1|Page
KEBUDAYAAN ISLAM
1. Pengertian Kebudayaan
2|Page
mengolah alam dunia ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan
manusia. Dengan demikian, Islam telah berperan sebagai pendorong manusia
untuk “ berbudaya “. Dan dalam satu waktu Islamlah yang meletakkan kaidah,
norma dan pedoman. Sampai disini, mungkin bisa dikatakan bahwa
kebudayaan itu sendiri, berasal dari agama.
Diskusi sains dan Islam ada baiknya dimulai dari satu peristiwa
monumental yang menandai lahirnya sains modern, yakni Revolusi Ilmiah
pada abad ke 17 di Eropa Barat yang menjadi “cikal bakal” munculnya sains
moderns sebagai sistem pengetahuan “universal.” Dalam historiografi sains,
salah satu pertanyaan besar yang selalu menjadi daya tarik adalah: Mengapa
Revolusi Ilmiah tersebut tidak terjadi di peradaban Islam yang mengalami
3|Page
masa kejayaan berabad-abad sebelum bangsa Eropa membangun sistem
pengetahuan mereka?
Sekarang mari kita menengok ke sejarah yang lebih awal tentang
peradaban Islam dan sistem pengetahuan yang dibangunnya. Catatan A.I. Sabra
dapat kita jadikan salah satu pegangan untuk melihat kontribusi peradaban
Islam dalam sains. Dalam pengamatannya, peradaban Islam memang
mengimpor tradisi intelektual dari peradaban Yunani Klasik. Tetapi proses ini
tidak dilakukan begitu saja secara pasif, melainkan dilakukan melalui proses
appropriation atau penyesuaian dengan nilai-nilai Islam. Dengan demikian
peradaban Islam mampu mengambil, mengolah, dan memproduksi suatu sistem
pengetahuan yang baru, unik, dan terpadu yang tidak tidak pernah ada
sebelumnya. Ada dua hal yang dicatat Sabra sebagai kontribusi signifikan
peradaban Islam dalam sains. Pertama adalah dalam tingkat pemikiran ilmiah
yang diilhami oleh kebutuhan dalam sistem kepercayaan Islam. Penentuan arah
kiblat secara akurat adalah salah satu hasil dari konjungsi ini. Kedua dalam
tingkat institusionalisasi sains. Sabra merujuk pada empat institusi penting bagi
perkembamgan sains yang pertama kali muncul dalam peradaban Islam, yaitu
rumah sakit, perpustakaan umum, sekolah tinggi, dan observatorium astronomi.
Semua kemajuan yang dicapai ini dimungkinkan oleh dukungan dari penguasa
pada waktu itu dalam bentuk pendanaan dan penghargaan terhadap tradisi
ilmiah.
Lalu mengapa sains dalam peradaban Islam tidak berhasil
mempertahankan kontinyuitasnya, gagal mencapai titik Revolusi Ilmiah, dan
justru mengalami penurunan? Salah satu tesis yang menarik datang dari Aydin
Sadili. Seperti dijelaskan di atas bahwa keunikan sains dalam Islam adalah
masuknya unsur agama dalam sistem pengetahuan. Tetapi, menurut Sadili,
disini jugalah penyebab kegagalan peradaban Islam mencapai Revolusi Ilmiah.
Dalam asumsi Sadili, tradisi intelektual Yunani Klasik yang diwarisi oleh
peradaban Islam baru dapat menghasilkan kemajuan ilmiah jika terjadi proses
rekonsiliasi dengan kekuatan agama. Rekonsiliasi antara sains dan agama
tersebut terjadi di peradaban Eropa, tetapi tidak terjadi di peradaban Islam.
4|Page
4. Masjid Sebagai Pusat Peradaban
5|Page
maupun kontekstual. Maka dengan sendirinya hampir menjadi kemutlakkan
bila masjid memiliki perpustakaan sendiri.
6|Page
dan berkembang menjadi suatu peradaban yaitu peradaban Islam. Nabi
Muhammad saw pada waktu berdakwah, keluar dari jazirah Arab dan
seterusnya menyebar ke seluruh penjuru dunia, maka terjadilah proses asimilasi
berbagai macam kebudayaan dengan nilai-nilai Islam kemudian menghasilkan
kebudayaan Islam yang pada akhirnya akan berkembang menjadi suatu
kebudayaan yang diyakini kebenarannya secara universal.
Islam sebagai suatu agama, secara sungguh-sungguh mendorong
manusia untuk berusaha melalui pribadi dan kelompoknya, agar dapat
menciptakan suatu keadaan yang lebih baik, sehingga menjadi suatu kekuatan
di dunia (Picktchall, 1993: 7). Masyarakat merupakan ajang kebudayaan.
Kebudayaan ada dan terwujud karena adanya hubungan antara manusia yang
satu dengan lainnya, dalam hubungan tersebut timbullah cita-cita, perilaku, dan
hasil karya, kesemuanya ini mewujudkan kebudayaan. Tingkah laku perbuatan
dan hasil karya disebut amal. Takwa yang mempunyai sifat pasif menjadi aktif
dalam bentuk amal. Kebudayaan timbul karena kesatuan sosial. Kesatuan
sosial terwujud dari hubungan antara manusia dengan manusia, hal ini
merupakan kesinambungan adanya hubungan tersebut yang melahirkan adanya
hubungan antara manusia dengan Tuhan.
Hubungan antara manusia dengan Tuhan menimbulkan sistem agama
yang disebut dengan sistem ibadat, hubungan manusia dengan diri sendiri
menimbulkan sistem antropologi yang disebut dengan sistem takwa, hubungan
manusia dengan manusia lain dan alam semesta menimbulkan sistem
kebudayaan disebut dengan sistem mu’amalat, kemudian menjadi wadah
kebudayaan yaitu kebudayaan Islam (Gazalba, 1976: 73).
Islam bukan saja agama, namun Islam juga kebudayaan, maka Islam
adalah segala sesuatu yang melingkupi semua kehidupan umat manusia;
dengan demikian Islam dapat dikategorikan sebagai way of life atau cara
(sikap) hidup. Dengan kata lain Islam adalah kesatuan kehidupan orang-orang
Islam (Gazalba, 1976: 106-107). Pusat kehidupan orang-orang Islam adalah
masjid, maka masjid merupakan pusat ibadat dan kebudayaan Islam pada
khususnya serta pusat kehidupan Islam pada umumnya.
7|Page
6. Kesimpulan
8|Page