Anda di halaman 1dari 16

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN ANAK

NAMAKELOMPOK:1. AFIFATUL MUKARR


2. ANISSA RAHMAWATI
3. EVA VICKY
4. IMMA SETIANI
5. MUHAMMAD ABDUL A
Komunikasi terapeutik merupakan suatu cara untuk membina hubungan
yang diperlukan untuk pertukaran informasi dan perasaan, yang dapat
mempengaruhi perilaku orang lain mengingat keberhasilan tindakan
keperawatan tergantung pada proses komunikasi ( stuart dan
sundeen,1987).
Komunikasi bisa berbentuk komunikasi verbal, non verbal dan
komunikasi abstrak ( champbell dan glasper,1995).
Menurut kelompok kami komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
mengandung unsur terapi, rasa berbagi pengalaman antara pasien dan
perawat .
Tahapan dalam komunikasi terapeutik dengan anak

1. Tahap Pra interaksi 2.Tahap Orientasi

3. Tahap Kerja
4. Tahap Terminasi
A. Tahap Prainteraksi
Merupakan tahap dimana
perawat belum bertemu dengan
pasien. Tugas perawat dalam tahap
ini adalah mengenali
perasaan,fantasi dan rasa takut
dalam diri sendiri.
B. Orientasi
Fase ini menentukan bagaimana
hubungan perawat dengan klien selanjutnya.
Fase orientasi sangat penting dan seringkali
ditandai dengan ketidakpastian dan
eksplorasi. Perawat dan klien membuat
kesimpulan dan penilaian atas tingkah laku
masing-masing.
C. Tahap kerja
Merupakan tahap dimana perawat memulai
kegiatan komunikasi. Tugas perawat dalam
tahap ini adalah stressor yang
relevan,meningkatkan
perkembangan,penghayatan dan penggunaan
mekanisme, perawat dan klien mulai
melakukan kerja sama dalam mencapai tujuan.
D. Tahap Terminasi
Merupakan tahap dimana perawat menghentikan interaksi
dengan klien,tahap ini bisa merupakan tahap perpisahan.Tugas
perawat pada tahap ini adalah:
Membina realitas tentang perpisahan
Meninjau kemampuan terapi dan pencapaian tujuan tujuan
Mengenali secara timbal balik perasaan
penolakan,kesedihan,kemarahan serta perilaku yang terkait
lainnya.
Karakteristik Komunikasi pada anak
Usia Bayi (0-1 tahun)
Komunikasi pada umumnya dapat dilakukan dengan melalui gerakan-
gerakan bayi yang merupakan alat komunikasi yang efektif. Selain itu
komunikasi yang efektif menggunakan komunikasi nonverbal seperti
mengusap, menggendong, memangku dan lain-lain.

Usia Toddler dan Prasekolah ( 1-2,5 th 2,5-5 tahun)


Komunikasi pada usia ini bersifat egosentris, rasa ingin tahu dan
inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasa meningkat, mudah merasa kecewa
dan merasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus
berpusat pada dirinya, takut trhadap ketidaktahuan, dan perlu diingat pada
usia ini anak masih belum fasih berbicara (Behrman, 1996)
Usia Sekolah (5-11 tahun)
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah tetap masih
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu gunakan kata
sederhana yang spesifik, jelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan
pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui. Maksud dan tujuan dari
sesuatu yang ditanyakan secara jelas dan jangan menyakiti atau
mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi
secara efektif.

Usia Remaja (11-18 tahun)


Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan
kemampuan berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berfikir secara
konseptual, sudah mulai menunjukkan rasa malu, pada usia ini anak sering
kali merenung kehidupan masa depan yang direfleksikan dalam
komunikasi.
CONTOH KASUS
Pada Rumah Sakit Dr. Soedono Madiun terdapat pasien
anak yang mengalami muntah dan diare secara terus menerus.
Untuk menegakkan diagnosa, perawat berusaha melakukan
pemeriksaan fisik akan tetapi anak tersebut menolak tindakan
yang akan di lakukan perawat. Dengan sabar dan terus
membujuk anak tersebut bersedia untuk di periksa, karena dia
percaya bahwa tindakan yang di berikan perawat dalam
pemeriksaan fisik ini tidak menimbulkan rasa sakit atau suatu
hal yang menyakitkan. Hasil dari pemeriksaan tadi bahwa
anak tersebut terdiagnosa Muntaber, dan untuk pemberian
asuhan keperawatan lanjutan anak tersebut harus di pasang
infus. Sebelum pemasangan infuse perawat mendapat
hambatan kembali bahwa anak tersebut menolak untuk
pemasangan infuse, dia membatah bahwa sangat tidak
menyukai jarum. Untuk mengatasi hambatan ini perawat bisa
menyelesaikan dengan cara :
1. Fase Prainteraksi
Pada fase ini perawat menyiapkan
diri,menyiapkan alat, menyiapkan tempat atau
lingkungan sesuai dengan standart operasional
prosedur.
2. Orientasi
Pada fase orientasi perawat melakukan
peninjauan kembali data pasien, di fase ini
perawat mulai meminta izin kepada anak
tersebut, meyakinkan keprofesionalan perawat
dan dengan percaya diri untuk melakukan
sebuah tindakan sebagai lanjutan dari
pengkajian
3. Tahap Kerja
Pada fase bekerja perawat mulai
melakukan kerja sama dengan anak, pasien
anak ini di beritahukan kembali hal apa yang
akan terjadi dan perawat memberitahukan
juga apa yang harus di lakukan saat suatu hal
terjadi.
4. Fase Terminasi
Pada fase terminasi perawat melakukan
pengkajian ulang dari hasil tindakan, dan
perawat berkomunikasi dengan anak
menggunakan nada yang lembut, suara yang
halus, sabar serta memotivasi.
Hambatan
Anak menangis, sulit untuk dialihkan konsentrasinya,
membantah/menolak, menangis, responsive terhadap
nonverbal.

Saran
Saran kami untuk perawat dalam komunikasi terapeutik
harus mempertimbangkan tindakan lanjutan setelah pasien
terdiagnosa. Untuk mengatasi hal tersebut perawat harus
membawa teman sebaya yang bisa diajak bekerja sama dalam
menangani anak tersebut. Kecuali itu, perawat juga harus bisa
menyesuaikan umur dari pasien anak tersebut, terutama yang
masih sangat kecil umumnya responsive terhadap pesan
nonverbal misalkan dengan menunjukan gambar atau video
yang sesui dengan umurnya.
TERIMAKASIH

GOMAWO
SYUKHRON

Anda mungkin juga menyukai