kurang terdengar kiprahnya di dunia internasional, karena harus
melalui tahapan-tahapan memutar yang membutuhkan biaya yang cukup
besar. Sebelum akhirnya dapat menghasilkan suatu produk teknologi
informasi.

D. Teknologi Informasi di Indonesia


Teknologi informasi telah masuk ke dalam berbagai aspek kehidupan sehari-
hari kita. Internet, spreadsheet, wordprocessor, database telah menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari. Tidak hanya untuk yang berkecimpung dalam bidang
komputer, teknik, perbankan atau sains, tapi juga telah berkembang ke dalam
berbagai bidang lainnya. Komputer dan teknologi informasi telah menjadi satu
dalam proses-proses belajar dan mengajar sehari-hari. Perkembangan teknologi
yang cepat ini tanpa terasa telah memojokkan kita untuk mempelajari produk
teknologi informasi ini secara cepat yang terkadang cenderung melakukan potong
kompas. Dorongan untuk mengikuti perubahan teknologi ini menjadikan kita
cenderung mempelajari pengetahuan dengan bersandar pada aplikasi-aplikasi yang
populer. Populeritas suatu perangkat lunak yang sering dibentuk oleh strategi dan
proses marketing yang hebat, sering menjadi dasar pemilihan perangkat lunak.
Kadang kita kurang melihat pada kesesuaian perangkat lunak, juga sering kita
mengabaikan dasar teknologi yang melandasinya, bahkan terkadang kita
melupakan tujuan dari belajar itu sendiri.
Open source membuka kesempatan kepada kita untuk menjadi pembuat
perangkat lunak, atau menyediakan jasa yang berkaitan dengan teknologi
informasi. Internet menjadikan semua jaringan relatif terikat menjadi satu.
Kemampuan tenaga TI lokal akan memungkinkan terbukanya kesempatan kerja di
mancanegara. Secara aktif kita dapat menyebarkan pengetahuan tentang program
open source, seperti LINUX dan lainnya melalui berbagai kesempatan kegiatan
akademis dan non akademis. Ketersediaan beragam aplikasi dalam
lingkungan open source, yang memungkinkan pula untuk kita gunakan dalam
proses belajar-mengajar, tidak hanya dalam mata pelajaran komputer, tapi juga
mata pelajaran lainnya, seperti biologi, kimia, akuntansi, linguistik, psikologi dan
sebagainya. Secara perlahan-lahan, diharapkan nantinya akan berkembang
developer-developer yang handal, yang berfungsi tidak hanya sebagai end-user yang
hanya mengerti menggunakan sebuah kotak hitam saja.
Semua jenis aplikasi yang ada telah tersedia padanannya untuk
lingkungan open source. Bahkan beberapa aplikasi yang ada di lingkungan open
source tidak ada di lingkungan yang kini populer digunakan. Keterbatasan program
aplikasi bukanlah suatu alasan yang cocok untuk menghalangi kita menoleh
kepada penggunaan program jenis open source ini. Semua program open
source membuka kesempatan untuk kita untuk menyesuaikan dengan kebutuhan
kita.
Brian, A James, Management Information System, Managing Information
Technology in the Business Enterprise, Mc Graw Hill, 2004

Franz Magnis Suseno, Etika Jawa, Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan
Hidup Jawa, Penerbit PT Gramedia, Jakarta, 1991

http://ferryf.web.id/ - diakses 20 May 2010

http://www.ieee.org/portal/index.jsp - diakses 4 April 2010

Anda mungkin juga menyukai