Anda di halaman 1dari 4

Amirah Kurnia Syahran

D011191021
Teknik Sipil A

Kebudayaan islam

Pengertian Kebudayaan Islam. Secara umum kebudayaan adalah istilah yang


menunjukkan segala hasil karya manusia yang berkaitan erat dengan pengungkapan
bentuk. Kebudayaan itu adalah keseluruhan yang amat kompleks meliputi ilmu
pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat dan berbagai kemampuan
serta kebiasaan yang diterima manusia sebagai anggota masyarakat (Pendekatan
Deskriptif).

Pork dan Burgess menyatakan bahwa kebudayaan suatu masyarakat adalah


sejumlah totalitas dan organisasi serta warisan sosial yang diterima sebagai sesuatu
yang bermakna yang dipengaruhi oleh watak dan sejarah hidup suatu bangsa
(Pendekatan Histories). Kebudyaan suatu masyarakat adalah suatu pandangan hidup
dari sekumpulan ide-ide dan kebiasaan kebiasaan yang mereka pelajari (Pendekatan
Normatif).

Kebudyaan terdiri dari semua kelangsungan proses suatu masyarakat


(Pendekatan Psikologi). Turney menyatakan bahwa kebudayaan adalah pekerjaan dan
kesatuan aktivitas sadar manusia yang berfungsi membentuk pola umum dan
melangsungkan penemuan-penemuan baik yang material maupun non material
(Pendekatan Struktural). Bidney menyatakan bahwa kebudyaan dapat dipahami
sebagai proses dinamis dari produk dari pengolahan diri manusia dan lingkungannya
untuk pencapaian akhir individu dan masyarakat (Pendekatan Genetik).

Kebudyaaan merupakan wadah, dimana hakekat manusia memperkembangkan


diri. Antara hakikat manusia dengan pengembangan diri (kebudayaan) tersebut terjalin
hubungan, korelasi yang tidak dapat dipisahkan. Dalam perkembangannya, kebudayaan
sering dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti tempat, waktu, dan kondisi masyarakat,
sehingga lahir suatu bentuk khusus, seperti kebudayaan Islam, kebudayaan Timur dan
kebudayaan Barat.

Dalam ajaran Islam, aktivitas kehidupan manusia dalam bentuk olah akal budi
nuraninya harus dibimbing oleh wahyu. Akal budi nurani manusia memiliki
keterbatasan dan dipengaruhi oleh pengalaman, baik pengalaman pribadi maupun
masyarakat. Alquran memandang kebudayaan itu merupakan suatu proses dan
meletakkan kebudayaan sebagai eksistensi hidup manusia.

Karena itu secara umum kebudayaan dapat dipahami sebagai hasil olah akal
budi, cipta, rasa, karsa dan karya manusia. Kebudayaan Islam adalah hasil olah akal
budi , cipta rasa, karsa dan karya manusia yang berdasarkan nilai-nilai Tauhid.

Menurut M. Natsir, ada enam sumber kekuatan ajaran Islam. Untuk mencapai
suatu kebudayaan bersifat lokal menjadi suatu peradaban manusia yang universal,
yaitu :

1. Menghormati akal

2. Kewajiban menuntut ilmu

3. Larangan taklid

4. Mengambil inisiatif

5. Menggunakan hal-hak keduniaan.

6. Aktualisasi nilai-nilai Islam ke dalam kehidupan nyata kaum muslimin.

Perkembangan Kebudayaan Islam. Pada masa awal perkembangan Islam,


sistem pendidikan dan pemikiran yang sistematis belum terselenggara karena ajaran
Islam tidak diturunkan sekaligus. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan teknologi modern
memasuki dunia Islam, terutama sesudah pembukaan abad ke-19, yang dalam sejarah
Islam dipandang sebagai permulaan periode Modern, kontak dengan dunia Barat
selanjutnya membawa ide-ide baru ke dunia Islam seperti rasionalisme, nasionalisme,
demokrasi, dan sebagainya.

Dunia Islam timbul pikiran dan gerakan untuk menyesuaikan paham-paham


keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern itu. Dilihat dari segi perkembangannya, sejarah
Intelektual Islam dapat dikelompokkan ke dalam tiga masa yaitu masa klasik (650-1250
M), masa pertengahan (1250-1800M), dan masa Modern (1800-sampai sekarang).

Pada masa klasik lahir para ulama madzhab seperti Imam Hambali , Imam
Hanafi, Imam Syafi’I dan Imam Malik. Sejalan dengan itu lahir pula para filosuf
muslim seperti AlKindi (801M) Filosuf pertama Muslim. Pada abad berikutnya lahir
pula filosuf agung Ibnu Miskawaih(930M) Pemikirannya yang terkenal tentang
pendidikan akhlak. Ibnu Sina (1037M), Ibnu Bajjah (1138M) Ibnu Tufail (1147M) dan
Ibnu Rusyd (1126M).

Pada masa pertengahan yaitu tahun 1250-1800M. Dalam catatan sejarah


pemikiran Islam masa ini merupakan fase kemunduran karena filsafat mulai dijauhkan
dari umat Islam sehingga ada kecenderungan akal dipertentangkan dengan wahyu, iman
dengan ilmu dan dunia dengan akhirat. Pemikiran yang berkembang saat itu adalah
pemikiran dikotomis antara agama dengan ilmu dan urusan dunia dengan akhirat.

Usaha-usaha pembaruan atau modernisasi dalam dunia Islam, sebelumnya


telah dimulai dari sebelum zaman yang disebut modern ini. Usaha-usaha itu terutama
dijalankan oleh kerajaan Utsmani. Di Arabia, pembaharuan dipimpin oleh Muhammad
Abd Wahhab (1703-1787). Pemikiran yang dicetuskan bukan sebagai reaksi terhadap
suasana politik yang terdapat di kerajaan Utsmani, tetapi sebagai rweaksi terhadap
faham tauhid yang telah dirusak oleh ajaran-ajaran tarekat yang tersebar luas di dunia
Islam sejak abad ke – 13.

Mendorong lahirnya pemikiran-pemikiran intelektual Muslim :

1. Berorientasi pada pengabdian dan kebenaran Ilahi ( Adz Dzariyat :56)


2. Berpikir Kritis dan inovatif, berpikir kritis adalah berpikir secara objeltif dan
analitis, sedangkan berpikir inovatif adalah berpikir ke depan untuk menemukan
pemikiran-pemikiran baru.
3. Bekerja keras. Manusia adalah makhluk terbaik yang dianugrahi potensi besar
dalam bentuk akal budi, dan seluruh aktivitas kehidupan manusia di nilai oleh
Allah. Anugra tersebut harus difungsikan secara optimal.
4. Bersikap terbuka. Sikap terbuka berarti mau menerima masukan dan kebenaran
yang datang dari orang lain, siapapun dia, dan apapun posisinya.
5. Jujur. Dalam kehidupan intelektual, kejujuran mutlak diperlukan, baik dalam
bentuk pengakuan terhadap kebenaran pemikiran orang lain. Kejujuran akan
membimbing manusia dalam proses penemuan kebenaran dan mengemukakan
kebenaran secara objektif.
6. Adil. Adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Adil menunjukkan
sikap yang proporsional dalam mengambil keputusan dalam berbagai persoalan
yang berkait dengan banyak pihak yang berkepentingan
7. Tanggung jawab. Tanggung jawab berarti kesediaan menanggung segala resiko
atau konsekwensi dari setiap peruatan yang dilakukan. Setiap perbuatan
memiliki konsekuensi baik atau buruk. Hal itu bergantung pada substansi
perbuatannya.
8. Ikhlas. Ikhlas berarti murni, bersih dari segala unsur yang mengotori atau
mencemari nilai niat seseorang untuk berbuat sebagai wujud pengabdian dalam
ketaatan pada Allah. Oleh karena itu, ikhlas dalam niat selalu dikaitkan dengan
pengabdian kepada Allah, seperti firman Allah dalam (QS. Al Bayyinah :5).

Masjid Sebagai Pusat Kebudayaan Islam. Masjid pada umumnya dipahami


oleh masayarakat sebagai tempat ibadah khusus (shalat), padahal masjid berfungsi lebih
luas . Sejak awal berdirinya masjid di zaman nabi berfungsi sebagai pusat peradaban.
Masjid al Azhar di Mesir merupakan salah satu contoh, masjid ini mampu memberikan
beasiswa bagi pelajar dan mahasiswa, bahkan pengentasan kemiskinan merupakan
program nyata masjid.

Fungsi dan peranan masjid dari waktu ke waktu terus meluas. Seiring dengan
laju pertumbuhan umat Islam baik secara kuantitatif maupun secra kualitatif dan
peningkatan jumlah intelektual muslim yang sadar dan peduli terhadap peningkatan
kualitas umat Islam. Kondisi inilah yang mendorong terjadinya perluasan fungsi masjid.

Anda mungkin juga menyukai