Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN PICU

DOSEN PENGAMPU:

SAPARIAH ANGGRAINI S.Kep, Ners, M.Kep

DOSEN PENGAJAR:

DANIA RELINA SITOMPUL S.Kep, Ners, M.Kep

DISUSUN OLEH:

Nadia 118028C118025

Neni Triana H.R.Suhin 113063C118027

Nikenni 113063C118028

Nikita Tesalonika 113063C118029

Nita Natalia Bungas 113063C118030

Paskala Nakabahum 113063C118031

Philemon 113063C118032

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN BANJARMASIN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul tentang
“KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN PICU” tepat pada waktunya.

Kami juga mengucapkan banyak terimakasi kepada ibu Sapariah Anggraini M.Kep.
selaku dosen pengampu serta kepada ibu Dania Relina Sitompul S.Kep. Ners selaku dosen
pengajar, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para
pembaca, sehingga dapat mengerti tentang Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Picu.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami sangat mengharap saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini supaya dapat diperbaiki
dikemudian hari.

Akhir kata kami berharap agar makalah ini dapat menambah referensi dan pengetahuan
bagi para pembaca.

Banjarmasin,15 sepetember 2019

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4
A. LATAR BELAKANG ...................................................................................................................... 4
B. TUJUAN ........................................................................................................................................... 5
C. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................. 5
BAB II........................................................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................................... 6
A. Pengertian Komunikasi Terapeutik ................................................................................................... 6
B. Tujuan Komunikasi Terapeutik ........................................................................................................ 7
C. Prinsip Dasar Dalam Komunikasi Terapeutik................................................................................... 7
D. Pengertian PICU DAN PEDIATRIK ................................................................................................ 8
BAB III ................................................................................................................................................... 10
ILUSTRASI KASUS .............................................................................................................................. 10
BAB IV ....................................................................................................................................................... 19
PENUTUP .................................................................................................................................................. 19
A. KESIMPULAN ............................................................................................................................... 19
B. SARAN ........................................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 21
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pediatric Intensive Care Unit (PICU) merupakan ruang perawatan untuk anak
dengaan kondisi kritis. Anak yang dirawat diruang tersebut adalah anak yang mengalami
gangguan kesehatan yang cukup serius dimana telah dilakukan pemerikasaan diagnostic
sehingga mengharuskan anak dirawat di ruang intensif. Anak yang dirawat di rumah
sakit terlebih lagi jika harus dirawat di ruang intensif akan menjadi fase baru dalam
kehidupan anak, tempat yang terasa asing, alat-alat medis yang dilihat, bau yang khas
dapat menimbulkan kecemasan dan ketakutan pada anak (Norton & Westwood, 2012).
Perawat anak di PICU berada dengan perawatan anak yang hanya dirawat di bangsal.
Perawatan selama anak di rumah sakit akan menimbulkan stressor, baik lingkungan,
stressor psikologis, dan stressor fisik. Stressor fisik anak misalnya nyeri akibat tindakan
invasive, anak merasakan ketidaknyamanan terhadap prosedur tindakan selama perawat,
anak tidak mampu untuk melakukan kegiatan sehari-hari misalnya bermain, makan dan
minum. Hal tersebut menyebabkan traumatic pada anak (Hockenberry & Wilson, 2009).
Komunikasi merupakan kunci kesuksesan pelayanan kesehatan, baik pelayanan
keperawatan di rumah sakit maupun di masyarakat. Oleh karena itu, perawat di tuntut
mampu berkomunikasi secara efektif. Dalam dunia keperawatan, komunikasi yang efektif
disebut juga dengan komunikasi terapeutik.
Komunikasi merupakan inti dari kehidupan sosial manusia dan merupakan
komponen dasar dari hubungan antarmanusia, karena komunikasi yang baik dapat
melancarkan kegiatan sosial manusia. Banyak permasalahan dapat didefenisikan dan
dipecahkan melalui komunikasi, tetapi banyak pula hal kecil dalam kehidupan manusia
yang berubah menjadi permasalahan yang besar karena komunikasi. Hal tersebut
disebabkan oleh kesalahan yang terjadi dalam melakukan komunikasi.
B. TUJUAN
a. Untuk mengetahu pengertian tentang komunikasi terapeutik pada pasien PICU pada
anak.
b. Komunikasi terapeutik untuk mengembangkan pribadi klien ke arah yang lebih positif
atau adaptif.
c. Untuk mengembangkan pengetahuan tentang komunikasi terapeutik PICU.

C. RUMUSAN MASALAH
a. Apakah ada hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan
yang dapat menimbulkan ketakutan pada anak dan keluarga pasien.
b. Seorang anak ketidaknyamanan saat perawat melakukan pelayanan dalam
berkomunikasi.
c. Apakah perawat mampu menggunakan komunikasi secara efektif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Komunikasi Terapeutik


Dalam profesi keperawataan, komunikasi menjadi sangat penting karena
merupakan alat atau metode utama dalam melaksanakan proses keperawatan.
Dalam asuhan keperawatan, komunikasi ditunjukan untuk mengubah perilaku
klien ke arah yang lebih baik agar mencapai tingkat kesehatan yang optimal
(Stuart dan Laraia, 2001). Berdasrakan tujuan tersebut, komunikasi dalam
keperwatan disebut sebagai komunikasi terapeutik.
Northouse (1998) berpendapat bahwa komunikasi terapeutik adalah
kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi
terhadap stress, mengatasi gangguan psikologis, serta belajar tentang bagaimana
berhubungan dengan orang lain.
Suasana yang menggambarkan komunikasi yang terapeutik adalah apabila
dalam berkomuniaksi dengan klien, perawat mendapatkan gambaran yang jelas
tentang kondisi klien yang sedang dirawat, mengenai tanda dan gejala yang
ditampilkan serta keluhan yang dirasakan.
Komunikasi merupakan kunci kesuksesan pelayanan kesehatan, baik pelayanan
keperawatan di rumah sakit maupun di masyarakat. Oleh karena itu, perawat di
tuntut mampu berkomunikasi secara efektif. Dalam dunia keperawatan,
komunikasi yang efektif disebut juga dengan komunikasi terapeutik. Komunikasi
merupakan inti dari kehidupan sosial manusian dan merupakan komponen dasar
dari hubungan antarmanusia, karena komunikasi yang baik dapat melancarkan
kegiatan sosial manusia. Banyak permasalahan dapat didefenisikan dan
dipecahkan melalui komunikasi, tetapi banyak pula hal kecil dalam kehidupan
manusia yang berubah menjadi permasalahan yang besar karena komunikasi. Hal
tersebut disebabkan oleh kesalahan yang terjadi dalam melakukan komunikasi.
B. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeuik sengaja dirancang agar hubunngan perawat dan klien
menjadi efektif dalam rangka mencapai kesembuha. Untuk itu, Stuart &
Sundeen dalam Nurjannah I (2001) mengemukakan tujuan komunikasi terapeutik
sebagai berikut.

Perawat dan klien akan terlibat dalam hubungan yang intensif. Untuk itu, perawat
harus melakukan eksplorasi diri atas kemampuan yang dimiliki dalam
berkomunikasi dengan klien.
Perawat harus mengerti dan menyadari bahawa klien datang kerumah sakit dalam
rangka meminta pertolongan untuk menngurangi keluhan yang dirasakan, dan hal
itu di terima sebagai tanggung jawab profesi bagi perawat. Perawat saat
menangani klien merupakan suatu penghormatan bagi dirinya karena dipercaya
oleh klien untuk merawat tanpa ada perasaan khawatir, ragu, maupun
kecemasasn. Dan hal yang paling penting adalah perawat dipercaya mampu
menangani klien dengan benar, penuh kesabaran, supel, ramah, dan sangat
responsif.
Tujuan lain dari komunikasi terapeutik adalah sebagai berikut.
a) Realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan diri.
b) Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superficial.
c) Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan
serta mencapai tujuan yang realistic.
d) Peningkatan identitas dan integritas diri.

C. Prinsip Dasar Dalam Komunikasi Terapeutik


Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun dan
mempertahankan hubungan yang terapeutik.
1. Hubungan Terapeutik Perawat-Klien
Hubungan perawat dengan klien merupakan hubungan terapeutik yang
saliang menguntungkan. Hubungan ini di dasarkan pada perinsip
‘humanity of nurse and clients’. Kualitas hubungan perawat dengan klien
ditentukan oleh cara perawat mendefinisikan dirinya sebagai manusia
(human).
2. Menghargai Keunikan Klien
Perawat harus menghargai keunikan klien, karena setiap individu
mempunyai karakter yang berbeda-beda. Karena itu, perawat perlu
memahami perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar
belakang keluarga, budaya, dan keunikan setiap individu.
3. Menjaga Harga Diri
Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri
pemberi maupun penerima pesan. Dalam hal ini, perawat harus mampu
menjaga harga dirinya dan harga diri klien.
4. Hubungan Saling Percaya
Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya harus
dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan member
saran maupun alternatif pemecahan masalah.

D. Pengertian PICU DAN PEDIATRIK


PICU (Pediatric Intensive Care Unit) adalah suatu unit yang memberi
perawatan khusus pada pasien anak (29 hari- 14 tahun) yang berada dalam kondisi
membutuhkan pengaasan ketat dengan keadaan gawat atau berat, guna mencegah
dan mengobati terjadinya kegagalan organ-organ vital. Yang sewaktu-waktu bisa
saja meninggal, dan mempunyai harapan untuk sembuh apabila dirawat secara
intensif. Tujuannya adalah untuk memberikan pelayanan perawatan yang optimal
untuk pasien dimana keadanya sewaktu-waktu dapat meninggal.
Tujuan pelayanan PICU adalah untuk melakukan perawatan pada anak dengan
penyakit atau cidera serius, termasuk anak-anak dalam Fase pemulihan paska
operasi. Picu memberikan pelayan pada anak yang membutuhkan perawataan dan
pemantauan yang intensif, pada pasien dengan keadaan tidak stabil yang
membutuhakan intubasi atau ventilasi, pasien yang membutuhkan bantuan organ
tunggal atau multiple, dan pengawasan medis atau perawataan yang
berkelanjutaan. Picu juga memberikan perawatan terrencana rutin paskal operasi
atau selama penatalaksanaan medis (NHS,2013).
Sedangkan pediatric adalah cabang ilmu kedokteran yang berkonsentarasi pada
pencegahan, diagnosis, pengobatan dan penanganan seluruh jenis penyakit pada
pasien berusia muda, yaitu bayi dan anak hingga remaja dan dewasa muda.
Pediatric anak, tidak hanya fokus pada aspek-aspek penunjang kesehatan yang
dibutuhkan oleh anak, namun juga memahami perbedaan luas antara gangguan
kesehatan pada pasien anak dewasa.

1). Peran dan tanggung jawab perawat PICU


a) Merencanakan perawat fisik secara komprehehensif
b) Memberikan dukungan emosional pada anak dengan penyakit akut
c) Memberikan dukungan emosional pada anak dengan bersifat empati
pada orang tua dan keluarga
d) Bertindak sebagai pembela anak dalam mempertahankan hak asasinya
e) Memberikan pelayanan kepelayanan yang bersifat konsultasi bila anak
akan dilakukan tindakan keperawatan khusus ketika di rawat di picu
f) Memberikan pelayanan sebagai bagian dari rumah sakit secara
keseluruhan
g) Memberikan pengajaran tentang prinsif-prinsif picu sesuai dengaan
usia klien
BAB III

ILUSTRASI KASUS

Di Rumah Sakit Bunga ada seorang anak kecil bernama Nita yang berusia 5 tahun, dirawat di
Ruang PICU (Pediatric Intersive Care Unit) , orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya sesak
napas mulai pagi hari tadi, suhu tubuh 38oc yang dirawat sejak 2 hari yang lalu. Tiba-tiba Ibu
Pasien memanggil perawat sambil menangis dengan tersedu-sedu dan mengatakan kalau pasien
sesak nafas. Saat di kaji oleh perawat pasien tampak sesak nafas, nampak lemah dan mukosa
bibir berwarna agak kebiruan, diagnosa yang diangkat pneumonia. Hal yang dilakukan perawat
untuk mengtasi kasus tersebut mengajarkan nafas dalam berhubungan dengan ketidak efektipan
jalan nafas.

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) KOMUNIKASI

Kondisi pasien

Seorang pasien anak bernama Nita berusia 5 tahun yang dirawat di ruangan pediatrik intersive
care unit 2 hari yang lalu dengan gangguan paru-paru berisi cairan. Pasien nampak sesak napas,
badan lemas, dan mukosa bibir terlihat kebiru-biruan. Orang tua pasien mengatakan anaknya
sesak nafas sejak tadi pagi, dengan suhu badan 38oc.

Diagnosis Keperawatan :

Ketidak efektipan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.
Rencana Keperawatan :

Bantu pasein latihan nafas dalam dan batuk efektif.

Nafas dalam memudahkan eksfansi maksimun paru-paru atau jalan nafas lebih kecil. Batuk
efektif mempermudahkan pengeluaran dahak dan mengurangi tingkat kelelahan.

Tujuan :

Di harapkan bersih jalan nafas, ventilasi paru adekuat dan tidak ada penumpukan sekret, serta
memberi rasa nyaman kepada pasien.

SP Komunikasi Fase Orientasi :

Salam Terapeutik :

Perkenalan diri dan tanyakan/sebut nama klien (sambil menjabat tangan klien)

Evaluasi dan Validasi :

1. Tanyakan perasaan klien saat ini


2. Lakukan Validasi (kognitif, afektif dan psikomotorik)

Kontrak :

1. Jelaskan tujuan pertemuan (sesuai rencana)


2. Lakukan kontrak waktu (15—20 menit)
3. Lakukan kontrak tempat

Fase Kerja : (Tuliskan kata-kata sesuai tujuan dan rencana yang akan dicapai/dilakukan)

1. Tanyakan keluhan klien dan gali alasan klien meminta bantuan/pertolongan


2. Eksplorasi pikiran, perasaan, dan tindakan klien
3. Sediakan komunikasi terbuka, kepercayaan, dan penerimaan klien apa adanya
4. Berikan kesempatan klien untuk bertanya dan berikan reinforcement
5. Identifikasi masalah bersama klien dan berikan kesempatan klien menyimpulkan
masalahnya dan berikan reinforcement

Fase Terminasi :

1. Evaluasi objektif/subjektif
a. Tanyakan perasaan klien setelah interaksi/pertemuan
b. Evaluasi hasil pertemuan terkait tujuan pertemuan
2. Jelaskan rencana tindak lanjut setelah pertemuan
3. Lakukan untuk pertemuan yang akan datang (kontrak yang akan datang)
4. Mengakhiri interaksi/komunikasi dengan salam dan berjabat tangan.

Evaluasi dan Dokumentasi

1. Pelaksanaan komunikasi sesuai dengan fase-fase interaksi


2. Catat hasil interaksi/tindakan pada status keperawatan klien
3. Komunikasikan hasil pada klien/keluarga
Peran

Nadia : perawat 3

Neni Triana : ibu pasien

Nikenni : perawat 2

Nikita T. : perawat 1

Nita N.B : pasien

Paskala N. : ayah pasien

Pilemon : narator

Kasus

Seorang anak kecil bernama Nita yang berusia 5 tahun dirawat di Ruang Pediatric
Intersive Care Unit, orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya sesak napas mulai pagi
hari tadi, suhu tubuh 38oc yang dirawat sejak 2 hari lalu. Tiba-tiba orang tua Pasien
memanggil perawat sambil menangis dengan tersedu-sedu dan mengatakan kalau pasien
sesak nafas. Saat di kaji oleh perawat pasien tampak sesak nafas, nampak lemah dan
mukosa bibir berwarna agak kebiruan, diagnosa yang diangkat pnemonia. Hal yang
dilakukan perawat untuk mengtasi kasus tersebut mengajarkan nafas dalam berhubungan
dengan ketidak efektipan jalan nafas.

NARASI : Dua hari selama berada di RS Bunga, pasien Nita berada dirungan pediatric
dengan terpasangkan oksigen. Dipagi hari setelah pergantian ship pagi, seorang perawat
bernama Nadia melakukan tindakan pengecekan tanda-tanda vital terhadap pasien Nita di
rungan pediatric.
Fase pra-interaksi

perawat 3 : (di kantor perawat) “ cekstatus pasien, menyiapkan alat, dan mencuci
tangan”

fase orientasi

Narasi : perawat menuju ruangan pasien

Perawat 3 : “mengetok pintu” selamat pagi perkenalkan saya perawat Nadia, pagi ini
saya yang bertugas merawat adek... YA..,

Pasien dan ibu pasien : iya, pagi juga sus (ibu pasien menjab, sedangkan pasien
terbangun)

Perawat 3 : kakak boleh tau siapa nama ade.

Pasien : “berbicara kurang jelas”... Nita sus.

Perawat 3 : iya de Nita (sambila melihat gelang pasien) tujuan kakak kesini mau cek
suhu ade dulu ya, watktunya 5-10 menit. Apakah ade bersedia.

Pasien : “hanya mengangguk kepala”

Perawat 3 : oh... iya, sebelumya ada yang ingin ditanyakan

Ibu pasien : tidak ada sus

Perawat 3 : (masuk tahap kerja)

Terminasi

Perawat 3 : baik de kakak sudah selesai melakukan tindakan, bagaimana perasaan adek?

Pasien : “menjawab dengan suara pelan dan terhengap-hengap” sakit sus tapi lebih
mendiangan.

Perawat 3 : iya, kalo begitu ade istirahat saja, makan yang banyak biar cepat sebuh yaa..
deek..
Pasien : “ menganggukan kepala”

Perawat 3 : apa ada yang ingin ditanyakan lagi dek, dari ibu apakah ada?

Ibu pasien : tidak ada sus.

Perawat 3 : kalo begitu saya permisi dulu adek ya, jika ada pertanyaan atau keluhan
silahkan pencet bel yang ada di atas ranjang atau panggil saya di ruang perawat ya.
Terimakasih adek atas kerjasamanya, ibu juga saya pemisi dulu. (sambil merapikan alat).

Ibu pasien : iya sus, terimakasih juga.

Narasi : Perawat menuju ruang perawat untuk melakukan pendokumentasian. Satu jam
setelah pemeriksaan TTV, tiba-tiba ibu pasien tampak panik melihat anak yang
terhengap-hengap.

Ibu pasien : perawat- perawat anak saya kenapa ?

Perawat 2 : ( begegas menuju pasien)!! kenapa ibu?

Ibu pasien : anak saya kenapa sus?

Perawat 2 : “ memasang kan kembali oksigen yang terlepas” anak ibu baik-baik saja,
nanti kalo oksigenya terlepas panggil saja saya di ruangan perawat.

Ibu pasien : baik sus, terimakasih.

Perawat 2 : sama-sama ibu, saya permisi dulu.( perawat pergi meninggalkan pasien dan
ibunya)

Narasi : untuk membuat pasien lebih efektif dalam bernafas, perawat akan melakukan
tindakan latihan nafas dalam kepada pasien Nita. Sebelum melakukan tindakan perawat
memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga pasien dari prosedur hingga tujuan
tindakannya.

Perawat 1 : (berbicara dengan ayak pasien di ruang perawat) baik bapak, perkenalkan
saya perawat Nikita, disini saya akan memberitahu bapak bahwa anak bapak akan
diajarkan latihan nafas dalam supaya pasien dapat bernafas lebih obtimal. Kami
menyampaikan ini agar keluarga pasien tidak kuatir lagi, gimana bapak?

Ayah pasien : baik sus, lakukan tindakan tersebut untuk kesehatan dan keselamatan anak
saya?

Perawat 1 : baik pak, kami akan melakukan tindakan semaksimal mungkin. Dan
tindakan ini akan kami berikan setengah jam kemudian. Terimakasih bapak atas
waktunya.

Ayah pasien : terimaksih sus.

Narasi : setengah jam kemudian, perawat Nikita dan perawat Niken akan melakukan
tindak latihan nafas dalam kepada pasien Nita. Perawat mempersiapkan diri dan alat-alat
yang diperlukan.

FASE PRA-INTERAKSI

Perawat 1 : cek status pasien.

Perawat 1 dan 2 : siapkan alat.

Perawat 1 dan 2 : cuci tangan

FASE ORIENTASI

Perawat 1 : Permisi selamat pagi

Ibu pasien : Pagi juga sus

Perawat 1 :Perkenalakan kakak perawat Nikita dan teman kakak Niken, disini kakak
mau mengajarkan napas dalam kepada ade, apakah ade bersedia?

Pasien : humm... (sembari mengangguk)


Perawat 1 : tujuannya supaya ade tidak sesak napas lagi dan merasa nyaman, ini
memerlukan waktu 5 -7 menit dan dilakukan di ruang ini saja.

Perawat 2: sebelum melakukan tindakan, apakah ada yang ingin ditanyakan?

Ibu pasien : tidak ada sus.

TAHAP KERJA

Perawat 2 : Menutup tirai dan atur posisi pasien

Perawat 2: nanti kalo saat melakukan tindakan ade merasa sesak atau nyeri tolong
dikasih tau saja.

Perawat 2 : Ade bisa ikutin insruktur kakak ya. Tarik napas lewat hidung hembuskan
lewat mulut selamat tiga kali ya de.

Pasien : (melakukan seperti yang diperintahkan)

NARASI : sembari melakukan tindakan Perawat mengeksroitasikan perasaan dan


identipikasi masalah klien

TAHAP TERMINASI

Perawat 2 : baik dek kita sudah selesai melakukan tindakannya, gimana perasaanya dek
setelah melakukan napas dalam, apakah ade merasa nyaman dan tidak sesak napas lagi?

Pasien : iya kak rasanya tidak sesak lagi dan terasa nyaman.

Perawa 2 : baik, apakah ada yang ingin ditanyakan.

Ibu pasien : tidak ada sus


Perawat 2 : kalau tidak ada, kakak permisi dulu. Tindakan ini akan kamiberikan pada
sore nanti lagi, atau tindakan dapat dilakukan oleh keluarga pasien sendiri.

Ibu pasien : baik suster

Perawat 1 : jika ada pertanyaan atau keluhan, bapak atau ibu bisa pencet bel yang ada di
atas ranjang pasien atau salah satu keluarga pasien datang ke ruangan perawat untuk
melaporkan apa yang diperlukan.

Ibu pasien : baik suster, terimakasih.

Peraat 1 dan 2 : kami permisi dulu adek ya, terimakasih atas kerjasamanya.

Ibu, dan pasien : terimakasih suster.

TAHAP EVALUASI

Perawat 1 : Perawat memeriksa apakah pasien bisa melakukan tindakan dengan baik

Perawat 1 dan 2 : Perawat mencuci tangan

TAHAP DOKIMENTASI

Perawat 2 : (mencatan tindakan yang dilakukan terhadap pasien mulai dari ekspresi,
kemampuan pasien melakukan tindakan tersebut, hari, tanggal waktu dan tempat dan
tanda tangan perawat).
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Komunikasi merupakan kunci kesuksesan pelayanan kesehatan, baik pelayanan
keperawatan di rumah sakit maupun di masyarakat. Oleh karena itu, perawat di tuntut
mampu berkomunikasi secara efektif dalam dunia keperawatan.
Komunikasi yang efektif disebut juga dengan komunikasi terapeutik.Komunikasi
merupakan inti dari kehidupan sosial manusian dan merupakan komponen dasar dari
hubungan antarmanusia.
Tujuan Komunikasi Terapeutik,
a) Realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan diri.
b) Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superficial
c) Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan
serta mencapai tujuan yang realistic.
d) Peningkatan identitas dan integritas diri.

Prinsip Dasar Dalam Komunikasi Terapeutik,

1. Hubungan Terapeutik Perawat-Klien


2. Menghargai Keunikan Klien
3. Menjaga Harga Diri
4. Hubungan Saling Percaya

PICU (Pediatric Intensive Care Unit) adalah suatu unit yang memberi perawatan
khusus pada pasien anak (29 hari- 14 tahun) yang berada dalam kondisi
membutuhkan pengaasan ketat dengan keadaan gawat atau berat, guna mencegah
dan mengobati terjadinya kegagalan organ-organ vital.
Tujuan pelayanan PICU adalah untuk melakukan perawatan pada anak dengan
penyakit atau cidera serius, termasuk anak-anak dalam Fase pemulihan paska
operasi.
1. Peran dan tanggung jawab perawat PICU
a) Merencanakan perawat fisik secara komprehehensif
b) Memberikan dukungan emosional pada anak dengan penyakit akut
c) Memberikan dukungan emosional pada anak dengan bersifat empati
pada orang tua dan keluarga
d) Bertindak sebagai pembela anak dalam mempertahankan hak asasinya
e) Memberikan pelayanan kepelayanaan yang bersifat konsultasi bila
anak akan dilakukan tindakan keperawatan khusus ketika di rawat di
picu
f) Memberikan pelayanan sebagai bagian dari rumah sakit secara
keseluruhan
g) Memberikan pengajaran tentang prinsif-prinsif picu sesuai dengaan
usia klien

B. SARAN
Dengan adanya makalah yang sudah kami diskusi dengan tuangan pemikiran
pemikiran dari kelompok kami. Kami berharap bagi pembaca, terutama perawat dan
mahasiswa makalah ini bisa berguna dengan semestinya. Dan bisa memahami isi
makalah ini, lalu dianalisiskan bagaimana cara-cara melakukan komunikasi
keperawatan pada PICU ICU anak terapeutik.
DAFTAR PUSTAKA

Dr Suryani, S.Kep, MHSC. (2013). KOMUNIKASI TERPEUTIK . Jakarta: EGC.

Ns. Abdul Nasir, S.Kep;Ns.Abdul Muhith, S.Kep.,M.Kes;Sajidin, S.Kep.,M.Kes dan WahitIqbal


Mubaraak, S.K.M. (2009). KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAAN TERORI DAN
APLIKASI. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai