DOSEN PENGAMPU:
DOSEN PENGAJAR:
DISUSUN OLEH:
Nadia 118028C118025
Nikenni 113063C118028
Philemon 113063C118032
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul tentang
“KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN PICU” tepat pada waktunya.
Kami juga mengucapkan banyak terimakasi kepada ibu Sapariah Anggraini M.Kep.
selaku dosen pengampu serta kepada ibu Dania Relina Sitompul S.Kep. Ners selaku dosen
pengajar, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para
pembaca, sehingga dapat mengerti tentang Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Picu.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami sangat mengharap saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini supaya dapat diperbaiki
dikemudian hari.
Akhir kata kami berharap agar makalah ini dapat menambah referensi dan pengetahuan
bagi para pembaca.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pediatric Intensive Care Unit (PICU) merupakan ruang perawatan untuk anak
dengaan kondisi kritis. Anak yang dirawat diruang tersebut adalah anak yang mengalami
gangguan kesehatan yang cukup serius dimana telah dilakukan pemerikasaan diagnostic
sehingga mengharuskan anak dirawat di ruang intensif. Anak yang dirawat di rumah
sakit terlebih lagi jika harus dirawat di ruang intensif akan menjadi fase baru dalam
kehidupan anak, tempat yang terasa asing, alat-alat medis yang dilihat, bau yang khas
dapat menimbulkan kecemasan dan ketakutan pada anak (Norton & Westwood, 2012).
Perawat anak di PICU berada dengan perawatan anak yang hanya dirawat di bangsal.
Perawatan selama anak di rumah sakit akan menimbulkan stressor, baik lingkungan,
stressor psikologis, dan stressor fisik. Stressor fisik anak misalnya nyeri akibat tindakan
invasive, anak merasakan ketidaknyamanan terhadap prosedur tindakan selama perawat,
anak tidak mampu untuk melakukan kegiatan sehari-hari misalnya bermain, makan dan
minum. Hal tersebut menyebabkan traumatic pada anak (Hockenberry & Wilson, 2009).
Komunikasi merupakan kunci kesuksesan pelayanan kesehatan, baik pelayanan
keperawatan di rumah sakit maupun di masyarakat. Oleh karena itu, perawat di tuntut
mampu berkomunikasi secara efektif. Dalam dunia keperawatan, komunikasi yang efektif
disebut juga dengan komunikasi terapeutik.
Komunikasi merupakan inti dari kehidupan sosial manusia dan merupakan
komponen dasar dari hubungan antarmanusia, karena komunikasi yang baik dapat
melancarkan kegiatan sosial manusia. Banyak permasalahan dapat didefenisikan dan
dipecahkan melalui komunikasi, tetapi banyak pula hal kecil dalam kehidupan manusia
yang berubah menjadi permasalahan yang besar karena komunikasi. Hal tersebut
disebabkan oleh kesalahan yang terjadi dalam melakukan komunikasi.
B. TUJUAN
a. Untuk mengetahu pengertian tentang komunikasi terapeutik pada pasien PICU pada
anak.
b. Komunikasi terapeutik untuk mengembangkan pribadi klien ke arah yang lebih positif
atau adaptif.
c. Untuk mengembangkan pengetahuan tentang komunikasi terapeutik PICU.
C. RUMUSAN MASALAH
a. Apakah ada hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan
yang dapat menimbulkan ketakutan pada anak dan keluarga pasien.
b. Seorang anak ketidaknyamanan saat perawat melakukan pelayanan dalam
berkomunikasi.
c. Apakah perawat mampu menggunakan komunikasi secara efektif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perawat dan klien akan terlibat dalam hubungan yang intensif. Untuk itu, perawat
harus melakukan eksplorasi diri atas kemampuan yang dimiliki dalam
berkomunikasi dengan klien.
Perawat harus mengerti dan menyadari bahawa klien datang kerumah sakit dalam
rangka meminta pertolongan untuk menngurangi keluhan yang dirasakan, dan hal
itu di terima sebagai tanggung jawab profesi bagi perawat. Perawat saat
menangani klien merupakan suatu penghormatan bagi dirinya karena dipercaya
oleh klien untuk merawat tanpa ada perasaan khawatir, ragu, maupun
kecemasasn. Dan hal yang paling penting adalah perawat dipercaya mampu
menangani klien dengan benar, penuh kesabaran, supel, ramah, dan sangat
responsif.
Tujuan lain dari komunikasi terapeutik adalah sebagai berikut.
a) Realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan diri.
b) Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superficial.
c) Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan
serta mencapai tujuan yang realistic.
d) Peningkatan identitas dan integritas diri.
ILUSTRASI KASUS
Di Rumah Sakit Bunga ada seorang anak kecil bernama Nita yang berusia 5 tahun, dirawat di
Ruang PICU (Pediatric Intersive Care Unit) , orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya sesak
napas mulai pagi hari tadi, suhu tubuh 38oc yang dirawat sejak 2 hari yang lalu. Tiba-tiba Ibu
Pasien memanggil perawat sambil menangis dengan tersedu-sedu dan mengatakan kalau pasien
sesak nafas. Saat di kaji oleh perawat pasien tampak sesak nafas, nampak lemah dan mukosa
bibir berwarna agak kebiruan, diagnosa yang diangkat pneumonia. Hal yang dilakukan perawat
untuk mengtasi kasus tersebut mengajarkan nafas dalam berhubungan dengan ketidak efektipan
jalan nafas.
Kondisi pasien
Seorang pasien anak bernama Nita berusia 5 tahun yang dirawat di ruangan pediatrik intersive
care unit 2 hari yang lalu dengan gangguan paru-paru berisi cairan. Pasien nampak sesak napas,
badan lemas, dan mukosa bibir terlihat kebiru-biruan. Orang tua pasien mengatakan anaknya
sesak nafas sejak tadi pagi, dengan suhu badan 38oc.
Diagnosis Keperawatan :
Ketidak efektipan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.
Rencana Keperawatan :
Nafas dalam memudahkan eksfansi maksimun paru-paru atau jalan nafas lebih kecil. Batuk
efektif mempermudahkan pengeluaran dahak dan mengurangi tingkat kelelahan.
Tujuan :
Di harapkan bersih jalan nafas, ventilasi paru adekuat dan tidak ada penumpukan sekret, serta
memberi rasa nyaman kepada pasien.
Salam Terapeutik :
Perkenalan diri dan tanyakan/sebut nama klien (sambil menjabat tangan klien)
Kontrak :
Fase Kerja : (Tuliskan kata-kata sesuai tujuan dan rencana yang akan dicapai/dilakukan)
Fase Terminasi :
1. Evaluasi objektif/subjektif
a. Tanyakan perasaan klien setelah interaksi/pertemuan
b. Evaluasi hasil pertemuan terkait tujuan pertemuan
2. Jelaskan rencana tindak lanjut setelah pertemuan
3. Lakukan untuk pertemuan yang akan datang (kontrak yang akan datang)
4. Mengakhiri interaksi/komunikasi dengan salam dan berjabat tangan.
Nadia : perawat 3
Nikenni : perawat 2
Nikita T. : perawat 1
Pilemon : narator
Kasus
Seorang anak kecil bernama Nita yang berusia 5 tahun dirawat di Ruang Pediatric
Intersive Care Unit, orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya sesak napas mulai pagi
hari tadi, suhu tubuh 38oc yang dirawat sejak 2 hari lalu. Tiba-tiba orang tua Pasien
memanggil perawat sambil menangis dengan tersedu-sedu dan mengatakan kalau pasien
sesak nafas. Saat di kaji oleh perawat pasien tampak sesak nafas, nampak lemah dan
mukosa bibir berwarna agak kebiruan, diagnosa yang diangkat pnemonia. Hal yang
dilakukan perawat untuk mengtasi kasus tersebut mengajarkan nafas dalam berhubungan
dengan ketidak efektipan jalan nafas.
NARASI : Dua hari selama berada di RS Bunga, pasien Nita berada dirungan pediatric
dengan terpasangkan oksigen. Dipagi hari setelah pergantian ship pagi, seorang perawat
bernama Nadia melakukan tindakan pengecekan tanda-tanda vital terhadap pasien Nita di
rungan pediatric.
Fase pra-interaksi
perawat 3 : (di kantor perawat) “ cekstatus pasien, menyiapkan alat, dan mencuci
tangan”
fase orientasi
Perawat 3 : “mengetok pintu” selamat pagi perkenalkan saya perawat Nadia, pagi ini
saya yang bertugas merawat adek... YA..,
Pasien dan ibu pasien : iya, pagi juga sus (ibu pasien menjab, sedangkan pasien
terbangun)
Perawat 3 : iya de Nita (sambila melihat gelang pasien) tujuan kakak kesini mau cek
suhu ade dulu ya, watktunya 5-10 menit. Apakah ade bersedia.
Terminasi
Perawat 3 : baik de kakak sudah selesai melakukan tindakan, bagaimana perasaan adek?
Pasien : “menjawab dengan suara pelan dan terhengap-hengap” sakit sus tapi lebih
mendiangan.
Perawat 3 : iya, kalo begitu ade istirahat saja, makan yang banyak biar cepat sebuh yaa..
deek..
Pasien : “ menganggukan kepala”
Perawat 3 : apa ada yang ingin ditanyakan lagi dek, dari ibu apakah ada?
Perawat 3 : kalo begitu saya permisi dulu adek ya, jika ada pertanyaan atau keluhan
silahkan pencet bel yang ada di atas ranjang atau panggil saya di ruang perawat ya.
Terimakasih adek atas kerjasamanya, ibu juga saya pemisi dulu. (sambil merapikan alat).
Narasi : Perawat menuju ruang perawat untuk melakukan pendokumentasian. Satu jam
setelah pemeriksaan TTV, tiba-tiba ibu pasien tampak panik melihat anak yang
terhengap-hengap.
Perawat 2 : “ memasang kan kembali oksigen yang terlepas” anak ibu baik-baik saja,
nanti kalo oksigenya terlepas panggil saja saya di ruangan perawat.
Perawat 2 : sama-sama ibu, saya permisi dulu.( perawat pergi meninggalkan pasien dan
ibunya)
Narasi : untuk membuat pasien lebih efektif dalam bernafas, perawat akan melakukan
tindakan latihan nafas dalam kepada pasien Nita. Sebelum melakukan tindakan perawat
memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga pasien dari prosedur hingga tujuan
tindakannya.
Perawat 1 : (berbicara dengan ayak pasien di ruang perawat) baik bapak, perkenalkan
saya perawat Nikita, disini saya akan memberitahu bapak bahwa anak bapak akan
diajarkan latihan nafas dalam supaya pasien dapat bernafas lebih obtimal. Kami
menyampaikan ini agar keluarga pasien tidak kuatir lagi, gimana bapak?
Ayah pasien : baik sus, lakukan tindakan tersebut untuk kesehatan dan keselamatan anak
saya?
Perawat 1 : baik pak, kami akan melakukan tindakan semaksimal mungkin. Dan
tindakan ini akan kami berikan setengah jam kemudian. Terimakasih bapak atas
waktunya.
Narasi : setengah jam kemudian, perawat Nikita dan perawat Niken akan melakukan
tindak latihan nafas dalam kepada pasien Nita. Perawat mempersiapkan diri dan alat-alat
yang diperlukan.
FASE PRA-INTERAKSI
FASE ORIENTASI
Perawat 1 :Perkenalakan kakak perawat Nikita dan teman kakak Niken, disini kakak
mau mengajarkan napas dalam kepada ade, apakah ade bersedia?
TAHAP KERJA
Perawat 2: nanti kalo saat melakukan tindakan ade merasa sesak atau nyeri tolong
dikasih tau saja.
Perawat 2 : Ade bisa ikutin insruktur kakak ya. Tarik napas lewat hidung hembuskan
lewat mulut selamat tiga kali ya de.
TAHAP TERMINASI
Perawat 2 : baik dek kita sudah selesai melakukan tindakannya, gimana perasaanya dek
setelah melakukan napas dalam, apakah ade merasa nyaman dan tidak sesak napas lagi?
Pasien : iya kak rasanya tidak sesak lagi dan terasa nyaman.
Perawat 1 : jika ada pertanyaan atau keluhan, bapak atau ibu bisa pencet bel yang ada di
atas ranjang pasien atau salah satu keluarga pasien datang ke ruangan perawat untuk
melaporkan apa yang diperlukan.
Peraat 1 dan 2 : kami permisi dulu adek ya, terimakasih atas kerjasamanya.
TAHAP EVALUASI
Perawat 1 : Perawat memeriksa apakah pasien bisa melakukan tindakan dengan baik
TAHAP DOKIMENTASI
Perawat 2 : (mencatan tindakan yang dilakukan terhadap pasien mulai dari ekspresi,
kemampuan pasien melakukan tindakan tersebut, hari, tanggal waktu dan tempat dan
tanda tangan perawat).
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Komunikasi merupakan kunci kesuksesan pelayanan kesehatan, baik pelayanan
keperawatan di rumah sakit maupun di masyarakat. Oleh karena itu, perawat di tuntut
mampu berkomunikasi secara efektif dalam dunia keperawatan.
Komunikasi yang efektif disebut juga dengan komunikasi terapeutik.Komunikasi
merupakan inti dari kehidupan sosial manusian dan merupakan komponen dasar dari
hubungan antarmanusia.
Tujuan Komunikasi Terapeutik,
a) Realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan diri.
b) Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superficial
c) Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan
serta mencapai tujuan yang realistic.
d) Peningkatan identitas dan integritas diri.
PICU (Pediatric Intensive Care Unit) adalah suatu unit yang memberi perawatan
khusus pada pasien anak (29 hari- 14 tahun) yang berada dalam kondisi
membutuhkan pengaasan ketat dengan keadaan gawat atau berat, guna mencegah
dan mengobati terjadinya kegagalan organ-organ vital.
Tujuan pelayanan PICU adalah untuk melakukan perawatan pada anak dengan
penyakit atau cidera serius, termasuk anak-anak dalam Fase pemulihan paska
operasi.
1. Peran dan tanggung jawab perawat PICU
a) Merencanakan perawat fisik secara komprehehensif
b) Memberikan dukungan emosional pada anak dengan penyakit akut
c) Memberikan dukungan emosional pada anak dengan bersifat empati
pada orang tua dan keluarga
d) Bertindak sebagai pembela anak dalam mempertahankan hak asasinya
e) Memberikan pelayanan kepelayanaan yang bersifat konsultasi bila
anak akan dilakukan tindakan keperawatan khusus ketika di rawat di
picu
f) Memberikan pelayanan sebagai bagian dari rumah sakit secara
keseluruhan
g) Memberikan pengajaran tentang prinsif-prinsif picu sesuai dengaan
usia klien
B. SARAN
Dengan adanya makalah yang sudah kami diskusi dengan tuangan pemikiran
pemikiran dari kelompok kami. Kami berharap bagi pembaca, terutama perawat dan
mahasiswa makalah ini bisa berguna dengan semestinya. Dan bisa memahami isi
makalah ini, lalu dianalisiskan bagaimana cara-cara melakukan komunikasi
keperawatan pada PICU ICU anak terapeutik.
DAFTAR PUSTAKA