Anda di halaman 1dari 16

TEKNIK KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN

PENGLIHATAN DAN PENDENGARAN

Dosen Pembimbing :

Adin Mua’firoh, SST., M. Kes

Disusun Oleh :

DITA FEBRIANTI (P27820119014)


MAFTUHAH (P27820119023)
NADIA DAMARA PUTRI (P27820119027)
RAHAYU SHOFIA W (P27820119035)
REGITA PUTRI P (P27820119037)
RIZQIATUL FITRIA (P27820119039)
SHINTA NATASHA (P27820119042)

Tingkat II Reguler A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO

SURABAYA 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena dengan rahmat dan nikmat-Nya makalah ini dapat
diselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pasien
Safety makalah ini berisi tentang “Teknik Komunikasi Teraupetik Pada Klien Gangguan
Penglihatan dan Pendengaran”. Penulis menyadari bahwa apa yang tertuang di dalam makalah
ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penulisan, segi redaksional maupun segi
pengkajian dan pemilihan bahan literatur sebagai landasan teori. Keadaan tersebut disebabkan
adanya keterbatasan dalam diri penulis sendiri.

Penyusunan mak alah ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Penulis ucapkan banyak terima kasih bagi para dosen yang telah memberikan bantuan dan
pengarahan dalam penyelesaian makalah ini. Dan penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca.

Surabaya, 12 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................2
1.4 Manfaat ......................................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Teraupetik............................................................................3


2.2 Tujuan Komunikasi Teraupetik..................................................................................3
2.3 Manfaat Komunikasi Teraupetik................................................................................4
2.4 Prinsip Komunikasi Teraupetik..................................................................................5
2.5 Syarat Komunikasi Teraupetik...................................................................................5
2.6 Gangguan Penglihatan dan Pendengaran....................................................................5
2.7 Hal – Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Berkomunikasi Pada Klien Gangguan
Penglihatan dan Pendengaran....................................................................................8
2.8 Teknik Komunikasi Teraupetik Pada Gangguan Penglihatan dan Pendengaran........9
2.9 Syarat – Syarat yang Harus Dimiliki Perawat Berkomunikasi dengan Pasien
Gangguan Penglihatan Dan Pendengaran..................................................................11

BAB III: PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................12
3.2 Saran...........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi atau communicaton berasal dari bahasa Latin communis yang berarti


sama. Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat sama (make
to common). Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,
gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara
lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Sedangkan menurut
Achmad S. Ruky, komunikasi merupakan proses pemindahan dan pertukaran pesan,
dimana pesan ini dapat berbentuk fakta, gagasan, perasaan, data atau informasi dari
seseorang kepada orang lain. Proses ini dilakukan dengan tujuan untuk mempengaruhi
atau mengubah informasi yang dimiliki serta tingkah laku orang yang menerima pesan
tersebut.

Dalam dunia keperawatan sangat penting menjalin komunikasi yang terapeutik.


komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dirancang dan direncanakan untuk tujuan
terapi, dalam rangka membina hubungan antara perawat dengan pasien agar dapat
beradaptasi dengan stress, mengatasi gangguan psikologis, sehingga dapat melegakan
serta membuat pasien merasa nyaman, yang pada akhirnya mempercepat proses
kesembuhan pasien. Menurut Stuart & Sundeen (1995), komunikasi terapeutik adalah
cara untuk membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi
dan pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain.

Komunikasi secara teraupetik tidak hanya dilakukan oleh pasien yang tidak memiliki
kendala dalam berkomunikasi saja namun, dengan klien yang memiliki gangguan khusus
seperti gangguan penglihatan dan pendengaran juga sangat penting sekali menjalin
komunkasi secara teraupetik. Akan tetapi, cara berkomunikasinya pun berbeda. Oleh
karena itu, penulis akan membahas tentang teknik komunikasi teraupetik pada klien
dengan gangguan penglihatan dan pendengaran.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari komunikasi teraupetik?


2. Apa tujuan dari komunikasi teraupetik?
3. Apa manfaat dari komunikasi teraupetik?
4. Apa prinsip dari komunikasi teraupetik?

1
5. Apa syarat dari komunikasi teraupetik?
6. Bagaimana gangguan penglihatan dan pendengaran?
7. Bagaimana hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi pada klien gangguan
penglihatan dan pendengaran?
8. Bagaimana teknik komunikasi teraupetik pada gangguan penglihatan dan
pendengaran?
9. Bagaimana syarat – syarat yang harus dimiliki perawat berkomunikasi dengan pasien
gangguan penglihatan dan pendengaran?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian dari komunikasi teraupetik.


2. Mengetahui tujuan dari komunikasi teraupetik.
3. Mengetahui manfaat dari komunikasi teraupetik.
4. Mengetahui prinsip dari komunikasi teraupetik.
5. Mengetahui syarat dari komunikasi teraupetik.
6. Mengetahui gangguan penglihatan dan pendengaran.
7. Mengetahui hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi pada klien gangguan
penglihatan dan pendengaran.
8. Mengetahui dan memahami teknik berkomunikasi secara teraupetik kepada klien
gangguan penglihatan dan pendengaran.
9. Mengetahui syarat – syarat yang harus dimiliki perawat berkomunikasi dengan pasien
gangguan penglihatan dan pendengaran.

1.4 Manfaat Penulisan

Dalam penulisan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai refrensi atau acuan
bagi mahasiswa keperawatan dalam melakukan komunikasi secara teraupetik kepada
klien yang memiliki gangguan khusus seperti gangguan penglihatan dan pendengaran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Teraupetik


Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untuk menciptakan
hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien untuk mengenal kebutuhan pasien dan
menentukan rencana tindakan serta kerjasama dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
Oleh karena itu komunikasi terapeutik memegang peranan penting memecahkan
masalah yang dihadapi pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
proposional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien pada komunikasi
terapeutik terdapat dua komonen penting yaitu proses komunikasinya dan efek
komunikasinya.
Komunikasi terapeuitk termasuk komunikasi untuk personal dengan titik tolak
saling memberikan pengertian antar petugas kesehatan dengan pasien.
Menurut Purwanto komunikasi terapeutik merupakan bentuk keterampilan dasar
utnuk melakukan wawancara dan penyuluhan dalam artian wawancara digunakan pada
saat petugas kesehatan melakukan pengkajian memberi penyuluhan kesehatan dan
perencaan perawatan.
2.2 . Tujuan Komunikasi Teraupetik
Menurut Purwanto tujuan dari komunikasi terapeutik :
1. Membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
mempertahakan kekuatan egonya.
2. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk mengubah situasi yang ada
3. Mengulang keraguan membantu dalam pengambilan tindakan yang efektif dan
mempengaruhi orang lai lingkungan fisik dan dirinya.
Dalam mencapai tujuan ini sering sekali perawat memenuhi kendala komunikasi
yaitu :
a. Tingkah laku perawat
Dirumah sakit pemerintah maupun swasta, perawat memegang peranan penting;
tingkah laku; gerak-gerik perawat selalu dinilai oleh masyarakat. Bahkan sering
juga surat kabar memuat beritaberita tentang perawat rumah sakit. Bertindak
yang tidak sebenarnya. Dipandang oleh klien perawat judes, jahat dan
sebagainya.
b. Perawatan yang berorientasi Rumah sakit

3
1) Pelaksanaan perawatan difokuskan pada penyakit yang diderita klien semata,
sedangkan psikososial kurang mendapat perhatian. Tujuan pelaksaan perawatan
yang sebenarnya yaitu manusia seutuhnya yang meliputi bio, psiko dan sosial.
2) Bio : Kebutuhan dasar, makan minum, oksigen dan perkembangan keturunan.
3) Psiko : Jiwa, perawat supaya turut membantu memecahkan masalah yang ada
hubungnnya dengan jiwa
4) Sosial : Perawat juga mengetahui kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat dari klien di
dalam masyarakat.
c. Perawat kurang tanggap terhadap kebutuhan, keluhan-keluhan, serta kurang
memperhatikan apa yang dirasakan oleh klien sehingga menghambat hubungan baik.
2.3 . Manfaat Komunikasi Teraupetik
1. Indikator manfaat komunikasi terapeutik adalah:
a. Kepuasan keluarga
b. Kenyamanan perawat
c. Kepuasan pasien
2. Komunikasi terapeutik yang berhasil dapat dilihat dari:
a. Pasien menunjukkan rasa ingin tahu
b. Pasien menunjukkan kesediaan dalam mengungkapkan perasaan dan
pikirannya
c. Pasien tidak pernah berbicara dengan perawat
3. Manfaat komunikasi terapeutik bagi perawat adalah:
a. Kunci keberhasilan perawat dalam melaksanakan tugasnya
b. Mempunyai kerabat yang baru
c. Mengetahui masalah pribadi pasien
4. Salah satu manfaat komunikasi terapeutik adalah:
a. Agar pasien berbicara
b. Agar pasien memiliki teman bicara selain dengan keluarga
c. Pasien dapat berkonsultasi dengan perawat
2.4. Prinsip Komunikasi Teraupetik
Beberapa prinsip yang harus dipahami dalam membangun hubungan dan
mempertahankan hubungan yang terapeutik adalahsebagai berikut:
1. Hubungan dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan,
didasarkan pada prinsip “Humanity of Nursing andClients”. Perawat harus
menghargai keunikan klien, dengan melihat latarbelakang keluarga, budaya dan
keunikan tiap individu.
4
2. Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri baikpemberi maupun
penerima pesan, dalam hal ini perawat harusmampu menjga harga dirinya dan harga
diri klien.
3. Komunikasi yang mmenumbuhkan hubungan saling percaya harusdicapai terlebih
dahulu sebelum menggali permasalahan danmemberikan alternatif pemecahan
masalahnya.
2.4 . Syarat Komunikasi Teraupetik
1. Semua komunikasi ini harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi maupun
penerima pesan.
2. Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukan terlebih dahulu
sebelum memberikan sarana, informasi maupun masukan.
2.6. Gangguan Penglihatan dan Pendengaran
A. Gangguan Penglihatan
Sebagian besar orang pernah mengalami gangguan pada mata. Masalah ini bisa ringan
dan sembuh dengan perawatan minimal di rumah. Namun ada pula masalah mata yang
membutuhkan penanganan khusus oleh dokter spesialis mata.
Berikut beberapa jenis gangguan mata yang umum terjadi beserta gejala dan
pengobatannya:
1. Konjungtivitis atau mata merah
Konjungtivitis adalah gangguan pada mata yang berupa peradangan dan kemerahan
pada:
 Jaringan bening yang melapisi mata
 Bagian dalam kelopak mata yang disebut konjungtiva.
Gangguan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, atau virus. Tapi
paparan bahan kimia atau polutan yang mengiritasi mata juga bisa menjadi
penyebabnya.
Selain mata merah yang menjadi ciri khasnya, gejala konjungtivitis bisa berupa
belekan dalam jumlah banyak sampai membuat Anda susah membuka kelopak mata.
Jika keluhan ini terjadi, Anda bisa menempelkan kompres air hangat pada mata lalu
membersihkan kotoran mata.
Untuk mencegah penularan konjungtivitis, sering-seringlah mencuci tangan, jangan
sering menyentuh mata, dan tidak saling meminjamkan barang pribadi dengan orang
lain. Misalnya, bantal, handuk, dan kosmetik.
2. Gangguan refraktif

5
Gangguan refraktif termasuk gangguan pada mata yang paling banyak terjadi.
Masalah penglihatan ini dapat disebabkan oleh perubahan bentuk bola mata, kornea,
atau lensa mata yang menua. Akibatnya, penglihatan menjadi kurang fokus.
Gejala umum dari gangguan refraktif adalah penglihatan yang buram atau ganda.
Gangguan pada mata ini terbagi dalam empat jenis berikut:
 Mata minus atau rabun jauh (myopia). Penderitanya akan kesulitan meilhat
benda-benda jarak jauh.
 Rabun dekat (hipermetropi). Penderita rabun dekat mengalami kesulitan melihat
benda-benda di jarak dekat.
 Presbiopi, yakni kondisi kesulitan untuk memfokuskan penglihatan jarak dekat
akibat usia makin tua. Kondisi ini juga dikenal dengan istilah mata plus.
 Mata silinder atau astigmatisme. Gangguan pada mata ini terjadi akibat
perubahan bentuk kornea mata.
Sebagian besar gangguan refraktif bisa diatasi dengan penggunaan kacamata
maupun lensa kontak. Operasi mata (seperti LASIK) juga bisa menjad alternatif
penanganan. Namun perlu pemeriksaan saksama dari dokter sebelum Anda
menjalaninya.
3. Katarak
Katarak adalah gangguan pada mata dengan gejala berupa lensa mata yang menjadi
keruh sehingga pandangan buram. Kondisi ini bersifat progresif, yang berarti akan
memburuk seiring dengan usia yang makin lanjut.
Selain faktor usia, penyebab katarak lainnya meliputi diabetes, cedera mata,
penggunaan obat tertentu, dan paparan sinar ultraviolet yang berlebihan.
Katarak umumnya diatasi lewat operasi. Lensa mata yang sudah keruh akan diganti
dengan lensa buatan sehingga penglihatan jernih kembali.
4. Glaukoma
Glaukoma merupakan gangguan pada mata yang bisa merusak saraf optit sehingga
menyebabkan kebutaan. Kondisi ini terjadi akibat meningkatnya tekanan cairan di
dalam mata.
Penyakit glaukoma terbagi dalam dua jenis berikut:
 Glaukoma sudut terbuka, yang berlangsung dalam waktu lama (kronis) dan
umumnya tidak disadari oleh penderita. Akibatnya, kodisi glaukoma makin
parah hingga penglihatan penderita sudah hampir hilang.

6
 Glaukoma sudut tertutup, yang biasanya terjadi secara mendadak dan memicu
rasa sakit. Nyeri inilah yang kemudian mendorong penderita untuk berobat.
Kerusakan pada mata yang disebabkan oleh glaukoma bersifat permanen dan
tidak bisa disembuhkan. Oleh karena itu, gangguan pada mata ini perlu dikenali
sedini mungkin agar kebutaan bisa dicegah.
5. Ablasi retina
Ablasi retina adalah salah satu gangguan pada mata yang terjadi ketika retina
terlepas dari struktur mata yang menjadi tempatnya melekat. Kondisi ini disebabkan
oleh penumpukan cairan di belakang retina.
Gangguan mata ini biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Gejala awalnya
bisa berupa penderita yang sering merasa melihat kilatan-kilatan cahaya, sesuatu
yang mengambang di penglihatan (floaters), atau penglihatan yang seolah-olah
tertutup. Retina yang lepas harus ditangani secepatnya dengan cara operasi.
Tindakan medis ini bertujuan untuk memperbaiki penglihatan yang terpengaruh oleh
retina yang lepas
B. Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran dapat terjadi berupa penurunan pendengaran hingga tuli.
Bentuk tuli yang selama ini dikenal ialah tuli perspektif dan tuli konduktif. Tuli
perspektif adalah tuli yang terjadi akibat kerusakan sistem saraf, sedangkan tuli
konduktif terjadi akibat kerusakan struktur panghantar rangsang suara.
Gangguan pendengaran dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu :
1. Conductive hearing Loss, disebabkan oleh masalah yang terjadi pada telinga luar
atau tengah dan berkaitan dengan masalah penghantaran suara.Kemungkinan
penyebab bisa dari tertumpuknya earwax atau kotoran telinga, infeksi atau
pertumbuhan telinga bagian luar, adanya lubang pada gendang telinga, penyakit
yang disebut dengan otosklerosis (yang menyebabkan rangkaian tulang-tulang
pendengaran menjadi kaku dan tidak dapat bergetar) atau faktor keturunan.
Conductive hearing loss biasanya bisa disembuhkan secara medis, namun bila
tidak dapat maka alat bantu dengar biasanya dapat membantu mengatasinya.
2. Sensorineural hearing loss, ini adalah istilah untuk menggambarkan adanya
masalah pada telinga bagian dalam, baik di cochlea, syaraf pendengaran atau
sistim pendengaran pusat (sering disebut tuli syaraf). Gangguan dengan tipe ini
bisa disebabkan oleh berbagai hal namun kebanyakan disebabkan oleh kerusakan
pada sel rambut didalam cochlea akibat penuaan, atau rusak akibat suara yang
terlalu keras. 90% gangguan pendengaran adalah tipe Sensorineural hearing loss &
7
jarang yang bisa diatasi secara medis, namun seringkali alat bantu dengar dapat
membantu.
3. Mixed Hearing Loss (gangguan pendengaran campuran), dimana kondisi
gangguan pendengarannya ada unsur konduktif & sensorineural. Banyak orang
dengan gangguan pendengaran jenis ini dapat terbantu bila memakai alat bantu
dengar.
Berdasarkan kemampuan telinga menangkap bunyi, gangguan pendengaran
dikelompokkan menjadi :
1. Gangguan pendengaran sangat ringan (27-40dB)
2. Gangguan pendengaran ringan (41-55dB).
3. Gangguan pendengaran sedang (56-70dB).
4. Gangguan pendengaran berat (71-90dB).
5. Gangguan pendengaran ekstrim/tuli (di atas 91dB)
2.7. Hal – Hal yang Perlu Diperhatikan
A. Gangguan Penglihatan
Agar komunikasi dengan orang dengan gangguan sensori penglihatan dapat berjalan
lancar dan mencapai sasarannya , maka perlu juga diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Dalam berkomunikasi pertimbangan isi dan mata nada suara.
2. Periksa lingkungan fisik.
3. Perlu adanya ide yang jelas sebelum berkomunikasi.
4. Berkomunikasikan pesan secara singkat.
5. Komunikasikan hal-hal yang berharga saja.
6. Dalam merencanakan komunikasi,berkonsultasilah dengan pihak lain agar
memperoleh dukungan.
B. Gangguan Pendengaran
Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering
digunakan ialah media visual. Klien menangkap pesan bukan dari suara yang di
keluarkan orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi
visual menjadi sangat penting bagi klien ini sehingga dalam melakukan komunikasi,
upayakan supaya sikap dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra visualnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum berkomunikasi dengan klien gangguan
pendengaran :
1. Periksa adanya bantuan pendengaran dan kaca mata
2. Kurangi kebisingan
8
3. Dapatkan perhatian klien sebelum memulai pembicaraan
4. Berhadapan dengan klien dimana ia dapat melihat mulut anda
5. Jangan mengunyah permen karet
6. Bicara pada volume suara normal - jangan teriak
7. Susun ulang kalimat anda jika klien salah mengerti
8. Sediakan penerjemah bahasa isyarat jika diindiksikan

2.8. Teknik – Teknik  Berkomunikasi Terapeutik  Pada Pasien Gangguan Penglihatan


dan Pendengaran
A. Gangguan Penglihatan
Berikut adalah teknik-teknik yang perlu diperhatikan selama berkomunikasi dengan
klien yang mengalami gangguan penglihatan :
1. Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami kebutaan
persial atau sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran perawat ketika anda
berada didekatnya.
2. Indentifikasi diri anda dengan menyebut nama(dan peran)anda.
3. Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak
memungkinkan menerima pesan verbal secara visual.Nada suara anda memagang
peranan besar dan bermakna bagi klien.
4. Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucaokan kata-kata sebelum
melakukan sentuhan pada klien.
5. Informasikamn kepada klien ketika anda akan menggilakannya / memutus
komunikasi
6. Orientasikan klien dengan suara-suara yang terdengar disekitarnya.
7. Orientasikan klien pada lingkungan bila klien dipindah kelingkungan/ruangan
yang baru.
B. Gangguan Pendengaran
Berikut adalah tehnik-tehnik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan
pendengaran :
1. Orientasikan kehadiran diri anda dengan cara menyentuh klien atau memposisikan
diri di depan klien.
2. Usahakan menggunakan bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan
untuk memudahkan klien membaca gerak bibir anda.
3. Usahakan berbicara dengan posisi tepat di depan klien dan pertahankan sikap
tubuh dan mimik wajah yang lazim.

9
4. Tunggu sampai Anda secara langsung di depan orang, Anda memiliki perhatian
individu tersebut dan Anda cukup dekat dengan orang sebelum Anda mulai
berbicara.
5. Pastikan bahwa individu melihat Anda pendekatan, jika kehadiran Anda mungkin
terkejut orang tersebut.
6. Wajah-keras mendengar orang-langsung dan berada di level yang sama dengan dia
sebisa mungkin.
7. Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah sesuatu misalnya
makanan atau permen karet.
8. Jika Anda makan, mengunyah atau merokok sambil berbicara, pidato Anda akan
lebih sulit untuk mengerti.
9. Gunakan bahasa pantomim bila memungkinkan dengan gerakan sederhana dan
perlahan.
10. Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan diperlukan.
11. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan pesan
dalam bentuk tulisan atau gambar (simbol).
12. Jika orang yang memakai alat bantu dengar dan masih memiliki kesulitan
mendengar, periksa untuk melihat apakah alat bantu dengar di telinga orang. Juga
periksa untuk melihat bahwa dihidupkan, disesuaikan dan memiliki baterai
bekerja. Jika hal-hal ini baik dan orang yang masih memiliki kesulitan mendengar,
mencari tahu kapan dia terakhir memiliki evaluasi pendengaran.
13. Jauhkan tangan Anda dari wajah Anda saat berbicara.
14. Mengakui bahwa hard-of-mendengar orang mendengar dan memahami kurang
baik ketika mereka lelah atau sakit.
15. Mengurangi atau menghilangkan kebisingan latar belakang sebanyak mungkin
ketika melakukan pembicaraan.
16. Bicaralah dengan cara yang normal tanpa berteriak. Melihat bahwa lampu tidak
bersinar di mata orang tuna rungu.
17. Jika seseorang telah memahami sesuatu kesulitan, menemukan cara yang berbeda
untuk mengatakan hal yang sama, bukan mengulangi kata-kata asli berulang.
18. Gunakan sederhana, kalimat singkat untuk membuat percakapan anda lebih mudah
untuk mengerti.
19. Menulis pesan jika perlu. Biarkan waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan
orang gangguan pendengaran. Berada di terburu-buru akan membawa stres semua
orang dan menciptakan hambatan untuk memiliki percakapan yang berarti.
10
2.9. Syarat – Syarat yang Harus Dimiliki Perawat Berkomunikasi Dengan Pasien
Dalam melakukan komunikasin terapeutik dengan pasien dengan gangguan sensori
penglihatan dan pendengaran perawat dituntut untuk menjadi komunikator yang baik
sehingga terjalin hubungan terapeutik yang efektif antara perawat dan klien,untuk itu
syarat yang harus dimilki oleh perawat dalam berkomunikasi dengan pasien dngan
gangguan sensori penglihatan dan pendengaran adalah :
1. Adanya kesiapan artinya pesan atsun informasi, cara penyampaian dan salurannya
harus dipersiapkan terlebih dahulu secara matang.
2. Kesungguhan artinya apapun wujud dari pesan atau informasi tersebut tetap harus
disampaikan secara sungguh-sungguh atau serius.
3. Ketulusan artinya sebelum individu memberikan informasi atau pesan kepada
individu lain pemberi informasi harus merasa yakin bahwa apa yang disampaikan itu
merupakan sesuatu yang baik dan menang perlu serta berguna untuk pasien
4. Kepercayaan diri artinya jika perawat mempunyai kepercayaan diri maka hal ini akan
sangat berpengaruh pada cara penyampaiannya kepada pasien.
5. Ketenangan artinya sebaik apapun dan sejak apapun yang akan disampaikan,perawat
harus bersifat tenang,tidak emosi maupun memancing emosi pasien,karena dengan
adanya ketenangan maka informasi akan lebih jelas baik dan lancar.
6. Keramahan artinya bahwa keramahan ini merupakan kunci sukses dari kegiatan
komunikasi,karena dengan keramahan ya ng tulus tanpa dibuat-buat akan
menimbulkan perasaan tenang,senang dan aman bagi penerima
7. Kesederhanaan artinya didalam penyampaian informasi,sebaiknya dibuat sederhana
baik bahasa, pengungkapan dan penyampaiannya.Meskipun informasi itu panjang
dan rumit akan tetapi kalau dberikan secara sederhana berurutan dan jelas maka akan
memberikan kejelasan secara sederhana berurutan dan jelas maka akan memberikan
kejelasan informasi dengan baik.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan
pengalaman perbaikan emosi bagi klien. Dalam hal ini perawat memakai dirinya secara
terapeutik dan memakai beberapa tehnik komunikasi agar perilaku klien berubah kearah
yang positif seoptimal mungkin.
Gangguan penglihatan dapat terjadi baik karena kerusakan organ, misal kornea,
lensa mata, kekeruhan humor vitreus, maupun kerusakan kornea serta kerusakan saraf
penghantar impuls menuju otak. Gangguan pendengaran dapat terjadi berupa penurunan
pendengaran hingga tuli. Bentuk tuli yang selama ini dikenal ialah tuli perspektif dan tuli
konduktif. Tuli perspektif adalah tuli yang terjadi akibat kerusakan sistem saraf,
sedangkan tuli konduktif terjadi akibat kerusakan struktur panghantar rangsang suara.
Agar perawat dapat berperan efektif dan terapeutik ia harus menganalisa dirinya :
kesadaran diri, klarifikasi nilai, perasaan, kemampuan sebagai rool model. Seluruh
perilaku dan pesan yang disampaikan perawat verbal atau non verbal hendaknya
bertujuan terapeutik untuk klien.
3.2 Saran
Perawat harus bisa menghadapi klien dengan gangguan penglihatan dan pendengaran
agar terjadi hubungan terapeutik dengan klien. Walaupun pasien tidak dapat melihat dan
tuli, perawat harus merawat klien dengan baik dan perawat tidak boleh menyepelekan
klien tersebut dan mendahulukan kebutuhan klien lain yang tidak mengalami gangguan
persepsi sensori, khususnya gangguan penglihatan dan pendengaran.

12
DAFTAR PUSTAKA
Ivony. 2017. Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan. [Online]
Tersedia : https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-terapeutik-dalam-keperawatan
[16 Mei 2017]

Suhardiman, Luthfia Fadlilahsari. 2015. Makalah Komunikasi Keperawatan Pada Gangguan


Penglihatan Dan Pendengaran. [Online]
Tersedia : http://luthfiafadlillahsari.blogspot.com/2015/05/makalah-komunikasi-
keperawatan-pada.html [26 Mei 2015]

Lestari, Karlina. 2020. Jenis Gangguan pada Mata. [Online]


Tersedia : https://www.sehatq.com/artikel/jenis-gangguan-pada-mata-dari-ringan-sampai-
berat [19 Mei 2020]

Muzacil, 2012. Komunikasi Terapeutik Dengan Gangguan Penglihatan. [Online]


Tersedia : https://muzacil.wordpress.com/2012/01/02/komunikasi-terapeutik-dengan-
gangguan-penglihatan/ [2 Januari 2012]

Maulida, Anisa Zahro. 2017. Apa yang Dimaksud Komunikasi Terapeutik?. [Online]
Tersedia : https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-komunikasi-
terapeutik/13818/2
[24 November 2017]

Niesa, Choiru. 2011. Komunikasi Terapeutik. [Onlilne]


Tersedia : http://c-nissa.blogspot.com/2011/11/komunikasi-terapeutik.html?m=1
[01 November 2011]

Riadi, Muchlisin. 2020. Komunikasi Terapeutik. [Onlilne]


Tersedia : https://www.kajianpustaka.com/2020/06/komunikasi-terapeutik-pengertian-
fungsi-
karakteristik-prinsip-dan-teknik.html. [14 Juni 2020]

Viviningtyas, Rossyana. 2018. Komunikasi Terapeutik. [Onlilne]


Tersedia : https://www.academia.edu/10118139/Komunikasi_terapeutik [10 November
2018]

13

Anda mungkin juga menyukai