Anda di halaman 1dari 23

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN USIA DEWASA

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Keperawatan
Dosen Pengajar : Lailatul Fadhilah, S.Kep,Ners., M.Kep.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 6

Gabrella Ainnun
Indah Puspita Sari
M. Rifky Kusuma Hadi
Tantri Liliani
Yoga Chandra

TINGKAT 2B/ DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah Keperawatan Dasar dengan judul “KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA
KLIEN USIA DEWASA” dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam menuntut ilmu. Kami mengucapkan terima kasih
kepada :
1.        Ibu Lailatul Fadhilah, S.Kep,Ners., M.Kep. selaku Dosen Mata Kuliah
Komunikasi Keperawatan.
2.        Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga ke depannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang.Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Tangerang, 22 September 2018

Kelomp
ok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah .............................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 4
2.1 Pengertian Komunikasi ................................................................... 4
2.2 Pengertian Komunikasi Terpeutik ................................................. 4
2.3 Tujuan Komunikasi Terpeutik ....................................................... 5
2.4 Manfaat Komunikasi Terpeutik...................................................... 5
2.5 Komunikasi Terpeutik pada Klien Dewasa ..................................... 5
2.6 Teknik Komunikasi Terapeutik pada Klien Dewasa ....................... 11
2.7 Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik pada Klien Dewasa .......... 14
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 19
3.2 Saran ................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku
manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus-
menerus. Komunikasi bertujuan untuk memudahkan,melaksanakan kegiatan-
kegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal,baik komunikasi dalam
lingkup pekerjaan maupun hunbungan antar manusia.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi Bidang Kedokteran dan
Keperawatan serta perubahan konsep perawatan dari perawatan orang sakit
secara individual kepada perawatan paripurna serta peralihan dari pendekatan
yang berorientasi medis penyakit kemodel penyakit yang berfokus pada orang
yang bersifat pribadi menyebabkan komunikasi menjadi lebih penting dalam
memberikan asuhan keperawatan.
Perawat dituntut untuk menerapkan model komunikasi yang tepat dan
disesuaikan dengan tahap perkembangan pasien. Pada orang dewasa mereka
mempunyai sikap,pengetahuan dan keterampilan yang lama menetap dalam
dirinya sehingga untuk merubah perilakunya sangat sulit. Oleh sebab itu perlu
kiranya suatu model komunikasi yang tepat agar tujuan komunikasi dapat
tercapai dengan efektif. Bertolak dari hal tersebut kami mencoba membuat
makalah yang mencoba menerapkan model konsep komunikasi yang tepat pada
dewasa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian komunikasi ?
2. Apa pengertian komunikasi terapeutik ?
3. Apa tujuan dari komunikasi terapeutik ?

1
4. Apa saja manfaat dari komunikasi terapeutik ?
5. Bagaimana komunikasi terapeutik pada klien dewasa ?
6. Bagaimana penggolongan klien dewasa ?
7. Bagaimana teknik komunikasi terapeutik pada klien dewasa ?
8. Bagaimana suasana komunikasi pada klien dewasa ?
9. Apa saja model-model komunikasi dan penerapannya pada klien dewasa ?

1.3 Tujuan Makalah


1. Memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Keperawatan.
2. Mengetahui apa pengertian dari komunikasi.
3. Mengetahui apa pengertian dari komunikasi terapeutik.
4. Mengetahui apa tujuan komunikasi terapeutik.
5. Mengetahui apa saja manfaat komunikasi terapeutik.
6. Mengetahui bagaimana komunikasi terapeutik pada klien dewasa.
7. Mengetahui bagaimana penggolongan klien dewasa.
8. Mengetahui bagaimana teknik komunikasi terapeutik pada klien dewasa.
9. Mengetahui bagaimana suasana komunikasi pada klien dewasa.
10. Mengetahui apa saja model-model komunikasi dan penerapannya pada klien
dewasa.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Memahami pengertian dari komunikasi.
2. Memahami pengertian komunikasi terapeutik.
3. Memahami tujuan dari komunikasi terapeutik.
4. Memahami manfaat dari komunikasi terapeutik.
5. Memahami komunikasi terapeutik pada klien dewasa..
6. Memahami penggolongan klien dewasa.
7. Memahami teknik komunikasi pada klien dewasa.
8. Memahami suasana komunikasi pada klien dewasa.

2
9. Memahami model-model komunikasi dan penerapannya pada klien dewasa.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Komunikasi


 Komunikasi adalah suatu hubungan atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebagai saling tukar menukar
pendapat serta dapat diartikan hubungan kontra antara manusia baik individu
maupun kelompok (Widjaja, 1986:13).
 Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang
memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan
meningkatkan kontak dengan orang lain (Potter & Perry, 2005:301).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan alat yang efektif
untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, sehingga komunikasi
dikembangkan dan dipelihara secara terus menerus.

2.2 Pengertian Komunikasi Terapeutik


Istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris “Communication”. Kata
communication itu sendiri berasal dari kata latin “Communicatio” yang artinya
pemberitahuan atau pertukaran ide, dengan pembicara mengharapkan
pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya (Suryani, 2003).
Sedangkan Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni
penyembuhan (As Hornby dalam Intan, 2005). Sehingga dapat diartikan bahwa
terapeutik adalah segala sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan.
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuhan atau pemulihan
klien. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional bagi perawat.

4
2.3 Tujuan Komunikasi Terapeutik
Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan
lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan klien, sehingga akan
lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah diterapkan,
memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan akan
meningkatkan profesi. Tujuan komunikasi terapeutik (Purwanto, 1994) adalah :
1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan
fikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada
bila pasien percaya pada hal yang diperlukan.
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
3. Memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya sendiri.

2.4 Manfaat Komunikasi Terapeutik


Manfaat komunikasi terapeutik ( Christina, dkk, 2003) adalah :
1. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dengan pasien
melalui hubungan perawat-klien.
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji masalah serta
mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat.

2.5 Komunikasi Terapeutik Pada Klien Dewasa


Istilah Adult berasal dari kata latin yang berarti telah tumbuh menjadi
dewasa. Terdapat berbedaan budaya tentang penentuan usia dewasa. Ada yang
menganggap 21 tahun namun secara hukum orang telah dapat bertanggung jawab
akan perbuatannya di usia 18 tahun. Sehingga usia ini orang dianggap telah syah
menjadi dewasa di mata hukum. Masa dewasa dini dimulai usia 18 sampai 40
tahunan, saat perubahan fisik dan psikologis menyertai berkurangnya
kemampuan reproduktif (Elizabeth B. Hurlock).

5
Istilah "kedewasaan" menunjuk kepada keadaan sesudah dewasa, yang
memenuhi syarat hukum. Sedangkan istilah "Pendewasaan" menunjuk kepada
keadaan belum dewasa yang oleh hukum dinyatakan sebagai dewasa.Hukum
membeda-bedakan hal ini karena hukum menganggap dalam lintas masyarakat
menghendaki kematangan berfikir dan keseimbangan psikis yang pada orang
belum dewasa masih dalam taraf permulaan sedangkan sisi lain dari pada
anggapan itu ialah bahwa seorang yang belum dewasa dalam perkembangan fisik
dan psikisnya memerlukan bimbingan khusus.
Karena ketidakmampuannya maka seorang yang belum dewasa harus
diwakili oleh orang yang telah dewasa sedangkan perkembangan orang kearah
kedewasaan ia harus dibimbing.
1. Menurut konsep Hukum Perdata
Pendewasaan ini ada 2 macam, yaitu pendewasaan penuh dan
pendewasaan untuk beberapa perbuatan hukum tertentu (terbatas). Keduanya
harus memenuhi syarat yang ditetapkan undang-undang. Untuk
pendewasaan penuh syaratnya telah berumur 20 tahun penuh. Sedangkan
untuk pendewasaan terbatas syaratnya ialah sudah berumur 18 tahun penuh
(pasal 421 dan 426 KUHPerdata).
Untuk pendewasaan penuh, prosedurnya ialah yang bersangkutan
mengajukan permohonan kepada Presiden RI dilampiri dengan akta
kelahiran atau surat bukti lainnya. Presiden setelah mendengar pertimbangan
Mahkamah Agung, memberikan keputusannya. Akibat hukum adanya
pernyataan pendewasaan penuh ialah status hukum yang bersangkutan sama
dengan status hukum orang dewasa. Tetapi bila ingin melangsungkan
perkawinan ijin orang tua tetap diperlukan. Untuk pendewasaan terbatas,
prosedurnya ialah yang bersangkutan mengajukan permohonan kepada
Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang dilampiri akta kelahiran atau surat
bukti lainnya. Pengadilan setelah mendengar keterangan orang tua atau wali
yang bersangkutan, memberikan ketetapan pernyataan dewasa dalam

6
perbuatan-perbuatan hukum tertentu saja sesuai dengan yang dimohonkan,
misalnya perbuatan mengurus dan menjalankan perusahaan, membuat surat
wasiat. Akibat hukum pernyataan dewasa terbatas ialah status hukum yang
bersangkutan sama dengan status hukum orang dewasa untuk perbuatan-
perbuatan hukum tertentu.
Dalam hukum Perdata, belum dewasa adalah belum berumur umur 21
tahun dan belum pernah kawin. Apabila mereka yang kawin belum berumur
21 tahun itu bercerai, mereka tidak kembali lagi dalam keadaan belum
dewasa. Perkawinan membawa serta bahwa yang kawin itu menjadi dewasa
dan kedewasaan itu berlangsung seterusnya walaupun perkawinan putus
sebelum yang kawin itu mencapai umur 21 tahun (pasal 330 KUHPerdata).
Hukum perdata memberikan pengecualian-pengecualian tentang usia belum
dewasa yaitu, sejak berumur 18 tahun seorang yang belum dewasa, melalui
pernyataan dewasa, dapat diberikan wewenang tertentu yang hanya melekat
pada orang dewasa. Seorang yang belum dewasa dan telah berumur 18 tahun
kini atas permohonan, dapat dinyatakan dewasa harus tidak bertentangan
dengan kehendak orang tua.
Dari uraian tersebut kita lihat bahwa seorang yang telah dewasa
dianggap mampu berbuat karena memiliki daya yuridis atas kehendaknya
sehingga dapat pula menentukan keadaan hukum bagi dirinya sendiri.
Undang-undang menyatakan bahwa orang yang telah dewasa telah dapat
memperhitungkan luasnya akibat daripada pernyataan kehendaknya dalam
suatu perbuatan hukum, misalnya membuat perjanjian, membuat surat
wasiat. Bila hakim berpendapat bila seseorang dinyatakan dewasa maka ia
harus menentukan secara tegas wewenang apa saja yang diberikan itu.
Setelah memperoleh pernyataan itu, seorang yang belum dewasa,
sehubungan dengan wewenang yang diberikan, dapat bertindak sebagai
pihak dalam acara perdata dengan domisilinya. Bila ia menyalahgunakan

7
wewenang yang diberikan maka atas permintaan orang tua atau wali,
pernyataan dewasa itu dicabut oleh hakim.

2. Menurut konsep Hukum Pidana


Hukum pidana juga mengenal usia belum dewasa dan dewasa. Yang
disebut umur dewasa apabila telah berumur 21 tahun atau belum berumur 21
tahun, akan tetapi sudah atau sudah pernah menikah. Hukum pidana anak
dan acaranya berlaku hanya untuk mereka yang belum berumur 18 tahun,
yang menurut hukum perdata belum dewasa. Yang berumur 17 tahun dan
telah kawin tidak lagi termasuk hukum pidana anak, sedangkan belum cukup
umur menurut pasal 294 dan 295 KUHP adalah ia yang belum mencapai
umur 21 tahun dan belum kawin sebelumnya. Bila sebelum umur 21 tahun
perkawinannya diputus, ia tidak kembali menjadi "belum cukup umur".

3. Menurut konsep Hukum Adat


Hukum adat tidak mengenal batas umur belum dewasa dan dewasa.
Dalam hukum adat tidak dikenal fiksi seperti dalam hukum perdata. Hukum
adat mengenal secara isidental saja apakah seseorang itu, berhubung umur
dan perkembangan jiwanya patut dianggap cakap atau tidak cakap, mampu
atau tidak mampu melakukan perbuatan hukum tertentu dalam hubungan
hukum tertentu pula. Artinya apakah ia dapat memperhitungkan dan
memelihara kepentingannya sendiri dalam perbuatan hukum yang
dihadapinya itu.
Belum cakap artinya, belum mampu memperhitungkan dan
memelihara kepentingannya sendiri. cakap artinya, mampu
memperhitungkan dan memelihara kepentingannya sendiri. Apabila
kedewasaan itu dihubungkan dengan perbuatan kawin, hukum adat
mengakui kenyataan bahwa apabila seorang pria dan seorang wanita itu
kawin dan dapat anak, mereka dinyatakan dewasa, walaupun umur mereka

8
itu baru 15 tahun. sebaliknya apabila mereka dikawinkan tidak dapat
menghasilkan anak karena belum mampu berseksual, mereka dikatakan
belum dewasa.

4. Menurut konsep Undang-undang R.I sekarang


Berdasarkan Undang-undang R.I yang berlaku hingga sekarang,
pengertian belum dewasa dan dewasa belum ada pengertiannya. Yang ada
baru UU perkawinan No. 1 tahun 1974, yang mengatur tentang:
a. Izin orang tua bagi orang yang akan melangsungkan perkawinan apabila
belum mencapai umur 21 tahun (pasal 6 ayat 2);
b. Umur minimal untuk diizinkan melangsungkan perkawinan, yaitu pria
19 tahun dan wanita 16 tahun (pasal 7 ayat 2);
c. Anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah kawin,
berada didalam kekuasaan orang tua (pasal 47 ayat 1);
d. Anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah kawin,
yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tuanya, berada dibawah
kekuasaan wali (pasal 50 ayat 1). Tetapi tidak ada ketentuan yang
mengatur tentang "yang disebut belum dewasa dan dewasa" dalam UU
ini.
Usia dewasa dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
1) Dewasa awal atau dewasa dini (18 – 40 Tahun)
Pada periode dewasa awal, penampilan dan kesehatan fisik
mencapai puncaknya dan periode yang sama penurun penampilan,
kekuatan, dan kesehatan fisikpun mulai menurun. Penampilan, kekuatan
dan kesehatan fisik dicapai pada periode permulaan dewasa awal dan
menurun pada akhir periode dewasa awal. Puncak efisiensi fisik
biasanya dicapai pada usia pertengahan 20 tahunan dan sesudah itu
terjadi penurunan lambat laun hingga awal usia 40 tahunan. Kekhasan
tingkah laku kognitif pada usia dewasa awal ini adalah orang dewasa

9
yang matang perkembangan kognitifnya lebih sistematis dalam
memecahkan masalah.
Perkembangan yang terjadi pada masa dewasa awal adalah :
a. Mulai Bekerja
b. Memilih pasangan
c. Belajar hidup dengan pasangan
d. Mulai membina keluarga
e. Mengasuh anak
f. Mengelola rumah tangga
g. Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara
h. Mencari kelompok sosial yang menyenangkan

2) Dewasa madya atau dewasa pertengahan (40 – 60 tahun)


Pada usia setengah baya kemampuan kognitif yang menurun
adalah kemampuan mengingat, berpikir, mekanisme yang memerlukan
kecepatan dan keakuratan input melalui panca indra agar dapat
mengamati gerak, perbedaan, perbandingan, dan pengelompokan atau
pengkategorian. Tentu saja tidak semua orang dewasa pertengahan
makin meningkat kemmapuan kognitif pemecahan masalah.
Kondisi yang merumitkan penyesuaian diri terhadap peubahan
pola keluarga pada usia madya adalah perubahan fisik, hilangnya peran
sebagai orang tua, kurangnya persiapan, perasaan kegagalan, merasa
tidak berguna lagi, kekecewaan terhadap perkawinan dan merawat
keluarga berusia lanjut.
Perkembangan yang terjadi pada masa dewasa pertengahan adalah :
a. Masa dewasa pertengahan dimulai pada umur 40 tahun sampai 60
tahun, yakni saat baik menurunnya kemampuan fisik dan psikologis
yang jelas nampak pada setiap orang.
b. Masa Usia Pertengahan

10
c. Mencapai tanggung jawab sosial dan dewasa sebagai warga Negara
d. Membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa
yang bertanggung jawab dan bahagia
e. Mengembangkan kegiatan waktu senggang untuk orang dewasa
f. Menghubungkan diri se ndiri dengan pasangan hidup sebagai suatu
individu
g. Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
fisiologis yang terjadi pada tahap ini.
h. Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam
karir pekerjaan.
i. Menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua.

3) Dewasa akhir (60 – lansia/meninggal)


Perubahan fisik bukan lagi pertumbuhan tetapi pergantian dan
perbaikan sel-sel tubuh. Pertumbuhan dan reproduksi sel-sel menurun,
oleh karena itu peristiwa penurunan pertumbuhan dan reproduksi sel-sel
yang menyebabkan terjadi banyak kegagalan pergantian sel-sel yang
rusak. Lamanya penyembuhan apabila lansia menderita sakit. Orang
yang sudah tua menjadi pelupa, reaksi terhadap rangsnag yang semakin
lambat.

2.6 Teknik Komunikasi Terapeutik Pada Klien Dewasa


Beberapa teknik yang dapat dilakukan agar komunikasi dengan klien dewasa dapat
efektif yaitu :
a. Ciptakan suasana yang nyaman
Dengan adanya faktor tersebut yang mempengaruhi efektifitas komunikasi orang
dewasa, maka perhatian dicurahkan pada penciptaan suasana komunikasi yang
diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Suasana dalam
berkomunikasi dengan orang dewasa adalah :

11
1. Suasana hormat menghormati
Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat
pribadinya dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh turut berfikir dan
mengemukakan fikirannya.
2. Suasana saling menghargai
Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, sistem nilai yang dan
menyampingkan harga kendala dalam jalannya dianut perlu dihargai.
Meremehkan diri mereka akan dapat menjadi komunikasi.
3. Suasana saling percaya
Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan
dapat membawa hasil yang diharapkan.
4. Suasana saling terbuka
Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang
lain. Hanya dalarn suasana keterbukaan segala alternatif dapat tergali.
b. Lakukan komunikasi verbal dan nonverbal adalah saling mendukung satu sama
lain
Seperti pada anak-anak, perilaku non verbal sanna pentingnya pada orang
dewasa. Ekspresi wajah, gerakan tubuh dan nada suara. memberi tanda tentang
status emosional dari orang dewasa. Tetapi harus ditekankan bahwa orang
dewasa mempunyai kendala pada hal-hal ini.
c. Lakukan komunikasi yang sesuai dengan konteks pasien.
Orang dewasa yang dirawat di rumah sakit bisa merasa ttdak berdaya, tidak aman
dan tidak mampu ketika dikeiilingi oleh tokoh-tokoh yang berwenang. Status
kemandirian mereka telah berubah menjadi status dimana orang lain yang
memutuskan kapan mereka makan dan kapan mereka tidur. Ini merupakan
pegalaman yang mengancam dirinya, dirnana orang dewasa tidak berdaya dan
cemas, dan ini dapat terungkap dalam bentuk kemarahan dan agresi. Dengan
dilakukan komunikasi yang sesuai dengan konteks pasien sebagai orang dewasa

12
oleh para profesional, pasien dewasa akan mampu bergerak lebih jauh dari
imobilitas biopsikososialnya untuk mencapai penerimaan terhadap masalahnya.
d. Pahami bagaimana sikap dari orang dewasa.
Menurut Erikson 1985,pada orang dewasa terjadi tahap hidup intimasi VS
isolasi, dimana pada tahap ini orang dewasa mampu belajar membagi perasaan
cinta kasih,minat,masalah dengan orang lain. Orang dewasa sudah mempunyai
sikap-sikap tertentu,pengetahuan tertentu, bahkan tidak jarang sikap itu sudah
sangat lama menetap pada dirinya, sehingga tidak mudah untuk merubahnya.
Juga pengetahuan yang selama ini dianggapnya benar dan bermanfaat belum
tentu mudah digantikan dengan pengetahuan baru jika kebetulan tidak sejalan
dengan yang lama. Tegasnya orang dewasa bukan seperti gelas kosong yang
dapat diisikan sesuatu.
Oleh karena itu dikatakan bahwa kepada orang dewasa tidak dapat diajarkan
sesuatu untuk merubah tingkah lakunya dengan cepat. Orang dewasa belajar
kalau ia sendiri dengan belajar, terdorong akan tidak puas lagi dengan
perilakunya yang sekarang, maka menginginkan suatu perilaku lain dimasa
mendatang, lalu mengambil langkah untuk mencapai perilaku baru itu.
Dari segi psikologis, Orang dewasa dalam situasi komunikasi mempunyai sikap-
sikap tertentu yaitu :
1. Komunikasi adalah suatu pengetahuan yang diinginkan oleh orang dewasa
itu sendiri, maka orang dewasa tidak diajari tetapi dimotivasikan untuk
mencari pengetahuan yang lebih muktahir.
2. Komunikasi adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus,
manusia punya perasaan dan pikiran.
3. Komunikasi adalah hasil kerjasama antara manusia yang saling member dan
menerima,akan belajar banyak,karena pertukaran pengalaman, saling
mengungkapkan reaksi dan tanggapannya mengenai suatu masalah.

13
2.7 Model – Model Komunikasi dan Penerapannya Pada Klien Dewasa
1. Model Shanon & Weaver
Suatu model yang menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan
tingkat kecermatannya. Model ini melukiskan suatu sumber yang berupa sandi
atau menciptakan pesan dan menyampaikan melalui suatu saluran kepada
penerima. Dengan kata lain model shannon & weaver mengasumsikan bahwa
sumber informasi menghasilkan suatu pesan untuk dikomunikasikan dari
seperangkat pesan yang dimungkinkan. Pemancar (Transmitter) mengubah pesan
menjadi suatu signal yang sesuai dengan saluran yang digunakan.
Suatu konsep penting dalarn model ini adalah adanya gangguan (Noise)
yang dapat menganggu kecermatan pesan yang disampaikan. Model Shannon-
Weaver dapat diterapkan kepada konsep komunikasi interpersonal. Model ini
memberikan keuntungan bahwa sumber informasi jelas dan berkompeten, pesan
langsung kepada penerima tanpa perantara. Tetapi model ini juga mempunyai
keterbatasan yaitu tidak terlihatnya hubungan tansaksional diantara sumber pesan
dan penerima.
Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa : Bila komunikasi ini
diterapkan pada klien dewasa, klien akan lebih mudah untuk menerima
penjelasan yang disampaikan karena tanpa adanya perantara yang dapat
mengurangi kejelasan informasi. Tetapi tidak ada hubungan transaksional antara
klien dan perawat, juga tidak ada feedback untuk mengevaluasi tujuan
komunikasi.

2. Model Komunikasi Leary


Refleksi dari model komunikasi interaksi dari Leary ( 1950 ) ini
menggabungkan multidimensional yang ditekankan pada hubungan interaksional
antara 2 (dua) orang, dimana antara individu saling mempengaruhi dan
dipengaruhi .

14
Leary mengamati tingkah laku klien, dimana didapatkan tingkah laku
tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Dari gambaran model leary ; pesan
komunikasi dapat terjadi dalam 2 dimensi: 1) Dominan -Submission, dan 2) Hate
– love.
Model Leary dapat diterapkan di bidang kesehatan karena dalam bidang
kesehatan ada keseimbangan kekuatan antara professional dengan klien. Selama
beberapa tahun pasien akut ditempatkan pada peran submission dan profesi
kesehatan selalu mondominasi peran dan klien ditempatkan dalam keadaan yang
selalu patuh. Seharusnya dalam berkomunikasi ada keseimbangan asertif dalam
menerima dan memberi antara pasien dan profesional.
Penerapan Pada Klien Dewasa : Bila model konsep ini diterapkan pada
klien dewasa, peran dominan oleh perawat hanya mungkin dilakukan dalam
keadaan darurat/akut untuk menyelamatkan kehidupan klien, sehingga klien
harus patuh terhadap segala yang dilakukan perawat. Kita tidak dapat
menerapkan posisi dominan ini pada klien dewasa yang dalarn keadaan kronik
karena klien dewasa mempunyai komitmen yang kuat terhadap sikap dan
pengetahuan yang kuat dan sukar untuk dirubah dalam waktu yang singkat. Feran
Love yang berlebihan juga tidak boleh diterapkan terhadap klien dewasa, karena
dapat mengubah konsep hubungan profesional yang dilakukan lebih kearah
hubungan pribadi.
Model ini menekankan pentingnya "Relationship" dalam membantu klien
pada pelayanan kesehatan secara langsung. Komunikasi therapeutik adalah
ketrampilan untuk mengatasi stress yang menghambat psikologikal dan belajar
bagaimana berhubungan efektif dengan orang lain.
Pada komunikasi ini perlu diterapkan kondisi empati, congruen (sesuai
dengan situasi dan kondisi), dan penghargaan yang positif (positive regard).
Sedangkan hasil yang diharapkan dari klien melalui model kornunikasi ini adalah
adanya saling pengertian dan koping yang lebih efektif.

15
Bila diterapkan pada klien dewasa dikondisikan untuk lebih mengarah
pada kondisi dimana individu dewasa berada di dalam keadaan stress psikologis
.
3. Model lnteraksi King
Model King memberikan penekanan pada proses komunikasi antara
perawat - klien. King menggunakan sistem perspektif untuk menggambarkan
bagaimana profesional kesehatan (perawat) untuk memberi bantuan kepada klien.
Pada dasarnya model ini meyakinkan bahwa interaksi perawat - klien secara
simultan membuat keputusan tentang keadaan mereka dan tentang orang lain dan
berdasarkan persepsi mereka terhadap situasi.
Keputusan berperan penting yang merangsang terjadi reaksi. Interaksi
merupakan proses dinamis yang meliputi hubungan timbal balik antara persepsi,
keputusan dan tindakan perawat - klien. Transaksi adalah hubungan relationship
yang timbal balik antaraperawar-klien seiama berpartisipasi. Feedback dalam
model ini menunjukkan pentingnya arti hubungan perawat-klien.
Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa: Model ini sesuai untuk
klien dewasa karena mempertimbangkan faktor-faktor intrinsik dan ekstrinsik
klien dewasa yang pada akhirnya bertujuan untuk menjalin transaksi. Adanya
feedback menguntungkan untuk mengetahui sejauh mana informasi yang
disampaikan dapat diterima jelas oleh klien atau untuk mengetahui ada tidaknya
persepsi yang salah terhadap pesan yang disampaikan.

4. Model Komunikasi Kesehatan


Komunikasi ini difokuskan pada transaksi antara professional kesehatan -
klien. 3 (tiga) faktor utama dalam proses komunikasi kesehatan yaitu : 1)
Relationship, 2) Transaksi, dar 3) Konteks
Hubungan Relationship dikondisikan untuk hubungan interpersonal,
bagaimana seorang profesional dapat meyakinkan orang tersebut. Profesional
kesehatan adalah seorang yang memiliki latar belakang pendidikan kesehatan,

16
training dan pengalaman dibidang kesehatan. Klien adalah individu yang
diberikan pelayanan. orang lain (significant order) penting untuk mendukung
terjadinya interaksi khususnya mendukung klien untuk mempertahankan
kesehatan.
Transaksi merupakan kesepakatan interaksi antar partisipan di dalarn
proses komunikasi tersebut.
Konteks yaitu kornunikasi kesehatan yang memiliki topik utama tentang
kesehatan klien dan biasanya disesuaikan dengan tempat dan situasi.
Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa : Model komunikasi ini
juga dapat diterapkan pada klien dewasa ,karena profesional kesehatan (perawat)
memperhatikan karakteristik dari klien yang akan mempengaruhi interaksinya
dengan orang lain. Transaksi yang dilakukan terjadi secara berkesinambungan,
tidak statis dan umpan balik. Komunikasi ini juga melibatkan orang lain yang
berpengaruh terhadap kesehatan klien. Konteks komunikasi disesuaikan dengan
tujuan, jenis pelayanan yang diberikan.
Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa memerlukan suatu aturan
tertentu seperti; sopan santun, bahasa tertentu, melihat tingkat pendidikan, usia,
faktor budaya, nilai yang dianut, faktor psikologi, sehingga perawat harus
memperhatikan hal-hal tersebut agar ttdak terjadi kesalahpahaman. Pada
komunikasi orang dewasa diupayakan agar perawat menerima pasien
sebagaimana manusia seutuhnya dan perawat harus dapat menerima setiap orang
berbeda satu dengan yang lain.
Berdasarkan pada hal tersebut diatas, model konsep komunikasi yang
tepat dan dapat diterapkan pada klien dewasa adalah model komunikasi interaksi
King dan model komunikasi kesehatan. Karena pada kedua model komunikasi ini
menunjukkan hubungan relationship yang rnemperhatikan karakteristik dari klien
dan melibatkan pengirim dan penerirna, serta adanya umpan balik untuk
mengevaluasi tujuan komunikasi.

17
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah
laku manusia ke arah yang lebih baik sehingga perawat perlu untuk menguasai
tehnik dan model konsep komunitasi yang tepat untuk setiap karakteristik klien.
Orang dewasa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
menetap dalam dirinya yang sukar untuk dirubah dalam waktu singkat sehingga
perlu model komunikasi yang tepat agar tujuan dapat tercapai.
Model Konsep Komunikasi yang sesuai untuk klien dewasa adalah model
interaksi King dan model komunikasi kesehatan yang menekankan hubungan
relationship yang saling memberi dan menerima serta adanya feedback untuk
mengevaluasi apakah informasi yang disampaikan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah suatu hubungan atau kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebagai saling tukar
menukar pendapat serta dapat diartikan hubungan kontra antara manusia
baik individu maupun kelompok. Sedangkan komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu
penyembuhan atau pemulihan klien. Dengan memiliki keterampilan
berkomunikasi terapeutik pada orang dewasa perawat akan lebih mudah
menjalin hubungan saling percaya dengan klien, sehingga akan lebih efektif
mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah diterapkan, memberikan
kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan
profesi. 
Disamping itu, salah satu tujuan komunikasi terapeutik dewasa
adalah membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan
atau pikirannya serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi
yang ada bila pasien percaya pada hal-hal yang diperlukan. penerapan
komunikasi pada dewasa. 

3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan khususnya perawat, ketika berkomunikasi
pada pasien dewasa hendaknya perawat memiliki sikap atetif
(memperdulikan, sabar, mendengarkan dan memperhatikan tanda-tanda non
verbal, mempertahankan kontak mata)

19
Selain itu perawat juga harus bersikap merespon, serta memberi
dukungan dan dapat menimbulkan sikap saling percaya. Sehingga
memudahkan bagi perawat untuk melakukan asuhan keperawatan kepada
pasien dewasa dengan mengetahui permasalahannya dengan jelas.
Kepada instansi keperawatan hendaknya dapat membimbing dan
memfasilitasi mahasiswanya agar menjadi perawat yang profesional dalam
berkomunikasi guna memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dewasa. 

20

Anda mungkin juga menyukai