Anda di halaman 1dari 11

Pemeriksaan Fisik Sistem Pernapasan

Laporan Makalah
(Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah)

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Tingkat II B

1. Wildyanita (P17320317049)
2. Widya Astuti (P17320317050)
3. Olya Agustin (P17320317051)
4. Fuji Nugraha (P17320317052)
5. Rika Lestari (P17320317053)
6. Diana Apriliani (P17320317054)
7. Siti Nazihah (P17320317055)
8. Safira Sekarningtyas (P17320317056)
9. Siti Sabrina Amalia (P17320317057)
10. Syafira Amatur Rahmi (P17320317086)
11. M. Yusril Mubarok (P17320317089)
12. Ricky Indra Irawan (P17320317093)

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernapasan.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Pemeriksaan Fisik Sistem
Pernapasan dapat memberikan manfaat dan inpirasi terhadap pembaca.

Bogor, Agustus 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pernafasan dibagi menjadi dua yaitu bagian konduksi dan bagian respirasi.
Bagian konduksi adalah bagian dari sistem pernafasan yang berfungsi sebagai penghantar
udara (jalan nafas) sedangkan bagian respirasi adalah sistem pernafasan yang berfungsi
sebagai tempat pertukaran gas. Sistem konduksi meliputi cavum nasi (rongga hidung sampai
bronchiolus terminalis sedangkan sistem respirasi meliputi bronchiolus respiratory, ductus
alveolaris, saccus alveolaris , dan alveolus.
Kelainan atau menurunnya sistem penafasan dapat mengganggu proses bernafas. Untuk
mengetahui sistem pernafasan apa yang terganggu maka perawat harus mampu melakukan
pemeriksaan fisik kepada pasien.
Karena tubuh bergantung pada sistem pernapasan untuk dapat hidup, pengkajian
pernapasan mengandung aspek penting dalam mengevaluasi kesehatan klien. Sistem
pernapasan terutama berfungsi untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon
dioksida dalam paru-paru dan jaringan serta untuk mengatur keseimbangan asam-basa. Setiap
perubahan dalam sistem ini akan mempengaruhi sistem tubuh lainnya. Pada penyakit
pernapasan kronis, perubahan status pulmonal terjadi secara lambat, sehingga memungkinkan
tubuh klien untuk beradaptasi terhadap hipoksia. Namun demikian, pada perubahan
pernapasan akut seperti pneumotoraks atau pneumonia aspirasi, hipoksia terjadi secara
mendadak dan tubuh tidak mempunyai waktu untuk beradaptasi, sehingga dapat
menyebabkan kematian.

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Pemeriksaan sistem respirasi merupakan satu dari sistem-sistem yang ada pada tubuh
manusia. Pemeriksaan dilakukan untuk mendapatkan data objektif yang dilakukan dengan
cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh
klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu untuk
nmemepertoleh data yang sistematid dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil
anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakann keperawatan yang tepat bagi
klien (Dewi Sartika,2010)

2.2 Tujuan Pemeriksaan

Tujuan dari pemeriksaan fisik sistem pernapasan meliputi hal-hal berikut ini:
a) Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
b) Untuk menambah, mengonfisrmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam
riwayat keperawatan.
c) Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosis keperawatan.
Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaannnya.
d) Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan keperawatan.
2.3 Indikasi

Pemeriksaan fisik sistem pernapasan diindikasikan pada pasien :


a) Klien ARDS
b) Emfisema
c) Infeksi saluran pernapasan atas
d) Infeksi saluran pernapasan bawah
2.4 Kontraindikasi
Pemeriksaan fisik sistem permapasan di kontraindikasikan pada pasien :
a) Klien mengalami fraktur
b) Riwayat medis klien yang abnormal sejak lahir
c) Adanya lesi atau luka di daerah yang akan dipalpasi dan diperkusi
d) Tingkat kesadaran klien yang rendah

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakter Pernafasan


a) Olah raga/ latihan fisik
b) Nyeri akut
c) Ansietas
d) Merokok
e) Anemia
f) Posisi tubuh
g) Medikasi
h) Cidera batang otak

2.6 Frekuensi Pernapasan Rata-rata Normal Menurut Usia

Bayi Frekuensi

Bayi baru lahir 35 – 40 x/mnt

Bayi 6 bulan 30 – 50 x/mnt

Todler 25 – 32 x/mnt

Anak 20 – 30 x/mnt

Remaja 16 – 19 x/mnt

Dewasa 12 – 20 x/mnt

2.7 Gangguan Dalam Pola Pernapasan

a) Bradipnea;

Frekuensi bernafas teratur, namun lambat secara tidak normal (< 12 x/mnt ).

b) Takipnea;

Frekuensi bernafas teratur, namun cepat (> 20 x/mnt)

c) Hiperpnea;

Pernafasan sulit, peningkatan kedalaman dan frekuensi

(> 20 x/mnt) normal terjadi setelah berolah raga.

d) Apnea

Pernafasan berhenti untuk beberapa detik

e) Hiperventilasi

Frekuensi dan kedalaman pernafasan meningkat, dapat terjadi hipokarbia.

f) Hipoventilasi
Frekuensi pernafasan abnormal dalam kecepatan dan kedalaman. Ventilasi
mengalami depresi, dapat terjadi hiperkarbia.

g) Cheyne Stokes

Frekuensi dan kedalaman pernafasan tidak teratur, ditandai dgn periode apnea dan
hiperventilasi yg berubah-ubah

2.8 Persiapan

Persiapan yang perlu dilakukan sebelum pemeriksaan fisik system pernafasan adalah
sebagai berikut.

a) Siapkan peralatan, seperti baju periksa, selimut, stetoskop, senter, pena,


penggaris,sarung tangan (tambahan), dan masker (tambahan).
b) Cuci tangan.
c) Jelaskan prosedur kepada klien.
d) Anjurkan klien menanggalkan baju sampai pinggang dan menggantinya dengan baju
periksa.
e) Pastikan ruang periksa memiliki cukup penerangan dan hangat, serta bebas dari
gangguan lingkungan.

2.9 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan

Hal-hal yang perlu diperhatikan selama melakukan prosedur pemeriksaan adalah :


a) Jaga privasi klien;
b) Pemeriksaan harus terorganisasi dengan baik untuk menghemat tenaga klien;
c) Lakukan universal precautions karena mungkin klien batuk dan bersin selama
pemeriksaan.

2.10 Langkah-Langkah Pemeriksaan

a) Pengkajian Awal
1) Lakukan pengkajian cepat tentang klien untuk menentukan kemampuan klien
berpartisipasi dalam pemeriksaan.
2) Inspeksi penampilan umum secara keseluruhan dan posisi klien. Beri perhatian
khusus terhadap usaha bernafas, warna kulit wajah dan ekspresinya, bibir, otot-
otot yang digunakan, serta pergerakan dada dalam tiga bagian torak (anterior,
posterior dan lateral).
b) Inspeksi torak
1) Atur posisi klien.
- Mulai pemeriksaan dengan klien pada posisi duduk serta semua pakaian
dibuka sampai pinggang.
2) Hitung pernafasan selama satu menit penuh.
- Saat menghitung pernafasan, observasi juga laju pernafasan, ritme, dan
kedalaman siklus pernafasan.
- Observasi pergerakan dada pada tiga bagian torak.
- Laporkan bahwa pernafasan tenang, simetris, dan tanpa usaha.
- Sebelum dilanjutkan pada langkah berikutnya, minta klien untuk menarik nafas
dalam dan observasi keterlibatan otot-otot.
3) Infeksi warna kulit.
- Laporkan apakah warna kulit dada (anterior, posterior dan lateral) konsisten
dengan warna tubuh bagian tubuh lainnya.
4) Inspeksi konfigurasi dada.
- Lakukan pengukuran diameter anteroposterior dan transversal dada. Pada
orang dewasa normal akan didapatkan hail 1 : 2 bagian.
5) Tentukan kesimetrisan dada dan inspeksi struktur skeletal.
- Pemeriksaan berdiri dibelakang klien dan gambarkan garis imajiner sepanjang
batas superior scapula dari akromion kanan sampai akromion kiri. Garis ini
harus tegak lurus dengan garis vertebra.
c) Palpasi Torak Posterior
1) Palpasi secara dangkal bagian posterior torak.
- Kaji besar otot padadaerah tapat dibawah kulit.
- Palpasi dada dengan cara teratur menggunakan telapak tangan.
Harus diingat untuk mengkaji juga daerah superior scapula, sampai dengan tulang iga
(kosta) ke-12, dan dilanjutkan sejauh mungkin pada garis mid-aksila pada kedua sisi.
2) Palpasi dan hitung jumlah tulang kosta dan sela interkostal (intercostals space-
ICS).
- Minta klien untuk fleksi leher, maka prosesus spinalis servikal ke-7 akan
terlihat.
- Bila pemeriksa memindahkan tangan sedikit ke kiri dan kanan dari prosesus,
pemeriksa akan merasakan tulang kosta pertama.
- Hitung tulang kosta serta ICS tetapi tangan pemeriksa tetap dekat pada garis
vertebra.
3) Palpasi tiap-tiap prosesus spinalis dengan gerakan ke arah bawah.
- Observasi bahwa jari tangan pemeriksa akan turun membentuk garis lurus. Bila
tidak lurus dapat menunjukkan adanya skoliosis.
4) Palpasi torax posterior untuk mengukur ekspansi paru.
- Letakkan tangan setingkat dengan kosta ke-8 sampai ke-10.
Letakkan kedua ibu jari dekat dengan garis vertebra dan tekan kulitb secara
lembut diantara kedua ibu jari. Pastikan telapak tangan bersentuhan dengan
punggung klien.
- Mintalah klien untuk menarik nafas dalam. Pemeriksa seharusnya merasakan
tekanan yang sama di kedua tangan dan tangan pemeriksa bergerak menjauhi
garis vertebra.
5) Palpasi untuk menilai tactile fremitus.
Fremitus adalah vibrasi yang dirasakan di luar dinnding dada saat klien bicara.
Vibrasi paling besar dirasakan di daerah saluran nafas yang berdiameter besar
(trakea) dan hampit tidak ada pada alveoli paru-paru.
- Gunakan daerah sendi metakarpofalangel atau permukaan luar dari tangan pada
saat memeriksa.
- Mintalah klien untuk mengulangi kata “ninety-nine” atau “tujuh puluh tujuh”.
d) Perkusi Torak Posterior
1) Visualisasikan petunjuk daerah torak.
- Sebelum melakukan perkusi, visualisasikan garis horizontal, garis vertical,
tingkatdiafragma, dan fisura paru-paru untuk mengidentifikasi lobus paru.
2) Atur posisi klien.
- Bantu klien membungkuk sedikit ke depan sedikit dan melebarkan bahu.
3) Perkusi daerah paru.
- Mulailah perkusi pada daerah apeks paru kiri dan bergerak ke apeks paru
kanan.
- Gerakan ke dalam setiap ICS dengan cara sistematik. Perkusi sampai tulang
kosta yang paling bawah dan pastikan untuk melakukannya sampai garis mid-
aksila kiri dan kanan.
Perhatian: jangan melakukan perkusi diatas vertebra, scapula atau tulang
kosta, karena perkusi di atas tulang akan terdengar suara datar. Pada orang
yang sehat, perkusi pada daerah paru akan menghasilkan suara resonan.
4) Perkusi untuk menentukan pergerakan atau ekskurasi diafragma.
- Mulailah dengan melakukan perkusi pada ICS ke-7 ke arah bawah sepanjang
garis scapula sampai batas diafragma. Terdengar suara resonan yang akan
berubah menjadi dullness.
- Beri tanda pada kulit.
- Mintalah klien untuk menarik nafas dalam dan menahannya.
- Perkusi kembali ke arah bawah dari kulit yang bertanda sampai terdengar lagi
suara dullness.
- Beri tanda pada kulit yang kedua kalinya.
- Anjurkan klien untuk menarik nafas secara normal beberapa kali.
- Sekarang mintalah klien untuk bernafas normal dan keluarkan nafas sebanyak-
banyaknya kemudian minta klien untuk menahan nafas.
- Perkusi ke arah atas sampai pemeriksa mendengar suara resonan, beri tanda
dan anjurkan klien untuk bernafas secara normal. Pemeriksa akan mendapatkan
tiga tanda pada kulit sepanjang garis scapula.
- Ulangi prosedur pada sisi lain.
Jarak antara tanda ke-2 dan ke-3 dapat berkisar antara 3-6cm pada orang
dewasa sehat.
- Kembalikan klien pada posisi duduk yang nyaman.
e) Auskultasi torak posterior
1) Visualisasi landmark daerah torak.
- Sebelum auskultasi torak posterior dilakukan, visualisasikan landmark daerah
tersebut seperti sebelum perkusi.
2) Auskultasi trakea.
- Dengan menggunakan tekanan yang tegas, letakkan diafragma stetoskop
sejalan dengan bernafasnya klien secara perlahan dengan mulut terbuka.
- Mulailah pada garis vertebra servikalis dan turun ke bawah sampai torakalis.
Di sini pemeriksa akan melakukan auskultasi trakea dan suara yang terdengar
adalah bronkial.
3) Auskultasi bronkus.
- Pindahkan stetoskop ke kiri dan kanan garis vertebra setinggi T-3 sampai T-5.
Bronkus kiri dan kanan tepat berada pada posisi ini, dan suara yang terdengar
adalah bronkovesikular.
4) Auskultasi paru-paru.
- Auskultasi dilakukan dengan pola yang sama seperti yang digunakan pada
perkusi paru-paru.
- Mulai auskulasi pada bagian apeks paru kiri dan lanjutkan seperti pola perkusi.
Pemeriksa akan mendengar suara vesikular.
- Dengarkan pula suara-suara tambahan yang mendahului pada siklus inspirasi
dan ekspirasi. Bila terdengar adanya suara nafas tambahan, maka catat lokasi,
kualitas, lama, dan waktu terjadinya selama siklus pernafasan.
f) Palpasi Torak Anterior
1) Atur posisi klien, biasanya pada posisi supine untuk palpasi torak anterior. Akan
tetapi beberapa ahli menyukai posisi duduk.
2) Tentukan lokasi landmark daerah torak anterior.
- Tentukan lokasi suprasternal notch dengan jari tangan. Palpasi turun ke bawah
dan identifikasi batas-batas bawah manubrium pada Angle of Louis.
- Palpasi secara lateral dan temukan tulang kosta ke-2 pada ICS ke-2. Hitung
tulang kosta yang dekat dengan batas sternum.
- Palpasi jaringan otot dan jaringan tepat dibawah kulit.
3) Palpasi torak anterior untuk mengukur ekspansi pernafasan.
- Letakkan tangan pada dinding anterior dada tepat di bawah batas kosta dengan
ibu jari sedikit terpisah pada garis midsternum.
- Tekan kulit di antara ibu jari seperti saat melakukan palpasi dinding posterior.
- Mintalah klien untuk menarik nafas dalam. Observasi pergerakan ibu jari dan
tekanan yang dikeluarkan terhadap tangan pemeriksa.
Jarak antara ibu jari seharusnya melebar secara merata dan tekanannya juga
sama.
4) Palpasi untuk mengetahui tactile fremitus pada dinding anterior dada.
g) Perkusi Torak Anterior
1) Visualisasikan landmark daerah torak anterior.
- Sebelum melakukan perkusi dinding dada anterior, visualisasikan garis vertical
dan horizontal. Identifikasi lokasi diafragma dan lobus paru.
2) Perkusi daerah paru dengan pola yang teratur.
- Mulailah perkusi pada daerah apeks dan lanjutkan sampai setinggi diafragma,
kemudian perkusi ke garis mid-aksila pada masing-masing sisi. Hindari perkusi
diatas sternum, klavikula, tulang kosta dan jantung.
- Pastikan jari-jari tangan yang tidak dominan berada pada ICS sejajar dengan
tulang kosta.
- Jika pada klien wanita memiliki payudara yang besar, mintalah klien utnuk
memindahkan payudaranya ke samping (mengatur posisi) selama prosedur ini.
Perkusi diatas jaringan payudara pada wanita akan menghasilkan suara dull.
h) Auskultasi Torak Anterior
1) Visualisasikan petunjuk torak posterior.
2) Auskultasi di atas trakea.
- Suara akan terdengar di bagian atas dari jugular (suprasentral) notch.
- Suara yang terdengar adalah bronchial.
3) Auskultasi di atas bronkus kiri dan kanan. Daerah ini terdapat pada batas sternum
sebelah kiri dan kanan ICS ke-2 dan ke-3. Suara yang terdengar adalah
bronkovesikular.
4) Auskultasi paru-paru
- Dengarkan suara vesicular, biasanya pada daerah parenkim paru-paru.
- Sekarang dengarkan bunyi nafas tambahan. Suara ini mendahului inspirasi dan
ekspirasi dari siklus pernafasan. Bila terdengar maka catat.

Anda mungkin juga menyukai