Anda di halaman 1dari 12

Budaya Akademik yang Baik

Menurut Ajaran Islam

Disusun Oleh :
Ria Yuniati
Regiyani
Renny Arisma Pertiwi
Rosnani Dewi
Pengertian kebudayaan
Jika menelaah mengenai definisi kebudayaan, tentu akan
mendapatkan begitu banyak dan komplek tentang pengertian
kebudayaan, namun demikian dapat dikelompokkan sekurang-
kurangnya ke dalam lima kelompok pendekatan :
O Pendekatan deskriptif dengan cara memerincikan kebudayaan.
Kelompok ini, antara lain Taylor, mengatakan bahwa kebudayaan
adalah keseluruhan kompleks yang meliputi ilmu pengetahuan,
kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat dan berbagai
kemampuan serta kebiasaan yang diterima manusia sebagai
anggota masyarakat (Kroiber & Kluchon, l952:43). 
O Pendekatan historis dengan menekankan pada aspek penyesuaian
diri dan proses belajar. Kebudayaan adalah semua proses
kelangsungan dan belajar suatu masyarakat (Kroiber & Kluckhon,
l952: 47). 
O Pendekatan normatif dengan menekankan pada aspek peraturan, cara
hidup, ide atau nilai-nilai dan perilaku. Kebudayaan adalah suatu
pandangan hidup dari sekumpulan ide dan kebiasaan-kebiasan yang
dipelajari, dimiliki kemudian diwariskan dari generasi ke generasi.
(Kroiber & Kluckhon,l952:50).  
O Pendekatan historis dengan cara menekankan pada warisan sosial
dan tradisi. Kebudayaan adalah total dan warisan sosial yang
diterima sabagai sesuatu yang bermakna, yang dipengaruhi oleh
watak dan sejarah hidup suatu bangsa (Kroiber & Kluckhon,
l954:47).
O Pendekatan struktural dengan menekankan pola dan organisasi
kebudayaan. Kebudayaan adalah pekerjaan dan kesatuan aktifitas
sadar manusia dalam membentuk pola umum dan melangsungkan
penemuan-penemuan, baik yang material maupun non material
(ibid :6)
Pandangan islam tentang kebudayaan
Kata kebudayaan sebagai padanan culture dalam
bahasa Inggris tidak akan pernah ditemukan dalam
bahasa Arab. Padanan kebudayaan dalam bahasa Arab
adalah as-Saqafah atau al-hadarah (Al-Munawwir,
1984:295). Kedua kata ini tidak ditemukan dalam Al-
Qur’an. Al-Qur’an lebih mementingkan amal dari pada
gagasan (Iqbal, 1981:v), atau terminal terakhir agama
adalah amal - yaitu kesatuan antara gagasan dan
perbuatan (Wach, 1966:27) - dalam pengertian demikian
amal identik dengan kebudayaan dalam arti proses.
Pendek kata, berawal dari gagasan hingga berakhirnya
yaitu perbuatan.
Pengertian budaya akademik

Budaya Akademik (Academic Culture) dapat dipahami sebagai suatu


totalitas dari kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan
diamalkan oleh warga masyarakat akademik, di lembaga pendidikan tinggi
dan lembaga penelitian.
Budaya akademik sebenarnya adalah budaya universal, yaitu budaya
yang  dimiliki oleh setiap orang yang melibatkan dirinya dalam aktivitas
akademik. Derajat akademik tertinggi bagi seorang dosen adalah
dicapainya kemampuan akademik pada tingkat guru besar (professor).
Sedangkan bagi mahasiswa adalah apabila ia mampu mencapai
prestasi akademik yang setinggi-tingginya. Khusus bagi mahasiswa,
faktor-faktor yang dapat menghasilkan prestasi akademik tersebut
ialah terprogramnya kegiatan belajar, kiat untuk berburu referensi
aktual dan mutakhir, diskusi substansial akademik, dan sebagainya.
Budaya akademik dalam pandangan islam

Budaya akademik dalam pandangan Islam adalah suatu tradisi


atau kebiasaan yang berkembang dalam dunia Islam menyangkut
persoalan keilmuan. Atau dalam bahasa yang lebih sederhana adalah
tradisi ilmiah yang dikembangkan Islam. Di antara poin-poin
pentingnya adalah pertama tentang penghargaan Al-quran terhadap
orang-orang yang berilmu, di antaranya adalah:
O Wahyu Al-quran yang turun pada masa awal mendorong manusia
untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
O Tugas Manusia sebagai khalifah Allah di Bumi akan sukses kalau
memiliki ilmu pengetahuan.
O Muslim yang baik tidak pernah berhenti untuk menambah ilmu.
O Orang yang berilmu akan dimuliakan oleh Allah SWT.
Di samping memberikan apresiasi terhadap orang yang berilmu,
poin penting lain yang dijelaskan Al-quran adalah bahwa:

O Iman seorang muslim tidak akan kokoh kalau tidak ditopang


dengan ilmu, demikian juga dengan amal shalih.
O Tugas kekhalifahan manusia tidak akan dapat sukses kalau tidak
dilandasi dengan ilmu.
O Karakter seorang muslim yang berbudaya akademik adalah orang
yang selalu mengingat Allah yang disertai dengan ikhtiar untuk
selalu menggunakan akalnya untuk memikirkan ciptaan Allah
SWT. Serta selalu berusaha menambah ilmu dengan membuka
diri terhadap setiap informasi yang baik dan kemudian memilih
yang terbaik untuk dijadikan pegangan dan diikutinya.
Ciri-ciri perkembangan akademik

O penghargaan terhadap O penulisan artikel,


pendapat orang lain secara makalah, buku;
obyektif; O diskusi ilmiah;
O pemikiran rasional dan kritis-
O proses belajar-mengajar,
analitis dengan
tanggungjawab moral; dan
O kebiasaan membaca; O manajemen perguruan
O penambahan ilmu dan tinggi yang baik
wawasan;
O kebiasaan meneliti dan
mengabdi kepada
masyarakat;
Pembentukan Kebudayaan
O Etos Kerja

Telah disebutkan terdahulu hakikat manusia terletak pada


eksistensinya. “Eksistensinya” berarti berpikir untuk mencipta yang
menghasilkan produk atau ciptaan. Dengan kata lain hakikat
manusia adalah kerja. Konsekuensi logisnya adalah berhenti
bekerja, hilang hakikatnya sebagai manusia.
Telah disebutkan pula bahwa Islam lebih mementingkan amal
dari pada gagasan atau terminal terakhir adalah amal. Amal identik
dengan kerja dan sekali lagi hakikat manusia adalah kerja.
Kemudian, di dalam kerja keras mencari kebahagiaan baik dunia
maupun akhirat itu ada kode etiknya, yaitu tidak boleh berbuat
kerusakan, kerusakan apapun (diri sendiri, hubungannya dengan
orang lain, terhadap tetumbuhan, binatang, maupun alam semesta).
O Sikap Terbuka

Inti sikap terbuka adalah jujur, dan ini merupakan ajaran


akhlak yang penting di dalam Islam. Lawan dari jujur adalah tidak
jujur. Bentuk-bentuk tidak jujur antara lain adalah korupsi, kolusi,
dan nepotisme (KKN). Sebagai bangsa, kita amat prihatin, di satu
sisi, kita (bangsa Indonesia) merupakan pemeluk Islam terbesar di
dunia, dan di sisi lain sebagai bangsa amat korup. Dengan
demikian terjadi fenomena antiklimak. Mestinya yang haq itu
menghancurkan yang bathil, justru dalam tataran praktis seolah-
olah yang haq bercampur dengan yang bathil. Tampilan praktisnya,
shalat ya, korupsi ya. Ini adalah cara beragama yang salah.
O Bersikap Adil
Secara leksikal adil dapat diaritikan tidak berat sebelah, tidak memihak,
berpegang kepada kebenaran, sepatutnya, dan tidak sewenang-wenang (Kamus
Besar, l990 :6-7) Dari masing-masing arti dapat dicontohkan sebagai berikut:
(1) Cinta kasih seorang ibu terhadap putra-putrinya tidak berat sebelah.
(2) Dalam memutuskan perkara, seorang hakim tidak memihak kepada
salah satu yang bersengketa.
(3) Di dalam menjalankan tugasnya sebagai hakim, Hamid selalu
berpegang kepada kebenaran.
(4) Sudah sepatutnya jika akhlaqul-karimah guru diteladani oleh murid.
(5) Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tidak berbuat sewenang
wenang terhadap yang dipimpin. Dari masing-masing contoh ini dapat
disimpulkan bahwa sikap adil amat positif secara moral.
Thanks for
Your
Attention

Any
Question ?

Anda mungkin juga menyukai