Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan


dalam pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke
dalam pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai
terapi modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam
pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001). Terapi komplementer juga ada yang
menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi
yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu
untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al.,
2004).

Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak


negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam
pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder & Lindquis,
2002). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif
dan 386 juta orang yang mengunjungi praktik konvensional (Smith et al., 2004). Data
lain menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer di
Amerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997 (Eisenberg, 1998
dalam Snyder & Lindquis, 2002).
Terapi modalitas yaitu suatu terapi yang dilakukan dengan cara melakukan
berbagai pendekatan penanganan pada klien dengan gangguan jiwa. Terapi modalitas
adalah terapi dalam keperawatan jiwa, dimana perawat mendasarkan potensi yang
dimiliki klien (modal-modality) sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan. Dapat
juga didefinisikan terapi modalitas adalah suatu pendekatan penanganan klien dengan
gangguan yang bervariasi yang bertujuan untuk mengubah prilaku klien dengan
gangguan jiwa dengan prilaku maladaptifnya menjadi prilaku yang adaptif.
Ayurveda atau dalam bahasa india juga dikenal dengan Devanāgarī yang
berarti ilmu pengetahuan tentang kehidupan 'the science of life. Adalah suatu sistem
pengobatan tradisional yang berasal india dan juga dipraktekkan di bagian lain dunia
sebagai pengobatan alternatif.
Dalam bahasa Sangsekerta kata Ayurveda terdiri dari kata āyus, yang berarti
hidup atau kehidupan, dan veda, yang berarti ‘berhubungan dengan pengetahuan’ atau
‘sains’. Seluruhnya sejarah pengembangannya, Ayurveda tetap menjadi sebuah sistem
obat berpengaruh di Asia Selatan.
Tulisan yang paling awal Ayurveda muncul pada masa Vedic di India.
Sushruta Samhita dan Charaka Samhita adalah tokoh-tokoh yang berpengaruh pada
obat tradisional waktu ini. Praktisi-praktisi Ayurvedic juga mengetahui beberapa
pengolahan obat dan cara-cara pembedahan untuk mengobati bermacam penyakit-
penyakit.

1
A. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari terapi komplementer, modalitas, ayuvedar?
2. Apa saja jenis-jenis terapi komplementer, modalitas, ayuverda?
3. Bagaimana fokus terapi komplementer?
4. Bagaimana fokus terapi modalitas?
5. Bagaimana fokus terapi ayuvedar?
6. Mengetahui apa manfaat terapi tersebut?

2
B. Tujuan penulisan
1. Mengetahui dan memahami definisi dari terapi komplementer. Modalitas, ayuverda
2. Mengetahui dan memahami jenis-jenis terapi komplementer
3. Mengetahui dan memahami jenis-jenis terapi modalitas
4. Mengetahui dan memahami jenis-jenis terapi ayuverda
5. Memahami fokus terapi komplementer
6. Memahami fokus terapi modalitas
7. Memahami fokus terapi ayuvedar

3
C. Manfaat penulisan
Menambah wawasan pembaca dan penulis

4
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi Terapi Komplementer


Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas
atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips &
Taylor, 2001). Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik.
Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh
yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam
kesatuan fungsi (Smith et al., 2004).
Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif sebagai sebuah
domain luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan, modalitas,
praktik dan ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem pelayanan
kesehatan yang umum di masyarakat atau budaya yang ada (Complementary and alternative
medicine/CAM Research Methodology Conference, 1997 dalam Snyder & Lindquis, 2002).
Terapi komplementer dan alternatif termasuk didalamnya seluruh praktik dan ide yang
didefinisikan oleh pengguna sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit atau promosi
kesehatan dan kesejahteraan. Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter sebagai
pengembangan terapi tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang
mempengaruhi keharmonisan individu dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual. Hasil
terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang telah lulus uji klinis sehingga sudah
disamakan dengan obat modern. Kondisi ini sesuai dengan prinsip keperawatan yang
memandang manusia sebagai makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual). Prinsip
holistik pada keperawatan ini perlu didukung kemampuan perawat dalam menguasai berbagai
bentuk terapi keperawatan termasuk terapi komplementer. Penerapan terapi komplementer
pada keperawatan perlu mengacu kembali pada teori-teori yang mendasari praktik
keperawatan. Misalnya teori Rogers yang memandang manusia sebagai sistem terbuka,
kompleks, mempunyai berbagai dimensi dan energi. Teori ini dapat mengembangkan
pengobatan tradisional yang menggunakan energi misalnya tai chi, chikung, dan reiki.
Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi perawat dalam
mengembangkan terapi komplementer misalnya teori transkultural yang dalam praktiknya
mengaitkan ilmu fisiologi, anatomi, patofisiologi, dan lain-lain. Hal ini didukung dalam
catatan keperawatan Florence Nightingale yang telah menekankan pentingnya
mengembangkan lingkungan untuk penyembuhan dan pentingnya terapi seperti musik dalam
proses penyembuhan. Selain itu, terapi komplementer meningkatkan kesempatan perawat
dalam menunjukkan caring pada klien (Snyder & Lindquis, 2002).

B. Jenis – Jenis Terapi Komplementer


1. Praktek-praktek penyembukan tradisional seperti ayurweda dan akupuntur.
2. Terapi fisik seperti chiropractic, pijat, dan yoga.
3. Homeopati atau jamu-jamuan.

5
4. Pemanfaatan energi seperti terapi polaritas atau reiki
5. Teknik-teknik relaksasi, termasuk meditasi dan visualisasi.
6. Suplemen diet, seperti vitamin dan mineral

C. Fokus Terapi Komplementer


1. Pasien dengan penyakit jantung.
2. Pasien dengan autis dan hiperaktif
3. Pasien kanker
Terapi modalitas yaitu suatu terapi yang dilakukan dengan cara melakukan berbagai
pendekatan penanganan pada klien dengan gangguan jiwa. Terapi modalitas adalah
terapi dalam keperawatan jiwa, dimana perawat mendasarkan potensi yang dimiliki klien
(modal-modality) sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan. Dapat juga didefinisikan
terapi modalitas adalah suatu pendekatan penanganan klien dengan gangguan yang
bervariasi yang bertujuan untuk mengubah prilaku klien dengan gangguan jiwa dengan
prilaku maladaptifnya menjadi prilaku yang adaptif.

D. Jenis Terapi Modalitas


Ada beberapa jenis terapi modalitas, yaitu diantaranya :
1. Terapi individual
2. Terapi lingkungan (milleu terapi), diantaranya :
 Terapi rekreasi
 Terapi kreasi seni
 Pettheraphy
 Planttheraphy
 Terapi biologis atau terapi somati
 Terapi kognitif
 Terapi okupasi
 Terapi keluarga
 Terapi kelompok
 Terapi prilaku
 Terapi bermain

E. JENIS TERAPI MODALITAS) UNTUK MENGATASI NYERI HAID

1. Termal Therapy/ terapi kompres hangat


Terapi kompres hangat merupakan terapi kompres yang dilakukan untuk
memberikan rasa hangat pada remaja putri dengan menggunakan cairan atau
alat yang menimbulkan rasa hangat pada bagian perut saat haid. Kompres
hangat dilakukan dengan cara memasukkan air hangat kedalam botol atau
buli-buli dan diletakkan di bagian perut dengan menggunakan kain pengalas
sampai kondisi nyeri berkurang. Bila air dalam botol dingin, ganti dengan air
hangat yang baru. Lakukan secara berulang sesuai dengan kebutuhan dan

6
sampai kondisi yang diinginkan telah tercapai. Kompres hangat ditujukan
agar memperlancar sirkulasi darah, mengurangi rasa sakit, memperlancar
pengeluaran cairan, merangsang peristaltik usus dan memberikan rasa
nyaman klien.
2. Relaksasi progresif (progressive relaxation)
Merupakan cara efektif untuk mengistirahatkan otot-otot melalui suatu cara
yang tepat, diikuti dengan relaksasi mental dan fikiran. Lakukan sambil
berbaring, gunakan ruangan yang tenang dan bebas dari gangguan, kenakan
pakaian yang longgar dan nyaman. Latihan ini dapat dilakukan dengan
membaca seluruh langkah berikut beberapa kali dengan menghafalkan, lalu
melakukan latihan ini sendiri tanpa bantuan orang lain. Latihan dapat juga
dilakukan dengan meminta teman untuk membacakan instruksinya atau rekam
suara sendiri. Tindakan relaksasi progresif sebagai berikut:
Tarik nafas, arahkan nafas ke ujung kaki dan relaksasikan bagian tersebut.
Arahkan nafas ke telapak kaki dan tumit dan relaksasikan bagian tersebut,
kemudian hembuskan.
Tarik nafas, arahkan nafas ke otot kaki bagian bawah dari tumit ke lutut dan
relaksasikan. Pertama kaki kiri kemudian kaki kanan. Hembuskan nafas,
rasakan relaksasi dari ujung kaki ke atas.
Tarik nafas, arahkan nafas ke bokong dan panggul kemudian relaksasikan.
Hembuskan nafas.
Tarik nafas arahkan ke perut dan otot pinggang, relaksasikan dan hembuskan.
Tarik nafas arahkan ke dada dan otot punggung, relaksasikan dan hembuskan
nafas.
Tarik nafas arahkan ke bahu, tangan dan ujung jari, relaksasikan dan
hembuskan nafas.
Tarik nafas arahkan ke otot dahi, pipi, alis dan rahang. Biarkan rahang turun,
rasakan kenyamanan saat otot tersebut relaksasi. Biarkan perasaan relaksasi ini
menyebar ke otot leher, tenggorokan dan lidah, hembuskan nafas.
Bernafaslah secara perlahan dan teratur dalam latihan.
3. Imagery guided
Merupakan kegiatan yang menggunakan imajinasi untuk menciptakan
gambaran mental yang serealistik mungkin dari keadaan atau perilaku baru
yang ingin kita bentuk. Secara berkala kegiatan difokuskan pada perhatian
tentang gambaran mental tersebut, sehingga diharapkan akhirnya dapat
menjadi kenyataan. Sebaiknya dilakukan di pagi hari dan hari yang sama (bila
dilakukan sesaat setelah bangun tidur pagi hari, akan mengangkat semangat
sepanjang hari). Sebaiknya dilakukan 2 kali sehari, selama 5-15 menit.
Dilakukan dengan posisi duduk tegak dan usahakan posisi yang nyaman,
boleh dilakukan dengan posisi duduk di lantai dengan punggung bersandar
pada dinding atau duduk di kursi dengan kaki di lantai dan kedua tangan
diletakkan di paha atau di lutut. Rilekskan tubuh dan fikiran sedalam mungkin
sehingga fokus perhatian dapat dilakukan secara penuh tertuju pada gambaran
mental yang ingin diciptakan. Tuliskan semua kekhawatiran, kemelut atau

7
masalah yang dikhawatirkan dapat mendistraksi meditasi yang dilakukan dan
berjanji pada diri sendiri bahwa masalah yang ada akan diselesaikan. Tarik
nafas perlahan dan dalam selama 5 hitungan (mulut ditutup) dan hembuskan
perlahan selama 5 hitungan (mulut seperti mencucu), dengan ritme hitungan
yang sama. Tutup mata, visualisasikan dan bayangkan sebuah tempat yang
penuh kedamaian. Pusatkan visualisasi pada tempat yang teduh dimana anda
merasa aman dan tenang. Jika gangguan memasuki fikiran, ingatkan bahwa
anda akan menghadapi dan menanganinya setelah ini. Suatu pantai yang
tenang adalah salah satu tujuan mental yang ideal bagi kebanyakan orang,
bayangkan diri anda beristirahat di pasir pantai, rasakan matahari pada kulit,
sang ombak menghempas pantai, suara burung camar dan kapal layar yang
samara-samar di kejauhan. Bayangkan tempat mana saja yang paling indah,
yang paling damai dan membawa ketenangan bagi anda. Imagery guided dapat
dilakukan dengan melihat gambar yang paling disukai seperti lukisan mawar,
lukisan pemandangan untuk menciptakan imajinasi.

F. Ayurveda
Ayurveda didasari dari pandangan metafisik dari 'lima Elements besar' (Devanāgarī:;
bumi, air, api, udara dan eter) semua ini membentuk dunia, termasuk badan manusia.
Chyle (disebut juga Rasa dhatu), darah (disebut juga Rakta dhatu), daging (disebut juga
Mamsa dhatu), lemak (disebut juga Medha dhatu), tulang (disebut juga Asthi dhatu),
sumsum (disebut juga Majja dhatu), dan air mani atau tisu reproduktif wanita (disebut
juga Shukra dhatu) adalah dianggap menjadi tujuh unsur-unsur dasar pembentuk badan.
Ayurveda menekankan sisa tiga mesin (komponen utama) : vata (angin / udara), pitta
(empedu) dan kapha (lendir). Menurut Ayurveda, ini tiga yang berkaitan dengan pusat
pengaturan. Doshas (Devanāgarī:)—adalah penting untuk kesehatan, karena saat mereka
berada dalam keadaan seimbang, badan adalah sehat, dan ketika tidak seimbang, badan
itu mempunyai penyakit. Ayurveda menganggap manusia itu memiliki sebuah
kombinasi khas Doshas.
Di Ayurveda, pengalaman dan rasa yang dialami oleh tubuh manusia itu sebagai 20 Guna
(Devanāgarī:, berarti kualitas-kualitas). Alat-alat pembedahan dan operasi digunakan.
Diyakini untuk membangun satu sistem metabolis yang sehat, dengan mencapai
pencernaan yang bagus, dan pengeluaran sesuai untuk menghasilkan vitalitas. Ayurveda
juga fokus-fokus pada melakukan, yoga, meditasi, dan pemijatan. Demikian, badan,
pikiran, dan roh / kebutuhan kesadaran untuk ditujukan keduanya masing-masing dan
dalam kesatuan untuk mencapai kesehatan.
 Obat dalam (Kaaya-chikitsa)
 Yang berkaitan dengan anak-anak (Kaumarabhrtyam)
 Pembedahan (Shalya-chikitsa)
 Perlakuan penyakit-penyakit yang terletak diatas tulang selangka (Salakyam)
 Milik jahat (Bhuta vidya): Bhuta vidya telah dipanggil ilmu penyakit jiwa.
 Ilmu Tentang Racun (Agadatantram)
 Penyakit-penyakit pencegahan dan meningkatkan kekebalan dan peremajaan
(rasayana)

8
 Obat perangsang sexual dan meningkatkan kesehatan keturunan
(Vajikaranam)

G. Praktik-praktik Ayurveda

Agama Budda memberikan pengaruh pada pengembangan banyak ide utama Ayurveda
khususnya pesonanya dengan keseimbangan, dikenal dalam agama Budda sebagai
Madhyamika (Devanāgarī) titikberatkan dalam keseimbangan; menekan desakan-desakan
alami yang dilihat tidak sehat, dan melakukan itu bisa hampir bisa dipastikan mendorong
kearah penyakit. Untuk menjaga dalam batas keseimbangan yang masuk akal dan
pengukuran diatas. Ayurveda meletakkan titik berat pada sedang-sedang saja pada asupan
makanan, tidur, hubungan seksual, dan meminum obat.

Ayurveda menggunakan sistem keseluruhan yang berhubungan dengan rekomendasi


makanan. Chopra (2003)—dengan judul ‘ Ayurveda dietetics-diet Ayurveda’—menulis:

Diet Ayurveda menitik beratkan menjadi sumber dari rekomendasi, berkisar antara
persiapan dan konsumsi makanan, sampai kegiatan yang sehat untuk siang malam,
kehidupan seksual, dan peraturan-peraturan untuk perbuatan yang sopan.

Sebagai pembanding praktisi-praktisi kontemporer New Age Ayurveda, Penulis


Ayurvedic lebih tua yang bersifat lebih netral dalam pengarahan terhadap agama tertentu.
Bahkan penganut agama pengarang-pengarang Budha telah menahan diri dari mencoba
untuk mengubah pasien untuk mengikuti agama yang dianut.

Untuk mengdiaknosis pasien dengan cara Tanya jawab dan pemeriksaan semua lima
elemen dasar digunakan. Charaka Samhita menyarankan pemeriksaan lebih teliti 10 kali
lipat pada pasien. Yang harus dilakukan untuk menilai adalah: konstitusi, kelainan,
pokok, stabilitas, pemerikasaan badan, berdiet kecocokan, kekuatan batiniah, daya
tampung pencernaan, kebugaran fisik dan umur. Pendengaran adalah menggunakan untuk
mengamati kondisi pernapasan dan suara. Memepelajari titik-titik tekanan atau marma
sangat penting dalam kepentingan khusus.

Ini adalah ilmu tentang luka yang digambarkan pada ayurveda. Ada 107 titik yang
berbeda digambarkan dan terlokasi pada permukaan tubuh yang memproduksi tanda dan
gejalayang berbeda. Dengan memperhatikan dari stuktur anatomi yang terletak dibawah
gejala tergantung dengan luka dalam atau luka yang tembus. Keparahan dari gejala dan
tanda juga tergantung dari cuaca tepat pada marma (titik tekan) atau sedikit diantaranya.
Tanda dan gejala ini dilukiskan secara indah dan puitis oleh Sushruta dan Wagbhatta

Chopa (2003) mengidetifikasikan lima kriteria yang memepenaruhi untuk diagnosis : asal
dari penyakit, prodrominal (precursor) gejala, gejala biasa dari penyakit yang telah
berkembang secara penuh, mengamati efek dari prosedur pengobatan, dan proses patologi

9
Hygiene juga merupakan sebuah komponen—juga amal kebaikan religius untuk banyak
orang India—itu sebuah kepercayaan kuat. Hidup bersih juga melingkupi mandi secara
teratur, membersihan gigi-gigi, merawatan kulit, dan mencuci mata. Dalam beberapa
kesempatan mengurapi badan dengan minyak juga menentukan.

Ayurveda menekankan kegunaan obat yang berasal dari tanaman. lemak digunakan
keduanya untuk dimakan dan atau digunaan untuk keperluan eksternal. Ratusan obat
herbal digunakan, termasuk kepulaga dan kayu manis. Ratusan produk-produk hewani
boleh juga digunakan, misalnya susu, tulang-tulang, dan gallstones dan sebagainya.
Minerals—termasuk belerang, warangan, petunjuk, sulfat tembaga, emas —are juga
mengonsumsi sebagai menentukan. Praktek penambah mineral-mineral untuk jamu
adalah mengetahui sebagai Rasa Shastra.

Dalam beberapa kasus alkohol digunakan sebagai narkotik untuk pasien menjalani
operasi. Kedatangan Islam memperkenalkan opium sebagai satu obat bius. Minyak dan
aspal juga digunakan, kedua perhentian yang biasa perdarahan. Perdarahan Traumatis
dilukiskan dapat dihentikan menjadi empat buah cara lain

1. Pengikatan pembuluh darah


2. Cauterissasi dengan pemanaskan
3. Penolahan bahan-bahan herbal atau hewani untuk merangsang terjadinya
pembekuan
4. Ramuan obat lain yang digunakan untuk mengurangi perdarahan atau
mengecilkan pembuluh darah.

Minyak lain dapat digunakan dengan beberapa cara termasuk mengkonsumsi


sebagai sebuah bagian makanan, mengurapi, melapisi, pengurutan kepala, dan juga
diresepkan untuk diaplikasi pada terinfeksi

10
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Masyarakat Indonesia sudah mengenal adanya terapi tradisional seperti jamu
yang telahberkembang lama. Kenyataannya klien yang berobat di berbagai jenjang
pelayanan kesehatan tidak hanya menggunakan pengobatan Barat (obat kimia) tetapi
secara mandiri memadukan terapi tersebut yang dikenal dengan terapi komplementer.
Perkembangan terapi komplementer atau alternatif sudah luas, termasuk didalamnya
orang yang terlibat dalam memberi pengobatan karena banyaknya profesional
kesehatan dan terapis selain dokter umum yang terlibat dalam terapi komplementer.
Hal ini dapat meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan melalui penelitian-
penelitian yang dapat memfasilitasi terapi komplementer agar menjadi lebih dapat
dipertanggungjawabkan.
B. Saran
Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat turut serta berpartisipasi
dalam terapi komplementer. Peran yang dijalankan sesuai dengan peran-peran yang
ada. Arah perkembangan kebutuhan masyarakat dan keilmuan mendukung untuk
meningkatkan peran perawat dalam terapi komplementer karena pada kenyataannya,
beberapa terapi keperawatan yang berkembang diawali dari alternatif atau tradisional
terapi. Kenyataan yang ada, buku-buku keperawatan membahas terapi komplementer
sebagai isu praktik keperawatan abad ke 21. Isu ini dibahas dari aspek
pengembangan kebijakan, praktik keperawatan, pendidikan, dan riset. Apabila isu ini
berkembang dan terlaksana terutama oleh perawat yang mempunyai pengetahuan dan
kemampuan tentang terapi komplementer, diharapkan akan dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan sehingga kepuasan klien dan perawat secara bersama-sama
dapat meningkat (HH, TH).

11
Daftar Pustaka

Diterjemahkan dari situ www. Wikipedia . org, diakses pada tanggal 26

desember 2009 pukul 14 00

Andrews, M., Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis, J.A., & Johnson, P.H. (1999). Nurse’s
handbook of alternative and complementary therapies. Pennsylvania: Springhouse.

Fontaine, K.L. (2005). Complementary & alternative therapies for nursing practice. 2th ed.
New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004). Community & public health nursing. 6th ed. St. Louis:
Mosby Inc.

12

Anda mungkin juga menyukai