Setelah periode itu, peradaban islam terus berlanjut dan kekuasaan islam
mengalami banyak pergantian pucuk kepempimpinan. Peradaban islam terus berjalan
hingga akhirnya islam sampai kepada masa kita saat ini.
Sejarah Peradaban Islam adalah perjalanan yang sangat berliku dan tidak lepas
dari kondisi sosial politik yang terjadi pada tiap-tiap periode. Islam mengelami pasang
surut dalam perjalanannya. Islam pernah mengalami masa kejayaan dan masa
kekemasan, tetapi Islam juga pernah mengalami kemerosotan yang tajam di masa yang
silam.
Dan sejarah peradaban Islam ada untuk mengingatkan kita dan juga sebagai
pembelajaran bagi kita bahwa Islam pernah berkuasa di dunia, dan agar menjadi pelecut
semangan bagi kita untuk menggapai masa kejayaan tersebut dengan usaha kita.
B. DISKURSUS KEBUDAYAAN DAN PERADABAN
A. Pengertian Peradaban
Kata Peradaban seringkali diberi arti yang sama dengan kebudayaan. Tetapi
dalam B. Inggris terdapat perbedaan pengertian antara kedua istilah tersebut. Istilah
Civilization untuk peradaban dan Culture untuk kebudayaan. Demikian pula dalam B.
Arab dibedakan antara kata Tsaqafah (kebudayaan), kata Hadharah (kemajuan), dan
Tamaddun (peradaban)
Menurut A.A. Fyzee,
peradaban
(civilization)
dapat
diartikan
dalam
hubungannya dengan kewarganegaraan karena berasal dari kata civies (Latin) atau civil
(Inggris) yang berarti seorang warganegara yang berkemajuan. Dalam hal ini peradaban
diartikan dalam dua cara:
(1) proses menjadi berkeadaban, dan
(2) suatu masyarakat manusia yang sudah berkembang atau maju.
Suatu peradaban ditunjukkan dalam gejala-gejala lahir, mis. Memiliki kota-kota
besar, masyarakat telah memiliki keahlian di dalam industri (pertanian, pertambangan,
pembangunan, pengangkutan dsb), memiliki tertib politik dan kekuasaan, dan terdidik
dalam kesenian yang indah-indah.
Maka dari itu, pembangunan kembali peradaban Islam harus dimulai dari pembangunan
ilmu pengetahuan Islam. Orang mungkin memprioritaskan pembangunan ekonomi dari
pada ilmu, dan hal itu tidak sepenuhnya salah, sebab ekonomi akan berperan
meningkatkan taraf kehidupan. Namun, sejatinya faktor materi dan ekonomi
menentukan setting kehidupan manusia, sedangkan yang mengarahkan seseorang untuk
memberi respon seseorang terhadap situasi yang sedang dihadapinya adalah faktor ilmu
pengetahuan. Dari sini, kita melihat peran vital pendidikan sebagai jalan kebangkitan
peradaban Islam.
Menurut satu versi, peradaban adalah kebudayaan yang sudah berkembang dan maju.
Disisi lain, Effat Sharqawi menjelaskan bahwa kebudayaan adalah bentuk ungkapan
tentang semangat mendalam suatu masyarakat.1
C. HUBUNGAN AL-QURAN DAN HADITS DENGAN PERADABAN
Dalam keyakinan ummat islam bahwa Al-Quran adalah firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W. yang membacanya bernilai ibadah.
Disamping Al-Quran, Hadits adalah sabda (perkataan, Qawl), perbuatan (Fili),
ketetapan ( taqri), dan sifat yang disandarkan kepada Nabi Muhammad S.A.W.
Dalam proses sejarah, ulama dalam berbagai generasi berusaha menangkapkan
maksud Allah yang terdapat dalam kitab-Nya. Oleh karena itu, ulama menentukan
berbagai cara dalam memahami maksud-maksud Allah. Karena banyaknya cara yang
digunakan oleh ulama dalam emahami Al-Quran, ulama kemudian dikelompokkan
kedalam berbagai aliran sesuai dengan kecenderungan. Dalam memahami Al-Quran,
sebagian ulama cenderung pada pendekatan kualitas keutamaan struktural.
Prosedur penafsiran Al-Quran merupakan produk pemikiran ulama dalam
rangka memahami kandungan makna Al-Quran. Oleh keran itu, ia dapat disebut sebagai
kebudayaan karena produk pemikiran ulama (manusia). Disamping itu, ia pun dapat
disebut sebagai peradaban karena prosedur tersebut termasuk maju (terutama dari segi
semangat memahami dan menjalankan kitab suci) dan dilakukan oleh ulama pada
jamannya. Akan tetapi, sebagian umat islam tidak sreg (keberatan) apabila ilmu quran
(ulum quran) disebut sebagai kebudayaan atau peradaban.
Menurut Nuchcolis Madjid, agama dan budaya adalah dua bidang yang dapat
dibedakan tapi tidak dapat dipisahkan. Agama bernilai mutlak, tidak berubah menurut
perubahan waktu dan tempat. Tetapi budaya, sekalipun berdasarkan agama, dapat
berubah dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Sementara kebanyakan budaya
berdasarkan agama, namun tidak pernah terjadi sebaliknya, agama berdasarkan budaya.
Oleh karena itu, agam adalh primer, dan budaya adalah sekunder. Budaya dapat berupa
ekspresi hidup keagamaan.2
Dalam pandangan Harun Nasution, agama pada hakikatnya mengandung dua
kelompak ajaran. Pertama, ajaran dasar yang diwahyukan Tuhan melalui para RasulNya kepada masyarakat manusia. Ajaran dasar yang demikian terdapat dalam kitabkitab suci. Ajaran ajaran yang terdapat dalam kitab- kitab suci itu, memerlukan
pennjelasan tentang arti dan cara pelaksanaannya. Penjelasan-penjelasan ini diberikan
oleh [emuka-pemuka atau ahli-ahli agama. Penjelasan-penjelasan mereka terhadap
ajaran dasar agam adalah kelompok kedua dari ajaran agama. Kelompok pertama,
karena merupakan wahyu,dari Tuhan, bersifat absolut, mutlak benar, kekal, tidak
berubah dan tidak bisa diubah. Kelompok kedua, karena merupakan penjelasan dan
dengan demikkian hasil pemikiran pemuka atau ahli agama, pada hakikatnya tidaklah
absolut tidak mutlak benar, dan tidak kekal. Kelompok kedua ini bersifat relatif, nisbi,
berubah, dan dapat diubah sesuai dengan perkembangan zaman.3
D. METODOLOGI PENULISAN SEJARAH
I. Jenis - jenis penulisan sejarah
1.Sejarah Lisan
Merupakan upaya mengetahui kejadian masa lalu yang dilakukan dengan teknik wawan
cara pada tokoh atau pelaku sejarah yang berkaitan dengan kejadian atau
tema
tertentu. Sejarah lisan dengan demikian memiliki dua fungsi, pertama ia sebagai
metode ( cara penulisan sejarah) dan kedua sebagai sumber sejarah.
2.Sejarah Sosial
Merupakan penulisan sejarah yang berkaitan dengan tema - tema sosial seperti kemis
kinan, perbanditan, kekerasan, kriminalitas, pelacuran, perlawanan terhadap kolonial,
pertumbuhan penduduk, migrasi, urbanisasi dan sebagainya.
3.Sejarah Kota
Sebagaimana sejarah sosial, permasalahan yang menjadi bidang kajian sejarah kota juga
sangat luas. Diantara bidang kajian yang termasuk dalam sejarah kota antara lain,
perkembangan ekologi (lingkungan) kota; transformasi atau perubahan sosial ekonomi
masyarakat kota (termasuk di dalamnya adalah industrialisasi dan urbanisasi); sistem
sosial dalam masyarakat kota; problem-problem sosial seperti masalah kepadatan dan
heterogenitas; dan mobilitas sosial masyarakat perkotaan. Sejarawan banyak yang
memasukkan sejarah kota juga dalam sejarah sosial atau sejarah lokal.
4.Sejarah Pedesaan
Sejarah pedesaan adalah sejarah yang secara khusus meneliti tentang desa atau
pedesaan, masyarakat petani, dan ekonomi petanian.
5.Sejarah Ekonomi
Sejarah ekonomi merupakan salah satu unit penulisan sejarah yang mempelajari
berbagai faktor yang menentukan jalannya perkembangan perekonomian (produksi,
distribusi dan konsumsi) suatu masyarakat.
6.Sejarah Kebudayaan
Merupakan kajian historis yang membahas tentang pola-pola kehidupan (morfologi
budaya) dan kesenian.
7.Sejarah Lokal
Beberapa tema yang merupakan objek penulisan sejarah lokal adalah dinamika
masyarakat pedesaan, interaksi antar suku bangsa dalam masyarakat majemuk, revolusi
nasional di tingkat lokal, dan biografi tokoh-tokoh lokal.
8.Sejarah Wanita
Bidang kajian dari sejarah wanita ini antara lain meliputi: tentang peranan wanita dalam
berbagai sektor sosial-ekonomi, biografi tokoh wanita, gerakan-gerakan wanita, sejarah
keluarga dimana peran wanita disini sangat dominan, tentang budaya wanita, dan tema
tentang kelompok-kelompok wanita. Sebagai spesialisasi dalam kajian sejarah, sejarah
wanita dapat dimasukkan dalam sejarah sosial.
9.Sejarah Agama
Kajian dalam sejarah agama antara lain meliputi, sejarah awal lahirnya agama-agama
dunia, aliran-aliran keagamaan pada agama-agama tertentu, gerakan-gerakan
keagamaan, pemberontakan ulama dan lain sebaginya.
10.Sejarah Politik
Sejarah politik merupakan sejarah yang mengkaji tentang masalah-masalah
pemerintahan, kenegaraan (termasuk partai-partai politik) dan power (kekuasaan).
11.Sejarah Pemikiran
Sejarah pemikiran dapat didefinisikan sebagai the study of the role of ideas in historical
events and process. Secara lebih kongkrit sejarah pemikiran mencakup studi tentang
pemikiran-pemikiran besar, yang berpengaruh pada kejadian bersejarah, serta pengaruh
pemikiran tersebut pada masyarakat bawah.
12.Sejarah Kuantitatif
Sejarah kuantitatif adalah penggunaan metode kuantitatif (teknik matematika) dalam
penulisan sejarah. Perbedaannya dengan penulisan sejarah lain (sejarah kualitatif)
dengan demikian terletak pada penggunaan data sejarah. Kalau sejarah kualitatif
datanya berupa deskripsi (berita), peninggalan (bangunan, foto), pikiran, perbuatan, dan
perkataan (sejarah lisan), maka sejarah kuantitatif datanya berupa angka-angka
(misalnya: angka kejahatan, jumlah murid), statistik (misalnya: harga sembako,
perpajakan) dan sensus (misalnya: penduduk, ternak).
13.Sejarah Mentalitas
Tema-tema yang menjadi objek studi sejarah mentalitas antara lain meliputi mentalitas
revolusioner, kontrarevolusioner, orang-orang militan, kaum anarkis, perbanditan,
pelacuran, petualangan, pembunuhan, kriminalitas, konflik desa-kota, fenomena bunuh
diri, ketidakwarasan (gila), budaya populer (budaya pop), penindasan perempuan,
pertenungan, aborsi, homoseksualitas, dan kematian.
14.Biografi
Merupakan sejarah tentang perjalanan hidup seseorang. Misalnya biografi Ki Hajar
Dewantoro, Soeharto dan lain sebagainya.
yang terdekat dengan rasulullah, dan orang - orang yang di anggap mampu
memegang rahasia. Orang yang pertama kali masuk islam adalah istrinya
sendiri yaitu khadijah, selanjutnya zaid bin haritsah, ali bin abi thalib, dan
teman dekat rasulullah yaitu abu bakar as-siddiq.
Di antara pendahulu kaum muslimin yang masuk islam pada masa ini
adalah bilal bin rabah, abu ubaidah bin abil arqam, utsman bin madzun dan dua
saudaranya, qudamah dan lain-lain. Mereka masuk islam secara rahasia dan
rasulullah membimbing mereka pun dengan rahasia pula.
2. ...Tahapan terang-terangan terhadap penduduk Makkah
Dakwah terang-terangan terhadap penduduk Makkah di mulai sejak turunnya
ayat 214 surat asy-syuara yang artinya: dan berilah peringatan kepada kaum
kerabatmu yang terdekat.
Adapun metode yang di lakukan nabi pada tahapan ini adalah:
a. Mengundang bani hasyim kerumahnya, di lakukan selama dua kali untuk
menjelaskan bahwa beliau di utus oleh Allah.
b. Undangan terbuka kepada seluruh masyarakat Quraisy di bukit shafa. Di sini
beliau
kepribadian beliau.
c. Menyatakan sikap tegas terhadap hakikat ajaran yang di bawa
mengecam keyakinan keliru yang tersebar di masyarakat.
dan
menyiapkan dua tunggangan (kendaraan) lalu segera berangkat. Abu Bakar menyewa
Abdullah bin Uraiqith Ad-Daily untuk menunjukkan jalan yang tidak biasa menuju
Madinah.
Keempat Rasulullah dan Abu Bakar berangkat pada hari Kamis tanggal 1
Rabiul Awwal tahun kelima puluh tiga dari kelahiran Nabi saw. Hanya Ali dan keluarga
Abu Bakar saja yang tahu keberangkatan Nabi saw. dan Abu Bakar malam itu menuju
Yatsib. Sebelumnya dua anak Abu Bakar, Aisyah dan Asma, telah menyiapkan bekal
secukupnya untuk perjalanan itu. Kemudian Nabi saw. ditemani Abu Bakar berangkat
bersama penunjuk jalan menelusuri jalan Madinah-Yaman hingga sampai di Gua Tsur.
Nabi dan Abu Bakar berhenti di situ dan penunjuk jalan disuruh kembali secepatniya
guna menyampaikan pesan rahasia Abu Bakar kepada putranya, Abdullah. Tiga malam
lamanya Nabi saw. dan Abu Bakar bersembunyi di gua itu. Setiap malam mereka
ditemani oleh Abdullah bin Abu Bakar yang bertindak sebagai pengamat situasi dan
pemberi informasi.
Kelima Lolosnya Nabi saw. dari kepungan yang ketat itu membuat kalangan
Quraisy hiruk pikuk mencari. Jalan Makkah-Madinah dilacak. Tetapi mereka gagal
menemukan Nabi saw. Kemudian mereka menelusuri jalan Yaman-Madinah. Mereka
menduga Nabi pasti bersembunyi di Gua Tsur. Setibanya tim pelacak itu di sana,
alangkah bingungnya mereka ketika melihat mulut gua itu tertutup jaring laba-laba dan
sarang bunung. Itu pertanda tidak ada orang yang masuk ke dalam gua itu. Mereka tidak
dapat melihat apa yang ada dalam gua, tetapi orang yang di dalamnya dapat melihat
jelas rombongan yang berada di luar. Waktu itulah Abu Bakar merasa sangat khawatir
akan keselamatan Nabi. Nabi berkata kepadanya, Hai Abu Bakar, kita ini berdua dan
Allah-lah yang ketiganya. Selanjutnya Nabi saw. merumuskan piagam yang berlaku
bagi seluruh kaum Muslimin dan orang-orang Yahudi. Piagam inilah yang oleh Ibnu
Hisyam disebut sebagai undang-undang dasar negara dan pemerintahan Islam yang
pertama. Isinya mencakup tentang perikemanusiaan, keadilan sosial, toleransi
beragama, gotong royong untuk kebaikan masyarakat, dan lain-lain.
Saripatinya adalah sebagai berikut:
1. Kesatuan umat Islam, tanpa mengenal perbedaan.
2. Persamaan hak dan kewajiban.
3. Gotong royong dalam segala hal yang tidak termasuk kezaliman, dosa, dan
permusuhan.
4. Kompak dalam menentukan hubungan dengan orang-orang yang memusuhi umat.
Kelima Berpikirnya seorang pemimpin dakwah, kepala negara, atau pemimpin suatu
pergerakan untuk menyelamatkan diri dari ancaman musuh, sehingga ia mengambil
jalan lain, tidaklah dapat dianggap sebagai tindakan penakut atau tidak berkorban jiwa.
Firman Allah s.w.t lewat surah an-Nahl ayat 41 yang bermaksud: Dan orangorang yang berhijrah kerena Allah, sesudah mereka dianiaya (ditindas oleh musuhmusuh Islam), Kami akan menempatkan mereka di dunia ini pada tempatnya yang
baik, Sambutan tahun Hijriah mestilah difahami dari kaca mata yang Islam kehendaki.
Bukan hanya dengan dendangan nasyid ataupun pengkisahan peristiwa Hijrah saja, akan
tetapi yang lebih utama adalah mengerti maksud dan kehendak hijrah. Itulah roh atau
semangat hijrah yang tidak akan padam hingga kini.
Hakikatnya hijrah mengandung arti : pengorbanan, keikhlasan, kekuatan,
keyakinan dan keberanian. Hijrah juga mengandung unsur kebijaksanaan, perencanaan
dan strategi; namun akhirnya meletakkan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah
SWT. Itulah dinamakan konsep usaha, doa dan tawakal. Lama sebelum terjadinya
hijrah, Nabi Muhammad SAW sudah mengatur strategi dengan penduduk Madinah.
Beberapa kali perjanjian telah dibuat, sehinggalah nabi benar-benar meyakini
kesanggupan mereka untuk menjadi mitra kerja dan pengikut yang setia. Kemudian,
nabi mengatur kaedah paling baik dalam melaksanakan hijrah, sehingga mengaburkan
pihak musuh. Coba kita fikirkan, para sahabat telah diminta berhijrah terlebih dahulu
sedang nabi masih di rumahnya. Ia menyebabkan musuh-musuh memberikan tumpuan
kepada nabi dan sekaligus tidak begitu mengganggu hijrah para sahabat. Kemudian,
nabi juga merencanakan beberapa strategi lain. Siapakah yang akan tidur di tempat tidur
nabi, siapa yang akan menjadi pemandu dan apakah kemungkinan-kemungkinan yang
bakal terjadi. Sejarah mencatat, betapa keterlibatan anak muda seperti Ali bin Abu Talib
dan Asma binti Abu Bakar, adalah bukti bahwa remaja adalah aset yang mampu
menyumbang kepada kebangkitan Islam. Bahkan, keterlibatan seorang lelaki yang
bukannya beragama Islam, Abdullah bin Uraiqit sebagai pemandu jalan, juga
membuktikan Islam tidaklah memusuhi semua orang-orang bukan Islam. Bahkan
mereka yang baik boleh diangkat sebagai kawan.
Begitu juga usaha nabi dan Abu Bakar, yang sengaja mengambil haluan ke arah
selatan Mekah dan bukannya arah Utara sebagaimana biasa, kemudian menuju Tihama
berdekatan pantai Laut Merah, adalah satu strategi untuk mengelabuhi musuh. Ia
mampu menimbulkan perpecahan di kalangan musuh yang bertengkar dengan arah yang
diambil oleh nabi. Ia menunjukkan, Islam mementingkan kebijaksanaan dalam
rancangan. Umat Islam juga sewajarnya menobatkan Tahun Islam ini sebagai
mukaddimah membaharui azam dan cita-cita. Apakah sepanjang tahun lalu sudah
terealisasi segala azam dan cita-cita itu ataukah masih banyak bersifat angan-angan
kosong belaka. Ini kerena, berkat keazaman dari Rasulullah SAW melaksanakan hijrah,
maka kita mendapat kebaikannya hingga kini. Di samping itu, hijrah juga menunjukkan
Islam mampu menyatukan semua umat walaupun berbeda keturunan. Siapakah yang
dapat menyangkal, hijrah telah menyatukan kaum Anshar dan Muhajirin:
"Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah,
dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada
orang-orang muhajirin), mereka Itulah orang-orang yang benar-benar beriman. mereka
memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia," (al-Anfal: 74)
Jelaslah, hijrah mampu memberikan pedoman buat kita sepanjang zaman
sebagai momentum kebangkitan Islam. Syaratnya, jika kita mau menggali makna hijrah
yang hakiki. Jika tidak, hijrah hanya tinggal catatan sejarah belaka, tanpa memberikan
perubahan yang signifikan dalam hidup dan kehidupan kita. Wallahu Alamu bishowab.
B. DASAR POLITIK NEGARA MADINAH
Politik diartikan sebagai seni mengatur dan memerintah masyarakat. Agak sulit
memisahkan Muhammad SAW dari kepemimpinan politik, sebab di samping sebagai
seorang rasul beliau adalah kepala masyarakat politik muslim pertama dengan Madinah
sebagai pusat pemerintahan. Muhammad SAW merupakan seorang pemimpin politik
karena mempunyai kapasitas dalam mengatur dan mengelola masyarakat muslim yang
dipusatkan di Madinah.
Parasejarawan membagi periode awal Islam menjadi periode Makkah dan
Madinah. Periode Makkah merupakan peletakan dasar-dasar agama tauhid dan
pembentukan akhlak mulia. Periode Madinah menandai kemunculan Islam sebagai
sebuah kekuatan sosial dan politik. Muhammad SAW tidak lagi hanya tampil sebagai
seorang rasul yang menyerukan agama Islam. Tetapi, sebagai pemimpin dari sebuah
komunitas peradaban baru berpusat di Madinah. Dengan demikian pembentukan sebuah
masyarakat Islami telah dimulai, sejak itu wahyu yang turun tidak lagi terbatas pada
seputar ke-Esaan Tuhan tetapi mulai mencakup ajaran lainnya yang berhubungan
dengan pengaturan kehidupan masyarakat.
Keunikan politik Muhammad SAW di zamannya yaitu kemampuannya
menggabungkan kepemimpinan politik dan militer. Jadi selain sebagai kepala Negara
beliau merupakan seorang jenderal yang menguasai taktik peperangan. Kemampuan ini
sangat langka ditemukan di antara pemimpin-pemimpin besar dunia.
Pada waktu itu disekitar dunia Arab ada beberapa kerajaan seperti Romawi dan
Persia. Sementara di tanah Arab sendiri terdapat beberapa penguasa kecil yang
wilayahnya tidak terlalu besar. Kerajaan-kerajaan Romawi dan Persia tidak tertarik
dengan semenanjung Arab yang tandus. Jazirah Arab pada waktu itu dijadikan sebagai
daerah pemisah antara Romawi dan Persia. Masyarakat yang hidup di jazirah Arab
terdiri dari berbagai suku-suku besar yang terbagi lagi ke beberapa suku-suku yang
lebih kecil. Mereka hidup menurut aturan-aturan yang hanya mengikat terhadap anggota
masing-masing. Meskipun demikian mereka memiliki adat kebiasaan yang disepakati
bersama oleh semua suku. Dengan demikian mereka tidak terikat dengan hukum
kerajaan sebagai mana masyarakat di Romawi dan Persia.
Dalam bersikap terhadap dua Negara besar Romawi dan Persia masing-masing
suku memiliki kecenderungan yang berbeda. Namun dari segi politik dan administrasi
pemerintahan mereka tetap merdeka. Di antara mereka ada yang memihak Romawi dan
yang lain memihak Persia. Sebagai contoh, ketika Persia berhasil mengalahkan Romawi
di wilayah Syria kaum musyrik Makkah bergembira karena mempunyai keterikatan
emosional sebagai sesama kaum musyrik. Sebaliknya
Islam yang diturunkan pada periode ini juga lebih banyak tentang pembentukan karakter
masyarakat yang berkeadaban(civilized society).
Setelah melaksanakan dakwah selama 10 tahun kepada penduduk Makkah dan
tidak mendapat respon positif yang signifikan, Muhammad SAW mulai berdakwah
kepada para jemaah haji yang berziarah ke Kabah selama musim-musim haji. Di antara
para jemaah haji tersebut berasal dari Yatsrib, suatu daerah sebelah utara Makkah.
Muhammad SAW telah cukup membentuk keimanan dan mental yang tangguh di antara
pengikutnya. Hal ini perlu dilanjutkan dengan membentuk sebuah komunitas yang
Islami dengan tatanan sosial yang lebih baik. Oleh karena itu masyarakat Muslim awal
itu memerlukan suatu daerah yang mampu memberikan perlindungan bagi mereka
sekaligus tempat untuk membentuk kawasan percontohan komunitas Muslim yang
ideal.
Diceritakan, pada suatu musim haji, Muhammad SAW berdakwah kepada
jemaah dari Yatsrib dan disambut dengan positif. Mereka berjanji akan datang lagi di
musim haji berikutnya dan meminta Muhammad SAW mengirimklan salah seorang
sahabatnya untuk mengajarkan Islam kepada penduduk Yatsrib. Muhammad SAW
mengutus Musab bin Umair sebagai duta Islam pertama dan ia cukup berhasil dalam
menjalankan misinya. Pada tahun berikutnya penduduk Yatsrib datang dengan jumlah
yang lebih banyak dan mengikrarkan janji setia kepada Muhammad SAW dan
memintanya untuk pindah ke Yatsrib. Mereka bersedia membela Muhammad SAW dan
sahabat-sahabatnya dengan jiwa dan harta mereka.Setelah mendapat izin dari Allah
SWT, Muhammad SAW hijrah ke Yatsrib yang kemudian berganti nama menjadi AlMadinah Al-Munawwarah (kota yang bercahaya). (Mubarok, Jaih, 2004: 29) Pergantian
nama dari Yatsrib menjadi Madinah merupakan suatu keputusan politik yang tepat.
Secara bahasa Madinah mempunyai akar kata dengan tamaddun (peradaban). Dengan
demikian Madinah dapat diartikan sebagai sebuah tempat peradaban yang lazim
diterjemahkan dengan kota. Penggunaan nama Madinah mengisyaratkan adanya visi
politik menjadikan daerah tersebut sebagai salah satu pusat peradaban manusia yang
baru.
Dengan demikian berakhirlah periode Makkah dan dimulailah periode Madinah.
Dalam periode Makkah yang ditekankan adalah pembentukan karakter warga Negara
yang akan didirikan. Sementara periode Madinah adalah peletakkan fondasi
administrasi pemerintahan dan hal-hal kenegaraan lainnya, Hijrah bukan hanya
bermakna menghindar dari siksaan, fitnah dan cacian belaka, namun juga merupakan
suatu strategi untuk mendirikan masyarakat baru di dalam negeri yang aman. Peristiwa
hijrah ini tercatat sebagai lembaran terpenting dalam peradaban Islam pada zaman nabi
di Madinah, Nabi membuat perjanjian di antara suku-suku yang ada di Madinah dan
menghasilkan konstitusi tertulis pertama dalam sejarah umat manusia yaitu piagam
Madinah (The charter of Medina). Berdasarkan pasal pertama konstitusi tersebut, Nabi
membentuk Ummah yang disepakati oleh empat macam komunitas : Yahudi, Nasrani,
Anshor dan Muhajir yakni Negara persemakmuran.
Masyarakat yang ditemui Rasulullah SAW di Madinah ada tiga golongan.
Golongan-golongan tersebut adalah para shahabat, kaum Musyrik, dan orang-orang
Yahudi. Setiap golongan memiliki kondisi yang berbeda dengan golongan lain. Beliau
menghadapi berbagai masalah dari setiap golongan, dan masalah yang beliau hadapi
dari setiap golongan tersebut tidak sama. Kaum Muslim sendiri terdiri dari dua
golongan. Pertama, golongan Anshar, yaitu mereka yang berada di dalam negeri mereka
sendiri bersama harta mereka. Mereka tidak memerlukan selain rasa aman setelah sejak
lama terlibat konflik sesame mereka. Kedua, golongan Muhajirin, yang datang ke
Madinah tanpa memiliki apa-apa. Mereka tidak memiliki tempat tinggal untuk
berlindung, dan tidak memiliki pekerjaan untuk menyambung hidup. Jumlah mereka
tidak sedikit, setiap hari terus bertambah sebab setiap orang yang beriman kepada Allah
SWT dan Rasul-Nya diizinkan untuk berhijrah dan menetap di Madinah.
Pada waktu itu Madinah bukanlah negeri yang kaya. Pertambahan jumlah
penduduk yang mendadak sedikit banyaknya mengguncang perekonomian Madinah.
Dalam kondisi yang kritis tersebut, berbagai kekuatan yang memusuhi Islam melakukan
semacam embargo ekonomi sehingga persediaan (supply) barang berkurang dan
keadaan pun semakin gawat. Dalam keadaan demikian, setidaknya ada dua hal yang
dilakukan oleh Muhammad SAW sebagai pemimpin. Pertama, mengirimkan ekspedisiekspedisi kaum Muslim Muhajirin untuk menghadang dan menakut-nakuti kafilah
dagang Makkah. Kedua, membuat kebijakan politik ekonomi yang berisikan aturanaturan tentang perekonomian.Kemunculan komunitas Madinah berlangsung dalam
beberapa tahap. Tahap pertama adalah konsolidasi internal umat dan komunitas
Madinah. Tahap ini dimulai dengan usaha mempersatukan umat Islam yang terdiri atas
berbagai suku, bani, dan kelompok yang berbeda-beda. Juga mengupayakan pengaturan
hubungan antara kelompok Muslim dan Non-Muslim khususnya Yahudi, melalui
penyusunan dan penandatanganan Piagam Madinah(IH/622M).
Peristiwa hijrah terebut tercatat sebagai salah satu lembaran terpenting dalam
peradaban Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW di Madinah. Nabi Muhammad
SAW membuat perjanjian di antara suku-suku yang ada di sana yang menghasilkan
konstitusi tertulis pertama dalam sejarah umat manusia, yaitu Piagam Madinah (The
Charter of Medina). Berdasarkan pasal pertama konstitusi tersebut, Nabi membentuk
ummah yang disepakati empat komunitas: Yahudi, Nasrani, Anshar, dan Muhajir
negara persemakmuran-.
Masyarakat Madinah pada waktu itu terdiri atas 12 (dua belas) kelompok yang
mengadakan perjanjian dan dituangkan dalam Piagam Madinah. Mereka diwakili
oleh tiga kelompok besar, yakni kaum muslim, orang Arab yang belum masuk Islam
dan kaum Yahudi dari Bani Nadir dan Bani Quraizah. Pada piagam Madinah tertuang
5 (lima) perjanjian sebagai hasil kesepakatan di antara mereka.
Adapun isi dari perjanjian yang telah mereka sepakati ialah sebagai berikut:
1. Tiap kelompok dijamin kebebasannya dalam beragama.
2. Tiap kelompok berhak menghukum anggota kelompoknya yang bersalah.
3. Tiap kelompok harus saling membantu dalam mempertahankan Madinah, baik
yang muslim maupun yang non muslim.
4. Penduduk Madinah semuanya sepakan mengangkat Muhammad sebagai
pemimpinnya dan memberi keputusan hukum segala perkara yang dihadapkan
padanya.
5. Meletakkan landasan berpolitik, ekonomi, dan kemasyarakatan bagi Negeri
Madinah yang baru terbentuk.
Dasar berpolitik negeri Madinah adalah prinsip keadilan yang harus dijalankan
kepada setiap penduduk tanpa pandang bulu. Pada prinsip keadilan diakui adanya
kesamaan derajat antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Adapun yang
membedakan di antara mereka hanyalah takwa kepada Allah. Adapun yang lainnya
adalah prinsip musyawarah untuk memecahkan segala persoalan dengan dalil al-
dan
Anshar
berkumpul
di
balai
kota
Bani
Saidah.
Mereka
memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah itu berjalan
cukup alot karena masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun Anshar, sama-sama
merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam. Namun, dengan semangat ukhuwah
Islamiyah yang tinggi, akhirnya, Abu Bakar Radhiallahu anhu terpilih. Rupanya,
semangat keagamaan Abu Bakar Radhiallahu anhu mendapat penghargaan yang tinggi
dari umat Islam, sehingga masing-masing pihak menerima dan membaiatnya.
Sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasul, Abu Bakar Radhiallahu anhu
disebut Khalifah Rasulillah (Pengganti Rasul Allah) yang dalam perkembangan
selanjutnya disebut khalifah saja. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah
Nabi Shallallahu Alaihi wasallam wafat untuk menggantikan beliau Shallallahu Alaihi
wasallam melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan.
I. KHALIFAH ABU BAKAR AS-SIDDIQ (632 634 M)
Abu Bakar Radhiallahu anhu menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634
M ia meninggal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam
negeri terutama tantangan yang disebabkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau
tunduk lagi kepada pemerintah Madinah sepeninggal Rasulullah Shallallahu Alaihi
wasallam. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi wasallam, dengan sendirinya batal setelah Nabi Shallallahu Alaihi
wasallam wafat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar Radhiallahu anhu. Karena
sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan
pemerintahan, Abu Bakar Radhiallahu anhu menyelesaikan persoalan ini dengan apa
yang disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Khalid ibn Al-Walid
Radhiallahu anhu adalah panglima yang banyak berjasa dalam Perang Riddah ini.
Nampaknya, kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar
Radhiallahu anhu, sebagaimana pada masa Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam,
bersifat sentral; kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah.
Selain menjalankan roda pemerintahan, Khalifah juga melaksanakan hukum yang telah
ditetapkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Meskipun demikian, seperti juga Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi wasallam, Abu Bakar Radhiallahu anhu selalu
mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.
Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar
Radhiallahu anhu mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid Radhiallahu
anhu dikirim ke Iraq dan dapat menguasai wilayah al-Hirah di tahun 634 M. Ke Syria
dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat panglima yaitu Abu Ubaidah ibnul Jarrah,
Amr ibnul Ash, Yazid ibn Abi Sufyan dan Syurahbil Radhiallahu Taala anhu ajmain.
Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah ibn Zaid Radhiallahu anhu yang masih
berusia 18 tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid ibn Walid Radhiallahu anhu
diperintahkan meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, ia
sampai ke Syria.
Pada saat Abu Bakar Radhiallahu anhu meninggal dunia, sementara barisan
depan pasukan Islam sedang mengancam Palestina, Irak, dan kerajaan Hirah. Ia diganti
oleh tangan kanan nya, Umar ibn Khatthab al-Faruq Radhiallahu anhu. Ketika Abu
Bakar Radhiallahu anhu sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah
dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar ibn Khatthab Radhiallahu
anhu sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya
perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar
Radhiallahu anhu tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramairamai membaiat Umar Radhiallahu anhu . Umar Radhiallahu anhu menyebut dirinya
anhu ajmain. Setelah Umar Radhiallahu anhu wafat, tim ini bermusyawarah dan
berhasil menunjuk Utsman Radhiallahu anhu sebagai khalifah, melalui proses yang
agak ketat dengan Ali ibn Abi Thalib Radhiallahu anhu.
III. KHALIFAH USMAN BIN AFFAN ( 644 656 M )
Di masa pemerintahan Utsman Radhiallahu anhu (644-655 M), Armenia,
Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan
Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini.
Pemerintahan Usman Radhiallahu anhu berlangsung selama 12 tahun, pada
paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di
kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Utsman Radhiallahu anhu memang
sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar Radhiallahu anhu. Ini karena fitnah dan
hasutan dari Abdullah bin Saba Al-Yamani salah seorang yahudi yang berpura-pura
masuk islam. Ibnu Saba ini gemar berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat
lainnya untuk menyebarkan fitnah kepada kaum muslimin yang baru masa
keislamannya. Akhirnya pada tahun 35 H/1655 M, Utsman Radhiallahu anhu dibunuh
oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang berhasil dihasut oleh
Abdullah bin Saba itu.
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat berburuk sangka terhadap
kepemimpinan Utsman Radhiallahu anhu adalah kebijaksanaannya mengangkat
keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting diantaranya adalah Marwan ibn
Hakam Rahimahullah. Dialah pada dasarnya yang dianggap oleh orang-orang tersebut
yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Utsman Radhiallahu anhu hanya
menyandang gelar Khalifah. Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam
jabatan-jabatan penting, Usman Radhiallahu anhu laksana boneka di hadapan
kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap keluarganya.
Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan bawahan. Harta kekayaan negara, oleh
kerabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol oleh Usman Radhiallahu anhu sendiri. Itu
semua akibat fitnah yang ditebarkan oleh Abdullah bin Saba.
Padahal Utsman Radhiallahu anhu yang paling berjasa membangun bendungan
untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia
Bani Umayyah memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi penguasa yang
sudah terpendam sejak dulu. Ambisi ini ada karena Bani Umayyah menganggap
keturunan mereka berasal dari golongan bangsawan, terhormat dan mempunyai
kekayaan yang melimpah. Namun, kenyataannya Bani Umayyah tidak berhasil, karena
Bani Umayyah tidak memperoleh popularitas di lingkungan penduduk Arab, tidak
seperti layaknya Bani Hasyim yang berhasil memperoleh popularitas di lingkungan
penduduk Arab. Sebagai akibat ambisi yang tidak kesampaian, maka terjadilah
persaingan antara Umayyah dengan pamannya Hasyim bin Abd al-Manaf. Kondisi ini
justru semakin menyudutkan citra Umayyah di mata masyarakat Arab.
Walau demikian, akhirnya, ambisi untuk menjadi penguasa dari keturunan Bani
Umayyah ini tercapai juga oleh keturunan Bani Umayyah yang bernama Muawiyah bin
Abi Sufyan. Bani Umayyah berkuasa setelah kepemimpinan Khulafa ar-Rasyidin.
A. SEJARAH KELAHIRAN DINASTI UMAYAH
Bani Umayyah adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafa arRasyidin yang memerintah dari 661-M sampai 750-M di Jazirah Arab dan sekitarnya,
serta dari 756-M sampai 1031-M di Cordova, Spanyol. Nama dinasti ini dirujuk kepada
Umayyah bin Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu
Muawiyah bin Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah. Ia adalah
pendiri dan Khalifah pertama Dinasti ini.
Terbentuknya Dinasti ini dan Muawiyah memangku jabatan khalifah secara
resmi, menurut ahli sejarah, terjadi pada tahun 660 M/40 H pada saat Umayah
memproklamirkan diri menjadi khalifah di Iliyah (Palestina), setelah pihaknya
dinyatakan oleh Majelis Tahkim sebagai pemenang, Pemerintahan Dinasti Umayah(41132H).
Peristiwa itu terjadi setelah Hasan bin Ali yang dibaiat oleh pengikut setia Ali menjadi
khalifah, sebagai penganti Ali, mengundurkan diri dari gelanggang politik. Sebab, ia
tidak ingin lagi terjadi pertumpahan darah yang lebih besar, dan menyerakan kekuasaan
sepenuhnya kepada Muawiyah. Langkah penting Hasan bin Ali ini dapat dikatakan
sebagai usaha rekonsiliasi umat Islam yang terpecah belah. Karenanya peristiwa itu
dalam sejarah Islam dikenal dengan tahun persatuan (am al-jamaat). Yaitu episode
sejarah yang mempersatukan umat kembali berada dibawah kekuasaan seorang khalifah.
Rujuk dan perdamaian antara Hasan dan Muawiyah setelah Muawiyah bersedia
memenuhi persyaratan yang diajukan oleh Hasan. Yaitu Muawiyah harus menjamin
keamanan dan keselamatan jiwa dan harta keturunan Ali dan pendukungnya. Pernyataan
ini diterima Muawiyah dan dibuat secara tertulis. Persetujuan Muawiyah ini diimbangi
oleh Hasan dengan membaiatnya. Rakyat juga menunjukkan ketaatan dengan
membaiatnya.
Muawiyah dikenal sebagai seorang politikus dan administrator yang pandai.
Umar bin Khattab sendiri pernah menilainya sebagai seorang yang cakap dalam urusan
politik pemerintahan, cerdas dan jujur. Ia juga dikenal seorang negarawan yang ahli
bersiasat, piawai dalam merancang taktik dan strategi, disamping kegigihan dan
keuletan serta kesediaanya menempuh segala cara dalam berjuang. Untuk mencapai
cita-citanya karena pertimbangan politik dan tuntunan situasi. Dengan kemampuan
tersebut dan bakat kepemimpinan yang dimilikinya, Muawiyah dinilai berhasil merekrut
para pemuka masyarakat, politikus, dan administrator bergabung ke dalam sistemnya
pada zamannya, untuk memperkuat posisinya dipuncak pimpinan. Muawiyah juga
dikenal berwatak keras dan tegas, tetapi juga bisa bersifat toleran dan lapang dada. Hal
ini dapat dilihat dalam ucapannya yang terkenal sebagai prinsip yang ia terapkan dalam
memimpin: Aku tidak mempergunakan pedangku kalau cambuk saja sudah cukup, dan
tidak pula kupergunakan cambukku kalau perkataan saja sudah memadai, andaikata aku
dengan orang lain memperebutkan sehelai rambut, tiadalah akan putus rambut itu,
karena bila mereka mengencangkannya aku kendorkan, dan bila mereka kendorkannya
akan kukencangkan.
Tabel Khalifah-Khalifah Dinasti Umayyah
No Nama Khalifah Memerintah
Lama Mulai Selesai
1 Muawiyah bin Abi Sofyan 19 th 3 bln 41 H / 661 M 60 H / 681 M
2 Yazid bin Muawiyah 3 th 6 bln 60 H / 681 M 64 H / 683 M
3 Muawiyah bin Yazid 6 bln 64 H / 683 M 64 H / 684 M
4 Marwan bin Hakam 9 bl 18 hari 64 H / 684 M 65 H / 685 M
5 Abdul Malik bin Marwan 21 th 8 bln 65 H / 685 M 86 H / 705 M
6 Walid bin Abdul Malik 9 th 7 bln 86 H / 705 M 96 H / 715 M
7 Sulaiman bin Abdul Malik 2 th 8 bln 96 H / 715 M 99 H / 717 M
lebih besar dari pada yang diberi pada yang diberikan Umar kepada tentaranya. Ketiga
angkatan ini bertugas menjamin stabilitas keamanan dalam negeri dan mendukung
kebijaksanaan politik luar negeri yaitu memperluas wilayah kekuasaan.
Kelima, meneruskan wilayah kekuasaan Islam baik ke Timur maupun ke Barat.
Perluasan wilayah ini diteruskan oleh para penerus Muawiyah, seperti Khalifah Abd alMalik ke Timur, Khalifah al-Walid ke Barat, dan ke Perancis di zaman Khalifah Umar
bin Abd al-Aziz. Perluasan wilayah dizaman Dinasti ini merupakan ekspansi besar
kedua setelah ekspansi besar pertama di zaman Umar bin Khattab. Daerah-daerah yang
dikuasai umat Islam dizaman Dinasti ini meliputi Spanyol, Afrika Utara, Suria,
Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebahagian dari Asia Kecil, Persia, Afganistan,
daerah yang sekarang disebut Pakistan, Rurkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah
dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah, sehingga Dinasti ini berhasil
membangun Negara besar di zaman itu. Bersatunya berbagai suku bangsa di bawah
naungan Islam melahirkan benih-benih peradaban baru yang bercorak Islam, sekalipun
Bani Umayah lebih memusatkan perhatiannya kepada pengembangan kebudayaan Arab.
Benih-benih peradaban baru itu kelak berkembang pesat di zaman Dinasti
Abbasiyah sehingga Dunia Islam menjadi pusat peradaban dunia selama berabad-abad.
Keenam, baik Muawiyah maupun para penggantinya membuat kebijaksanaan yang
berbeda dari zaman Khulafa al-Rasyidin. Mereka merekrut orang-orang non-musim
sebagai pejabat-pejabat dalam pemerintahan, seperti penasehat, administrator, dokter
dan dikesatuan-kesatuan tentara. Tapi di zaman Khulafaur Umar bin Abd al-Aziz
kebijaksanaan itu ia hapuskan. Karena orang-orang non-Muslim (Yahudi, Nasrani,
Majusi) yang memperoleh privilege di dalam pemerintahan banyak merugikan
kepentingan umat Islam bahkan menganggap rendah mereka. Didalam Al-Quran
memang terdapat peringatan-peringatan yang tidak membolehkan orang-orang mukmin
merekrut orang-orang non-muslim sebagai teman kepercayaan dalam mengatur urusan
orang-orang mukmin.
Ketujuh,
Muawiyah
mengadakan
pembaharuan
dibidang
administrasi
C. EKSPANSI WILAYAH
Di zaman Muawiyah, Tunisia dapat ditaklukan. Di sebelah timur, Muawiyah
dapat menguasai daerah Khurasan sampai kesungai Oxus dan Afganistan sampai ke
Kabul, angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke ibukota Byzantium,
Konstatinopel. Ekspansi ke timur yang
dilanjutkan oleh Khalifah Abdul Malik. Dia mengirim tentaranya menyeberangi sungai
Oxus dan dapat berhasil menaklukan Balkan, Bukhara, Ferghana dan Samarkand.
Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah
Punjab sampai ke Maltan.
Ekspansi ke wilayah Barat secara besar-besaran dilanjutkan dizaman Walid bin
Abdul Malik. Masa pemerintahan Walid adalah masa ketentraman, keamanan, dan
ketertiban. Pada masa pemerintahan yang berjalan kurang lebih 10 tahun, tercatat suatu
ekspedisi militer dari AfrikaUtara menuju wilayah barat daya benua Eropa, yaitu pada
tahun 711 M setelah Aljazair dan Maroko dapat ditaklukan Thariqbin Ziyad, pemimpin
pasukan Islam atas perintah gubernur Afrika Utara, Musa bin Nushair dengan membawa
pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antara Maroko dan benua Eropa dan
mendarat disuatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar ( Jabal Thariq ),
tentara spanyol dapat dikalahkan. Dengan demikian Spanyol menjadisasaran ekspansi
selanjutnya. Ibukota Spanyol, Kordova dengan cepat dapat dikuasai, menyusul kotakota lain seperti Sevilla, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibukota Spanyol yang baru
setelah jatuhnya Kordova. Pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah
Karena men dapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat
kekejaman penguasa.
Selain Thariq bin Zayid dan Musa bin Nushair pahlawan yang berjasa
menaklukan Spanyol adalah Tharifbin Malik yang dapat disebut sebagai pahlawan
perintis membuka jalan ke Spanyol. Di zaman Umar bin Abdul Aziz, pasukan Islam
berusaha menaklukan Perancis melalui pegunungan Pyrenia dipimpin oleh Abdul
Rahmanbin Abdullah Al-Ghofiqi, ia mulai dengan menyerang Bordeaux, Poiters.
Melalui daerah tersebut, ia men coba menyerang Tours. Al-Ghofiqi terbunuh dan
tentaranya mundur ke Spanyol. Di samping daerah-daerah tersebut diatas, pulau-pulau
yang terdapat di laut tengah juga jatuh ke tangan pemerintah Bani Umayyah seperti
pulau Mayorca, Corsica, Saedinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian Sicillia. Dengan
keberhasilan ekspansi kebeberapa daerah baik wilayah timur atau barat, wilayah
kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas, meliputi Spanyol,
Afrika Utara, Syiria, Palestina, Jazirah Arab. Selanjutnya sebagian Asia Kecil, Persia,
Afghanistan, Palestina, Turkmenia, Uzbek, Kirgis dan Asia Tengah.
6. BANI ABBASIYAH ( 750 1258 M )
A. PENDIRIAN
Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M. oleh Abdul Abbas AsSaffah, dan sekaligus sebagai khalifah pertama. Keuasaan Dinasti Abbasiyah
berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, yaitu selama lima abad dari tahun 132656 H(750-1258 M).Berdirinya pememrintahan ini dianggap sebagai kemenangan
pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh Bani Hasyim (Alawiyyun) setelah
meninggalnya Rasulullah SAW dengan mengatakan bahwa yang berhak berkuasa
adalah keturunan Rasulullah dan anak-anaknya.
Sebelum berdirinya dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama yang
merupakan pusat kegiatan, antara satu dengan yang lain memiliki kedudukan tersendiri
dalam memainkan perannya untuik menegakkan kekuasaan keluarga besar paman
Rasulullah SAW, Abbah bin Abdul Muthalib.Dari nama inilah disandarkan pada tiga
tempat pusat kegiatan, yaitu Humaimah, Kuffah, dan Khurasan. Humaimah merupkan
tempat bermukim keluarga Bani Hasyim, baik dari kalangan pendukung Ali maupun
kalangan pendukung keluarga Abbas. Kuffah merupakan wilayah penduduknya
menganut aliran Syiah, pendukung Ali bin Abi Thalib, yang selalu bergolak dan
ditindas oleh Bani Umayah. Khurasan memiliki warga yang pemberani, kuat fisik, teguh
pendirian, tidak mudah terpengaruh nafsu dan tidak mudah bingung terhadap
kepercayaan yang menyimpang, dan disanalah diharapakan dakwah kaum Abbasiyah
mendapat dukungan.
Propaganda Abbasiyah dilaksanakan dengan strategi yang cukup matang sebagai
gerakan rahasia. Akan tetapi, Imam Ibrahim pemimpin Abbasiyah yang berkeinginan
mendirikan kekuasaan Abbasi yang gerakanya diketahui oleh Khalifah Umayah
terakhir, Marwan bin Muhammad. Ibrahim akhirnya ditangkap oleh pasukan dinasti
bani Umayah dan dipenjarakan di Haran. Penguasa Umayah di kufah, Yazid bin Umar
bin hubairah, ditaklukan oleh Abbasiyah dan di usir ke Wasit. Abu Salamah selanjutnya
berkemah di kufah yang telah ditaklukan pada tahun 132 H. Abdullah bin Ali, salah
seorang paman Abul Abbas diperintahkan untuk mengejar khalifah Umayah terakhir,
Marwan bin Muhammad bersama pasukanya yang melarikan diri, dimana akhirnya
dapat ditaklukan di dataran rendah Sungai Zab. Pengejaran dilanjutkan ke Mausul,
Harran dan menyebrangi Sungai Eufrat samapi ke Damaskus. Khalifah itu melarikan
diri hingga ke Fustat di Mesir, dan akhirnya terbunuh di Busir, wilayah Al-Fayyum
tahun 132 H/750 M dibawah pimpinan Shalih bin Ali. Dengan demikian, maka
tumbanglah kekuasaan dinasti Umayah dan berdirilah Dinasti Abbasiyah yang dipimpin
oleh khalifah pertamanya, yaitu Abu Abbas Ash-Shaffah dengan pusat kekuasaan
awalnya di Kuffah.
Dalam khotbah penobatanya,Khalifah Abbasiyah pertama itu menyebut dirinya
as-saffah,Penumpah
darah,yang
kemudian
menjadi
julukanya.Hal
tersebut